Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS KEBIDANAN PADA IBU DENGAN

PERSALINAN FISIOLOGIS DI PUSKESMAS SEBULU I

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan


Stase Persalinan Praktik Profesi Bidan

Disusun Oleh:
SITI HAULAH
NIM. P07224422095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU DENGAN


PERSALINAN FISIOLOGIS

Disetujui di Sebulu, September 2022

Mahasiswa

Siti Haulah
NIM. P07224422095

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Dewi Rinda Astuti, M.Keb Rina Fajariani, A. Md. Keb


N.198604152010012001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Siti Haulah
Nim : P07224422095
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang
saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah
hasil plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku
panduan atas perbuatan tersebut.

Sebulu, September 2022


Mahasiswa

Siti Haulah
NIM. P07224422095
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
pada Remaja Dengan Anemia Ringan.
Terselesaikannya laporan Laporan Pendahuluan pada ibu bersalin dengan
persalinan fisiologis di Wilayah Kerja Puskesmas Sebulu I ini adalah atas usaha
maksimal dari penulis dan dalam penyelesaiannya, banyak sekali mendapat
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dengan selesainnya
penyusunan laporan pendahuluan ini sudah selayaknya penulis mengucapkan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing institusi ibu Dewi
Rinda Astuti, M.Keb dan kepada pembimbing klinik ibu Rina Fajariani,
A.Md.Keb yang selalu sabar memberikan bimbingan, serta teman-teman yang
memberi semangat serta saran dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan
Pendahuluan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Sebulu, September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sulistyowati & Nugraheny, 2018). Proses persalinan memiliki arti yang berbeda
disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan
dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi
pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2019).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2017). Persalinan merupakn suatu proses terjadinya pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Prawirohardjo, 2019).
Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir),
passanger (janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal
(Euthocia) apabila ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor
lain yang mempengaruhi proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani
dkk, 2017).
Data profil kesehatan Indonesia tahun 2018 cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2018 adalah sebesar
90,88% sedangkan berdasarkan Riskesdas 2018, kualifikasi tertinggi penolong
saat persalinan dilakukan oleh bidan (68,6%). (Kementrian Kesehatan RI, 2018)
Tanda sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu sebelum
wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) dengan adanya tanda lightening atau setting atau
dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.
Pada primigravida terjadi menjelang minggu ke-36. Lightening disebabkan
karena adanya kontraksi Braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan
ligamentum rotundum, serta gaya berat janin. Saat kepala memasuki pintu atas
panggul, ibu akan merasakan rasa sesak pada perut bagian atas berkurang dan
pada bagian bawah terasa sesak.
Tanda berikutnya adalah perut ibu akan terlihat lebih melebar dan fundus
uteri turun, kemudian ibu akan mengalami miksi atau sulit berkemih, kemudian
ibu juga akan merasakan sakit pinggang dan perut, tanda berikutnya adalah
serviks mulai lembek dan mendatar, pada multipara gambaran ini kurang jelas
karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
Tanda berikutnya adalah terjadinya his. Sifat dari his adalah adanya rasa
nyeri dibagian bawah, his tersebut datang dengan sangat teratur, durasinya
biasanya setiap 5 sampai 10 menit, bertambah dengan beraktivitas serta adanya
perubahan pada serviks seperti keadaan vulva yang semakin melebar dan adanya
cairan air ketuban yang merembes. (Mochtar, 2018).
Penatalaksanaan pada ibu dengan persalinan normal memerlukan dua
sudut pandang yang berbeda. Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses
fisiologis normal yang sebagian besar perempuan mengalaminya tanpa
komplikasi. Kedua, komplikasi intrapartum yang muncul secara cepat dan tiba-
tiba harus diantisipasi. Petugas kesehatan harus bisa membuat setiap perempuan
yang melahirkan dan keluarga merasa nyaman dan memastikan keselamatan ibu
serta neonatus jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi (Cunnongham et al, 2019).
Sebagian besar wanita pada proses persalinan mengalami perubahan fisik
dan psikologis sebagai respon dari apa yang dirasakan dalam proses persalinannya
perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada
pasien. Dukungan sosial dan emosional serta pelayanan selama persalinan adalah
salah satu intervensi yang tepat digunakan untuk mencapai pengalaman
melahirkan yang positif (Alexander et al, 2018).
Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk
mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan sebagai
pemberi asuhan dalam persalinan juga harus mampu memenuhi tugas diantaranya
mendukung wanita; pasangan dan keluarga selama proses persalinan,
mengobservasi saat persalinan berlangsung; memantau kondisi janin dan kondisi
bayi setelah lahir, mengkaji faktor resiko, mendeteksi masalah sedini mungkin,
melakukan intervensi minor jika diperlukan seperti amniotomi dan episiotomy,
perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika
terjadi komplikasi (Tasnim et al, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidananan persalinan normal menggunakan pola pikir manajeman
kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk
SOAP.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan dibuatnya laporan kasus ini adalah
mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada asuhan
kebidanan persalinan normal
b. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk
merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada dengan
persalinan normal
c. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
ibu dengan persalinan normal
d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
pada ibu dengan persalinan normal
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan kehamilan pada ibu
dengan persalinan normal
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada pada ibu dengan
persalinan normal
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada ibu
dengan persalinan normal
h. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada ibu dengan persalinan normal
i. Menganalisis asuhan kebidanan pada ibu dengan persalinan
normal yang telah dilaksanakan dengan teori yang ada.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan Normal


1. Definisi
Persalinan fisiologis menurut WHO adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2017).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyowati & Nugraheny, 2018).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan,
presentasi belakang serta dengan tenaga ibu sendiri. (Saifuddin, 2017).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin. (Margareth & sukarni, 2018).
Klasifikasi persalinan menurut bentuk persalinan (Sulistyowati &
Nugraheny, 2018), yaitu :
a. Persalinan spontan adalah persalinan dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan bantuan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari
luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau sectio caesarea
c. Persalinan anjuran adalah persalinan yang ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan misalnya dengan pemberian pitocin,
prostaglandin atau pemecahan ketuban.
Klasifikasi persalinan menurut berat janin dan umur kehamilan,
yaitu:
a. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada umur
kehamilan kurang dari 22 minggu dengan berat janin kurang
dari 500 gram.
b. Persalinan immatur adalah hasil konsepsi yang dikeluarkan pada
umur kehamilan 22-27 minggu dengan berat janin 500-999
gram.
c. Persalinan prematur adalah persalinan dengan umur kehamilan
28-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gram.
d. Persalinan aterm adalah persalinan antara umur kehamilan 37-42
minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.
e. Persalinan serotinus adalah persalinan lebih dari 42 minggu atau
persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus
yang ditaksir.
2. Etiologi Persalinan
Menurut Sondakh tahun (2017) bahwa penyebab terjadi persalinan
berkaitan dengan mulai terjadinya his sehingga menjadi awal mula
terjadinya proses persalinan antara lain adalah:
a. Teori penurunan progesterone
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot polos
uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang
belum diketahui secara pasti penyebabnya terdapat beberapa
kemungkinan yaitu hipoksia pada miometrium yang sedang
berkontraksi, adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus
bagian bawah otot-otot yang saling bertautan, peregangan serviks
pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu pemendekan saluran
serviks dipanjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan hampir setipis kertas.
b. Teori keregangan
Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami peregangan
akan mengakibatkan otot-otot yang mengalami iskemia sehingga
mungin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami
degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik, kantong amnion akan
melebarkan saluran serviks.
c. Teori oksitosin interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya
perubahan keseimbangan antara esterogen dan progesteron dapat
mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan
terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan
kadar hormon progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan
mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.
d. Pengaruh janin hipofise
Hipofise dan kadar suprarenal janin memegang peranan penting
karena itu pada ancepalus kelahiran sering lebih lama.
e. Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
terutama saat kehamilan yang menyebabkan kontraksi myometrium.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Manuaba (2017), persalinan ditentukan oleh 5 faktor “P”
utama yaitu:
a. Power (tenaga atau kekuatan), yaitu kekuatan meneran, ketegangan
kontraksi ligamentum rotundum.
b. Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi) dan plasenta.
c. Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras
tulang panggul dan bagian lunak. Passage (Jalan Lahir) Merupakan
jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar panggul, servik dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal.
d. Psikologi sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam proses
persalinan.
e. Penolong, yaitu penolong seperti dokter/bidan yang profesional.
4. Perubahan Fisiologi Persalinan
Menurut Sulfianti (2020), Perubahan Fisiologi persalinan yaitu:
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-
rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan. Rasa
sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).
b. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat
secara berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot
skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang
hilang.
c. Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah
persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan
10C.
d. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung
secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak
jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi
peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan
aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa
dalam persalinan
g. Perubahan gastro intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan
hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat
lamban.
Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang
biasa. Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala.
h. Perubahan hematologic
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum. (Sulfianti et
al, 2020)
5. Perubahan Psikologi Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2020), perubahan psikologi selama proses
Persalinan yaitu:
a. Kala I
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan
terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian
pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau perasaan
aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan
tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman
dalam posisi apa pun dalam waktu lama).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi, pada tahap aktif,
ibu menjadi serius, diam, dan sibuk dengan kontraksi. Seorang
wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat
menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan.
Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima kebenaran yang
mencerminkan semacam krisis, dimana ibu menyadari tidak dapat
mengendalikan proses persalinan.
b. Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai Dengan
sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus
dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan
salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya
merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan rasa
nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir jernih
kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali orang-
orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya melalui
gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang membantu
pelahiran.
c. Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat;
kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu
melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-
kadang mengalami kram yang hebat. Atau sebaliknya, perhatian ibu
tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari
terjadinya tahap ketiga ini
d. Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan
yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan
merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya
ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap
kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak
hamil dan sudah menjadi seorang ibu.
6. Mekanisme Persalinan
Berikut ini adalah mekanisme persalinan fisiologis (Manuaba, 2017):
a. Engagement
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat
tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/
membentuk sudut dengan pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi
pada usia kehamilan 36 minggu, pda multigravida terjadi pada saat
inpartu.
Penyebab kepala engaged adalah adanya kontraksi Braxton Hicks,
ketegangan dinding abdomen dan ketegangan ligamentum rotundum
(Sukarni & Margareth, 2018).
b. Desensus
Penurunan kepala janin yang disebabkan oleh his saat mulai inpartu,
tekana cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong. Bentuk
penurunan kepala ada 2 macam yaitu sinklitismus (sutura sagitalis
berhimpitan dengan jalan lahir) dan deep transverse arrest (timbul akibat
kegagalan turunnya kepala dan putar paksi dalam).
Kepala melintasi PAP dapat dalam keadaaan sinklitismus, ialah bila arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Kepala
dapat pula masuk ke PAP dalam keadaan asinklitismus yaitu arah sumbu
kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus
anterior apabila kepala janin turun ke PAP dengan mengarah ke
promontorium, sedangkan asinklitismus posterior apabila kepala masuk
PAP dengan menghadap ke arah simfisis (Rohani, 2018).
c. Fleksi
Desensus kepala dengan kekuatan his akan menimbulkan fleksi kepala
sehingga dagu akan menempel pada dada janin, posissi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Sulistyawaty, 2011).
d. Internal rotasi (putar paksi dalam)
Kepala janin berputar sehingga suboksiput(hipomioklion) berada di
bawah simfisis. Pada kondisi normal dengan adaptasi kepala dan pelvis
yang baik, rotasi akan berlangsung seiring dengan penurunan kepala
janin setelah mencapai dasar panggul. Putar paksi dalam selalu disertai
turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil kea rah depan (ke bawah
sympisis pubis) membawa kepala melewati distansia interspinarum
dengan diameter biparietalis. Penyebab terjadinya internal rotasi adalah
upaya kepala janin untuk meyesuaikan dengan jalan lahir.
e. Ekstensi
Setelah rotasi kepala janin menghadapi persalinan dengan suboksiput
sebagai hipomioklion.Perputaran kepala dengan suboksiput sebagai
hipomioklion menyebabakan terjadinya ekstensi.Ekstensi menyebabkan
berturut-turut lahirnya oksiput, ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan
akhirnya dagu.Sementara ekstensi menyebabkan kepala lahir badan janin
masuk ke pintu atas panggul.
f. Eksternal rotasi (Putar paksi luar)
Badan janin yang telah memasuki pintu atas panggul menyebabkan leher
bebas bergerak sehingga leher berusaha kembali pada posisi semula yaitu
oksiput akan berada sesuai dengan tulang belakang janin. Perputaran
kepala menuju posisinya sehingga oksiput berada sesuai dengan tulang
belakangnya yang disebut putar paksi luar.
g. Ekspulsi
Setelah putar paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir diikuti
seluruh badan anak: (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul/trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki. Pada tahap ekspulsi seluruh
bagian badan bayi telah lahir.
7. Tanda-tanda Masuk Persalinan
Tanda dan gejala inpartu atau persalinan yaitu adanya penipisan dan
pembukaan serviks, adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
serviks dengan frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit, dan adanya cairan
berupa lendir bercampur darah (show) melalui vagina (JNPK-KR, 2017).
Menurut Prawirohadjo (2020), Tanda-tanda Persalinan yaitu :
a. Penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi
serviks)
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviksa
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina
8. Tahapan Persalinan
Adapun tahapan persalinan adalah sebagai berikut:
a. Kala I
Kala I adalah proses pembukaan serviks dari 0 hingga 10 cm
(pembukaan lengkap). Kala I terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten
berlangsung selama 8 jam dari pembukaan serviks 0 hingga 3 cm dan
fase aktif berlangsung selama 6-7 jam dari pembukaan 3-10 cm terbagi
menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm) dengan durasi 2
jam, fase dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm) dengan durasi 2 jam,
fase deselerasi (pembukaan 9-10 cm) dengan durasi 1-2 jam
(Sulistyawati, 2017).
Kala I persalinan terjadi pembukaan serviks dan adanya kontraksi
rahim minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Pada fase aktif,
kontraksi akan terasa lebih kuat dan semakin sering. Kontraksi dikatakan
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih. Dari pembukaan 4 hingga
pembukaan 10 cm, pada primigravida atau nulipara akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada
multipara. Pada ibu primigravida, lama kala I berlangsung selama 12
jam (JNPK-KR, 2017).
Persalinan menurut Prawirohadjo (2020), dimulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya placenta secara lengkap ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda dan gejala inpartu meliputi:
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
3) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks 10 cm dan
berakhir dengan lahirnya bagi yang ditandai dengan kontraksi yang lebih
kuat, panjang, dan intervalnya 2-3 menit sekali dan timbul perasaan ingin
meneran, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka dikarenakan kepala janin semakin masuk ke dalam rongga
panggul. Pada primigravida kala II berlangsung berkisar rata-rata 1,5 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung sekitar 1 jam (Manuaba,
2017).
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu:
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi.
c. Kala III
Persalinan kala III adalah proses yang diawali dengan bayi telah lahir
hingga plasenta lahir dan selaput ketuban yang berlangsung antara 5
hingga 10 menit dengan kisaran normal hingga 30 menit (Varney, 2017).
Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya perubahan bentuk dan
tinggi fundus. Perubahan bentuk uterus yang terjadi yaitu berbentuk bulat
(diskoid) dan tinggi fundus berada 3 jari bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi berbentuk
segitiga atau seperti buah alpukat dan tinggi fundus sepusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan). Adanya tali pusat yang semakin memanjang
(tanda Ahfeld). Terjadinya semburan darah mendadak dan singkat yang
diakibatkan oleh terkumpulnya darah dalam ruang antara dinding uterus
dan plasenta yang telah melebihi kapasitas tampungnya (Sulistyowati &
Nugraheny, 2018).
d. Kala IV
Persalinan kala IV adalah proses yang dimulai ketika lahirnya
plasenta dan berakhir dalam 2 jam (Sulistyowati & Nugraheny, 2018).
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah itu. Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut:
a. Tanda-tanda vital ibu
b. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
c. Pemantauan kontraksi uterus
d. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
e. Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
9. Patograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat
pelaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
b. dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
c. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
d. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan.
10. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
a. Nutrisi
Studi tentang gizi selama persalinan menunjukkan bahwa bagi ibu
bersalin tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum bila ibu
menginginkannya karena persalinan membutuhkan energi yang besar.
Jika ibu bersalin tidak makan dalam beberapa waktu, maka akan terjadi
kelelahan fisiologis, dehidrasi, dan ketosis yang akan menyebabkan
gawat pada janin (Sulistyowati & Nugraheny, 2018).
b. Eliminasi
Selama proses persalinan ibu akan mengalama poliuri. Jika ibu masih
berada pada awal kala I, anjurkan ibu untuk pergi ke toilet sekaligus
membantu penurunan kepala janin. Jika ibu tidak bisa pergi ke toilet,
maka keluarga atau bidan hendaknya membantu ibu untuk buang air
kecil di tempat tidur menggunakan pispot (Manuaba, 2017).
c. Kebersihan dan kenyamanan
Pada umumnya ibu bersalin mengalami ketidaknyamanan karena adanya
bloody show, keringat, cairan amnion, larutan untuk pemeriksaan vagina
dan juga feses dan membuat ibu tidak nyaman. Bidan dapat memberikan
asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu seperti penggunaan Air Conditioner
(AC)/ kipas, mandi, ganti baju, menggosok gigi,kebersihan setelah
Buang Air Kecil (BAK)/Buang Air Besar (BAB) (Manuaba, 2017).

d. Kenyamanan
Posisi Persalinan yang nyaman saat persalinan sangat diperlukan bagi ibu
untuk mengurangi ketegangan, rasa nyeri, mempercepat penurunan
kepala janin. Beberapa posisi yang dapat digunakan yaitu rekumben
lateral (miring), lutut dada, tangan lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan
jongkok. Posisi tersebut dapat membantu rotasi janin dari posisi posterior
ke anterior. Selain posisi di atas, bidan juga dapat menganjurkan ibu
untuk berjalan-jalan sambil menunggu pembukaan lengkap (jika masih
memungkinkan). Apabila ibu tidak memungkinkan untuk turun dari
tempat tidur, maka bidan dapat menganjurkan ibu untuk berbaring miring
kiri.
Beberapa keuntungan berbaring miring kiri adalah koordinasi lebih baik
dan kontraksi uterus yang lebih efisien dan lebih kuat, memfasilitasi
fungsi ginjal, karena aliran urin menurun pada posisi terlentang,
memfasilitasi rotasi janin pada posisi posterior, dan meredakan tekana
uterus dan kompresi pada pembuluh darah utama ibu (vena cavainferior
dan aorta).
(Manuaba, 2017).
e. Lain-Lain
Kebutuhan ibu bersalin yang lainnya seperti kontak fisik, pengalihanrasa
nyeri persalinan, dan lingkungan persalinan (Manuaba, 2017).
10. Kewenangan Bidan dan Standar Pelayanan Intranatal
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kebidanan persalinan,
bidan mempunyai kewenangan menurut Permenkes No. 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu episiotomi,
pertolongan persalinan normal, penjahitan laserasi tingkat I dan II,
penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan,
fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi ASI
Eksklusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
postpartum.
Standar pelayanan intranatal terdiri dari 4 standar, antara lain
sebagai berikut:
a. Standar 9 yaitu asuhan persalinan kala I
b. Standar 10 yaitu persalinan kala II yang aman
c. Standar 11 yaitu penatalaksanaan aktif persalinan kala III
d. Standar 12 yaitu penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomy
(Sukarni & Margareth, 2018).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal


KALA I
I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :
S.
1. Data Subjektif
a. Identitas Klien dan Suami
1) Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar
tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan
yang lain (Jannah, 2017)
2) Umur :
Usia ibu yang masih muda cenderung
dikaitkan dengan kondisi psikologis yang
masih labil hal ini memicu terjadi kecemasan
sehingga intensitas nyeri menjadi lebih kuat
dan seiring bertambahnya usia serta
pemahaman terhadap nyeri (Sulistyawati,
3) Agama : 2011 dalam Rinata & Andayani, 2018).
Kualitas keimanan ibu bersalin yang kuat
membuat ibu dalam kondisi psikologis yang
stabil sehingga pertahanan fisik ibu terhadap
rasa nyeri semakin baik (Smeltzer & Bare,

4) Pendidikan : 2002 dalam Andarmoyo & Suharti, 2019).


Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku terhadap pola hidup
dalam memotivasi untuk siap berperan serta
dalam perubahan kesehatan. Rendahnya
pendidikan seseorang makin sedikit
keinginan untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, dan sebaliknya makin tingginya
pendidikan seseorang, makin mudah untuk
menerima informasi dan memanfaatkan
5) Pekerjaan :
pelayanan kesehatan yang ada (Umboh,
Mamuaya, & Lumy, 2018).
Keadaan ekonomi yang kurang serta sarana
kesehatan yang kurang maksimal akan
menyebabkan Ibu kurang mengerti cara
mengatasi nyeri kontraksi menjelang
persalinan. Pada ibu yang ekonomi rendah
biasanya merasa cemas dan khawatir tidak
6) Alamat : mampu membayar biaya proses persalinan,
sehingga kecemasan tersebut dapat memicu
nyeri kontraksi persalinan berlebih (Smeltzer
& Bare, 2002 dalam Andarmoyo & Suharti,
2018).

Identitas Suami
Hal ini akan memberikan jaminan jika saat persalinan ibu
mengalami kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus
dengan siapa bidan berunding. Dan saat ibu mendapat
pendampingan saat persalinan akan membuat psikologis ibu
membaik dan membuat motivasi dalam mengejan (Depkes RI,
2018).

b. Alasan datang/Keluhan Utama


1) Alasangan datang : Klien merupakan pasien rujukan
atau datang sendiri terkait adanya keluhan
2) Keluhan utama : Pinggang terasa sakit menjalar ke
depan, nyeri semakin hebat bila untuk aktivitas jalan,
mengeluarkan lendir darah, pengeluaran cairan yang sebagian
besar ketuban pecah (Manuaba, 2017)
c. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai dari klien pertama
kali merasakan keluhan sampai dengan sebelum bertemu
pengkaji saat ini.
a) Kapan kontraksi mulai dirasakan?
b) Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi
terjadi?
c) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
d) Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa
warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer?
Kapan saat selaput ketuban pecah?
e) Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu?
Apakah berupa bercak atau darah segar pervaginam?
f) Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
g) Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
(JPNK-KR,2018)
Jika klien bukan merupakan pasien baru MRS, maka segala
sesuatu penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah
didapatkan oleh klien di RS juga dimasukkan kedalam
riwayat kesehatan kesehatan sekarang, yang kemudian di
validasi pada data rekam medis.
2)Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat dan
diperberat oleh persalinan : Jantung, Hipertensi, Anemia,
Leukimia, Isoimunisasi, TBC, Asma Bronchial, Haemorroid,
Hepatitis, Ginjal, DM, Epilepsi, Psikosis, Penyakit
Autoimun, IMS, HIV/AIDS, TORCH, ISK dan kelainan/
penyakit sistem reproduksi.
a) TBC: Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan
bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular
pada bayi (Prawirohardjo,2018)
b) Hepatitis: Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat
menyebabkan korioamnitis selama persalinan (WHO,2020)
c) HIV/AIDS: Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam
populasi yang tidak diobati maka memiliki resiko absolut
standar penularan ibu kepada anak. Sebagian besar infeksi
perinatal (65-75%) terjadi disekitar waktu melahirkan
(Varney, 2017)
d) Hipertensi: Ibu dengan hipertensi kronik pada saat
melahirkan resiko preeklamsia lebih tinggi (Sarwono,
2019)
e) DM: Pada ibu hamil dengan DM akan meningkatkan resiko
terjadinya preeklamsia saat persalinan, seksio sesarea, dan
makrosomia (Sarwono, 2019)
f) Asma: Peningkatan insidensi pre eklampsia, persalinan
premature, berat badan lahir rendah dan mortalitas
perinatal pernah dilaporkan berkaitan dengan asma
(Lenovo, 2019)
g) TORCH: Infeksi TORCH selama kehamilan awal
berpotensi memacu perubahan genetik dan anatomik
embrio (Hadijanto,2019)
h) Kelainan alat reproduksi: Kelainan uterus, misalnya uterus
bikornis unilokalis dapat menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya distosia karena kelainan His
(Mochtar,2017)
i) Penyakit Autoimun: Hadijanto (2019) mengemukakan
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara abortus
berulang dan penyakit autoimun, misalnya systemic lupus
erythematosus (SLE) dimana diperkirakan 75% pasien
dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter
(Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS) serta riwayat keturunan gamelli.
1) Hipertensi : Genotype ibu lebih menentukan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang
mengalami pre eklampsia, 26% anak perempuannya akan
mengalami pre eklampsia pula (Angsa,2019)
2) Diabetes: Kemungkinan diabetes mellitus dalam kehamilan
(diabetes gestasional) lebih besar jika ada anggota sakit
diabetes /herediter (Mochtar,2019)
3) Gamelli: Kehamilan kembar memiliki insidens lebih tinggi
pada keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar
(Fraser & Cooper,2019)
e. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
- Riwayat Haid
Anamnesis haid memberikan kesan tentang faal alat
reproduksi/kandungan meliputi hal-hal berikut ini (Hani et al,
2019):
1) HPHT/TP
2) Usia Kehamilan
3) Umur menarche
4) Frekuensi, jarak/siklus jika normal
5) Lamanya
6) Jumlah darah yang keluar
7) Karakteristik darah (misal bergumpal)
8) Dismenorhea
- Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang
aterm, persalinan yang premature, keguguran atau kegagalan
kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forcep, atau
dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
nifas, sebelumnya.
Dalam menghadapi nyeri persalinan riwayat persalinan sangat
membantu mengatasi nyeri. Ibu yang sudah pernah melahirkan
memiliki koping dalam menghadapi nyeri hal tersebut
menandakan ibu primipara dengan ibu multipara kemungkinan
akan merespon secara berbeda terhadap nyeri kontraksi menjelang
persalinan, karena Ibu multipara telah merasakan nyeri kontraksi
menjelang persalinan sebelumnya (Smeltzer & Bare, 2002 dalam
Andarmoyo & Suharti, 2018).
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
NO Suam Ank UK Pen Jeni Pnlg Tmp Pen JK BB/ H M Abnor Laktasi Peny
i y s t y PB ml

f. Riwayat Kehamilan Sekarang


Menurut Varney (2017), riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk
mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan dan setiap
keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid
terakhirnya (HPHT).
1) Keluhan tiap trimester
2) Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3) Pemeriksaan kehamilan
4) Pendidikan Kesehatan yang sudah didapatkan
5) Imunisasi
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : Riwayat
merokok, minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan
tradisional, ketergantungan obat-obatan tertentu dan
kebiasaan memelihara hewan.
- Merokok sebelum atau pada awal kehamilan
meningkatkan resiko aborsi spontan dan plasenta
abnormal, termasuk abrupsio dan plasenta previa
(Varney, 2017)
- Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan
peningkatan resiko aborsi spontan pada trimester kedua
dan defisiensi nutrisi (Varney, 2017)
- Selama kehamilan penggunaan kokain dikaitkan
dengan aborsi spontan, persalinan dan pelahiran
premature, abrupsi plasenta, persalinan dan pelahiran
cepat, intoleransi janin terhadap persalinan, berat badan
lahir rendah dan kematian janin (Varney, 2017)
- Kafein yang terkandung dalam kopi akan
mengakibatkan resiko tinggi aborsi trimester pertama
(Varney, 2017)
- Wanita hamil yang memiliki hewan peliharaan kucing
rentan terkena toxoplasmosis melalui kotoran kucing
yang dibersihkan olehnya. Apabila wanita terinfeksi
pada masa hamil, toxoplasmosis dapat menyebabkan
malformasi kongenital berat karena protozoa ini dapat
menembus melalui plasenta ke janin. Efek yang paling
parah adalah anomaly otak, missal anensefali,
hidrosefalus, mikrosefali dan pengapuran intracranial.

g. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan

h. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Kebanyakan wanita saat persalinan tidak menginginkan


Nutrisi untuk makan. Namun, cairan yang adekuat harus
disediakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. (Herlina,
2017)
Nutrisi selamakehamilan merupakan faktor penting yang
terkait dengan keduanya hasil kesehatan ibu dan bayi
(Symington et al., 2018).
Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di
Eliminasi area pelvis dan pada kala II, adanya desakan mengejan
seperti dorongan ingin buang air besar (Varney, 2017)
Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa
Istirahat pun dalam waktu yang lama.(Jannah, 2017)
Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberika perhatian pada
kontraksi, timbul kecemasan, tegang,perasaan tidak enak
atau gelisah.(Herlina, 2017)
Personal hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih
selama persalinan (Herlina, 2017)
Seksualitas Pada akhir kehamilan lebih baik ditinggalkan karena
kadang-kadang menimbulkan infeksi persalinan dan
nifas serta dapat memecahkan ketuban, pada multipara
koitus dapat dilakukan dengan kondom/perubahan posisi
yang dapt mengurangi kedalaman penetrasi. (Sulfianti et
al, 2020)

i. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Menurut Goldstein (2018). Yang mempengaruhi riwayat
psikososiokultural spiritual, yaitu :

1) Psikologis
 Riwayat pernikahan : Pernikahan ke berapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak
 Kehamilan direncanakan/tidak
 Psikologis ibu menghadapi persalinan
2) Sosial : Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini
3) Kultural: Adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses persalinan
yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
janin
4) Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi
ibu maupun janin.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
Peningkatan sistolik 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata
10 mmHg masih dianggap normal (Varney, 2017)
Nadi : 60-100 x/menit Peningkatan nadi dapat terjadi pada saat
kontraksi uterus (Varney, 2017)
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C Peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1o C
masih dianggap normal (Varney, 2017)
Pernapasan : 16-20 x/menit
Peningkatan frekuensi pernapasan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi saat proses
persalinan (Varney, 2017)
Antropometri :
Tinggi Badan : >145 cm Tinggi Badan ibu kurang dari 145 cm dapat
dicurigai terjadinya kesempitan panggul (Varney,
2015)
Kenaikan Berat Badan : ≤ 15 kg, penambahan berat badan lebih dari
15 kg dapat mengindikasi ibu mengalami PEB,
DM dan janin makrosomia (Varney, 2017)
Ukuran lila : >23,5 cm, ukuran lila kurang dari 23,5
mengindikasikan status gizi buruk pada ibu
hamil (Varney, 2017)
IMT : Indeks massa tubuh ibu (BMI; dihitung
sebagai berat dalam kilo-gram dibagi tinggi
dalam meter persegi; BMI untuk di
bawahberat, <18,5; berat normal, 18,5- 24,9;
kelebihan berat badan, 25-29,9;dan obesitas,
≥30) (Côrtes et al., 2018)
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : kulit kepala tampak bersih, distribusi rambut merata
Wajah :Tampak cemas, tidak tampak pucat dan oedema, tampak/tidak
tampak kloasma gravidarum Pada ibu primi bahkan multi
terkadang bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal dengan
terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi, menjadi tegang,
timbul kecemasan atau perasaan aneh terhadap tubuh.
(Prawirohardjo, 2020)
Mata :tampak simetris, kelopak mata tidak oedema, tampak sclera
berwarna putih, tidak tampak kelainan, konjungtiva tampak
berwarna merah muda
Hidung :tampak bersih, tidak tampak cuping hidung, polip, dan
peradangan
Mulut :tampak bibir bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan
tremor, gigi geraham lengkap, tidak tampak stomatitis, caries
dentis, dan pembesaran tonsil
Telinga :tampak bersih, tidak tampak pengeluaran secret
Leher :tampak/tidak tampak hyperpigmentasi, tidak tampak pembesaran
tonsil, tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar getah
bening, dan kelenjar tiroid
Dada :tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Payudara :tampak simetris dan bersih, areolla dan putting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan pada payudara
putting akan lebih besar, kehitaman, dan tegak dan pada areola
akan lebih besar dan kehitamantidak teraba benjolan atau massa
abnormal.
Abdomen :tampak pembesaran, tampak/tidak tampak linea dan striae, tidak
tampak bekas operasi dan asites
TFU : Mengukur jarak symphisis-fundus dengan menggunakan cara Mc-
DONALD (APN, 2017)
Leopold I : Tinggi fundus uteri dengan menggunakan jari, biasanya pada UK
aterm TFU pertengahan pusat-Processus Xypoideus. Pada fundus
teraba lunak, kurang bulat, kurang melenting (bokong janin)
Leopold II :Teraba keras memanjang seperti papan diabdomen sebelah
kanan/kiri ibu (punggung janin) dan bagian terkecil janin
diabdomen sebaliknya.
Leopold III : Untuk menentukan bagian janin yang berada pada bagian SBR
dan sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Bagian terendah janin sebagian kecil/besar sudah melewati PAP
(Konvergen/ Divergen)
TBJ : TFU (cm) diukur dengan pita pengukur kemudian dimasukkan
ke dalam Rumus Johnson (hanya jika presentasi kepala) TBJ (gr)
= (TFU-11)x155, jika kepala sudah masuk ke dalam panggul
TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala masih diatas spina
ischiadika
Penurunan kepala dengan perlimaan : < 5/5 pada Primi
pada kala 1 persalinan, kepala seharusnya sudah masuk
ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala memang
tidak dapat turun, mungkin bagian terbawah janin (kepala)
terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas
panggul (CPD) (APN, 2017)
DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-160 x/menit, interval teratur tidak
lebih dari 2 punctum maximal (Sulfianti et al, 2020)
Daerah/letak DJJ : kuadran kiri/kanan bawah bawah abdomen ibu
Genetalia : Tampak pengeluaran lendir darah, cairan ketuban tidak teraba
oedema, tidak teraba pembesaran pada kelenjar bartholini. Pada
proses persalinan jika terjadi oedem pada perineum maka perlu
dihindarkan persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan
terjadi laserasi perineum (Manuaba, 2012)
Ekstremitas : tampak simetris, tidak oedema
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan His
His Kala I : His belum begitu kuat datangnya 10-15 menit tidak begitu
mengganggu ibu interval menjadi lebih pendek kontraksi kuat dan
lama His dianggap adekuat jika terjadi ≥ 3x dalam 10 menit dan
berlangsung selama ≥ 40 detik (Varney, 2017)
Pemeriksaan Dalam
Menurut Prawirohardjo (2020), Pemeriksaan dalam meliputi :
Tanggal :
- Vulva Vagina : Tidak ada massa abnormal
- Portio : effacement 0-100%
- Pembukaan : 0-3 cm : Fase laten
3-4 cm : Fase aktif, akselerasi
4-9 cm : Fase aktif, dilatasi maksimal
9-10 cm : Fase aktif, deselerasi
- Ketuban
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban Bercampur
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
- Presentasi : Belakang kepala
- Denominator : UUK (Oksiput)
Posisi : Uuk kiri depan (LOA)/ UUK kanan depan (ROA)
- Hodge : Hodge I-III

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : > 11 gr%
Hb meningkat rata-rata 1,2 gr% selama persalinan
(Varney, 2015)
Sel Darah Putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ± 5000-15.000 pada saat pembukaan
lengkap Waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma (Varney,
2015) Albumin dan reduksi urine negative
(Herlina, 2017)
Pemeriksaan USG : Janin Intra uterine

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan
Diagnosis : G Papah usia kehamilan . . . minggu +. . . hari Kala I Fase
laten/aktif Persalinan Normal
Janin tunggal, hidup, intrauterine
G : Gravida
P: Para a : aterm
p : premature a : abortus
h : hidup
Masalah :
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami klin
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis Kebutuhan:
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut tidak terjadi
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat
yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Ruusan ini
mencakup tidakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau bersifat rujukan
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan
merupakan hak klien dan keluarga (Varney, 2017)

2. Lakukan observasi kala I


- Tiap 30 menit, pantau DJJ, nadi dan kontraksi uterus
Rasional : DJJ dan nadi ibu diperiksa untuk memastikan kondisi ibu
dan janin baik. Kontraksi uterus dipantau untuk memudahkan petugas
dalam pengambilan tindakan selanjutnya (APN, 2017)
- Tiap 2 jam, suhu tubuh dan volume urine ibu
Rasional : Peningkatan suhu tubuh dapat menunjukan proses infeksi
dan dehidrafi (Varney, 2015) Kandung kemih yang penuh berpotensi
untuk menghambat proses persalinan dan penurunan kepala (APN,
2017)
- Tiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban,
molase dan tekanan darah ibu
Rasional : Merupakan indikator untuk pengambilan tindakan
selanjutnya (APN, 2017)
- Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI
Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir karena dapat menurunkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan
keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI secara baik dan benar
juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi
(APN, 2017)
- Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari
10 menit
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya
aliran darah dari sirkulasi ibu keplasenta. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen pada janin. Selain itu,
posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses
persalinan (APN, 2017)
- Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
Rasional : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat
proses persalinan (Varney, 2015)
- Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu His
Rasional: Latihan nafas dalam merupakan upaya relaksasi yang dapat
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi kontraksi
(Varney, 2017)
- Anjurkan ibu tetap mendapat asupan selama persalinan dan proses
kelahiran bayi
Rasional: Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (APN, 2017)
- Berikan KIE tentang proses persalinan normal
Rasional: Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat
menggugah emosi. Dengan memberikan pengertian tentang proses
persalinan ibu akan berupaya mengatasi gangguan emosionalnya
(Varney, 2017)
- Berikan support mental/ dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan
Rasional: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan. Dengan adanya suami dan anggota keluarga yang berperan
aktif dalam mendukung ibu dapat sangat membantu memberi
kenyamanan pada ibu (APN, 2017)
- Siapkan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan
Rasional: Sebagai pemeriksaan kelengkapan alat untuk proses
persalinan serta sebagai alat pelindung diri (Herlina, 2017)
- Dokumentasi hasil pemantauan kala I pada partograf
Rasional: Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan Kala
I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Dokumentasi menggunakan partograf memudahkan untuk pengambilan
keputusan dan rencana asuhan selanjutnya (APN, 2017)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Fisiologis


Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2022
Waktu : 14.00 WITA
Tempat : Puskesmas Sebulu I
Oleh : Siti Haulah

S:
1. Identitas
Nama Istri : Ny. R Nama Suami : Tn. T
Umur : 21 th Umur : 26 th
Suku : Kutai Suku : Banjar
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Segihan RT.001

2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama


Ibu mengeluh sakit perut, kencang-kencang, dan mules sejak pukul
05.00 WITA.
3. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,
jantung, ginjal, asma, TBC, dan penyakit lain yang kronis yang dapat
memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun
berpotensi menurun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
sedang/memiliki riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, tekanan
darah tinggi, operasi, TBC, ginjal dan penyakit lain yang menular, dan
keluarga tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 26-01-2022
TP :03-11-2022
Ibu pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 13 tahun, siklus
menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari, ganti pembalut
sebanyak 3-4 kali sehari, warna darah merah encer kadang disertai
gumpalan dan tanpa ada keluhan.
Ibu mengatakan tidak ingat dengan tanggal pasti HPHT nya.
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Pnl Abnor Lakt
Suami Ank UK Peny Jns Tmpt Peny JK BB/PB H M Peny
g malitas asi
2. Tn. T Hamil Ini

7. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Ibu ini merupakan kehamilan ketiga, ibu merasakan pergerakan
pertama janin pada usia kehamilan 20 minggu. Ibu telah 6 x
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Sebulu I dan melakukan
USG 1 x di Rumah Sakit AM. Parikesit. Pada trimester I kehamilan,
ibu mengeluh mual, muntah dan pusing tapi keluhan hilang dengan
sendirinya Ketika usia kehamilan 15 minggu. Lalu pada trimester II
kehamilan ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada trimester III ibu
mengeluh sakit pinggang dan nyeri perut bagian bawah. Ibu rutin
mengonsumsi obat – obatan berupa tablet Fe, kalk, dan vitamin sesuai
anjuran yang diberikan, status imunisasi TT ibu adalah TT 4, ibu telah
mendapatkan pendidikan kesehatan nutrisi ibu hamil, perawatan
sehari-hari, istirahat yang cukup dan personal hygiene saat kehamilan.
8. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami gangguan kesehatan
reproduksi seperti vaginitis, endometritis, endometriosis, kista
ovarium, mioma uteri, PID, dan penyakit reproduksi lainnya yang
dapat membahayakan kehamilan.
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menggunakan
kontrasepsi jenis apapun.
10. Pola Fungsional Kesehatan
Keterangan
Pola Di BPM
Dirumah
Ibu terakhir makan pada Sejak berada di Puskesmas
pukul 13.00 WITA ibu belum makan, minum
dengan porsi nasi air putih 1 gelas dan minum
Nutrisi sepiring, ikan dan sayur. air teh. Tidak ada keluhan
minum air putih ± 4 dalam pemenuhan nutrisi
gelas.

BAK : 5 – 6 kali, BAK : 2 kali, warna kuning


berwarna kuning jernih, jernih, konsistensi cair
konsistensi cair, tidak ada BAB : selama berada di
Eliminasi keluhan. Puskesmas ibu belum ada
BAB : 1 kali berwarna BAB
kecoklatan, konsistensi
lunak.
Tidur siang : 1/2 jam/hari Ibu tidak bisa beristirahat
Tidur malam: 5-6 jam dikarenakan menahan sakit
Istirahat
karena perut ibu sakit kontraksi yang
dirasakannya
Kegiatan ibu dirumah Ibu masih bisa jalan-jalan
adalah istirahat dan di dalam ruangan.
memasak untuk suami
Aktivitas
dan anak ibu. Dan saat
pagi hari ibu masih bisa
untuk jalan pagi.
Mandi 2 kali Ibu sudah mandi pagi
Personal Ganti baju 2 kali
Hygiene Ganti celana dalam 3 kali
Ibu tidak ada meminum Ibu tetap berdoa selama
Kebiasaan
jamu – jamuan. berada di Puskesmas
Seksualitas Tidak ada melakukan Ibu tidak melakukan
hubungan seksual hubungan seksual

11. Riwayat Psikososial Kultural Spiritual


a. Psikologis : Ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir
terhadap keadaannya saat ini akibat nyeri kontraksi
yang semakin lama semakin sering dan semakin
sakit.
b. Sosial : selama persalinan ibu ditemani oleh suaminya
c. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus
yang dapat membahayakan proses persalinan ibu.
d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat membahayakan proses persalinan
ibu.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Ekspresi wajah : Cemas

Tanda – Tanda Vital


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36 oC

2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : bulat, pembesaran pada uterus sesuai usia kehamilan,
terdapat linea nigra, tidak ada striae .
TFU : 31 cm
Leopold I : teraba bagian kurang bulat, kurang melenting, dan agak
lunak yaitu bokong pada TFU ibu.
Leopold II : teraba bagian panjang, keras, seperti papan pada
abdomen ibu sebelah kiri yaitu punggung dan teraba
bagian kecil pada abdomen sebelah kanan ibu yaitu
ekstremitas janin.
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, dan melenting pada segmen
bagian bawah rahim yaitu kepala bayi. Bagian terendah
sudah tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV: Divergen, sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk pintu atas panggul.
TBJ : (31 - 11) x 155 = 3.100 gram
DJJ : 146 kali/menit
HIS : 3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
Genitalia : ada pengeluaran lendir, tidak ada varices, tidak ada
oedema, tidak ada condilomalata/acuminate, tidak terdapat
hemoroid pada anus
3. Pemeriksaan Khusus
Tanggal : 24 Oktober 2022
Jam : 14.00 WITA
Hasil VT :
Tanggal 24 Oktober, pukul : 14.00 WITA, Oleh : Bidan
Tidak ada kelainan pada vulva, ada pengeluaran lendir darah, saat
dilakukan VT portio tebal lunak, pembukaan 4 cm, ketuban utuh, tidak ada
penyusupan, presentasi kepala dengan denominator UUK, posisi kiri
depan, tidak teraba bagian terkecil janin, penurunan kepala di H I.
A:
Diagnosis : GI P1000, usia kehamilan 38 minggu 4 hari kala I
fase aktif
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
No Jam Pelaksanaan TTD
1. 24-10- Menjelaskan hasil pemeriksaan secara umum
2022 bahwa dalam keadaan baik. Mahasiswa
14.00 ; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. 14.05 Menganjurkan ibu agar tetap makan dan minum
untuk menyiapkan tenaga selama proses
Mahasiswa
persalinan.
; ibu mengerti dan akan makan nanti
3 14.30 Observasi DJJ 142 x/mnt, HIS 3 x 10 menit
interval 30 detik dan Nadi 88 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograph
4 15.00 Observasi DJJ 142 x/mnt, HIS 4 x 10 menit
interval 30 detik dan Nadi 88 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograf
5 15.30 Observasi DJJ 141 x/mnt, HIS 4 x 10 menit
interval 35 detik dan Nadi 88 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograph
6 15.35 Menganjurkan ibu untuk mandi
; ibu mengerti dan ibu telah mandi Mahasiswa

7 15.40 Menganjurkan ibu untuk jongkok dan berjalan


sambil didampingi
Mahasiswa
; ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan dan
jalan-jalan di ruangan
8 16.00 Observasi DJJ 146 x/mnt, HIS 5 x 10 menit
interval 35 detik dan Nadi 88 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograf

9. 16.10 Mengajarkan ibu napas dalam saat kontraksi


datang dan membantu ibu untuk miring kiri :
Miring kiri dianjurkan untuk mendapatkan aliran
darah dan nutrisi yang maksimal dari plasenta,
karena adanya pembuluh darah balik besar(vena
cava inferior), pembuluh darah yang bertanggung Mahasiswa
jawab mengembalikan darah dari tubuh bagian
bawah ke jantung.
; ibu mengerti dan bersedia berbaring posisi miring
kekiri.
10 16.30 Observasi DJJ 145 x/mnt, HIS 5 x 10 menit
interval 35 detik dan Nadi 88 x/mnt
; terlampir di partograf Mahasiswa

11. 16.45 Menganjurkan ibu mengosongkan kandung


kemihnya.
; ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan Mahasiswa

12. 17.00 Observasi DJJ 142 x/mnt, HIS 4 x 10 menit


interval 45 detik dan Nadi 76 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograph
13. 17.30 Observasi DJJ 146 x/mnt, HIS 5 x 10 menit
interval 35 detik dan Nadi 89 x/mnt Mahasiswa
; terlampir di partograf
14. 18.00 Observasi DJJ 150 x/mnt, HIS 5 x 10 menit
interval 36 detik dan Nadi 84 x/mnt
; terlampir di partograf
Hasil VT: pembukaan ∅ 8 cm, ada pengeluaran
lendir darah, tidak teraba oedema, portio
kiri/kanan masih teraba, ketuban pecah spontan Mahasiswa
dan jernih, presentasi kepala, denominator UUK,
hodge III
Meberitahu ibu hasil pemeriksaan
; Ibu mengerti kondisi yang dijalani pada masa
persalinan
15. 18.15 Menyiapkan partus set, APD dan kelengkapan
lainnya
; partus set, heating set, APD dan larutan klorin Mahasiswa
telah disiapkan

16. 18.17 Menyiapkan asuhan bayi baru lahir atau resusitasi


; tempat dan alat resusitasi serta kain telah
Mahasiswa
disiapkan

17. 18.20 Memberikan support mental dan dukungan


psikologis pada ibu untuk menghadapi proses
persalinan Mahasiswa
; ibu merasa senang dengan semangat yang
diberikan
18. 18.22 Menganjurkan minum diantara dua HIS Mahasiswa
Menganjurkan ibu miring kiri atau mencari posisi
nyaman
; ibu memperbaiki posisi dan mengikuti anjuran
bidan
19. 18.30 Observasi DJJ 144 x/mnt, HIS 5 x 10 menit
interval 47 detik dan Nadi 88 x/mnt
; terlampir di partograph
Melakukan VT
Hasil VT: pembukaan ∅ 10 cm, ada pengeluaran Mahasiswa
lendir darah, tidak teraba oedema, portio tidak
teraba, ketuban (-), presentasi kepala, denominator
UUK, hodge IV
20. 19.00 Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah
lengkap dan ibu siap untuk dipimpin meneran
; ibu mengerti dan mengikuti instruksi penolong Mahasiswa
dan dapat melakukan teknik meneran dengan
benar sesuai yang telah diajarkan
Kala II
Tanggal pengkajian : 24 Oktober 2022
Waktu pengkajian : WITA

S:
Ibu mengatakan ingin meneran dan mengatakan perut mules ingin BAB
keras

O:

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 146x/menit,
terletak di kuadran kiri bawah. Kontraksi uterus 5 x 10
menit durasi 40 – 45 detik dengan intesitas kuat.
Genetalia : meningkatnya pengeluaran lendir darah, adanya
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan
spingter ani membuka
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 24 Oktober 2022
Jam :19.00 WITA
Hasil VT: ada pengeluaran lendir darah, tidak teraba oedema, portio
tidak teraba, pembukaan ∅ 10 cm, effacement 100%, ketuban pecah
spontan dan jernih, presentasi kepala, denominator UUK, hodge IV
A:
Diagnosis : GIP1000 usia kehamilan 38 minggu 4 hari kala II
persalinan normal.
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 24 Oktober Memakai APD dan mencuci tangan
Bidan dan
2022 ; APD telah digunakan.
Mahasiswa
2. 19.20 Meminta keluarga membantu menyiapkan
posisi meneran saat kontraksi kuat atau ibu
ingin meneran. Membimbing meneran,
memberi semangat, memperbaiki cara
meneran, mengambil posisi yang nyaman,
Bidan dan
menganjurkan istirahat dan minum diantara
Mahasiswa
kontraksi.
; ibu meneran dengan benar dalam posisi
yang nyaman, ibu istirahat diantara
kontraksi dan keluarga memberi dukungan

3. 19.25 Mempersiapkan persalinan


; telah diletakkan handuk diperut ibu, kain
Bidan dan
bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu, membuka partus set dan memakai Mahasiswa
handscoon steril

4. 19.30 Menahan perineum ibu dengan 1 tangan dan


dilapisi kain, ketika kepala bayi membuka
vulva 5-6 cm dan tangan lain menahan
Bidan dan
belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya Mahasiswa
kepala, menganjurkan ibu meneran efektif
; tangan kanan melindungi perineum dan
kepala telah lahir
5. 19.40 Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat.; Bidan dan
tidak ada lilitan tali pusat Mahasiswa
6. 19.45 Menunggu putaran paksi luar, memegang
kepala bayi secara biparietal, anjuran
meneran saat kontraksi kemudian dengan
gerakan lembut dan hati-hati menggerakkan
Bidan dan
kepala bayi curam ke bawah untuk
Mahasiswa
melahirkan bahu anterior dan curam ke atas
untuk melahirkan bahu posterior
; putaran paksi luar terjadi spontan dan
kedua bahu telah lahir
7. 19.50 Menggeser tangan ke bawah untuk
menopang kepala dan bahu untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku Bidan dan
atas untuk melahirkan badan dan tungkai Mahasiswa
kemudian melanjutkan penelusuran ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki hingga
seluruh badan lahir
; badan, tungkai hingga seluruh badan telah
lahir
8. 19.51 Memastikan ada tidaknya kehamilan ganda Bidan dan
; kehamilan tunggal Mahasiswa
Kala III Persalinan
S:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU 1 jari atas pusat, kontraksi baik dan kandung
kemih kosong
Genitalia : tali pusat terlihat memanjang dan ada semburan
darah secara tiba – tiba

A:
Diagnosis : GIP0000 Kala III Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 24-10-22 Memberitahu ibu bahwa akan disuntikan Mahasiswa
19.51 oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik
kemudian menyuntikkan oksitosin 1 ampul 10
unit secara IM pada sepertiga bagian paha luar.
; Ibu bersedia dan telah disuntik oksitosin.
2. 19.53 Memindahkan klem tali pusat dengan jarak 5 cm
dari vulva dan meletakkan satu tangan diatas
diperut bawah ibu untuk mendeteksi kontraksi Mahasiswa
dan satu tangan lain melakukkan PTT.
; klem telah dipindahkan, uterus berkontraksi
baik dan telah dilakukan PTT
3. 20.00 Memegang tali pusat sambal tangan lain
mendorong uterus kea rah atas (dorso-kranial) Mahasiswa
hingga plasenta muncul di introitus vagina.
; Plasenta telah dilahirkan.
4. 20.02 Melakukan massage uterus segera selama 15
detik setelah plasenta lahir.
Mahasiswa
; massase uterus telah dilakukan dan uterus
berkontraksi dengan baik, uterus, teraba bulat
dan keras.
5. 20.10 Memeriksa kelengkapan plasenta.
; Plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh , Mahasiswa
kotiledon ± 20 buah ,terdapat 2 arteri 1 vena,
insersi tali pusat sentralis.
Kala IV Persalinan
S:
Ibu mengatakan masih merasa mules dan nyeri pada jalan lahir.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC.
2. Pemeriksaan Fisik
Payudara : puting susu menonjol, colostrum sudah keluar, dan
konsistensi payudara ibu agak keras.
Abdomen : mengecil, uterus teraba bulat dan keras, kontraksi
uterus baik, TFU 2 jb/pst, kandung kemih kosong.
Genetalia : Tampak perdarahan ±250 cc, perineum utuh
A:
Diagnosis : P1001 kala IV Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
1. 24-10-22 Mengevaluasi laserasi.
20.05 ; perineum utuh Bidan

2 20.08 Mengobservasi kontraksi uterus.


; uterus berkontraksi dengan baik Mahasiswa

3 20.10 Mengajarkan ibu cara menilai kontraksi dan cara


melakukan massase uterus.
Mahasiswa
; ibu mengerti dan dapat menilai kontraksi serta
dapat melakukan massase dengan benar
4. 20.15 Menilai jumlah perdarahan yang keluar.
Mahasiswa
; jumlah darah yang keluar ± 250 cc.
5. 20.20 Mendekontaminasi semua alat persalinan
dilarutan klorin dan mencuci alat.
; alat telah direndam dilarutan klorin selama 15
Mahasiswa
menit lalu dicuci dengan sikat menggunakan
sabun dan dibilas dengan air yang mengalir
kemudian dikeringkan
6. 20.23 Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu
Mahasiswa
; ibu telah diseka dan diganti pakaiannya
7 20.30 Mendekontaminasi tempat persalinan dengan air
klorin dan DTT, membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai,
Mahasiswa
kemudian melepas skort dan mencuci tangan.
; tempat persalinan telah dibersihkan, dan bahan-
bahan telah dibuang dan telah membersihkan diri
8 20.50 Mengobservasi kala IV setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Mahasiswa
; terlampir di partograph
9 20.55 Melengkapi partograf
Mahasiswa
; partograf telah dilengkapi
10 21.00 Memberikan KIE tentang : Mahasiswa
- Mobilisasi, dengan menganjurkan ibu
menggerakkan tubuh secara bertahap
- Nutrisi, dengan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan yang kaya akan
protein untuk mempercepat proses
penyembuhan luka jalan lahir pada ibu serta
menganjurkan ibu memberikan ASI saja pada
bayi
- Mengajarkan cara menyusui yang benar
kepada ibu
;ibu mengerti dan mengikuti saran yang
diberikan, ibu sudah makan dan bangun dari
tempat tidur untuk pergi ke toilet.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada studi kasus Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis pada Ibu ‘R’
usia 21 tahun dengan GI P0000 UK. 38 minggu 4 hari minggu ini membahas tentang
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan yang
telah penulis lakukan pada Ibu R di Puskesmas Sebulu I Kecamatan Sebulu
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan menggunakan standart asuhan kebidanan
yang terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, melaksanakan
asuhan kebidanan pada persalinan, dan melakukan evaluasi serta
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode SOAP pada persalina
fisiologis. Adapun pembahasan ini di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Pada tanggal 24 Oktober 2022 diusia kehamilan 38 minggu 4 hari
minggu Ny. R merasakan sakit perut, kencang-kencang, dan mules sejak
pukul 05.00. Hal ini sesuai dengan teori bahwa persalinan dianggap normal
jika proses persalinannya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan atau setelah
37 minggu (Wiknjosastro, 2010). Tanda-tanda persalinan yang dirasakan ibu
sesuai dengan teori yang menyatakan yaitu tanda-tanda persalinan adalah rasa
nyeri, mules dan kencang oleh adanya his/kontraksi yang kuat, sering dan
teratur, keluar lendir bercampur darah, kadang-kadang ketubah pecah dengan
sendirinya, dan jika dilakukan pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah
ada pembukaan. (Mochtar, 2011).
Pada tanggal 24 Oktober 2022 ibu merasa perut kencang-kencang
semakin sering dan segera memeriksakan diri dan tiba di Puskesmas Sebulu I
pada pukul 14.00 WITA dan segera dilakukan pemeriksaan fisik dan tanda-
tanda persalinan. Dari hasil pemeriksaan umum tekanan TD : 110/80 mmHg,
N : 88 x/menit, RR : 18 x/menit, T : 36 0C, pada hasil yang didapatkan sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa perubahan fisiologis tekanan darah
meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20
mmHg dan diastolic 5-10 mmHg pada waktu-waktu diantara kontraksi
tekanan darah kembali ke sebelum persalinan, suhu sedikit meningkat selama
persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan, denyut nadi
diantara kontraksi akan lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan, pernafasan sedikit peningkatan frekuensi pernafasan masih normal
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney, 2008).
Pada pukul 14.00 WITA dilakukan pemeriksaan dalam yaitu terdapat
pengeluaran lendir darah, portio lunak tebal, pembukaan 4 cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, penurunan kepala H I, pemeriksaan HIS 3 kali dalam 10
dengan durasi kontraksi 35 detik DJJ : 146 x/menit. Kala I pada Ny. T
berlangsung selama 4 jam 10 menit. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
menurut Prawihardjo (2014) proses persalinan kala I pada multipara
berlangsung maksimal selama 8 jam. Pada kala II Ny. R merasa ingin BAB
yang tidak tertahankan, ini sesuai dengan teori yang menyatakan tanda gejala
kala II persalinan adalah ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi, penonjolan rectum, dan penonjolan perineum (Varney,
2008). Pukul 19.00 WITA dilakukan kembali pemeriksaan dalam dan
didapatkan hasil pengeluaran lendir darah semakin banyak, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, ketuban pecah spontan jernih, presentasi kepala,
penurunan kepala HIV, pemeriksaan DJJ 140 x/menit. Bayi Ny. R lahir pada
pukul 19.50 WITA dengan jenis kelamin Perempuan, BB : 3500 gram, PB :
53 cm. Proses kala II Ny. T berlangsung selama 50 menit. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyebutkan lama persalinan kala II pada multipara
berlangsung rata-rata selama 1 jam (Manuaba, 2020).
Pada kala III persalinan dilakukan manajemen aktif kala III yang
bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan (JNPK-KR, 2017), tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik. Plasenta lahir spontan, selaput dan kotiledon utuh
pada pukul 20.00 WITA. Kala III Ny. A berlangsung selama 10 menit tanpa
adanya penyulit. (Prawirohardjo, 2010). Setelah lahirnya plasenta dilakukan
pemeriksaan pada jalan lahir dan didapati perineum utuh.
Pada kala IV yang dimulai setelah lahirnya plasenta penulis
mengobservasi kontraksi Ny. R yaitu fundus terasa keras, tinggi fundus 2 jr b/
pusat, kemudian mengobservasi selama 2 jam mulai pukul 20.50 WITA
hingga 22.50 WITA. Selama 2 jam post partum dilakukan pemantauan secara
berkala meliputi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan pendarahan
hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kala IV dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir dua jam setelah persalinan tersebut (JNPK-KR, 2017).
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik pada pemantauan kala IV.
Dapat disimpulkan bahwa proses persalinan Ny. T dari kala I sampai
dengan kala IV berjalan secara normal, tidak melebihi 8 – 12 jam
(Mochtar,2011). Perdarahan yang dialami ibu selama persalinan sebanyak ±
250 ml sesuai dengan teori yang menyatakan mengestimasi jumlah perdarahan
diperlukan sebagai bentuk deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum,yaitu jumlah perdarahan >500ml. (JNPK-KR, 2017).
Kesenjangan antara teori dan kondisi Ny. T selama persalinan dapat
terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendukung kondisi ibu selama
persalinan antara lain keadaan psikologis ibu, teknik mengejan ibu yang
efektif, kondisi jalan lahir (Passage) yang adekuat serta letak janin
(Passanger).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin secara
fisiologis Puskesmas Sebulu I maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu bersalin telah sesuai dengan
teori dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen kebidanan
7 langkah Varney.
Tidak ada penyulit selama proses persalinan Ny.R pada kala I
sampai kala IV. Hal ini disebabkan karena fisik dan psikis Ny. R telah
dipersiapkan dengan baik sebelum persalinan dan asuhan kebidanan yang
dilakukan saat proses persalinan menggunakan 60 langkah asuhan
persalinan normal.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai standar profesi
kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul
antara teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik dan yang nyata
dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Untuk Bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat
memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara
dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam proses persalinan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar Institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa
menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekan
dan menerapkannya pada pasien atau klien secara langsung.
4. Bagi Klien
Agar ibu bersalin melakukan proses persalinan di tempat atau fasilitas
kesehatan dan di tolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Seno. 2011. Hamil di Usia 20, 30, dan 40an. Available online: http://ibu-
dan-bayi.blogspot.com. 26 November 2017.

Affandi, B dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambarwati, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Mitra Cendikia Offset.

Benson, P & Pernoll. (2012). Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta
EGC.

Damayanti. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Jakarta :Salemba Medika


Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

________________. 2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012.


(Online).Tersedia : http://www.depkes.go.id. 24 November 2017

________________. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Dewi,dkk. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika


Doenges,dkk. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Estiningtyas.2013. Hubungan Antara Anemia Dalam Kehmilan Dengan Berat


Bayi Lahir Rendah(BBLR) di RSUD Dr Moerwadi Surakarta karya
ilmiah (tidak diterbitkan).Surakarta: Prodi DIV Kebidanan Universitas
Sebelas Maret.

Lloyd-Jones D., Adams, R., Carnethon, M., Simone, G., Ferguson, B., Flegal, K.
2013, ‘Heart Disease and Stroke Statistics-2013 Update : A Report From
the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics
Subcommittee’, Circulation, 119:e21-e181.
Manuaba. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC.

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:


EGC.

Mochtar, R. 2010. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC

__________________. 2011. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

__________________. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Putra, Sitiatava Rizema. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Sastrawinata, dkk. 2010. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd


ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Simkin, Penny, et all. 2008. Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta. Arcan.

Soepardan,Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika

__________________. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:


Salemba Medika.

__________________. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.


Jakarta:Salemba Medika.
Tambunan,Eviana S.dkk.2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Varney,H., 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

_________________. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.


Jakarta;EGC

__________________. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta :


EGC.

Anda mungkin juga menyukai