Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NEONATUS DENGAN REGURGITASI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBULU I
SEBULU

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan


Stase Neonatus, Bayi, Balita, Apras Praktik Profesi Bidan

Disusun Oleh:
SITI HAULAH
NIM. P07224422095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN REGUSGITASI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBULU I
SEBULU

Disetujui di Sebulu, Desember 2022

Mahasiswa

Siti Haulah
NIM. P07224422095

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Dewi Rinda Astuti, M.Keb Rina Fajariani, A. Md. Keb


NIP: - N.198604152018012017

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Siti Haulah
Nim : P07224422095
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang
saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah
hasil plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku
panduan atas perbuatan tersebut.

Sebulu, Desember 2022


Mahasiswa

Siti Haulah
NIM. P07224422095

iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
1. Tujuan Umum..........................................................................................2
2. Tujuan Khusus.........................................................................................3
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................4
A. Konsep Dasar Teori Neonatus......................................................................4
B. Konsep Dasar Teori Tumbuh Kembang Anak............................................10
C. Konsep Teori Regurgitasi...........................................................................21
D. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus............................27
BAB III Tinjauan Kasus.........................................................................................41
BAB IV Pembahasan............................................................................................46
BAB V Penutup......................................................................................................51
A. Kesimpulan.................................................................................................51
B. Saran...........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................53

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regurgitasi atau sering disebut gumoh adalah suatu peristiwa yang
sering dialami oleh bayi yaitu keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung
beberapa saat setelah makan. Bayi memuntahkan kembali susu (ASI) yang
telah di minumnya adalah hal yang umum (fisiologis), terutama pada bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal tersebut disebabkan karena bayi
menelan udara saat menyusui (Sudarti, 2017). Fenomena yang ada masih
terdapat ibu yang tidak sering menyendawakan bayinya. Ibu tersebut tidak
sering menyendawakan bayinya disebabkan karena kurangnya pengetahuan
ibu tentang bagaimana cara menyendawakan bayi dan tentang manfaat dari
menyendawakan bayi itu sendiri (Sulisdiana, 2016).
Sejumlah penelitian internasional menunjukkan bahwa 77% bayi
berusia di bawah tiga bulan di seluruh dunia mengalami regurgitasi paling
tidak sekali dalam sehari. Puncak regurgitasi terjadi pada usia 4 bulan dan
mencapai 81%. Sementara itu, di Indonesia kondisi serupa juga terjadi pada
75% bayi berusia 0-3 bulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa 1 dari 3 ibu di
seluruh dunia perlu mewaspadai dampak regurgitasi yang terjadi pada bayi
mereka (Rahayu, 2017).
Di dalam laporan Departemen Kesehatan (2016) disebutkan bayi
berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi minimal 1 kali dalam sehari
sekitar 70% dan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia 8-10%
pada umur 9-12 bulan dan sekitar 5% pada umur 18 bulan. Menurut penelitian
para ahli hampir 50% bayi pernah mengalami regurgitasi dalam tiga bulan
pertama setelah kelahirannya (Putra, 2016). Sedangkan berdasarkan data yang
di peroleh dari survey dengan cara wawancara di posyandu balita Kecamatan
Kedung Kandang diperoleh data pada 10 orang ibu yang memiliki bayi usia 6
bulan 6 diantaranya tidak tahu cara mengatasi regurgitasi, dan 4 yang lainnya
kurang mengerti cara mengatasi regurgitasi. Berdasarkan data dari pegawai

1
RS Aji Muhammad Parikesit Ruang Rawat Gabung, setiap harinya 6 dari 10
bayi akan mengalami regurgitasi (Irma,2021)
Dampak yang timbul akibat regurgitasi dapat berupa infeksi saluran
pernapasan, cairan regurgitasi yang kembali ke paru-paru dapat menyebabkan
radang, napas terhenti sesaat, cairan regurgitasi dapat menimbulkan iritasi,
pucat pada wajah bayi karena tidak bisa napas, bayi tersedak dan batuk
(Suparyanto, 2017). Meskipun normal, regurgitasi yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi
(Ardisa, 2016). Gangguan ini dapat menyebabkan malnutrisi, penurunan berat
badan, dan bahkan kematian. Pada bayi, gangguan ini sering hilang secara
spontan dan tetapi pada kasus berat gangguan ini dapat berlangsung terus-
menerus (Hudayatul, 2017). Secara ilmiah, regurgitasi adalah pengeluaran isi
lambung atau esophagus secara paksa melalui mulut. Regurgitasi terjadi
karena refleks gastroesofagus melewati sfingter esofagus bawah (lower
esophagel sphincter/LES) yang inkompeten atau belum sempurna. Oleh
karena itu, seiring dengan perkembangan, regurgitasi dapat hilang (Sodikin,
2016).
Adapun upaya yang dilakukan untuk menangani atau mencegah
regurgitasi (gumoh) adalah memperbaiki cara menyusui sehingga tidak
menyebabkan terlalu banyak udara yang tertelan, sendawakan bayi dengan
tujuan udara yang tertelan pada saat menyusui dapat dikeluarkan, perlakukan
bayi secara halus karena muntah dapat disebabkan oleh gangguan psikologis,
misalnya bayi diperlakukan dengan kasar (Danarti, 2018). Selain
menyendawakan untuk mencegah terjadinya gumoh, penelitian dari Abdullah,
(2019) menyatakan bahwa posisi menyusui jyang baik juga mempengaruhi
untuk mengurangi angka kejadian gumoh pada bayi, salah satu posisi yang
baik adalah posisi Football Hold.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah menggunakan pola
pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif persalinan
b. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah
c. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan kehamilan pada Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Prasekolah
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
h. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
i. Menganalisis asuhan kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah yang telah dilaksanakan dengan teori yang ada.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori Neonatus
1. Definisi
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Kukuh 2020).
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan
fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Maturasi
mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa
gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan
oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang
dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang
menyenangkan. Toleransi yakni kemampuan tubuh bertahan terhadap
kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia, hipoglikemia, dan
perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi
tidak bagi bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila
dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik
adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya (Hassan R, 2019).

2. Tanda-tanda neonatus Normal


Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit)
seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity
(tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis
kuat (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Kehangatan tidak terlalu
panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C), warna
kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2

4
sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan,
hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga
terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja
lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi
tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas,
mengantuk, lunglai, kejang- kejang halus tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus (Prawirohardjo 2018).

3. Asuhan Kebidanan Neonatus


1) Penilaian neonatus

Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir


dengan menggunakan nilai Apgar dan melalui pemeriksaan fisik
singkat. Bidan atau penolong persalinan menetapkan nilai Apgar.
Pengkajian usia gestasi dapat dilakukan dua jam pertama setelah
lahir. Pengkajian fisik yang lebih lengkap diselesaikan dalam 24
jam (Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A dan Anugrah,
Peter I 2015).
2) Membersihkan jalan nafas (Prawirohardjo, 2018)
Bayi normal menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan
jalan napas dengan cara sebagai berikut:
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menengkuk. Posisi
kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa teril
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan

5
ini biasanya bayi segera menangis
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi (Prawirohardjo, 2018)
Pada waktu baru lahir, bayi belum mau mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.

4) Memotong dan merawat tali pusat


Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menagis, maka
tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi (Prawirohardjo, 2018).
5) Inisiasi menyusu dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya
sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu
menghadirkan efek psikologis yang dalam antara ibu dan anak.
IMD dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan dan diteruskan hingga dua tahun dengan pemberian
makanan tambahan (PMT) (Kemenkes, 2011).
6) Posisi menyusui dan metode menyendawakan bayi
Posisi menyusui bayi ada tiga macam yaitu digendong,
berbaring dan football hold. Metode menyendawakan bayi ada
tiga metode yakni disandarkan di bahu ibu, bayi duduk di
pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring (Tiar,
Estu, 2010).
7) Pemberian salep antibiotik
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum di haruskan untuk mencegah terjadinya oftalmia
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap

6
bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual) (Prawirohardjo, 2018).
8) Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5 %. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut semua neonatus
fisiologis dan cukup bulan perlu vitamin K peroral 1mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M. (Prawirohardjo, 2018).
Semua neonatus yang lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri (Kemenkes,
2015)
9)Pemberian imunisasi bayi baru lahir
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT
diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Dianjurkan
BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada
saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya
OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4
bulan (Depkes RI, 2016)
10) Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang mememerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan
(Prawirohardjo,2018)

7
a) Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantaun bayi pada jam pertama
sesudah lahir menurut Prawirohardjo (2018) meliputi:
a) Kemampuan mengisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
b) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut seperti:
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b) Gangguan pernapasan
c) Hipotermia
d) Infeksi
e) Cacat bawaan dan trauma lahir (Prawirohardjo,2018).
11) Pemeriksaan fisik dan refleks bayi
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada
dalam klinik (dalam 24 jam) dan dalam kunjungan neonatus
sebanyak tiga kali kunjungan (Prawirohardjo, 2018).

12) Memandikan
Mandi merupakan kesempatan untuk membersihkan seluruh
tubuh bayi, mengobservasi keadaan, memberi rasa nyaman, dan
mensosialisasikan orangtua-anak-keluarga. Saat merawat bayi,
petugas harus mampu mengenakan sarung sampai kegiatan
memandikan bayi yang pertama selesai. Dalam waktu empat hari,
pH permukaan kulit bayi baru lahir menurun ke angka
bakteriostatik (pH <5). Akibatnya, hanya air hangat yang
digunakan untuk mandi. Sabun alkali, minyak, bedak, dan losion
tidak dipakai karena akan mengubah keasaman dan membuat
kulit mudah ditempati bakteri (Prawirohardjo, 2018).

8
Praktik memandikan bayi menurut Prawirohardjo (2018):
a) Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk memandikan
bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau
hipotermia).
b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu tubuh bayi stabil
(suhu aksila 36,5-37,50C). Jika suhu tubuh bayi masih di
bawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan kontak kulit ibu-bayi dan selimuti
keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi
tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
c) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami
masalah pernafasan.
4. Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa klasifikasi
menurut Marmi (2015) , yaitu :
1) Neonatus menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau
lebih)
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).

9
B. Konsep Dasar Teori Tumbuh Kembang Anak
1. Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling
berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode.
Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang
anak adalah sebagai berikut :
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam
kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1) Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur
kehamilan 2 minggu.
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadi
suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan
cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai
akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu :
a) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu
sampai trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa
ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad
manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.
b) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada
masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin
G (lg G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam
lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan
Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah
trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan

10
otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin.
Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap
rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik,
pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan
terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk
bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu
hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan
janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang
ibu diharapkan :
(1) Menjaga kesehatannya dengan baik.
(2) Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
(3) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang
dikandungnya.
(4) Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana
kesehatan.
(5) Memberi stimulasi dini terhadap janin.
(6) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami
dan keluarganya.
(7) Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
(8) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
2). Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan
berkembang menjadi anak sehat adalah :

11
 Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di
sarana kesehatan yang memadai.
 Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,
jangan terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan
sudah saatnya untuk melahirkan.
 Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang
dapat menenangkan perasaan ibu.
 Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita
dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat
membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
 Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks
menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan
masalah pemberian ASI.
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan
proses pematangan berlangsung secara terus menerus
terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah
bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia
dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini,
kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan
imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
3). Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita

12
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar
sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian
anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelalnan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi
apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari.
Penelitan yang dilakukan oleh Jane, Karin, (2018), sangat
menganjurkan ibu atau pengasuh untuk membaca dengan lantang
(nyaring) dan mendongeng/bercerita. sehingga memicu
ketertarikan mampu mengajari anak untuk mendengar,
membantu membangun keterampilan komunikasi oral dan
tulisan, dan mengembangkan pemahaman dari cerita skema, juga
membantu mengembangkan kelancaran, menambah
perbendaharaan kata, dan membantu mengingat kata.
4). Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan

13
perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai
senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak
bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-
taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan
suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly
environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan
anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu
panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan
baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini
adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan
intervensl dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
(Kemenkes RI, 2016).

2. Tahap Perkembangan Menurut Umur Anak

14
15
16
3. Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Menurut Kemenkes, RI (2016), Tujuan KPSP yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
2. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih.
3. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan
pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun

17
(umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan).
4. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai
masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur
skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur
skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai
dengan waktu pemeriksaan umurnya
a. Alat/instrumen yang digunakan yaitu :
1. Formulir KPSP menurut umur.
Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
2. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak
6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil
berukuran 0.5 - 1 Cm.
b. Cara menggunakan KPSP yaitu :
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan
bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
Menurut Adriana (2013), sangat perlu dikaji anak lahir
cukup bulan atau prematur, apabila anak lahir prematur maka
dilakukan pengurangan umur, misalnya prematur 6 minggu
maka dikurangi 1 bulan 2 minggu. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Vandormael, Schoenhals et.al, (2019), juga
mengungkapkan menghitung usia bayi prematur yang
sebenarnya penting untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi sesuai usianya, dimana berbeda dengan bayi

18
normal yang lahir pada hari yang sama. Namun tidak perlu
khawatir karena ini wajar dan mempertimbangkan usia koreksi
pada bayi prematur anak.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
* Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapatkah bayi makan kue sendiri ?"
* Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada
posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
c. Interpretasi hasil KPSP Rambe & Sebayang, (2020):
1. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
a. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau
pemah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
b) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak
tidak tahu.
2. Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
3. Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak

19
meragukan (M)
4. Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
5. Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak'
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

d. Intervensi:
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik
b. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak
c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
e. Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP
setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 buIan.
2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi

20
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya dan lakukan pengobatan.
d. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e. Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

C. Konsep Teori Regurgitasi


1. Pengertian
Gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. Regurgitasi
adalah gejala klinis merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi
berusia di bawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring
pertambahan usia. Jika terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekuensi
sering dan terjadi dalam waktu lama akan mengakibatkan gangguan pada
bayi. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena
asupan makanan tersebut keluar lagi dan merusak dinding kerongkongan
akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi (Rukiyah, 2013).
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa saat setelah makan dan minum
susu ( Depkes 2012 dalam Dwienda 2017).
Regurgitasi adalah keluarnya sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat makanan masuk lambung. regurgitasi adalah hal yang umum
terutama bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu

21
pertambahan berat badan bayi dan pada umumnya disebabkan karena bayi
menelan udara pada saat menyusui (Yongki , 2019).

2. Etiologi (Yongki, 2019).


a. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung
yang sudah penuh juga bisa membuat bayi regurgitasi, ini terjadi
karena makanan yang sebelumnya belum sampai ke usus tetapi sudah
diisi makanan lagi.
b. Posisi Menyusui:
1) Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara
masuk ke dalam lambung.
2) Ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara bayi
tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran
pencerna tapi ke saluran nafas dan bayi pun regurgitasi.
3) Pemakaian bentuk dot
Jika bayi suka dot besar diberi dot kecil ia akan malas
menghisap karena lama. Akibatnya, susu tetap keluar dari dot dan
memenuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, susu akan masuk ke
saluran pencernaan atas baru kemudian ke lambung diantara kedua
organ tersebut terdapat klep penutup lambung pada bayi, klep ini
biasanya belum berfungsi sempurna. Sampai 4 bulan lambung bayi
hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum.
d. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
e. Terlalu aktif yaitu bayi menggeliat dan bayi terus menerus menangis
hal ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga
keluar dalam bentuk regurgitasi.
f. Bayi sudah kenyang
g. Tergesa-gesa saat pemberian susu.

22
h. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
i. Regurgitasi terjadi karena bayi minum susu terlalu banyak, sehingga
lambung tidak dapat menampung susu yang masuk. Keadaan ini
menyebabkan perut kembung

3. Patofisiologi Terjadinya Regurgitasi


Regurgitasi terjadi biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi
penuh, sehingga terkadang regurgitasi bercampur dengan air liur yang
mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir.
Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa
bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke
bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak
yang lebih besar. Kebanyakan regurgitasi terjadi pada bayi di bulan-bulan
pertama kehidupannya (Sudarti, 2017).

4. Klasifikasi Regurgitasi
a. Regurgitasi Fisiologis
Regurgitasi merupakan kejadian normal yang umum terjadi pada
bayi dibawah usia 6 bulan, seiring bertambahnya usia regurgitasi akan
semakin jarang terjadi. Regurgitasi pada bayi dikatakan normal apabila
volume yang keluar dan masuk seimbang. Frekuensi regurgitasi yang
terjadi pada bayi tidak lebih dari 5 kali dalam sehari, tidak lebih dari
15 ml (Badriul et al, 2013).
Regurgitasi terjadi beberapa saat setelah minum ASI, bayi tidak
rewel, regurgitasi yang terjadi pada bayi tidak bercampur darah, dan
bayi tidak menolak untuk minum ASI. Bayi yang mengalami
regurgitasi namun tidak mengalami masalah dalam penurunan berat
badan maka regurgitasi tidak perlu dipermasalahkan karena itu masih
dalam hal yang wajar (Dwienda, 2017).
b. Regurgitasi Patologis

23
Regurgitasi yang tejadi lebih dari 5 kali dalam sehari dan lebih
dari 15 ml, bayi menangis berlebihan setelah minum ASI dan
mengalami penurunan berat badan perlu diwaspadai adanya gangguan
pada organ pencernaan. Frekuensi dan volume regurgitasi yang
berlebihan akan menjadi patologis karena asam lambung mengalir ke
dalam esofagus dan menyebabkan kerusakan lapisan dinding esofagus
yang akan mengakibatkan esofagitis, akibatnya bayi akan rewel karena
rasa sakit ditenggorokan (Hegar & Vandenplas, 2018).
Regurgitasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat
mengganggu pertumbuhan bayi. Regurgitasi terjadi tidak hanya setelah
minum ASI tetapi juga saat tidur meskipun minum ASI telah dilakukan
3 jam yang lalu. Manifestasi klinis regurgitasi patologis pada bayi
yaitu bayi sering rewel saat dan setelah minum ASI, selain itu bayi
juga menolak untuk minum ASI kembali, berat badan bayi tidak naik,
dan regurgitasi disertai darah (Dwienda, 2017).

5. Dampak Regurgitasi (Gumoh)


Jika terjadi regurgitasi yang berlebih serta dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan karena asupan gizi yang
diperoleh oleh bayi sebagian keluar kembali. Asam lambung yang ikut
keluar juga dapat mengiritasi dan merusak dinding kerongkongan. Apalagi
kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan disertai muntah.
Bahkan bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali,
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh (Sulisdiana,
2017).
6. Hal-Hal yang Harus Diwaspadai
Meskipun regurgitasi tidak membahayakan, namun pada keadaan-
keadaan tertentu harus diwaspadai oleh ibu bayi atau bidan, antara lain
sebagai berikut :
a. Bayi regurgitasi dengan karakteristik sebagai berikut (Marmi, 2015):
1) Tanpa memandang cara pemberian minum.

24
2) Setiap kali minum ASI atau minuman dimuntahkan.
3) Muntahan berwarna hijau atau bercampur darah.
4) Distensi abdomen
b. Apabila bayi regurgitasi hebat dan berlangsung terus-menerus atau
terlalu sering. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan saluran
pencernaan. Akibat dari gumoh hebat bayi akan kehilangan cairan
tubuh (dehidrasi).
c. Selain regurgitasi hebat, hal yang harus diwaspadai adalah isi dari
regurgitasi. Apakah regurgitasi berisi lendir, bercampur air liur dan
darah. Bila isi regurgitasi bercampur darah dan bayi regurgitasi lebih
dari lima kali sehari maka perlu pemeriksaan di fasilitas pelayanan
kesehatan (Maryunani, 2013).

7. Pencegahan terjadinya Regurgitasi


Menyusui bayi untuk pertama kalinya merupakan suatu
pengalaman yang menyenangkan, serta menakutkan bagi seorang yang
baru menjadi orang tua. Bayi setelah menyusui harus di sendawakan,
sendawa dapat membantu mengeluarkan udara yang masuk ke perut bayi
saat menyusui. Jika bayi tidak bersendawa setelah menyusui maka udara
yang masuk bisa menyebabkan regurgitasi, mudah tersedak pada beerapa
bayi dapat menimbulkan kolik (sakit perut) sehingga menyebabkan bayi
menangis terus – menerus dan membuat rasa tidak nyaman pada perut
bayi, sementara bayi menangis secara tidak langsung gas akan masuk
kembali ke dalam perut bayi yang semakin membuat bayi tidak nyaman.
Ketika ingin membuat bayi bersendawa, lakukan menepuk dengan
lembut punggung bayi secara berulang dan untuk mencegah adanya cairan
yang keluar letakkan alas dada atau handuk kecil di bawah dagu bayi atau
di pundak ibu. Berikut metode menyendawakan bayi ;
a. Ibu duduk dengan posisi tegak dan gendong bayi pada dada.
b. Letakkan dagu bayi pada bahu ibu dan pegang kepala bayi dengan satu
tangan.

25
c. Tangan lainnya menepuk lembut punggung bayi secara berulang.
d. Bila bayi mulai rewel atau menangis saat sedang menyusui, maka
hentikan sebentar. Buatlah bayi bersendawa lalu ganti posisi dan
menyusui kembali. Usahakan bayi mengkonsumsi 60 sampai 90 ml
susu.
e. Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu bersendawa
selama 10 sampai 15 menit sambil bayi tetap ditegakkan. Bayi yang
tidak bersendawa akan mengeluarkan susu yang telah diminum
(Marmi, 2015)

8. Penatalaksanaan
a. Perbaiki teknik menyusui, setelah menyusui usahakan bayi
disendawakan.
b. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi yang sedang
menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat
seluruh puting susu ibu (Yongki, 2019).
c. Jika bayi gumoh cepat miringkan tubuhnya atau diangkat ke belakang
seperti disendawakan atau di tengkurangkan agar muntahan tidak
masuk ke saluran nafas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
Jika cairan susu keluar dari hidung, segera dibersihkan orang tua tidak
perlu khawatir karena gumohnya sudah keluar. Yang menjadi
perhatian bila cairan susu yang keluar dari hidung masuk lagi dan
terhisap ke saluran nafas dan masuk ke paru - paru dan harus segera
ditangani lebih lanjut.
d. Memperlakukan bayi secara halus karena gumoh dapat juga
disebabkan oleh gangguan psikologis, misalnya bayi diperlakukan
kasar.
e. Setelah selesai menyusui, tubuh bayi seharusnya tidak digoyang-
goyang atau diayun - ayun.
f. Tutuplah baju atau pangkuan ibu dengan handuk bersih, sedangkan
untuk bayi dapat dikenakan celemek untuk berjaga - jaga bila bayi

26
tiba-tiba memuntahkan sebagian dari makanan atau minuman
(Maryunani, 2013).
g. Setelah minum ASI posisikan bayi tegak selama 30 menit, pastikan
bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi.

D. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus


I. Pengkajian Data
Tanggal : Tanggal dilakukan pengkajian pada bayi
Jam : Waktu dilakukan pengkajian pada bayi
Tempat : Tempat dilakukan pengkajian pada bayi
a. DataSubjektif
1) Biodata
a) Identitas Neonatus
Nama neonatus : Yang dikaji nama lengkap untuk
memudahkan memanggil dan
menghindari kekeliruan.
Tanggal lahir : Dikaji dari tanggal, bulan dan tahun
bayi untuk mengetahui umur bayi
Regurgitasi biasanya terjadi pada
bayi usai 0-12 bulan.
Jenis kelamin : Yang dikaji alat genetalia bayi untuk
mengetahui apakah bayi laki-laki atau
perempuan
Alamat Dikaji alamat lengkap rumah untuk
memudahkan kunjungan rumah.
b) Identitas Orang Tua
Nama ibu : Yang dikaji nama lengkap ibu untuk
memudahkan memanggil/menghindari
kekeliruan
Umur ibu : Yang dikaji dari tanggal, bulan, tahun
kelahiran ibu. dengan mengetahui umur

27
ibu bertujuan untuk menentukan ibu
termasuk beresiko tinggi/tidak.
Usia responden dan jumlah kelahiran
(paritas) merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi cara yang digunakan
ibu saat menyusui bayinya, kurangnya
pengalaman dan pengetahuan yang didapat
oleh ibu untuk menyusui bayi akan
menyebabkan teknik yang digunakan
menjadi kurang tepat (Chien, Tai, Chu, Ko,
& Chiu, 2017).
Pekerjaan : Yang dikaji jenis pekerjaan ibu untuk
menentukan tingkat social ekonomi.
Pendidikan : Yang dikaji berupa pendidikan terakhir ibu
sesuai ijazah terakhir untuk menentukan
tingkat pendidikan ibu sehingga
memudahkan dalam pemberian KIE.
Agama : Yang dikaji berupa jenis keyakinan yang
dianut ibu sesuai pada kartu keluarga ibu.
Alamat : Yang dikaji berupa alamat lengkap tempat
tinggal ibu untuk memudahkan komunikasi
dankunjungan rumah.
Nama Suami : Yang dikaji berupa nama lengkap suami
untuk menghindari terjadinya kekeliruan.
Umur : Yang dikaji dari tanggal, bulan dan tahun
suami dilahirkan. Dengan mengetahui usia
suami dapat menentukan apakah termasuk
dalam kategori resiko tinggi atau tidak.
Pekerjaan : Yang dikaji berupa jenis pekerjaan suami
setiap hari sesuai dengan kartu keluarga
untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.

28
Pendidikan : Yang dikaji berupa pendidikan terakhir
suami sesuai ijazah terakhir untuk
memudahkan pemberian KIE.
Alamat : Yang dikaji berupa alamat lengkap tempat
tinggal untuk memudahkan komunikasi
dan kunjungan rumah.
(Sondakh, 2013).
2) KeluhanUtama:
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada
tanggal….jam….WIB. Masalah atau keluhan yang lazim dialami
bayi baru lahir antara lain: bercak mongol, hemangioma, ikterus,
muntah dan gumoh, oral trush, diaper rash, seborrhea, bisulan,
miliariasis, diare, obstipasi, dan infeksi (Marmi, 2015).

3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a) Riwayat Prenatal
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang memengaruhi
bayi baru lahir (BBL) adalah kehamillan yang tidak disertai
komplikasi seperti diabetes mellitus (DM), hepatitis, jantung,
asma, hipertensi (HT), tuberculosis (TBC), frekuensi
antenatalcare (ANC), di mana keluhan-keluhan selama hamil,
hari pertama haid terakhir (HPHT), dan kebiasaan-kebiasaan
ibu selama hamil (Sondakh, 2013).
Pernah antenatal care (ANC)/ tidak, adanya riwayat
perdarahan, preeklampsia, infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
(Muslihatun, 2018).
b) Riwayat Natal.
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, berat badan bayi,
denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh

29
siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR untuk
bayi baru lahir (Sondakh, 2013).
Prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat
selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi
janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam
persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin,
jenis persalinan (Muslihatun, 2018).
c) Riwayat Postnatal
Observasi tanda-tanda vital (TTV), keadaan tali pusat,
apakah telah diberi injeksi vitamin K, minum air susu ibu
(ASI)/PASI, berapa cc setiap berapa jam (Sondakh, 2013).

4) Riwayat Psikologi dan Sosial


a) Riwayat Psikologi
Kesiapan keluarga menerima anggota baru dan
kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru.
Selisih dengan anak sebelumnya berapa tahun. Ini bertujuan
untuk menentukan apakah terjadi sibling atau tidak. (Sondakh,
2013).
b) Riwayat Sosial Riwayat
Sosial meliputi informasi tentang tinggal ibu, pola
perawatan pranatal, dan status sosioekonomi. Bidan harus
mencatat bagaimana keluarga membiayai kebutuhan keluarga,
siapa yang tinggal di dalam rumah, dan siapa yang akan
menjadi pemberi perawatan utama bagi bayi baru lahir.
Penting untuk 50 memahami apakah hubungan ibu dengan
pasangannya saat ini stabil atau mengalami perpisahan karena
itu akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfokus pada
tugas keibuannya. Bidan harus memastikan siapa pembuat
keputusan di dalam rumah (ibu, ayah, pasangan, nenek, orang

30
tua asuh) sehingga orang itu dapat dilibatkan dalam diskusi
tertentu (Varney, 2012).

5) Kebutuhan Dasar (Sondakh, 2013).


a) Kebutuhan nutrisi: setelah bayi lahir, segera susukan pada
ibunya, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari
pertama 60 cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30 cc/kg BB
untuk hari berikutnya.
Kaji pola nutrisi pada ibu, menurut Lee et al, (2019),
menyatakan makanan yang dikonsumsi ibu akan
berperngaruh pada komposisi ASI yang akan diminum oleh
bayi. Kafein yang terkandung dalam teh dapat terakumulasi
pada sistem percernaan, efek samping dari kafein yaitu bayi
akan gelisah, rewel dan muntah, hal ini dikarenakan bayi
belum bisa mengeleminasi kafein dengan cepat.Kafein juga
dapat meningkatkan relaksasi Lower Esophagus Spingter dan
asam lambung pada bayi yang dapat menyebabkan
regurgitasi
b) Pola Eliminasi: proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi
24 jam pertama setelah lahir, konsistensinya agak lembek,
berwarna hitam kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin
yang normalnya berwarna kuning.
c) Pola Istirahat: pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18
jam/hari.
d) Kebutuhan Aktivitas: pada bayi seperti menangis, buang air
kecil (BAK), buang air besar (BAB), serta memutar kepala
untuk mencari puting susu.

a. Data Objektif (Sondakh, 2013).


1) Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : compos mentis

31
Keadaan Umum : Baik
Suhu : normal (36,5-37˚C)
Pernapasan : normal (40-60 kali/menit)
Denyut jantung : normal (130-160 kali/menit)
Berat badan : normal (2.500-4.000 gram)
Panjang badan : antara 48-52 cm

2) Pemeriksaan Antropometri (Sondakh, 2013).


Berat badan : Berat badan bayi normal 2500 –
4000gram.
Panjang badan : Panjang badan bayi lahir normal
48- 52 cm.
Lingkar kepala : Lingkar kepala bayi normal 33 – 35
cm.
Lingkar dada : Normal 32 – 34 cm.
Lingkar lengan atas : Normal 11 – 12 cm. Ukuran kepala
Diameter
Suboksipitobregmantika : Antara foramen magnum dan ubun-
ubun besar (9,5 cm).
Diameter
suboksipitofrontalis : Antara foramen magnum ke
pangkal hidung (11 cm).
Diameter frontooksipitalis : Antara titik pangkal hidung ke jarak
terjauh belakang kepala (12 cm).
Diameter mentooksipitalis : Antara dagu ke titik terjauh
belakang kepala (13,5 cm)
Diameter
Submentobregmantika : Antara os hyoid ke ubun-ubun besar
(9,5 cm).
Diameter biparietalis : Antara dua tulang parietalis (9 cm).
Diameter bitemporalis : Antara dua tulang temporalis (8cm).

32
3) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Kepala : Ubun-ubun, sutura, moulase, caput
succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus
(muslihatun, 2018) bentuk kepala terkadang
asimetris karena penyesuaian saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam,
ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol.
Ubun-ubun berdenyut karena belahan tulang
tengkoraknya belum menyatu dan mengeras
dengan sempurna 52 (Marmi, 2015).
Muka : Warna kulit merah, tampak simetris dan tidak
ada kelainan wajah yang khas seperti sindrom
down (Marmi, 2015).
Mata : sklera putih, periksa adanya perdarahan
subkonjungtiva atau retina, periksa adanya
strabismus. Normalnya mata bayi bersih, tidak
ada kotoran/sekret.
Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada sekret.
Periksaadanya pernapasan cuping hidung, jika
cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan (Marmi, 2015).
Mulut : labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa
kering/basah. Normalnya, bibir, gusi, langit-
langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah
(Muslihatun, 2018).
Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata
dan telinga.

33
Leher : Pergerakan harus baik, jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan 53 ada
kelainan tulang leher (Marmi, 2015).
Dada : Periksa bentuk dan kelainan dada, apakah
adakelainan bentuk atau tidak, apakah ada
retraksi kedalam dinding dada atau tidak, dan
gangguan pernapasan. Pemeriksaan inspeksi
payudara bertujuan untuk mengetahui apakah
papilla mamae normal, simetris, atau ada
edema. Pemeriksaan palpasi payudara
bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengeluaran susu (witch's milk) pada bayi usia
0-1 minggu. Pembesaran dada dapat terjadi
pada bayi laki-laki dan perempuan dalam tiga
hari pertama setelah lahir. Hal ini disebut
newborn breast swelling yang berhubungan
dengan hormon ibu dan akan menghilang
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
(Tando, 2016). Pada bayi cukup bulan, puting
susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris (Marmi, 2015).
Abdomen : Periksa bentuk abdomen bayi. Apabila
abdomen bayi cekung, kemungkinan terjadi
hernia diafragmatika. Apabila abdomen bayi
kembung, kemungkinan disebabkan oleh
perforasi usus yang biasanya akibat ileus
mekonium. Periksa adanya benjolan, distensi,
gatroskisis, omfalokel. Abdomen tampak bulat
dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas.
Tali pusat : Periksa kebersihan, tidak/adanya perdarahan,

34
terbungkus kassa/tidak (Sondakh, 2013).
Periksa apakah ada penonjolan di sekitar tali
pusat pada saat bayi menangis, perdarahan tali
pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,
bentuk dan kesimetrisan abdomen, dan
kelainan lainnya (Tando, 2016). Normalnya
tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau yang tidak enak pada tali pusat, atau
kemerahan sekitar tali pusat.
Genetalia : Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah
turun dan berada dalam skrotum, orifisium
uretra di ujung penis, dan kelainan (fimosis,
hipospadia/epispadia). Pada bayi laki-laki
panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm,
preposium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis. Pada bayi laki-laki
normalnya terdapat lubang uretra pada ujung
penis, memastikan bayi sudah buang air kecil
dalam 24 jam setelah lahir

Kelamin perempuan: labia mayor dan labia


minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium
uretra, sekret, dan kelainan (Tando, 2016).
Pada bayi perempuan cukup bulan labia
mayora menutupi labia minora, lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina, terkadang
tampak adanya sekret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormone ibu (withdrawl bleeding) (Marmi,
2015).
Anus : Terdapat atresia ani/tidak Umumnya

35
meconiumkeluar pada 24 jam pertama, jika
sampai 48 jam belum keluar kemungkinan
adanya mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan (Marmi,
2015). Punggung : Pada saat bayi tengkurap,
lihat dan raba kurvatura kolumna vertebralis
untuk mengetahui adanya skoliosis,
pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, dan kelainan lainnya
(Tando, 2016). Normalnya tidak
pembengkakan, kulit utuh, tidak ada benjolan
pada tulang belakang, tidak ada kelainan.
Ekstremitas : Ekstremitas atas, bahu, dan lengan: periksa
gerakan, bentuk, dan kesimetrisan ekstremitas
atas. Sentuh telapak tangan bayi dan hitung
jumlah jari tangan bayi. Periksa dengan teliti
jumlah jari tangan bayi, apakah polidaktili
(jari yang lebih), sindaktili (jari yang kurang),
atau normal. Ekstremitas bawah, tungkai, dan
kaki: periksa apakah kedua kaki bayi sejajar
dan normal. Periksa jumlah jari kaki bayi,
apakah terdapat polidaktili, sindaktili, atau
normal. Refleks plantar grasp dapat diperiksa
dengan cara menggosokkan sesuatu di telapak
kak bayi dan jari-jari kaki bayi akan melekuk
secara erat. Refleks Babinski ditunjukkan pada
saat bagian samping telapak kaki bayi digosok
dan jari-jari kaki bayi akan menyebar dan
jempol kaki ekstensi (Tando, 2016).
Normalnya, kedua lengan dan kaki sama
panjang, bebas bergerak, dan jumlah jari-jari

36
lengkap.

37
4) Pemeriksaan Neurologis (Sondakh, 2013).
a) Refleks Moro/Terkejut
b) Refleks Menggenggam
c) Refleks Rooting/Mencari
d) Refleks Mengisap
e) Glabella Refleks
f) Gland Refleks
g) Tonick Neck Refleks

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada
langkah 1 (Muslihatun, 2018).
Menurut Sondakh (2013), identifikasi diagnosa dan masalah
antara lain:
Diagnosis : NCB SMK usia ….. hari
Masalah : Gumoh

III. Antisipasi Masalah Potensial


Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan
untuk mengidentifikaasi diagnosis atau masalah potensial
kemungkinan sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau
masalah potensial pada bayi baru lahir serta antisipasi terhadap
masalah yang timbul (Wildan, 2008).
Menurut Sondakh (2013), masalah potensial pada bayi baru lahir
antara lain: hipotermi, infeksi, asfiksia dan ikterus.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi,

38
contoh: bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera
lakukan resusitasi (Muslihatun, 2018). Menurut Wildan (2008),
langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi
dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
V. Intervensi
Intervensi
a. Lakukan informed consent.
R/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukan
tindakan lebih lanjut.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ cuci tangan merupakan prosedur pencegaham kontaminasi
silang
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan
mengeringkan kepala dan tubuh bayi baru lahir, pakaikan penutup
kepala dan bungkus dalam selimut hangat, tempatkan bayi baru
lahir dalam lingkungan hangat atau pada lengan orangtua, dan
perhatikan suhu lingkungan.
R/ mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan konduksi,
melindungi kelembapan bayi dari aliran udara atau pendingin
udara.Mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana
panas dipindahkan dari bayi baru lahir ke objek atau permukaan
yang lebih dingin daripada bayi.Digendong erat dekat tubuh
orangtua dan kontak kulit dengan kulit menurunkan kehilangan
panas bayi baru lahir.Kehilangan panas secara konveksi terjadi
bila bayi kehilangan panas ke aliran udara yang lebih
dingin.Kehilangan melalui radiasi terjadi bila panas dipindahkan
bayi baru lahir ke objek atau permukaan yang tidak berhubungan
langsung dengan bayi baru lahir (Doenges, 2017).
d. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk melakukan
pemberian ASI

39
R/ jam pertama dari kehidupan bayi adalah masa yang paling
khusus bermakna untuk interaksi keluarga di mana ini dapat
meningkatkan awl kedekatan antara orangtua dan bayi serta
penerimaan bayi baru lahir sebagai anggota keluarga baru
(Doenges, 2017). ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh
kembang dan pertahanan tubuh/kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari
(Sondakh, 2013).
e. Lakukan perawatan tali pusat.
R/Perawatan tali pusat yang tepat dapat meningkatkan
pengeringan dan pemulihan, meningkatkan nekrosis dan
pengelupasan normal, dan menghilangkan media lembab untuk
pertumbuhan bakteri (Doenges, 2017).
f. Pastikan pemberian imunisasi HB 0 sudah dilakukan.
R/ Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis
B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi
baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya
pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).
Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi
harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
g. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian
ASI, perawatan tali pusat, dan tanda bahaya umum.
R/ meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan Teknik
perawatan bayi baru lahir, membantu mengembangkan
ketrampilan orangtua sebagai pemberi perawatan (Doenges, 2017).
Konseling tanda bahaya umum dapat meningkatkan pemahaman
orangtua terhadap tanda bahaya yang muncul pada 65 bayi baru
lahir, sehingga orangtua dapat segera membawa bayinya ke
fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

40
h. Bayi dengan gumoh, ajarkan pada ibu bagaimana posisi menyusui
yang benar, cara menyendawakan bayi setelah menyusui dan
memposisikan bayi secara miring kiri atau kanan jika terjadi
gumoh
VI. Implementasi
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, sesuai dengan intervensi yang didasari
atas diagnosa yang ditemukan.

VII. Evaluasi
Tanggal :…………… Jam:…………WIB
S : Data subjektif Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O : Data objektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
A : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan
segera.
P : Penatalaksanaan Tindakan yang dilakukan berdasarkan
analisis/assessment, dilakukan untuk mengurangi dan
menghilangkan masalah klien

41
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal/Waktu Pengkajian : Senin, 05 Desember 2022


Tempat Pengkajian : Puskesmas Sebulu
Nama Pengkaji : Siti Haulah

A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : By. Ibu L
Umur/Tanggal Lahir : 5 hari / 1 Desember 2022
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identitas Orangtua
Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ibu L
Usia : 27 tahun Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Sebulu Ulu RT. 01
2. Alasan Datang / Keluhan Utama
Ibu ingin melakukan kontrol setelah melahirkan. Ibu mengatakan anak
kadang-kadang gumoh setelah beberapa menit setelah diberikan ASI.
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Antenatal : Ibu L rutin memeriksakan kehamilannya dan selalu
mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan.
Intranatal : Bayi Ibu L lahir sesuai dengan usia kehamilan serta
dilahirkan secara normal dan ditolong oleh bidan tanpa ada
penyulit apapun.

42
Postnatal : Bayi Ibu L lahir segera menangis dengan BB : 3000 gram,
PB : 49 cm.

4. Riwayat Kesehatan Klien


By. Ny. L setelah pulang ke rumah mendapatkan ASI Eksklusif dari
ibunya. Pola menyusui diberikan 2 jam sekali, namun ibu mengatakan
terkadang bayi mengeluarkan sedikit ASI melalui mulutnya 1-2 kali
sehari. Ini merupakan anak pertama ibu dan ibu masih kurang paham
cara menyusui yang benar dan setelah menyusu bayi harus
disendawakan agar tidak terjadi gumoh (regurgitasi).

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Di dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular atau
menurun.

6. Riwayat Natal
a. Tanggal : 1 Desember 2022 , Jam :15.15
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Kelahiran : Tunggal
d. Jenis Persalinan : Pervaginam

7. Riwayat Imunisasi
No Imunisasi Tanggal Tempat Oleh
1 Hb0 01/12/22 PMB Bidan

43
8. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Bayi hanya mengkonsumsi ASI dan pemberian ASI dilakukan
setiap 2 jam sekali dan malam hanya ketika bayi bangun.bayi
terkadang mengeluarkan sebagian ASi dari mulutnya setelah
selesai menyusu.
Eliminasi BAK : > 10 kali/ hari
BAB : 3-4 kali sehari
Istrahat Bayi lebih banyak tidur dan bangun ketika ingin menyusu, ibu
dan ayah selalu mencoba membangunkan bayi pada siang hari
agar mau menyusu.
Pesonal Bayi mandi setiap pagi dan sore, popok diganti setiap selesai
Hygiene BAK dan BAB, baju juga lebih sering diganti 2-3 kali.
Aktivitas Bayi masih lebih banyak tidur dan menangis ketika merasa
lapar dan tidak nyaman.

9. Riwayat psikososiokultural spiritual


Kondisi ibu sangat menerima bayinya terutama ini adalah kelahiran anak
pertama, ibu merasa sangat bahagia dan tenang sudah melahirkan dengan
aman dan selamat. Keluarga dari pihak ayah dan ibu juga sangat senang
atas kelahiran bayi ini. Didalam keluarga tidak ada riwayat kebudayaan
dan keagamaan yang akan berpengaruh dalam perawatan bayi dan
keluarga tentunya selalu mengkonsultasikan dengan pihak tenaga
kesehatan perihal kondisi perkembangan bayi.

44
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Nadi : 122 x/menit
Pernafasan : 42 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Antropometri :
Panjang Badan : 50 cm
Berat badan : 3450 gram
Lila : 11 cm
Lingkar kepala :
Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 34 cm
Circum ferensia Fronto Oksipito : 35 cm
Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica: 40 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar perut : 33 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bulat, tidak teraba benjolan atau kelainan.
b. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih,
pupil normal, tidak ada odema.
c. Hidung : Ada lubang hidung, tidak ada pengeluaran cairan,
tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak teraba
polip.
d. Telinga : Simetris, daun telinga normal, telinga bersih
e. Mulut : Simetris, warna bibir tidak pucat, mukosa bibir
lembab, tidak ada labioskhizis dan
labiopalatoskhizis.
f. Leher : Ada pergerakan leher, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening

45
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting
susu normal, tidak terdengar bunyi ronchi, atau
wheezing.
h. Abdomen : Tali pusat sudah terlepas, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada bekas tali pusat.
i. Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida
j. Genitalia : Labia minor tertutup oleh labia mayora
k. Anus : Ada lubang anus
l. Ekstremitas : Simetris dan tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
a. Refleks Morro : (+), bayi terkejut saat dikejutkan dengan suara
b. Refleks Rooting : (+), bayi menoleh kearah pipi yang disentuh
c. Refleks Sucking : (+), bayi menghisap puting susu
d. Refleks Swallowing : (+), bayi menelan ASI
e. Refleks Babynski : (+), bayi menekukkan jari saat telapak kaki
disentuh
f. Refleks Grashping: (+), bayi menggenggam saat telapak tangan disentuh

C. Analisis Data
Diagnosis : NCB SMK, usia 5 hari
Masalah : Gumoh (Regurgitasi)
Diagnosa Potensial : Tidak Ada

Masalah Potensial : Esofagitis, Stiktur Esofagus, Akalasia dan


penurunan BB
Kebutuhan Segera : Tidak ada

46
D. Penatalaksanaan
Hari, Tanggal Penatalaksanaan Paraf
Senin, 05 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada
Desember 2022 keluarga bahwa kondisi bayi dalam keadaan
sehat
E / Ibu dan keluarga merasa senang dengan
hasil pemeriksaan bayi
2. Mengajarkan posisi menyusui yang benar yaitu
dengan posisi menyusui dengan pelekatan yang
tepat yaitu mulut bayi menutup puting dan
aerola payudara ibu dengan baik
E/ Ibu menegerti penjelasan yang diberikan
3. Menjelaskan metode menyendawakan bayi
yaitu disandarkan di bahu ibu, bayi duduk di
pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala
miring
E/ Ibu akan menyendawakan bayi setelah
menyusui.
4. Mengingatkan kepada ibu untuk membaca puku
KIA agar tetap memantau tumbuh kembang
anak
E/ ibu berjanji akan membacara buku KIA dan
memantau tumbuh kembang anak.
5. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan
ulang atau jika terdapat keluhan
E/ Ibu akan melakukan kunjungan ulang

47
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulisan akan membahas mengenai kesenjangan antara teori
dan praktek tentang Asuhan Kebidanan pada By.Ibu L NCB SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh di Puskemsas Sebulu 1 pada tanggal 05 Desember 2022,
pengumpulan data sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya
menggunakan SOAP. Ada beberapa hal yang akan penulis uraikan pada bab
pembahasan ini. Adapun pembahasan antara teori dan kenyataan serta hasil
penelitian para peneliti terdahulu dengan kasus saat ini, yaitu :
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data
dasar, subjektif dan objektif. Data subjektik yang didapatkan dari pemeriksaan
pada pasien Pada kasus By.Ibu L NCB SMK usia 5 hari Dengan Gumoh
merupakan bayi yang lahir pada tanggal 01 Desember 2022 pukul 15.15 dengan
jenis kelamin perempuan. Tanggal 05 Desember 2022 ibu melakukan kunjungan
ulang dan mengatakan bahwa bayinya terkadang mengeluarkan ASI setelah
menyusu dan setelah diperhatikan frekuensi tersebut terjadi sebanyak 1-2 kali
sehari. Hal ini masih termasuk kategori regurgitasi fisiologis karena menurut
Badriul et al (2013) frekuensi regurgitasi yang terjadi pada bayi tidak lebih dari 5
kali dalam sehari, tidak lebih dari 15 ml. Didukung dalam jurnal Effectiveness of
Football Hold Position Breastfeeding Techniques and Upright Position on
Decreasing Regurgitation Frequency Newborn oleh Vera (2020) bahwa
regurgitasi normal terjadi <4x sehari. Menurut jurnal Effect of a Partially
Hydrolysed Whey Infant Formula Supplemented with Starch and Lactobacillus
reuteri DSM 17938 on Regurgitation and Gastric Motility oleh Flvia (2017)
regurgitasi didefinisikan sebagai aliran balik isi lambung ke dalam faring atau
mulut sering terjadi pada awal masa bayi. Hal ini disebebkan cara menyusui yang
salah pada ibu sehingga karena posisi menyusui dengan pelekatan yang tidak
tepat yaitu mulut bayi tidak menutup puting dan aerola payudara ibu dengan baik
sehingga akan mengakibatkan udara terhisap bersama ASI. Udara tersebut masuk

48
ke dalam lambung dan akan mendorong isi lambung sehingga bayi mengalami
regurgitasi (Dwienda, 2017).
Dalam pengkajian yang dilakukan ibu hanya memberikan ASI saja terhadap
bayinya karna pada masa kehamilan trimester III ASI ibu sudah mulai keluar
sehingga ibu tidak kesulitan untuk memberikan ASI terhadap bayinya. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan cara yang ideal untuk menyediakan makanan bagi
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi dan juga merupakan bagian
integral dari proses reproduksi dengan implikasi penting bagi kesehatan ibu.
Menyusui berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan ibu, membantu
memberi jarak pada anak, mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker
payudara, meningkatkankeluarga dan nasional dalam A study to assess the
effectiveness of Structured teaching programme on knowledge regarding breast
feeding among postnatal mothers in Shri Vinoba Bhave, Civil Hospital, Silvassa
tahun 2021 (Shri, 2021). ASI eksklusif membentuk sistem kekebalan tubuh yang
optimal dan utuh. Tidak seperti susu formula, ASI memiliki komposisi dinamis
dari makro dan mikronutrien yang bervariasi. Protein pelindung berlimpah dalam
susu manusia, termasuk laktoferin, sekretori imunoglobulin A, transforming
growthfactor-b,dan a.-lactalbumin Faktor-faktor ini meningkatkan perkembangan
sistem kekebalan tubuh bayi dan hal ini tercantum dalam Evidence-Based
Updates on the First Week of Exclusive Breastfeeding Among Infants $35 Weeks
(Lori, 2021). Semua nutrisi penting yang diperlukan untuk kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan perkembangan, serta faktor imunologi, antimikroba, dan anti-
inflamasi, diperoleh dari ASI selama enam bulan pertama kehidupan dalam
Exploring the determinants of exclusive breastfeeding among infants under-six
months in Ethiopia using multilevel analysis tahun 2020 (Shambel, 2020).
Menurut penulis, tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada di
lapangan.
Pada Pola Fungsional Pada kasus By.Ibu L NCB SMK usia 5 hari Dengan
Gumoh yang terganggu pada pola nutrisi yaitu menurut teori JNPK-KR (2018 )
mengatakan bahwa pada hari – hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan
putting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10 – 100 ml

49
ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10 – 14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700 – 800 ml ASI per hari (kisaran 600 – 1000 ml) untuk tumbuh
kembang bayi dan Bayi yang tidur, dan hanya terjaga setiap 4 sampai 6 jam untuk
makan biasanya tidak akan memperoleh peningkatan berat badan yang adekuat,
dan ibu mungkin tidak bisa menjaga suplai asupan ASI. Frekuensi menyusu
paling sedikit 10-12x (setiap 2-3 jam) (JNPK-KR, 2018). Menurut penulis, tidak
ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada di lapangan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan semua hasil normal, tetapi pada bagian
mulut bayi di dapatkan hasil sesuai dengan teori Varney (2018) yaitu simetris,
warna bibir tidak pucat, mukosa bibir lembab, tidak ada labioskhizis dan
labiopalatoskhizis, terdapat pengeluaran ASI. Sejalan dengan penelitian Hegar
(2013) mengatakan bahwa keluarnya ASI melalui mulut. Gumoh atau regurgitasi
terjadi karena pada saat proses menyusui berlangsung pada udara yang terhisap
bersama ASI, udara tersebut masuk kedalam lambung lalu mendorong isi
lambung sehingga cairan naik ke esofagus dan keluar melalui mulut pada sudut-
sudut bibir tanpa adanya kontraksi pada perut. Menurut penulis, tidak ada
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada di lapangan.
Pada kasus ini penulis menyimpulkan tidak terdapat kesenjangan anatara teori
dengan kenyataan yang terjadi pada pasien.

B. Interpensi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadapa diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpensi yang benar atas data-data
yang dikumpulkan.
Masalah Pada By.Ibu L NCB-SMKusia 5 hari Dengan Gumoh, ibu
mengatakan mengatakan bahwa bayinya terkadang mengeluarkan ASI setelah
menyusu dan setelah diperhatikan frekuensi tersebut terjadi sebanyak 1-2 kali
sehari. Sesuai dengan penelitian Badriul et al (2013) mangatakan bahwa hal ini
masih termasuk kategori regurgitasi fisiologis karena frekuensi regurgitasi yang
terjadi pada bayi tidak lebih dari 5 kali dalam sehari, tidak lebih dari 15 ml.
Didukung dalam jurnal Effectiveness of Football Hold Position Breastfeeding

50
Techniques and Upright Position on Decreasing Regurgitation Frequency
Newborn oleh Vera (2020) bahwa regurgitasi normal terjadi <4x sehari. Menurut
jurnal Effect of a Partially Hydrolysed Whey Infant Formula Supplemented with
Starch and Lactobacillus reuteri DSM 17938 on Regurgitation and Gastric
Motility oleh Flvia tahun 2017 regurgitasi didefinisikan sebagai aliran balik isi
lambung ke dalam faring atau mulut sering terjadi pada awal masa bayi
Berdasarkan masalah yang didapat Pada By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh adalah maka ibu diberitahukan teknik menyusui yang benar yaitu
bagian areola dan puting ibu harus masuk ke dalam mulut bayi dan setelah
menyusu bayi disendawakan dengan cara bayi disandarkan di bahu ibu, bayi
duduk di pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring (Tiar, Estu,
2011).
Dalam kasus ini diperoleh diagnosa kebidanan yaitu By.Ibu L NCB-SMK
usia 5 hari Dengan Gumoh. Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah bayi
gumoh.

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh jika tidak ditanganin akan berkembang menjadi sesuatu yang
lebih serius seperti penurunan berat badan. Maka masalah potensialnya adalah
Esofagitis, Stiktur Esofagus, Akalasia dan penurunan BB (Priyanto & Lestari,
2018). Tidak terdapat Diagnosa Potensial
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilapangan.

D. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Pada kasus ini tindakan segera pada kasus By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh untuk tidak ada.

51
E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada tahap perencanaan asuhan pada kasus By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh antara lain pemberian yaitu Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi
kepada keluarga bahwa kondisi bayi dalam keadaan sehat. Mengajarkan posisi
menyusui yang benar yaitu dengan posisi menyusui dengan pelekatan yang tepat
yaitu mulut bayi menutup puting dan aerola payudara ibu dengan baik.
Menjelaskan metode menyendawakan bayi yaitu disandarkan di bahu ibu, bayi
duduk di pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring. Mengingatkan
ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau jika terdapat keluhan.

F. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan asuhan pada By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari Dengan
Gumoh sudah dilaksanakan. Dan pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan
telah meliputi telah diberikan Ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil
pemeriksaan bayi. Ibu menegerti penjelasan yang diberikan yaitu posisi menyusui
yang benar yaitu dengan posisi menyusui dengan pelekatan yang tepat yaitu mulut
bayi menutup puting dan aerola payudara ibu dengan baik. Ibu akan
menyendawakan bayi setelah menyusui yaitu dengan cara disandarkan di bahu
ibu, bayi duduk di pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring. Ibu
akan melakukan kunjungan ulang atau jika terdapat keluhan.

E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan.
Evaluasi dari Asuhan Kebidanan pada By.Ibu L NCB-SMK usia 5 hari
Dengan Gumoh yaitu sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
pelaksanaan dan masalah pada bayi dan mencapai penyembuhan atau
menghilang.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus.

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan bayi, balita dan anak prasekolah pada By. Ibu L
dilakukan pengkajian dan pemeriksaan di dapatkan Keadaan umum
baik, pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 122 x/menit, pernafasan 42
x/menit, suhu 36,5oC. Pemeriksaan antropometri, berat badan 3450
gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala : 34 cm. Pemeriksaan Fisik
dan Reflek By. Ibu L dalam keadaan normal. Ibu L mengatakan
anaknya kdang-kadang gumoh pada saat beberapa menit setalah
diberikan ASI.
2. Setelah di lakukan pengkajian dan pemeriksaan dari By Ibu L
didapatkan diagnosa NCB SMK usia 5 hari dengan masalah gumoh
3. By. Ibu L didapatkan masalah potensial yaitu esofagisitis, stiktur
esofagus, akalasia, dan penurunan BB.
4. Pada By. Ibu L tidak diperlukan tindakan segera.
5. Asuhan yang diberikan pada By. Ibu L adalah Mengajarkan kepada ibu
dan ayah by. Ibu L cara menyendawakan bayinya dan khusus kepada
Ibu L mengajarkan posisi menyusui, teknik menyusui dan perlekatan
yang benar untuk mencegah terjadinya gumoh
6. Evaluasi ibu dan ayah by. Ibu L mengerti dan mencoba belajar asuhan
yang di berikan
7. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 05 Desember 2022 di
Pusekesmas Sebulu 1

A. Saran
1. Bagi Penulis

Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam


melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara terintegrasi sesuai dengan
standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul

53
antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian
teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.

2. Bagi Lahan Praktik


a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui
program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar menjadi
bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK.
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat
yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan
berbagai kasus.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik
perlu menyediakan tenaga bidan yang professional untuk
menunjang pelaksanaan tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan
untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya
penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang
pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan
keterampilan bidan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ardisa, 2016, Penyebab Gumoh Pada Bayi Yang Baru Lahir, Tersedia online di
http://aris101212189.blogspot.com/2012/03/penyebab-gumoh-pada-
bayiyang-baru.html, Tanggal akses: 17 Januari 2017

Depkes RI., 2016, Kejadian Gumoh, Tersedia online di


http//www.depkes.co.id ,Tanggal akses: 15 Desember 2016.

Dwienda R, Octa, dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : CV. Budi Utama.

Marmi dan R Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Balita.
Cetakan ke IV. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur :


CV. Trans Info Media.

Rukiyah, Y dan L Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media.

Sudarti. Fauziah, Afroh. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita.
Nuha Medika: Yogyakarta

Sodikin (2016). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal


dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Sulisdiana. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu


Tentang Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Muji Winarnik
Mojokerto. Hospital Majapahit, Vol. 3, No.1

Yongki, et.al. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus,


Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

55

Anda mungkin juga menyukai