Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DENGAN RETENSIO


PLASENTA DI RUANG MAWAR VK RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

OLEH :
ROSYIDA ELYA
NIM. P07224315031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................25
BAB IV..................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB V....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
KATA PENGANTAR

           Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang “penanganan
kegawatdaruratan pada kasus retensio plasenta & rujukannya“. Shalawat beserta
salam tidak lupa penulis ucapkan kepada nabi junjungan kita Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing ibu Heni
Suryani, SST karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.

Samarinda, 12 Mei 2017

Penulis

 
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL


Asuhan kebidanan pada Ny ”…” …. Tahun G.. P.. usia kehamilan … Minggu …
hari Kala I persalinan, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan
pembimbing institusi di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Samarinda, 7 Januari 2017


Mahasiswa,

Rosyida Elya
NIM. P07224315031

Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Sonya Yulia S, S.Pd., M.Kes. Alfrida Arung Bua, SST


NIP. 195507131974002001 NIP. 196512311984032005
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kematian  dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Penurunan  Angka Kematian Ibu (AKI)  dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
daerah.
 AKI di Indonesia menurut SDKI 2002-2003 adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup Diperkirakan bahwa  60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian  masa nifas terjadi  dalam 24
jam pertama.
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu antara
lain : persalinan berlangsung lama, tindakan operasi persalinan, ketuban
pecah dini atau keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan postpartum.
Pada kala III dapat pula terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam
bentuk perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio  uteri dan
perdarahan robekan jalan lahir. Perdarahan postpartum merupakan salah satu
sebab utama kematian ibu dalam persalinan.
Asuhan kebidanan diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis bagi ibu. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang
serius agar tidak menimbulkan komplikasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman yang nyata dalam
memberikan  asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta melalui pendekatan manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu  ;
a. Menjelaskan konsep dasar teori retensio plasenta.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada retensio plasenta.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada retensio
plasenta dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada retensio plasenta dalam bentuk catatan
SOAP.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendokumentasian varney dalam penanganan kasus retensio
plasenta.
2. Bagi Institusi
a. Insitusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan referensi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan selanjutnya khususnya dalam proses pembelajaran
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kaltim
dalam memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada ibu
dengan retensio plasenta.
b. Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam penanganan kasus retensio plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Persalinan dengan Retensio Plasenta
2.1.1. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP)
Perdarahan pasca persalinan (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya serta merupakah salah satu penyebab kematian
ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.
Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak
mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab mengehentikan perdarahan lebih dini akan
memberikan prognosis lebih baik.
PPP yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-
73% dalam satu minggu setelah bayi lahir dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.
Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibagi menjadi PPP primer, yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta.
Jumlah perdarahan yang diperkirakan terjadi sering hanya 50% dari jumlah darah yang hilang.
Perdarahan yang aktif dan merembes terus dalam waktu yang lama saat melakukan prosedur tindakan juga
bisa menyebabkan PPP. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit untuk
memperkirakan jumlah perdarahan yang terjadi saat persalinan dibandingkan dengan keadaan pra
persalinan. (Sarwono, 2009)

2.1.2. Retensio Plasenta


2.1.2.1. Definisi
 Retensio plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
( Manuaba,2007).
 Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah bayi lahir
( Prawirahardjo,2006).
 Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir ( Moctar,1998).

2.1.2.2. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya retensio plasenta pada seorang ibu bersalin adalah:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).
2. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta). (Prawirohardjo,2006).

2.1.2.3. Faktor Predisposisi


Ada beberapa hal yang dapat mendukung terjadinya retensio plasenta pada seorang ibu
bersalin yaitu :
a. Multipara
b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas
c. Kasus infertilitas karena lapisan endometriumnya tipis
d. Plasenta previa karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga
perlu masuk jauh ke dalam
e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba,2007)
f. Pernah kuret berulang (Sarwono, 2009)

2.1.2.4. Diagnosa Patologi Klinik


a. Plasenta Adhesiva
Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan ikat Nitabush, sebagian atau seluruhnya
sehingga menyulitkan lepasnya plasenta saat terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus.
b. Plasenta Akreta
Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabuch layer sehingga plasenta sebagian
atau seluruhnya mencapai lapisan desidua basalis. Dengan demikian agak sulit
melepaskan diri saat kontraksi atau retraksi
c. Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga tidak mungkin lepas
sendiri
d. Plasenta Perkreta
Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sampai mencapai peritoneum kavum
abdominalis. Retensio plasenta tidak di ikuti oleh perdarahan
e. Plasenta Inkarserata
Plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, tetapi tertahan oleh kontraksi SBR.
(Manuaba,2007)
2.1.2.5. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi
otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum
uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya
menyebabkan lapisan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan pelepasan plasenta
terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot
miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah
dan retraksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit sehingga perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga
persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding
uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan
kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta
Fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas.
Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan
otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan
tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran
Dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan
tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini
menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat,
bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase
kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas
dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.(Kandrawilko,2009).
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak,
uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah
abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang
keluar lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh
dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas
vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-
abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat
mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk
menyempurnakan persalinan kala tiga. Metode yang biasa dikerjakan adalah manajemen
aktif kala III.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks, kelemahan dan
tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang tetanik dari uterus, serta
pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa,implantasi
di cornu, dan adanya plasenta akreta.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak
perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian anestesi
terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

2.1.2.6. Gejala Klinis
a. Anamnesa
Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi lahir.
b. Pada pemeriksaan pervaginam
Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterus.

2.1.2.7. Penanganan
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir, harus diusahakan untuk
mengeluarkannya. Salah satu cara untuk melahirkan plasenta adalah cara Brant. Dengan
salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan
pada dinding perut di atas symfisis sehingga palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan
rahim, kira-kira pada batas segmen bawah rahim dan badan rahim. Dengan melakukan
tekanan ke arah atas belakang, maka badan rahim akan terangkat. Apabila plasenta telah
lepas, maka tali pusat tidak akan tertarik ke atas.
Kemudian tekanan di atas symfisis diarahkan ke bawah belakang kearah vulva. Pada
saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta.
Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta tidak lahir seluruhnya, melainkan
sebagian masih ketinggalan dan harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta
dengan tangan ini dianggap cara yang paling baik. Dengan tangan kiri menahan fundus uteri
supaya uterus jangan naik ke atas, tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum uteri. Dengan
mengikuti tali pusat, tangan itu sampai pada plasenta dan mencari pinggir plasenta.
Kemudian jari-jari tangan itu dimasukkan antara pinggir plasenta dan dinding uterus.
Biasanya tanpa kesulitan plasenta sedikit demi sedikit dapat dilepaskan dari dinding uterus
untuk kemudian dilahirkan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta akreta. Plasenta
hanya dapat dikeluarkan sepotong-sepotong dan bahaya perdarahan serta perforasi
mengancam. Apabila berhubungan dengan kesulitan-kesulitan tersebut diatas akhirnya
diagnosis plasenta akreta dibuat, sebaiknaya usaha mengeluarkan plasenta secara manual
dihentikan, lakikan histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena
lingkaran konstriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
vagina dan ke bagian bawah uterus dengan dibantu oleh anastesi umum untuk melonggarkan
lingkaran konstriksi. Dengan tangan kanan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan cunam
ovum melalui lingkaran konstriksi untuk memegang plasenta, dan perlahan-lahan plasenta
sedikit demi sedikit ditarik ke bawah melalui tempat sempit itu (Prawirahardjo,2006).
2.1.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan
perfusi organ.
c. Sepsis
d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya.
2.1.2.9. Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta
efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan dengan
Retensio Plasenta
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : >20 tahun dan < 35 tahun (Ambarwati, 2009)
Perdarahan post partum yang mengakibatkan
kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali
lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post
partum meningkat kembali setelah usia 30-35
tahun. (WHO memberikan rekomendasi
sebagaimana disampaikan Seno (2008)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Alasan MRS/Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Klien merupakan pasien rujukan atau datang sendiri terkait
adanya keluhan
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat retensio
plasenta terjadi, Ibu dengan retensio plasenta mengatakan
perutnya tidak terasa mules karena plasenta belum lahir,
adanya keluhan perdarahan sedikit atau perdarahan
banyak, persalinan lama. Umumnya klien mengeluh keluar
keringat dingin, sesak nafas, limbung (lemas)
(Sarwono,2009).

3. Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat dan/
diperberat oleh persalinan: Jantung, hipertensi, anemia,
leukimia, isoimunisasi, TBC, Asma Bronchial, Haemorroid,
Hepatitis, Ginjal, Diabetes Mellitus, Epilepsim Psikosis, Penyakit
Autoimun, IMS, HIV/AIDS, TORCH, ISK, dan kelainan/penyakit
sistem reproduksi.
Anemia : Ibu yang mengalami anemia akan mengalami
kekurangan Oksigen yang mengakibatkan sirkulasi
darah yang mengalir di tubuh menjadi berkurang,
lalu menyebabkan tenaga ibu berkurang dan
selanjutnya kontraksi uterus pun juga mengalami
kelemahan. Keadaan inilah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan (Mochtar, 2005).
TBC : Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan
bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa
menular pada bayi (Prawirohardjo. 1999)
Hepatitis : Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat
menyebabkan korioamnitis selama persalinan
(WHO, 2002)
HIV/AIDS : Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam
populasi
yang tidak diobati maka memiliki resiko absolut
standar penularan ibu kepada anak (MTCT,
Mother
To Child Transmission). Sebagian besar infeksi
perinatal (65-75%) terjadi di sekitar waktu
melahirkan (Varney, 2008)
Hipertensi : Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas serta
persalinan premature iatrogenic (Himeno, 1999)
DM : Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
dengan diabetes mellitus akan meningkatkan
resiko
terjadinya janin makrosomia dan trauma persalinan
Asma : Peningkatan insidens pre eklampsia, persalinan
premature, BBLR, dan mortalitas perinatal pernah
dilaporkan berkaitan dengan asma (Levono, 2009)
TORCH :Infeksi TORCH selama kehamilan awal berpotensi
memacu perubahan genetik dan anatomik embrio
(Hadijanto, 2009)
Kelainan Alat Reproduksi :Kelainan uterus, misalnya uterus
bikornis unilokalis dapat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya distosia karena kelainan his (Mochtar, 2011)
Penyakit Autoimun :Terdapat hubungan yang nyata antara
abortus berulang dan penyakit autoimun, misalnya systemic lupus
erythematosus (SLE) dimana diperkirakan 75% pasien dengan
SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan (Hadijanto,
2009)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi,
DM, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) serta
riwayat keturunan gamelli
Hipertensi : Genotype ibu lebih menentukan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotype janin. Telah
terbukti
bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia 26%
anak perempuannya akan mengalami pre
eklampsia
pula (Angsar, 2009)
DM : Kemungkinan DM dalam Kehamilan (Diabetes
Gestasional) lebih besar jika ada anggota keluarga
sakit diabetes/herediter (Mochtar, 2009)
Gamelli :Kehamilan kembar memiliki insidens lebih tinggi
pada keluarga yang memiliki riwayat kehamilan
kembar (Fraser&Cooper, 2009)

5. Riwayat Menstruasi
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (Varney, 2006)
Riwayat menstruasi : siklus, lama , jumlah
Siklus : 28 + 2 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat
implementasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini
sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami (Varney,
2007).

6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No BB/
suami anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M Abn. Laktasi Peny
PB

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan


buruk sebelumnya dengan perdarahan pasca persalinan
(Suryani, 2008).
b. Menurut penelitian Herianto (2003) bahwa anemia bermakna
sebagai faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan
postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia berisiko 2
kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu
yang tidak mengalami anemia.
c. Retensio plasenta sering dijumpai pada multipara, riwayat
seksio sesarea, dan pernah kuret berulang (Sarwono,
2009).
d. Kehamilan dengan hipotiroid menyebabkan sindrom seperti
hiperemesis, PIH, perdarahan pascapartum dan sindrom
seperti perdarahan pascapartum (Varney, 2008).
e. Polihidramnion menyebabkan perdarahan pascapartum
segera yang disebabkan atoni uterus akibat distensi
berlebihan (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2007).
f. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas
tinggi dan pada usia > 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda daripada kehmilan tunggal. Cacat bekas
bedah sesar berperan menaikkan insiden 2-3 kali. Pada
perempuan perokok dijumpai insiden plasentra previa lebih
tinggi 2 kali lipat (Prawirohardjo, 2009).
g. Penyakit Von Willebrand meningkatkan resiko perdarahan
pascaprtum (Samuels, 2002 dalam Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, 2007)

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Menurut Varney (2006) riwayat kehamilan saat ini dikaji
untuk mendeteksi komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan
setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid
terakhir (HPHT).
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi dan tablet Fe
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : merokok,
minum-minuman beralkohol, minum jamu atau obat-obatan
tradisional, ketergantungan obat-obatan, dan kebiasaan
memelihara hewan.
1) Merokok sebelum atau pada awal kehamilan
meningkatkan resiko aborsi spontan dan plasenta
abnormal, termasuk abrupsio dan plasenta previa
(Varney, 2008)
2) Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan
peningkatan resiko aborsi spontan pada trimester kedua
dan defisiensi nutrisi (Varney, 2008)
3) Selama kehamilan, penggunaan kokain dikaitkan
dengan aborsi spontan , persalinan dan pelahiran
premature, abrupsio plasenta, persalinan dan pelahiran
cepat, intoleransi janin terhadap persalinan, BBLR dan
kematian janin (Varney, 2008)
4) Kafein yang terkandung dalam kopi akan
mengakibatkan resiko tinggi aborsi trimester pertama
(Varney, 2008)
5) Wanita hamil yang memiliki hewan peliharaan kucing
rentan terkena toxoplasmosis melalui kotoran kucing
yang dibersihkan olehnya. Apabila wanita terinfeksi
toxoplasmosis dapat menyebabkan malformasi
kongenital berat karena protozoa dapat menembus
melalui plasenta ke janin. Efek yang paling parah adalah
anomaly otak, misal anensefali, hidrosefalus, mikrosefali
dan pengapuran intrakranial (Varney, 2008)
8. Riwayat Persalinan Sekarang
Berisi riwayat persalinan mulai dari klien pertama kali merasakan
keluhan (tanda persalinan) sampai dengan sebelum bertemu
pengkaji saat ini.
a. Kapan kontraksi mulai dirasakan?
b. Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
c. Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
d. Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna
cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat
selaput ketuban pecah?
e. Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu?
Apakah berupa bercak atau darah segar pervaginam?
f. Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
g. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih? (JNPK-
KR, 2008)
Jika klien bukan merupakan pasien baru MRS, maka
segala sesuatu penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah
didapatkan oleh klien di RS juga dimasukkan ke dalam
riwayat kesehatan sekarang, yang kemudian di validasi pada
data rekam medis.

9. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian, dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.

10. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Kebanyakan wanita saat persalinan tidak
menginginkan untuk makan. Namun, cairan yang
adekuat harus disediakan untuk mencegah
terjadinya dehidrasi (Christine, 2006)
Eliminas Diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan
i volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari
post partum
Setelah plasenta lahir estrogen menurun sehingga
tonus otot seluruhnya berangsur pulih kembali, tapi
konstipasi mungkin tetapi terjadi dan mengganggu
hari-hari pertama post partum.
Kesulitan untuk berkemih dapat menunjukkan
hematoma (Doenges,2001:488)
Istirahat Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
tidur terlentang selama 2 jam postpartum kemudian
boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
Aktivitas Terjadi kelelahan yang berlebihan (Doenges, 2001).
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
Hygiene terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga
(Saleha, 2009).

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis :
1) Kehamilan direncanakan / tidak
2) Psikologis ibu menghadapi persalinan
b. Sosial
Riwayat pernikahan : pernikahan ke berapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini
c. Kultural : adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau
merugikan bagi ibu maupun janin
d. Spiritual : adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada
proses persalinan yang dapat memberikan dampak negatif
atau merugikan bagi ibu maupun janin

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Biasanya kesadaran akan menurun sampai syok
(Sarwono, 2009).
Tanda Vital :Pada perdarahan pascapersalinan dapat
menyebabkan perubahan tanda vital dimana tensi
<90 mmHg dan nadi >100 x/mnt (Sarwono, 2009),
pernapasan menjadi lebih cepat (Mochtar, 2005).
Antropometri :
a. Tinggi badan : > 145 cm, tinggi badang < 145 cm
dapat dicurigai terjadinya kesempitan panggul (Varney, 2007)
b. Kenaikan berat badan : ≤ 15 kg, penambahan berat badan
>15 kg dapat mengindikasikan ibu untuk mengalami PEB,
DM, dan janin makrosomia (Varney, 2007)
c. Ukuran LILA : >23,5 cm ukuran LILA <23,5 cm
dapat mengindikasikan status gizi buruk pada ibu hamil
(Varney, 2007)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata,
tidak ada ketombe, tidak mudah rontok
Wajah : tampak pucat, menunjukkan tanda anemik
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna jernih
Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak
ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak
ada karies, lidah bersih dan tremor
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Leher : simetris, leher tidak kaku
Dada : Bentuk simetris,tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tidak ada massa, puting menonjol, dan
tidak lecet, hiperpigmentasi pada areola mammae,
kolostrum sudah keluar sedikit
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, ada/tidak terdapat
linea/striae, TFU setinggi pusat, kandung kemih
teraba kosong
Genetalia : Vulva tidak ada oedem/varises, tali pusat terlihat
diluar vagina, keluar perdarahan ± 500 cc
Ekstremitas : Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit,
tetesan lancar, tidak oedem, tidak ada varises,
akral dingin

Palpasi
Kepala : tidak ada lesi, tidak ada massa / benjolan
Mata : Tidak teraba oedema pada kelopak mata.
Telinga : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa.
Hidung : Tidak teraba oedem, polip, benjolan atau massa.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe,
tidak terdapat bendungan pada vena jugularis
Dada : Tidak teraba benjolan atau massa
Payudara : tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada
payudara
Abdomen : TFU setinggi pusat (bayi lahir), kontraksi tidak ada
Genitalia : tidak ada pembesaran pada kelenjar skene dan
bartholini
Ekstermitas : tidak ada oedem, tidak ada varices

Auskultasi
Dada : suara nafas vesikuler, irama jantung terdengar
normal, frekuensi jantung >100 x/menit,
pernapasan menjadi lebih cepat
Abdomen : bising usus 5-35 kali/menit

2. Pemeriksaan Penunjang :
a) Golongan darah
b) Jumlah darah lengkap
c) Kultur uterus dan vaginal
d) Urinalisasi
e) Profil koagulasi
f) Sonografi (Doenges, 2001).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
A. Diagnosis
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan
Diagnosis :G Papah... ... jam postpartum, postpartum
perdarahan primer dengan retensio plasenta
B. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami
oleh klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
C. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan termasuk
didalam rencana intervensi.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial :
Pada Ibu : Infeksi Puerperalis, Syok Hemoragik, Kematian
(Rochmat, 2008), Sindrom Sheehan, jarang (WHO,
2002).
Pada Bayi : Tidak ada
Masalah Potensial : syok, anemia berat, infeksi
Tindakan antisipasi : Tindakan antisipasi diperlukan untuk mencegah
agar diagnosis dan masalah potensial tidak
terjadi. Tindakan antisipasi akan termasuk di
dalam rencana intervensi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun
rujukan.
Kebutuhan tindakan segera : stabilisasi keadaan umum dengan
pemberian cairan intravena, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
transfusi darah dan melakukan manual plasenta
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor
sirkulasi ke jaringan.
2. Pasang infus I.V dari cairan isotonik atau elektrolit dengan 18G atau
melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah
(misalnya, plasma, trombosit) sesuai indikasi
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multiple dari cairan untuk
meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
3. Kaji dan catat jumlah,tipe dan sisi perdarahan.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan
adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan
menentukan kebutuhan penggantian.
4. Pantau hipotensi atau takikardi,sianosis dasar kuku,membran mukosa
dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini merupakan hipovelemik dan terjadinya
syok. Dan sianosis tanda akhir dari hipoksia.
5. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh
horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi
aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik
vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih
besar.
6. Pasang kateter urinarius.
Rasional : Memberikan pengkajian lebih akurat terhadap fungsi
ginjal dan perfusi relatif volume cairan.
7. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa
banding. Peningkatan kontraktilitas miomentrium dapat menurunkan
kehilangan darah.
8. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, oxytocin.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan
miometrium,menutup sinus vena yang terpajan,dan menghentikan
hemoragi pada adanya atoni.
9. Berikan terapi antibiotik.
Rasional : Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah
infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau
diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi (Doenges, 2001).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2017, 15.30 WITA


Tanggal MRS : 17 Mei 2017, 13.50 WITA
Tempat Pengkajian : RSUD A. Wahab Sjahranie Ruang Mawar-VK
Nama Pengkaji : Rosyida Elya

S:
1. Identitas
Nama : Ny. Rini Nama : Tn. Suratman
Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Juanda 7 No. 34
2. Alasan MRS/Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Klien merupakan pasien rujukan dari BPM
b. Keluhan Utama
Plasenta belum lahir setelah 30 menit

3. Riwayat Kesehatan Klien


Ibu memiliki riwayat penyakit yang dapat memperberat dan/ diperberat oleh persalinan: Jantung, hipertensi, anemia,
leukimia, isoimunisasi, TBC, Asma Bronchial, Haemorroid, Hepatitis, Ginjal, Diabetes Mellitus, Epilepsim Psikosis,
Penyakit Autoimun, IMS, HIV/AIDS, TORCH, ISK, dan kelainan/penyakit sistem reproduksi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi, DM, Asma) dan menular (TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS) serta riwayat keturunan gamelli
5. Riwayat Menstruasi
HPHT ibu adalah tanggal 24 Agustus 2016, ibu menarche pada umur 13 tahun, siklus haid ibu adalah 30 hari,
dengan lamanya haid sekitar 4-5 hari, ibu mengganti pembalut 2-3 kali sehari, warna darah merah segar dan sedikit
kehitaman, konsistensi darah sedikit menggumpal.

6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
suami anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn. Laktasi Peny

36 3500/5 5
1 1 1 - spt bidan BPM - L - - 6 bulan -
mgg 0 th
37 3000/5 4
2 1 2 - spt bidan klinik - Pr - - 6 bulan -
mgg 0 th
3 Persalinan ini

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ini merupakan kehamilan ketiga ibu, ibu rutin memeriksakan kehamilannya dengan frekuensi 7 kali kunjungan
ANC, pada trimester 1 ibu mengeluhkan pusing dan tidak nafsu makan, pada trimester II ibu merasakan gerakan
janin pertama kali pada usia kehamilan 18 minggu, keluhan pusing dan tidak nafsu makan berkurang, pada trimester
III ibu mengeluhkan sering pusing, mata berkunang-kunang, imunisasi TT ibu lengkap yaitu TT5. Ibu telah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu hamil.

8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu menggunakan kontrasepsi jenis suntik kombinasi dengan lama pemakaian 4 tahun, dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan adalah 2 bulan.

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi minum air teh 2 gelas, makan , mendapatkan jatah dari RS
makan habis ½ porsi
Eliminasi terpasang DC , urine 100 ml, BAB tidak ada

Istirahat Ibu tidur ± 2 jam (post plasenta manual)


Aktivitas Ibu berbaring ditempat tidur dengan mobilisasi miring
kanan/miring kiri
Personal Hygiene diseka 1x sore, ganti kotek 1x, ganti baju 1x

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis :
Kehamilan ibu direncanakan oleh ibu dan suami, ibu sangat khawatir karena mengalami perdarahan
b. Sosial
ini merupakan pernikahan pertama ibu, lama menikah 9 tahun, status pernikahan sah, keluarga sangat
menunggu kelahiran anak ibu
c. Kultural : ibu tidak memiliki adat istiadat yang dilakukan pada proses persalinan yang dapat memberikan
dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun janin
d. Spiritual : ibu tidak memiliki ritual keagamaan yang dilakukan pada proses persalinan yang dapat
memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun janin

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
TD : 90/60 mmHg T : 37°C
Nadi : 101 x/menit RR : 24 x/menit
Antropometri :
BB : 58 kg
TB : 156 cm
LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe, tidak
mudah rontok, tidak ada lesi, tidak ada massa / benjolan
Wajah : tidak eodem, tampak pucat, menunjukkan tanda anemik
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna jernih, Tidak teraba oedema pada kelopak
mata.
Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada
polip
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies, lidah bersih dan
tremor
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Leher :simetris, leher tidak kaku, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak
terdapat bendungan pada vena jugularis
Dada :Bentuk simetris,tidak ada retraksi dinding dada, Tidak teraba benjolan atau
massa
Payudara :simetris, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada payudara, puting menonjol, dan
tidak lecet, hiperpigmentasi pada areola mammae, kolostrum sudah keluar sedikit
Abdomen :Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra, terdapat striae lividae, TFU setinggi
pusat, kandung kemih teraba kosong, kontraksi tidak ada
Genetalia : Vulva tidak ada oedem/varises, tali pusat terlihat diluar vagina, keluar perdarahan ± 500
cc
Ekstremitas : Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit, tetesan lancar, tidak oedem, tidak
ada varises, akral dingin

3. Pemeriksaan Penunjang :
Hemoglobin : 7,6 gram/dL
Hematokrit : 20,5
Leukosit : 25.600

A:
Diagnosis : P3003 dengan retensio plasenta
Masalah : perdarahan ± 400 cc, Hb 7,6 gr/dL
Masalah potensial : Syok hemoragik, anemia berat, sepsis
Diagnosis potensial : Syok hemoragik, anemia berat, sepsis
Kebutuhan segera : Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual
P:
Tanggal/Waktu Penatalaksanaan Paraf
Menjelasan pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan, keluarga
mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan
Memberikan inform consent : - Ibu/ keluarga menyetujui

Kolaborasi dengan dokter, melakukan plasenta manual: Penolong


menggunakan sarung tangan DTT, menjepit tali pusat dan
menegangkan sejajar lantai. Tangan kanan dimasukkan secara
obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat, tangan kiri menahan
fundus uteri. Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi
pinggir plasenta, membuka tangan obstetrik seperti memberi salam,
menggerakkan tangan kanan kekiri dan kekanan sehingga semua
permukaan maternal dapat dilepaskan. Mengeluarkan plasenta, tangan kiri
dipindahkan di suprapubis.
Memeriksa plasenta : plasenta lahir jam 14.10 WITA, insersi marginalis
Ө 18 x 16 x 2 cm, berat 450 gram, kotiledon 16 buah , selaput robek.
Melakukan massase uterus selama 15 detik

Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital. Keadaan umum


lemah, konjungtiva pucat, ibu mengeluh perut mulas, TD : 95/61 mmhg,
Nadi 98 x/menit, suhu 37°C

Melakukan observasi involusi: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,
perdarahan ± 200 cc

Melakuan observasi intake dan output


o Infus RL ke VI tangan kanan (drip oksitosin 10 IU) 300 cc
o Infus RL ke VI tangan kiri 20 tts/mnt 200 cc
o Minum : - - BAB :-

Membersihkan perineum ibu, memastikan ibu nyaman


Melakukan observasi tanda-tanda vital, TFU dan UC
TD 96/64 mmhg, N 101 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan
50 cc
TD 94/60 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan
20 cc
TD 98/64 mmhg, N 98 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan
5 cc
TD 98/61 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan
-
TD 95/64 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan
-
Instruksi dokter : memasang DC urine 150 ml, mengambil sampel darah
persiapan transfusi

Observasi keadaan umum : ku lemah, konjungtiva pucat. Ibu mengatakan


badan masih lemas, perut mules

Anjurkan ibu untuk makan dan minum. Laksnakan program terapi dokter :
Pemberian transfusi WB 2 bag, Infus RL 20 tts/menit tangan kanan dan kiri,
Amoxan 3 x 1 gram, Metronidazol 3 x 1 (Oral), Rencana USG

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dapat disimpulkan bahwa Pada
tahap pengkajian setelah dilakukan pengumpulan data dapat
ditemukan masalah pada Ny R P3003 dengan gangguan pada Kala

III yaitu adanya Retensio Plasenta. Dari masalah yang ada telah
dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan langkah- langkah
manajemen kebidanan dan dilakukan plasenta manual. Retensio plasenta
mempunyai arti klinis yang besar karena dapat menyebabkan
perdarahan hebat, perforasi uterus dan infeksi yang berakibat pada
morbiditas bahkan mortalitas pada ibu.

SARAN
Memahami dan mempelajari serta menerapkan asuhan kebidanan dengan
baik sangat penting agar bisa diterapkan secara praktik di lapangan. Bagi tenaga
kesehatan yang terkait dengan penanganan ibu bersalin diharapkan mempelajari
dan memahami sebaik-baiknya asuhan kebidanan yang harusnya diberikan kepada
ibu bersalin terutama saat melakukan plasenta manual perlu diperhatikan
prosedurnya agar tidak terjadi komplikasi, dan perlunya pengawasan
pada ibu pasca tindakan karena merupakan periode kritis bagi ibu, serta
mendeteksi secara dini adanya masalah pada ibu bersalin seperti retensio plasenta
serta kebutuhan akan dukungan mental dan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Edisi I, Cetakan ke IV. 2006. Jakarta: yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Edisi III, Cetakan VIII. 2006. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
IBI. 2003. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.
Rukiyah, Yeyeh Ai.dkk.2011. Asuhan Kebidanan Empat (Patologi). Jakarta:
Trans Info Media.
Yulianti, Lia, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta:
TIM
Manuaba, I.B.G dkk . 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Prawirahardjo, Sarwono . 2010 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Depkes RI. 2010. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Edisi
ketiga. Jakarta : JNPK-KR
Simatupang, EJ. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Cetakan 1, Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai