OLEH :
ROSYIDA ELYA
NIM. P07224315031
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................25
BAB IV..................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB V....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang “penanganan
kegawatdaruratan pada kasus retensio plasenta & rujukannya“. Shalawat beserta
salam tidak lupa penulis ucapkan kepada nabi junjungan kita Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing ibu Heni
Suryani, SST karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Rosyida Elya
NIM. P07224315031
Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan
A. Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
daerah.
AKI di Indonesia menurut SDKI 2002-2003 adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama.
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu antara
lain : persalinan berlangsung lama, tindakan operasi persalinan, ketuban
pecah dini atau keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan postpartum.
Pada kala III dapat pula terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam
bentuk perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan
perdarahan robekan jalan lahir. Perdarahan postpartum merupakan salah satu
sebab utama kematian ibu dalam persalinan.
Asuhan kebidanan diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis bagi ibu. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang
serius agar tidak menimbulkan komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta melalui pendekatan manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu ;
a. Menjelaskan konsep dasar teori retensio plasenta.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada retensio plasenta.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada retensio
plasenta dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada retensio plasenta dalam bentuk catatan
SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendokumentasian varney dalam penanganan kasus retensio
plasenta.
2. Bagi Institusi
a. Insitusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan referensi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan selanjutnya khususnya dalam proses pembelajaran
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kaltim
dalam memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada ibu
dengan retensio plasenta.
b. Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam penanganan kasus retensio plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Persalinan dengan Retensio Plasenta
2.1.1. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP)
Perdarahan pasca persalinan (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya serta merupakah salah satu penyebab kematian
ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.
Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak
mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab mengehentikan perdarahan lebih dini akan
memberikan prognosis lebih baik.
PPP yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-
73% dalam satu minggu setelah bayi lahir dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.
Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibagi menjadi PPP primer, yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta.
Jumlah perdarahan yang diperkirakan terjadi sering hanya 50% dari jumlah darah yang hilang.
Perdarahan yang aktif dan merembes terus dalam waktu yang lama saat melakukan prosedur tindakan juga
bisa menyebabkan PPP. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit untuk
memperkirakan jumlah perdarahan yang terjadi saat persalinan dibandingkan dengan keadaan pra
persalinan. (Sarwono, 2009)
2.1.2.2. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya retensio plasenta pada seorang ibu bersalin adalah:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).
2. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta). (Prawirohardjo,2006).
2.1.2.6. Gejala Klinis
a. Anamnesa
Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi lahir.
b. Pada pemeriksaan pervaginam
Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterus.
2.1.2.7. Penanganan
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir, harus diusahakan untuk
mengeluarkannya. Salah satu cara untuk melahirkan plasenta adalah cara Brant. Dengan
salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan
pada dinding perut di atas symfisis sehingga palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan
rahim, kira-kira pada batas segmen bawah rahim dan badan rahim. Dengan melakukan
tekanan ke arah atas belakang, maka badan rahim akan terangkat. Apabila plasenta telah
lepas, maka tali pusat tidak akan tertarik ke atas.
Kemudian tekanan di atas symfisis diarahkan ke bawah belakang kearah vulva. Pada
saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta.
Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta tidak lahir seluruhnya, melainkan
sebagian masih ketinggalan dan harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta
dengan tangan ini dianggap cara yang paling baik. Dengan tangan kiri menahan fundus uteri
supaya uterus jangan naik ke atas, tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum uteri. Dengan
mengikuti tali pusat, tangan itu sampai pada plasenta dan mencari pinggir plasenta.
Kemudian jari-jari tangan itu dimasukkan antara pinggir plasenta dan dinding uterus.
Biasanya tanpa kesulitan plasenta sedikit demi sedikit dapat dilepaskan dari dinding uterus
untuk kemudian dilahirkan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta akreta. Plasenta
hanya dapat dikeluarkan sepotong-sepotong dan bahaya perdarahan serta perforasi
mengancam. Apabila berhubungan dengan kesulitan-kesulitan tersebut diatas akhirnya
diagnosis plasenta akreta dibuat, sebaiknaya usaha mengeluarkan plasenta secara manual
dihentikan, lakikan histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena
lingkaran konstriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
vagina dan ke bagian bawah uterus dengan dibantu oleh anastesi umum untuk melonggarkan
lingkaran konstriksi. Dengan tangan kanan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan cunam
ovum melalui lingkaran konstriksi untuk memegang plasenta, dan perlahan-lahan plasenta
sedikit demi sedikit ditarik ke bawah melalui tempat sempit itu (Prawirahardjo,2006).
2.1.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan
perfusi organ.
c. Sepsis
d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya.
2.1.2.9. Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta
efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan dengan
Retensio Plasenta
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : >20 tahun dan < 35 tahun (Ambarwati, 2009)
Perdarahan post partum yang mengakibatkan
kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali
lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post
partum meningkat kembali setelah usia 30-35
tahun. (WHO memberikan rekomendasi
sebagaimana disampaikan Seno (2008)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (Varney, 2006)
Riwayat menstruasi : siklus, lama , jumlah
Siklus : 28 + 2 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat
implementasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini
sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami (Varney,
2007).
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No BB/
suami anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M Abn. Laktasi Peny
PB
9. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian, dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Biasanya kesadaran akan menurun sampai syok
(Sarwono, 2009).
Tanda Vital :Pada perdarahan pascapersalinan dapat
menyebabkan perubahan tanda vital dimana tensi
<90 mmHg dan nadi >100 x/mnt (Sarwono, 2009),
pernapasan menjadi lebih cepat (Mochtar, 2005).
Antropometri :
a. Tinggi badan : > 145 cm, tinggi badang < 145 cm
dapat dicurigai terjadinya kesempitan panggul (Varney, 2007)
b. Kenaikan berat badan : ≤ 15 kg, penambahan berat badan
>15 kg dapat mengindikasikan ibu untuk mengalami PEB,
DM, dan janin makrosomia (Varney, 2007)
c. Ukuran LILA : >23,5 cm ukuran LILA <23,5 cm
dapat mengindikasikan status gizi buruk pada ibu hamil
(Varney, 2007)
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata,
tidak ada ketombe, tidak mudah rontok
Wajah : tampak pucat, menunjukkan tanda anemik
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna jernih
Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak
ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak
ada karies, lidah bersih dan tremor
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Leher : simetris, leher tidak kaku
Dada : Bentuk simetris,tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tidak ada massa, puting menonjol, dan
tidak lecet, hiperpigmentasi pada areola mammae,
kolostrum sudah keluar sedikit
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, ada/tidak terdapat
linea/striae, TFU setinggi pusat, kandung kemih
teraba kosong
Genetalia : Vulva tidak ada oedem/varises, tali pusat terlihat
diluar vagina, keluar perdarahan ± 500 cc
Ekstremitas : Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit,
tetesan lancar, tidak oedem, tidak ada varises,
akral dingin
Palpasi
Kepala : tidak ada lesi, tidak ada massa / benjolan
Mata : Tidak teraba oedema pada kelopak mata.
Telinga : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa.
Hidung : Tidak teraba oedem, polip, benjolan atau massa.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe,
tidak terdapat bendungan pada vena jugularis
Dada : Tidak teraba benjolan atau massa
Payudara : tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada
payudara
Abdomen : TFU setinggi pusat (bayi lahir), kontraksi tidak ada
Genitalia : tidak ada pembesaran pada kelenjar skene dan
bartholini
Ekstermitas : tidak ada oedem, tidak ada varices
Auskultasi
Dada : suara nafas vesikuler, irama jantung terdengar
normal, frekuensi jantung >100 x/menit,
pernapasan menjadi lebih cepat
Abdomen : bising usus 5-35 kali/menit
2. Pemeriksaan Penunjang :
a) Golongan darah
b) Jumlah darah lengkap
c) Kultur uterus dan vaginal
d) Urinalisasi
e) Profil koagulasi
f) Sonografi (Doenges, 2001).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
S:
1. Identitas
Nama : Ny. Rini Nama : Tn. Suratman
Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Juanda 7 No. 34
2. Alasan MRS/Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Klien merupakan pasien rujukan dari BPM
b. Keluhan Utama
Plasenta belum lahir setelah 30 menit
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
suami anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn. Laktasi Peny
36 3500/5 5
1 1 1 - spt bidan BPM - L - - 6 bulan -
mgg 0 th
37 3000/5 4
2 1 2 - spt bidan klinik - Pr - - 6 bulan -
mgg 0 th
3 Persalinan ini
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu menggunakan kontrasepsi jenis suntik kombinasi dengan lama pemakaian 4 tahun, dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan adalah 2 bulan.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
TD : 90/60 mmHg T : 37°C
Nadi : 101 x/menit RR : 24 x/menit
Antropometri :
BB : 58 kg
TB : 156 cm
LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe, tidak
mudah rontok, tidak ada lesi, tidak ada massa / benjolan
Wajah : tidak eodem, tampak pucat, menunjukkan tanda anemik
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna jernih, Tidak teraba oedema pada kelopak
mata.
Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada
polip
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies, lidah bersih dan
tremor
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran sekret
Leher :simetris, leher tidak kaku, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak
terdapat bendungan pada vena jugularis
Dada :Bentuk simetris,tidak ada retraksi dinding dada, Tidak teraba benjolan atau
massa
Payudara :simetris, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada payudara, puting menonjol, dan
tidak lecet, hiperpigmentasi pada areola mammae, kolostrum sudah keluar sedikit
Abdomen :Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra, terdapat striae lividae, TFU setinggi
pusat, kandung kemih teraba kosong, kontraksi tidak ada
Genetalia : Vulva tidak ada oedem/varises, tali pusat terlihat diluar vagina, keluar perdarahan ± 500
cc
Ekstremitas : Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit, tetesan lancar, tidak oedem, tidak
ada varises, akral dingin
3. Pemeriksaan Penunjang :
Hemoglobin : 7,6 gram/dL
Hematokrit : 20,5
Leukosit : 25.600
A:
Diagnosis : P3003 dengan retensio plasenta
Masalah : perdarahan ± 400 cc, Hb 7,6 gr/dL
Masalah potensial : Syok hemoragik, anemia berat, sepsis
Diagnosis potensial : Syok hemoragik, anemia berat, sepsis
Kebutuhan segera : Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual
P:
Tanggal/Waktu Penatalaksanaan Paraf
Menjelasan pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan, keluarga
mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan
Memberikan inform consent : - Ibu/ keluarga menyetujui
Melakukan observasi involusi: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,
perdarahan ± 200 cc
Anjurkan ibu untuk makan dan minum. Laksnakan program terapi dokter :
Pemberian transfusi WB 2 bag, Infus RL 20 tts/menit tangan kanan dan kiri,
Amoxan 3 x 1 gram, Metronidazol 3 x 1 (Oral), Rencana USG
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dapat disimpulkan bahwa Pada
tahap pengkajian setelah dilakukan pengumpulan data dapat
ditemukan masalah pada Ny R P3003 dengan gangguan pada Kala
III yaitu adanya Retensio Plasenta. Dari masalah yang ada telah
dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan langkah- langkah
manajemen kebidanan dan dilakukan plasenta manual. Retensio plasenta
mempunyai arti klinis yang besar karena dapat menyebabkan
perdarahan hebat, perforasi uterus dan infeksi yang berakibat pada
morbiditas bahkan mortalitas pada ibu.
SARAN
Memahami dan mempelajari serta menerapkan asuhan kebidanan dengan
baik sangat penting agar bisa diterapkan secara praktik di lapangan. Bagi tenaga
kesehatan yang terkait dengan penanganan ibu bersalin diharapkan mempelajari
dan memahami sebaik-baiknya asuhan kebidanan yang harusnya diberikan kepada
ibu bersalin terutama saat melakukan plasenta manual perlu diperhatikan
prosedurnya agar tidak terjadi komplikasi, dan perlunya pengawasan
pada ibu pasca tindakan karena merupakan periode kritis bagi ibu, serta
mendeteksi secara dini adanya masalah pada ibu bersalin seperti retensio plasenta
serta kebutuhan akan dukungan mental dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA