Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

DI RUANGAN ANAK RSUP Dr M DJAMIL PADANG

PROPOSAL

RANDI

18112165

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG

2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANGAN ANAK RSUP Dr M DJAMIL PADANG

STUDI KASUS

Diajukan untuk memenuhi syarat untuk Menyelesaikan

Program Diploma III Keperawatan

RANDI

NIM. 18112165

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021
PERSETUJUAN PROPOSAL STUDI KASUS

Proposal Studi Kasus ini telah disetujui

Tanggal 07 Juli 2021

Program Studi DIII Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Ketua Prodi DIII Keperawatan Pembimbing


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Ns.Nova Fridalni S,Kep., M. Biomed Ns.Rifka Putri Andayani M, Kep.Sp. Kep. An


NIDN: 1010117203 NIDN: 1009018901

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan

Bronkopneumonia di ruangan anak RSUP Dr M.Djamil Padang”. Shalawat

beserta salam tidak lupa kita hadiahkan untuk Baginda Rasulullah SAW,

Allahuma Solli’alaa Muhammad, Wa’alaa Aali Muhammad.

Penulisan proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Keperawatan di STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang. Dalam menyelesaikan proposal ini, tidak lupa

pula penulis ucapkan banyak terima kasih pada pihak pihak yang telah membantu

dan membimbing serta memberikan dukungan sehingga penulis bisa

menyelesaikan proposal ini dengan baik. Oleh karna itu, pada kesempatan kali ini

penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Rifka Putri Andayani, M. Kep., Sp. Kep. An selaku pembimbing

yang telah mengarahkan, memberikan masukan, dan bimbingan serta

meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan dalam

menyelesaikan proposal ini

2. Ibu Ns. Nova Fridalni S. Kep, M. Biomed selaku Ketua Prodi STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

3. Ibu Ises Reni, SKp., M. Kep selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang.

ii
4. Bapak Jazmarizal, SKp, MARS selaku Ketua Yayasan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

5. Direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang yang telah memfasilitasi untuk

pengambilan data awal.

6. Staf Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi

penulis.

7. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta yang telah mendukung serta

memberikan semangat, kepercayaan, motivasi serta doa baik secara moril

ataupun materil. Semoga Abak dan Amak selalu didalam lindungan Allah

SWT.

8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa proposal ini jauh

dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikdan saran

yang membangun demi kesempurnaan penyusunan proposal ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak

yang ikut terlibat dalam penulisan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat

untuk kita semua.

Padang, 07 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PROPOSAL STUDI KASUS ..................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah............................................................................ 5
3. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................... 8
A. KONSEP ANAK.............................................................................. 8
1. Konsep Dasar Anak................................................................... 8
2. Perkembangan Anak.................................................................. 10
3. Perkembangan Sosial................................................................. 11
B. KONSEP DASAR BRONKOPNEUMIA....................................... 13
1. Definisi Bronkopneumia............................................................ 13
2. Anatomi fisiologi....................................................................... 14
3. Etiologi ...................................................................................... 19
4. Patofisiologi............................................................................... 21
5. WOC Bronkopneumia................................................................ 25
6. Tanda dan Gejala....................................................................... 25
7. Penatalaksanaan......................................................................... 26
8. Komplikasi................................................................................. 27
9. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 28
C. KONSEP KEPERAWATAN TEORITIS........................................ 30
1. Pengkajian ................................................................................. 30
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 38
3. Intervensi.................................................................................... 39
4. Implementasi.............................................................................. 49
5. Evaluasi ..................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 51

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi ................................................................. 14

Gambar 2.2 Intervensi ............................................................................. 39

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi. Penyakit terbanyak pada

anak yang dapat meningkatkan angka kematian pada anak seperti

pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh

masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Populasi yang rentan terserang

bronkopneumonia adalah anak-anak usia kurang 2 tahun, usia lanjut lebih dari

65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi dan

gangguang imunologi). Bronkopneumonia pada balita masih menjadi masalah

kesehatan utama di Indonesia, karena bronkopneumonia telah menyebabkan

80-90% kematian pada balita (Kemeskes, 2018).

Bronkopneumonia atau pneumonia adalah istilah umum untuk infeksi

paru paru yang dapat disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri , jamur

dan parasit). Bronkopneumonia juga didefinisikan sebagai radang akut yang

menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Penyakit ini merupakan manifestasi

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat

menyebabkan kematian. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh

virus, termasuk adenovirus, rhinovirus, virus influenza (flu), respiratory

1
syncytial virus (RSV), human metapneumovirus, dan virus parainfluenza.

Selain itu, virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa

pneumonia (Agus, 2019).

Bronkopnemonia seringnya disebabkan oleh bakteri. Bakteri-bakteri

ini mampu menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita

bersin atau batuk, yang kemudian 84 Alaydrus Jurnal Mandala Pharmacon

Indonesia terhirup oleh orang disekitarnya. Inilah sebabnya lingkungan

menjadi salah satu factor risiko berkembangnya bronkopnemonia.

(Ramadheni, 2018).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bronkopneumonia

merupakan penyebab kematian terbesar pada anak – anak di seluruh dunia.

Tahun 2014 ditemukan sebanyak 930.000 jiwa anak. pada tahun 2015

prevalensi kematian bronkopneumonia pada balita sebesar 16% sebanyak

920.136 jiwa anak (WHO,2017), sedangkan Pada tahun 2016 didapatkan data

kematian balita akibat bronkopneumonia pneumonia dengan jumlah 880.000

jiwa, dengan Indonesia menempati urutan ke 2 (UNICEF, 2018).

Prevalensi bronkopneumonia di Indonesia pada tahun 2015 sebesar

63,45% dibandingkan tahun 2016 sebanyak 65,27% sedangkan pada tahun

2017 didapatkan sebanyak 51,19% yang mengalami bronkopneumonia. Data

pada tahun 2018 didapatkan bronkopneumonia balita tertinggi di DKI Jakarta

2
(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten

(67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan prevalensi di

Kalimantan Timur (29,02%). Sedangkan Sumatera Barat menempati urutan

yang ke 9 dengan kasus bronkopneumonia terbanyak (Kemenkes RI, 2018).

Di Sumatera Barat jumlah balita didapatkan 81.736 juta jiwa,

diperkirakan jumlah penderita yaitu 3,91% dari jumlah balita. Kota Padang

merupakan salah satu wilayah di Sumatera Barat dengan angka kejadian

pneumonia terbanyak. Pada tahun 2017 didapatkan data balita sebanyak

81.736 jiwa, perkiraan balita yang mengalami pneumoni 3,1% dari jumlah

balita, sedangan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.719 jiwa (Dinas

Kesehatan Kota Padang, 2018).

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan di RSUP MDjamil Padang

angka kejadian bronkopneumonia pada anak dapat diketahui berdasarkan data

rekam medis pada tahun 2018-2020. Penderita bronkopneumonia pada anak

pada tahun 2018 sebanyak 151 orang, pada tahun 2019 mengalami

peningkatan menjadi 166 orang dan pada tahun 2020 menjadi 76 orang, ini

disebabkan karena data pengunjung pada tahun 2020 mengalami penurunan

karena pandemi covid-19 (Alaydrus 2018).

3
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkim paru. Umumnya

pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai bronkopneumonia.

Bronkopneumonia bentuk suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia

lobular atau adanya infiltrat pada bagian area pada kedua lapang atau bidang

paru dan sekitar bronkhi (Sinaga, 2019). Bronkopneumonia adalah suatu

peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau

peradangan yang terdiri pada jaringan paru dengan cara penyebaran langsung

melalui saluran pernafasan atau hematogen sampai ke bronkus (Nari, 2019).

Bronkopneumonia ditandai dengan panas yang tinggi, gelisah,

dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan

produktif (Hidayat, 2011). Penyebab dari bronkopneumonia yang biasa yaitu

masuknya bacteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia sedangkan

untuk virus yaitu adenoviruses, rhinovirus, influenza virus, respiratory

syncytial virus (RSV) dan para influenza virus yang masuk melalui saluran

pernafasan. Pada umumnya dikategorikan sebagai penyakit menular yang di

tularkan melalui udara dengan sumber penularan adalah penderita yang

menyebarkan kuman dalam bentuk doplet ke udara pada saat batuk, bersin

dan terhirup oleh orang di sekitar (Pramono dkk, 2019).

Selain dari penyebab bakteri dan virus adapun faktor lain yang dapat

mempengaruhi peningkatan keparahan bronkopneumonia yaitu status gizi

yang kurang atau buruk, pemberian air susu ibu (ASI) tidak sampai enam

bulan, tidak mengkonsumsi suplemen zink, bayi berat badan lahir rendah,

4
tidak vaksinasi dasar lengkap, polusi udara, asap rokok, asap bakaran, serta

rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan ibu (Patria,2016).

Dampak yang muncul pada anak yang mengalami bronkopneumonia

dapat berupa fisik maupun psikologisnya. dampak fisik yang dialami anak

seperti akan terjadinya atelektasis pada paru, episema, abses paru, infeksi

sitemik, endokarditis, meningitis, dan akibat yang lebih parah lagi dapat

mengalami kematian. Proses penerapan asuhan keperawatan yang tepat

memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan

pencegahan sehingga dapat meminimalkan dampak yang akan terjadi

(Ngastiyah, 2012).

Peran perawat adalah menerapkan asuhan keperawatan yang

komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran

perawat sebagai promotif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kepada

pasien dan keluarga tentang penyakit. Peran perawat sebagai preventif adalah

mencegah terjadinya penyakit yang dialami ke dampak yang lebih serius.

Peran perawat sebagai rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan

bagi penderita yang dirawat dirumah sakit. Peran perawat sebagai kuratif

bertujuan untuk memberikan pengobatan dan asuhan keperawatan berupa

pemberian intervensi terapi non farmakologis ataupun farmakologis (Kozier,

2011).

5
Dalam menjalankan perannya perawat menyiapkan serta

memposisikan pasien untuk tindakan dan memberikan dukungan sepanjang

proses asuhan keperawatan yang dilakukan. Asuhan keperawatan yang

diberikan dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien Bronkopneumonia

melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses

keperawatan serta memberikan berbagai informasi untuk menambah tingkat

pengetahuan keluarga pasien terhadap Bronkopneumonia. Sehingga

diharapkan terjadi perubahan perilaku pasien setelah mendapatkan

pendidikan. Asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien

bronkopneumonia ini untuk mengatasi masalah yang dirasakan

(Engram,2012).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia di

ruangan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, didapatkan rumusan

masalah penelitian ini adalah Bagaimna Penerapan Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

6
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada

Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

2. Tujuan khusus

a. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Anak

dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

b. Diharapkan mahasiswa mampu merumuskan diagnosa Keperawatan

pada Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

c. Diharapkan mahasiswa mampu menentukan Rencana Keperawatan

pada Anak dengan Bronkopneumonia diRuangan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

d. Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tindakan Keperawatan

pada Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang

7
e. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan

pada Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

f. Diharapkan mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan

Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumonia di Ruangan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan penulis terkait Asuhan keperawatan

pada Anak yang mengalami bronkopneumonia dan mengaplikasikan ilmu

yang telah di peroleh diperkuliahan dalam praktek klinik keperawatan

pada anak dengan bronkopneumonia di e. di Ruangan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Proposal ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah referensi

bagi mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang untuk penelitian

selanjutnya mengenai bronkopneumonia pada anak.

8
c. Bagi Perawat

Proposal ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

menerapkan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, menentukan

masalah keperawatan, mampu mengintervensi dan mengiimplementasi

serta mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan

masalah bronkopneumonia di ruangan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

d. Bagi Tempat Penelitian

Proposal ini dijadikan sebagai data dasar dan informasi untuk rumah sakit

sebagai bahan perbaikan untuk meningkatkan mutu pelayanan pada pasien

anak dengan diagnosis bronkopneumonia pada anak.

9
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Anak

1. Konsep Dasar Anak

a. Defenisi Anak

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

perlindung anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang dalam perlindungan

terhadap anak sudah mulai sejak anak tersebut dalam kandungan

hingga berusia 18 tahun (Kemenkes, 2017).

b. Pembagian Usia pada anak

Pembagian usia anak menurut Fida dan Maya (2018) adalah:

1) Neonatus :0 –28 hari

2) Bayi:1 –12 bulan

3) Usia toodler:1 –3 tahun

4) Anak prasekolah:4 –6 tahun

5) Anak sekolah:7 –12 tahun

6) Anak remaja:13 –18 tahun

10
c. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

1) Pertumbuhan anak

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan jumlah, besar,

ukuran yang dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound,

kilogram) serta tinggi badan dan berat badan.(Purwandari, dkk, 2017).

Indikator pemeriksaan pertumbuhan :

a) Pengukuran tinggi badan

Pada anak usia 0 sampai 2 tahun pengukuran tinggi badan

dilakukandengan cara berbaring, sedangkan pada anak usia

lebih dari 2 tahun dilakukan dengan cara berdiri (Titin,

2017).

b) Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan

timbangan yang berguna untuk mengetahui keadaan gizi dari

tumbuh kembang anak (Titin, 2017).

c) Lingkar kepala

Lingkar kepala menggambarkan pemeriksaan patologis dari

besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Perkembangan otak mempengaruhi

pertumbuhan tengkorak (Titin, 2017).

11
d) Lingkar lengan atas

Tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak

berpengaruh banyak oleh cairan tubuh dapat digambarkan oleh

ukuran lingkar lengan atas. Pengukuran ini berguna untuk

skrining malnutrisi pada anak (Titin, 2017).

2. Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini menyangkut

perkembangan sel tubuh, organ dan system tubuh yang berkembang

untuk memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan intelektual,

emosi dan tingkah laku (Titin, 2017).

Ada 5 aspek perkembangan yang perlu dibina dan dipantau, yaitu:

a. Perkembangan Motorik

- Motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukanpergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk dengan berdiri (Titin, 2017).

- Motorik halus

Aspek berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan

12
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

menjepit, menulis (Titin, 2017).

b. Perkembangan Kognitif

Merupakan proses berfikir, yang meliputi kemampuan

individu untuk menilai, menghubungkan, dan

mempertimbangkan suatu peristiwa. (Titin, 2017).

c. Perkembangan Bahasa

Kemampuan bicara dan Bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti

perintah.

3. Perkembangan sosial

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuanman diri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah

bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungan.

a. Pengukuran Perkembangan

Perkembangan merupakan proses untuk anak belajar lebih

mengenal, memakai, dan menguasai sesuatu yang lebih dari sebuah

aspek. Perkembangan Bahasa salah satunya tujuan dari

13
perkembangan satu Bahasa ialah agar anak mampu berkomunikasi

secara verbal dengan lingkungan (Titin, 2017). 2 Faktor yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak, Faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak yaitu :

1) Faktor dari dalam ( internal)

Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau

hormone, factor genetic akan mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, syaraf.

Kemudian pengaruh hormonal dimana sudah terjadi sejak masa

prenatal, yaitu saat janin berusia 4 bulan. pada saat itu terjadi

pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.

Selain itu kelenjar tiroit juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang

berguna untuk metabolisme serta maturase tulang, gigi, dan otak

(Titin, 2017).

2) Faktor dari luar (ekternal)

Faktor biologis (Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan

terhadap penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis atau

hormone)

a. Faktor lingkungan

Fisik Cuaca, musim, sanitasi, dan keadaan rumah

14
b. Faktor keluarga dan adat istiadat

Pekerjaan, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga, adat

istiadat.

B. Konsep Dasar Bronkopneumonia

1. Defenisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru

yang mengenai satu atau beberapa lobus paru, yang ditandai dengan

bercakbercak infiltrate yang disebabkan oleh Streptococus

pneumococcus (30-5-% kasus) dan diikuti oleh Staphylococcus aerus

dan Klesiela pneumonia pada kasus yang lebih berat(Astuti and Dewi

2020)

Gejala yang sering muncul pada pasien bronkopneumonia

yaitu demam tinggi, gelisah, sesak nafas, nafas cepat dan dangkal

(terdengar adanya bunyi ronchi), muntah, batuk kering dan produktif.

Infeksi saluran pernafasan menyebabkan reaksi inflamasi yang dapat

meningkatkan produksi sekret berlebih(Astuti and Dewi 2020)

15
2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi

b. Fisiologi

 Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :

 Hidung yang menghubungkan lubang-lubang

dari sinus udaraparanalis yang masuk ke

dalam rongga-rongga hidung dan jugalubang-

lubang naso lakrimal yang menyalurkan air

mata ke dalambagian bawah rongga nasalis ke

dalam hidung.

 Parink (tekak) adalah pipa berotot yang

berjalan dari dasartenggorokan sampai

persambungannya dengan esophagus

16
padaketinggian tulang rawanmaka letaknya

dibelakang hidung(nasofarink), dibelakang

mulut (oro larink), dan dibelakang

farink(farink laryngeal).

 Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :

 Larink (tenggorokan) terletak di depan bagian

terendah pharinkyang memisahkan dari

kolumna veterbra, berjalan dari farink-farink

sampai ketinggian vertebra servikalis dan

masuk ke dalamtrachea di bawahnya.

 Trachea (batang tenggorokan) yang kurang

lebih 9 cm panjangnyatrachea berjalan dari

larynx sampai kira-kira ketinggian

vertebratorakalis ke lima dan di tempat ini

bercabang menjadi duabronchus (bronchi).

 Bronkus yang terbentuk dari belahan dua

trachea pada ketinggiankira-kira vertebralis

torakalis ke lima, mempunyai struktur

serupadengan trachea yang di lapisi oleh jenis

sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan

dan kiri tidak simetris. Bronchus kananlebih

17
pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan

trachea dengan sudut lebih lancip. Keanehan

anatomis ini mempunyai maknaklinis yang

penting. Tabung endotrachea terletak

sedemikian rupasehingga terbentuk saluran

udara paten yang mudah masuk kedalam

cabang bronchus kanan. Kalau udara setelah

jalan, makatidak dapat masuk dalam paru-

paru kiri sehingga paru-paru akankolaps

(atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang

hampirvertical maka lebih mudah

memasukkan kateter untuk

melakukanpenghisapan yang dalam juga

benda asing yang terhirup lebihmudah

tersangkut dalam percabangan bronchus

kanan karenaarahnya vertical. Cabang utama

bronchus kanan dan kiribercabang-cabang lagi

menjadi segmen lobus, kemudian

menjadisegmen bronchus. Percabangan ini

terus menerus sampai cabangterkecil yang di

namakan bronchiolus terminalis yang

merupakancabang saluran udara terkecil yang

18
tidak mengandung alveolus.Bronchiolus

terminal kurang lebih bergaris tengah

1mm.Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin

tulang rawan, akan tetapidikelilingi oleh otot

polos sehingga ukurannya dapat

berubah,semua saluran udara di bawah

bronchiolus terminalis disebutsaluran

pengantar udara karena fungsi utamanya

adalah sebagaipengantar udara ketempat

pertukaran gas paru-paru. Di luarbronchiolus

terminalis terdapat asinus yang merupakan

unitfungsional paru-paru, tempat pertukaran

gas. Asinus terdiri daridan bronchiolus

respiratorius, yang kadang-kadang

memilikikantung udara kecil atau alvedi yang

berasal dinding mereka.Duktus alveolaris

yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan

sakus alveolus terminalis merupakan sifat

struktur akhir paru-paru.

 Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk

kerucut yang terletakdalam rongga torak atau

19
dada. Kedua paru-paru saling terpisaholeh

media sinum central yang mengandung

jantung pembuluh-pembuluh darah besar.

Setiap paru-paru mempunyai apeks danbasis.

Alteria pulmonalis dan arteri bronchialis,

bronkus, syarafdan pembuluh limfe masuk

pada setiap paru-paru kiri dan dibagitiga lopus

oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri

dari pulmosinistra lobus superior dan lobus

inferior. Tiap-tiap lobus terdiridari belahan

yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru

kirimempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada lobus superior,dan 5 buah

segmen pada lobus inferior. Paru-paru

kananmempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada lobus superior, 2buah segmen

pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada

lobusinferior. Tiap-tiap segmen ini masih

terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang

bernama lobulus. Di dalam lobulus,

bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak

sekali, cabang-cabang ini disebut duktus

20
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada

alveolus yangdiameternya antara 0,2 - 0,3mm.

Letak rongga paru-paru dirongga dada

dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

 Pleura Visceral (selaput dada pembungkus)

yaituselaput paru-paru yang langsung

membungkus paru-paru

 Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi

rongga dada sebelahluar. Antara kedua pleura

ini terdapat rongga (kavum) yang disebut

kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum

pleura ini vakum(hampa udara) sehingga

paru-paru dapat berkembang kempis danjuga

terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna

untukmeminyaki permukaannya (pleura),

3. Etiologi

Beberapa organisme yang dapat menyebabkan

Bronkopneumia antara lain : bakteri, virus, chmydia,

mycoplasma, dan jamur. Bonkopneumonia oleh virus banyak

dijumpai pada pasien dengan daya tahan tubuh yang lemah,

seperti pada bayi dan anak, seperti respiraton syncytial virus,

21
influenza type A, parainfluenza, adenovirus.influenza virus,

metapneumovirus, dan respiratori syncytial virus dideteksi pada

60% kasus bronkpneumonia pada anak. Sementara itu,

pneumonia bakteri disebabkan oleh streptococcus pneumoniae,

staphylococcu (Rendy, loysa, 2018).

Prihaningtyas (2014), penyebab bronkopneumonia adalah :

a. Streptococcus pneumonia/pneumococcus, bakteri

penyebab paling banyak terjadinya pneumonia pada anak

di negara berkembang (30-50% kasus).

b. Haemophilus influenza type B (Hib), bakteri yang

menyumbang hingga 30% kasus pneumonia. Selain

menyebabkan pneumonia, Hib dapat menyebabkan

meningitis (infeksi selaput otak ).

c. Respiratory syncytial virus merupakan penyebab terbesar

pneumonia yang diakibatkan oleh virus dan biasanya

menyerang anak pra sekolah.

d. Pneumocystis jiroveci merupakan penyebab pneumonia

yang banyak ditemukan pada bayi dengan HIV positif.

Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain penyebab

bronkopneumonia adalah :

22
a. Faktor predisposisi

1) Usia/ umur

2) Genetik

b. Faktor pencetus

1) Gizi buruk/ kurang

2) Berat badan lahir rendah (BBLR)

3) Tidak mendapatkan ASI yang memadai

4) Imunisasi yang tidak lengkap

5) Polusi udara

6) Kepadatan tempat tinggal

4. Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus atau bakteri yang masuk ke saluran pernafasan

sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan

sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan

sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronki positif dan

mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu

proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :

a) Stadium I (4-12 jam pertama / kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan

permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal

23
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas

kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan

mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan

sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut

mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi bekerja sama

dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos

vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini

mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang

intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus di tempuh

oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam

darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan

saturasi oksigen hemoglobin.

b) Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh

sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu

(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena

menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit

dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar, pada stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

selama 48 jam.

24
c) Stadium III/ hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah

putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini

endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

terjadi fagositosis sisa- sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli

mulai diresorbsi, lobus masih teteap padat karena berisi fibrin dan

leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah

tidak lagi mengalami kongesti.

d) Stadium IV/ resolusi (7-11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon

imun dan peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis

dan diabsropsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke

strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya

penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,

ronki positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai

alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,

fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan

mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas

ronki. Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan

penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas. Emfisema

(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak

lanjut dari frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada

25
klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan

mengakibatkan terjadinya gagal nafas (Wijayaningsih, 2013).

Streptococcus pneumonia atau Mycoplasma pneumonia

menginvasi saluran nafas bawah terutama bronkus dan alveoli

sehingga menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, akibatnya

antibodi beraktivasi terhadap virus yang masuk sehingga

meningkatkan media inflamasi yang ditandai dengan peningkatan

suhu tubuh/ demam. Reaksi inflamasi ini juga membuat

peningkatan eksudat di alveoli yang mengakibatkan PO2 menurun

sehingga terjadi hiperventilasi dan mengalami masalah gangguan

pola nafas. Bronkopneumonia bisa mengakibatkan perburukan

keadaan dimana infeksi tidak hanya di saluran nafas tapi juga

menyebar ke saluran pencernaan yang berakibat terjadinya

inflamasi di saluran cerna yang ditandai peningkatan BAB > 3x/

hari, perburukan keadaan lainnya yaitu terjadinya hipoksi yang

mengakibatkan penurunan kesadaran pada penderita (Kyle &

Carman, 2014)

26
5. WOC Bronkopneumonia
Virus, bakteri, dan aspirasi benda
asing
Masuk melalui saluran pernapasan bagian atas

Menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah

Inflamasi di bronkus dan alveoli Peradangan

Bronkopneumonia Peningkatan suhu tubuh


demam
Penumpukan secret Penurunan ekspansi
dijalan nafas hipertemi
paru

Mucus di bronkus PO2


Batuk produktif
meningkat menurun
hiperventila
terdengar suara ronki
si Metabolisme anoerob
Anoreksia meningkat
Adanya retraksi dinding
dada, sesak nafas, nafas Penumpukan asam laktat
Bersihan Jalan nafas
Intake cuping hidung
menurun
tidak efektif
Kelelahan dan keletihan
Defisit Pola nafas tidak efektif
Nutrisi
Intoleransi
aktivitas
(Mendri, 2016)

6. Tanda dan Gejala

Menurut Rendi, Loysa 2018 gejala bronkopneumonia

pada anak bervasiari tergantung pada usia anak. Beberapa

gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada anak dengan

bronkpneumonia antara lain:

1. Batuk

2. Demam

3. Kesulitan bernapas seperti nafas cepat

27
4. Adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam (retraksi).

5. Adanya napas cuping hidung (terutama pada bayi)

7. Penatalaksanaan

Kylie & Carman (2014), menjelaskan penatalaksanaan

terapeutik yang dapat dilakukan meliputi :

1. Antipiretik, hidrasi yang adekuat, dan observasi yang

cermat untu anak-anak yang sakit yang tidak parah.

2. Antibiotik (oral atau IV) pada bronkopneumonia bakterial.

3. Hospitalisasi jika anak mengalami takipnea, retraksi yang

signifikan, asupan oral yang buruk atau letargi agar

suplemen oksigen atau hidrasi IV dapat

diberikan.Penanganan medis terutama bersifat suportif dan

mencakup memperbaiki oksigenisasi dengan oksigen dan

terapi pernafasan. Antibiotik digunakan untuk mengobati

pneumonia bakterial berdasarkan kultur dan uji sensitivitas.

Hospitalisasi bergantung pada keparahan penyakit, usia

anak, perlunya suplemen oksigen, organisme yang

dicurigai dan keadekuatan lingkungan rumah. Jika terjadi

efusi pleura, mungkin diperlukan torasentesis atau drainase

slang toraks (Betz & Sowden, 2009).

28
Penatalaksanaan menurut Ngastiyah (2014) :

a. Menjaga kelancaran pernafasan

b. Kebutuhan istirahat

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

d. Mengontrol suhu tubuh

e. Mencegah komplikasi.

8. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering

terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65

tahun atau lebih), dan orang-orang dengan kondisi kesehatan

tertentu, seperti diabetes (Akbar Asfihan, 2019). Beberapa

komplikasi bronkopneumonia yang mungkin terjadi, termasuk :

a. Infeksi Darah

Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah

dan menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat

menyebabkan kegagalan organ.

b. Abses Paru-paru

Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga

paru- paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik.

29
Tetapi kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk

menyingkirkannya.

c. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di

sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi

biasanya dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam

beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi

bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.

d. Gagal Napas

Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,

sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena

gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal

napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan

berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena

harus menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).

9. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan

diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

1. Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan darah

30
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan

terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)

 Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk

yang spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta

tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.

 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status

oksigenasi dan status asam basa.

 Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.

 Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi

untuk mendeteksi antigen mikroba

2. Pemeriksaan radiologi

 Ronthenogram thoraks

Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali

dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.

Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi

stafilokokus dan haemofilus

 Laringoskopi / Bronskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh

benda padat

31
C. Konsep Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengambil data

mengenai pasien. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data

dasar dan semua informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi

pasien (Roymond, 2009) antara lain sebagai berikut

a. Identitas Data

Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa

benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan

anak yang lain (Nursalam, 2013). Identitas tersebut meliputi:

Nama anak, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, no RM,

dll.

b. Identitas Orang Tua

Identitas orang tua meliputi: Nama orang tua, umur,

pekerjaan, pendidikan, alamat, dll.

c. Identitas Saudara Kandung

Identitas saudara kandung meliputi: Nama saudara kandung,

anak keberapa, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dll.

Biasanya pada anak dengan bronkopneumonia keluhan yang

dirasakan sesak nafas, batuk dan peningkatan suhu tubuh.

32
a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Jika pneumonia virus didahului oleh gejala-gejala infeksi

saluran nafas termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih

rendah dari pneumonia bakteri. Sedangkan pneumonia bakteri

didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah

dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tubuh tinggi,

batuk dan mengalami kesulitan bernafas.

b) Riwayat kesehatan Dahulu

Perlu ditanyakan pada orangtua apakah anak sering menderita

penyakit saluran pernapasan bagian atas, kemudian riwayat

penyakit campak/ fertusis (pada bronkopneumonia). Prediksi

penyakit saluran pernapasan lain seperti ISPA, Influenza

adakah sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang berkaitan dengan sistem pernafasan

d) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Perlu dikaji adanya penyakit

pada ibu saat masa kehamilan.

e) Riwayat Imunisasi

Kaji adakah anak mendapatkan imunisasi lengkap, terutama

tanyakan adakah mendapatkan imunisasi Hib

33
f) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Tentukan usia saat penanda kemampuan kontrol motorik

kasar dicapai, seperti duduk, berdiri, berjalan, bersepeda dan

seterusnya. Tanyakan apakah anak telah memiliki

keterampilan motorik halus seperti menggenggam krayon,

melepaskan atau menggunakan sendok garpu dan

keterampilan menulis dengan tangan. Biasanya anak yang

mengalami bronkopneumonia lebih cenderung mengalami

keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan akibat

keletihan, ketidakmampuan untuk makan dan peningkatan

kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.

g) Riwayat nutrisi :

1. Pemberian asi

Kaji pertama kali disusui, cara pemberiannya dan lama

pemberian.

2. Pemberian susu formula

Kaji alasan orang tua memberikan asi formula, jumlah

pemberian

dan cara pemberian.

3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Kaji dari anak berusia 0 sampai dengan saat ini.

34
h) Riwayat Psikososial

Anak berada pada fase pra sekolah yaitu memiliki inisiatif

untuk belajar mencari pengalaman baru.

i) Riwayat hospitalisasi

Sedih, perasaan, berduka, gangguan tidur, kecemasan,

keterbatasan dalam bermain, rewel gelisah, perasaan berpisah

dari orangtua dan teman.

j) Istirahat dan tidur

Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya

anak dengan bronkopneumonia pada saat sebelum sakit

istirahat dan tidur anak cukup tidak ada hambatan, tetapi pada

saat sakit akan sulit untuk tidur karena merasa tidak nyaman

dengan tubuhnya

k) Olahraga

Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya

anak dengan bronkopneumonia sebelum sakit akan aktif dan

banyak beraktivitas sedangkan pada saat sakit anak akan

cendrung murung dan malas untuk berolahraga.

l) Personal Hygiene

Biasanya anak sebelum sakit akan melakukan kebersihan

dirinya sendiri pada saat sakit anak akan merasa lemas dan

dibantu oleh orang tua untuk melakukan kebersihan anak.

35
m) Aktivitas/Mobilitas Fisik

Biasanya anak sebelum sakit akan banyak beraktivitas saat

sakit anak lebih malas beraktivitas dan merasa lemas.

n) Rekreasi

Biasnaya anak sebelum sakit akan senang untuk pergi bereaksi

saat sakit anak akan merasa malas dan lemas dan keluarga juga

tidak mau membawa anaknya untuk bekreasi.

o) Pemeriksaan Fisik

- Kondisi umum

- Tekanan Darah

Apabila tidak melibatkan infeksi sistemis yang

berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler,

tekanan darah biasanya tidak ada masalah.

- Tanda-tanda vital

Nadi berdasarkan usia, frekuensi nadi usia 1-3

tahun 90- 150x/menit, usia 4-5 tahun 80-140x/menit, usia

5-12 tahun 70-120x/menit, usia 12-18 tahun 60-

100x/menit. Denyut nadi biasanya mengalami peningkatan

seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi

pernafasan. Pernafasan Perlu diperhatikan adanya

36
takipnea, dispnea. Batasan takipnea pada anak 2 bulan -

<12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara

untuk anak berusia 12 bulan - <5 tahun adalah 40

kali/menit atau lebih.Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC,

pada anak bronkopneumonia biasanya mengalami demam/

hipertemi (suhu bisa mencapai 400C dan bisa lebih)

 Kepala-Leher

Biasanya anak akan merasakan sakit kepala

 Mata

Jika didapatkan penurunan hemoglobin akan ditandai

dengan anemis pada konjungtiva anak

 Hidung

Biasanya pada anak Bronkopneumonia ditemukan

pernafasan cuping hidung

 Mulut

Pada anak yang mengalami pneumonia akan

terdengar bunyi nafas stridor. Anak biasanya akan

mengalami batuk (bisa produktif dan bisa tidak

produktif) dan keadaan lebih buruk ditemukan

sianosis pada bibir

 Paru-paru

37
Inspeksi : Pada saat di inspeksi akan tampak

retraksi pada dinding dada anak. Perlu diperhatiakan

adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase

inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada

ke dalam akan tampak jelas.

Palpasi : Fremitus raba mungkin meningkat

pada sisi yang sakit

Perkusi : Adanya suara redup pada sisi yang

sakit

Auskultasi : Dengan menggunakan stetoskop, akan

terdengar suara nafas berkurang (wheezing/ ronkhi),

ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi basah

pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi,

bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek

pleura.

 Kardiovaskuler

Inspeksi : Biasanya tidak ada kelainan

Palpasi : Iktus cordis teraba di RIC 3 dan

4, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan

denyut jantung

Perkusi : Dikaji apakah ada pembesaran jantung.

38
Biasanya tidak ada kelainan

Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2

biasanya normal. Dikaji apakah ada bunyi jantung

tambahan

 Abdomen

Inspeksi : Saat diobservasi ada/ tidak kelainan

pada abdomen

Palpasi : Saat dikaji biasanya ditemukan adanya

distensi abdomen pada anak, hati kemungkinan bisa

membesar jika kondisi semakin memburuk

Perkusi : Pada saat dilakukan perkusi akan

terdengar bunyi pekak

Auskultasi :Kemungkinan bising usus bisa

meningkat karena penurunan nafsu makan dan

peningkatan peristaltic

 Kulit

Kulit tampak pucat, sianosis, turgor menurun (akibat

dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit

meningkat

 Ekstremitas

Anak merasa cepat lelah, lemah, tonus otot menurun,

39
bisa terjadi nyeri otot. Biasanya pada ekstremitas

akral teraba dingin bahkan crt > 2 detik karena

kurangnya suplai oksigen ke perifer, ujung-ujung

kuku sianosis.

 Genitalia

Biasanya tidak ada kelainan pada genetalia.

- Pemeriksaan Diagnostik

- Pemeriksaan laboratorium

 Leukosit bisa mencapai 18.000-40.000/mm3

 Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.

 LED meningkat

 X-foto dada

Terdapat bercak-bercak infiltrat yang tersebar

meliputi satu/ sebagian besar lobus/lobules.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan

melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan

dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan

yang lain. (Hutahaean Serri, 2010) Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa

40
keperawatan yang muncul yaitu:

ii. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi

iii. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas

dinding dada.

iv. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

v. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan

vi. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (Mendri2016).

3. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Setelah di lakukan intervensi Manajemen jalan nafas
Bersihan jalan

nafas tidak keperawatan 1x4 jam, di Observasi

harapkan jalan nafas - Monitor pola napas


efektif
(frekuensi, kedalaman ,
berhubungan membaik dengan kriteria
usaha napas)
dengan proses hasil :
- Monitor bunyi nafas
infeksi - Batuk efektif meningkat
tambahan
- Produksi sputum
- Monitor sputum
menurun
Teraupetik

41
- Mengi menurun - Pertahankan kepatenan

- Meconium ( pada jalan nafas dengan head

neonates ) menurun tiit dan chin lift

- Dyspnea menurun - Posisikan semi

fowler/fowler
- Ortopnea menurun
- Berikan minum hangat
- Sulit bicara menurun
- Lakukan fisioterapi
- Sianosis menurun
dada jika perlu
- Gelisah menurun
- Lakukan penghisapan
- Frekuensi nafas membaik
lender kurang dari 15
- Pola nafas membaik
detik

- Lakukan

hiperoksigenasi

sebelum penghisapan

endotrakeal

- Keluarkan sumbatan

benda padat dengan

forsep McGiil

- Berikan oksigen jika

perlu

Edukasi

42
- Anjurkan asupan

cairan 2000 ml/hari,

jika tidak

kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk

efektif

Kalaborasi

- Kolaborasi pemberian

bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik,

jika perlu
2 Setelah di lakukan intervensi Pemantauan respirasi
pola nafas tidak

efektif keperawatan 1x4 jam, di Observasi

harapkan pola nafas - Monitor frekuennsi,


berhubungan
irama, kedalaman dan
dengan membaik dengan kriteria
upaya nafas
deformitas hasil :
- Monitor pola napas
dinding dada - Ventilasi meningkat
- Monitor kemampuan
- Kapasitas vital meningkat
batuk efektif
- Diameter thorak-anterior-
- Monitor adanya
posteilor meningkat
produksi sputum
- Tekanan ekspirasi
- Monitor adanya

43
meningkat sumbatan jalan nafas

- Tekanan inspirasi - Palpasi kesimetrisan

meningkat ekspansi paru

- Dyspnea mmenurun - Auskultasi bunyi nafas

- Monitor saturasi
- Penggunaan otot bantu
oksigen
nafas menurun
- Monitor nilai AGD
- Pemanjangan fase
- Monitor hasil x-ray
ekspirasi menurun
thorak
- Ortopnea menurun
Terapeutik
- Pernapasan pursed-tip
- Atur interval
menurun
pemamtauan respirasi
- Pernapasan cuping
sesuai kondisi pasien
hidung menurun
- Dokumentasikan hasil
- Frekuensi nafas membaik pemantauan

- Kedalaman nafas Edukasi

membaik - Jelaskan tujuan dan

- Ekskursi dada membaik prosedur pemantauan

- Informasikan hasil

pemantauan jika perlu

44
3 Hipertermi Setelah di lakukan intervensi Manajemen hipertermi

berhubungan keperawatan 1x4 jam, di


Tindakan Observasi
dengan proses harapkan termoregulasi
- Identifikasi penyebab
penyakit membaik dengan kriteria
hipertermi
hasil :
- Monitor suhu
- Menggigil menurun
tubuh
- Kulit merah
- Monitor kadar
menurun
eletrolit
- Kejang menurun
- Monitor haluaran urin
- Akrosianosis
- Monitor komplikasi
menurun
hipertermi
- Komsumsi oksigen
Terapeutik
menurun
- Sediakan lingkungan
- Piloereksi menurun
yang dingin
- Vasokontriksi perifer

menurun - Longgarkan atau

- Kulit memorata lepaskan pakaian

menurun - Basahi dan kipasi


- Pucat menurun permukaan tubuh
- Takikardi menurun - Berikan cairan oral

45
- Takipnea menurun - Ganti linen setiap hari

- Bradikardi menurun - Hindari pemberian

- Dasar kuku sianosis antiperetik atau

menurun aspirin

- Hipoksia menurun - Berikan oksigen , jika

- Suhu tubuh perlu

Membaik Edukasi

- Suhu kulit
- Anjurkan tirah
membaik
baring
- Kadar gula darah
Kolaborasi
membaik
Pemberian cairan dan elektrolit
- Pengisian kapiler intravena

membaik

- Ventilasi membaik

Tekanan darah membaik


4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi

berhubungan keperawatan selama 1x24 Tindakan Observasi

dengan jam, diharapkan status nutisi - Identifikasi status


ketidakmampua membaik dengan kriteria nutrisi
n menelan
hasil : - Identifikasi alergi dan
makanan
- Porsi makanan yang intoleransi makanan

46
dihabiskan - Identifikasi makanan

meningkat yang disukai

- Kekuatan otot - Identifikasi kebutuhan

pengunyah kalori dan jenis nutrisi

meningkat - Identifikasi perlunya

- Kekuatan otot penggunaan selang

menelan meningkat nasogastrik

- Serum albumin - Monitor berat

meningkat badan

- Verbalisasi keinginan - Monitor asupan

untuk meningkatan makanan

nutrisi meningkat - Monitor hasil

- Pengetahuan pemeriksaan

tentang pilihan laboratorium

makanan yang sehat Terapeutik

meningkat
- Lakukan oral
- Pengetahuan
hygiene sebelum
tentang pilihan
makan
minuman yang sehat
- Fasilitasi menetukan
meningkat
pedoman diet

47
- Perasaan cepat
- Sajikan makanan
kenyang menurun
secara menarik dan
- Nyeri abdomen
suhu yang sesuai
menurun
- Berikan makanan
- Sariawan menurun
tinggi
- Rambut rontok
kalori dan tinggi
menurun
protein
- Diare membaik
- Berikan makanan
- Berat badan
tinggi serat
membaik
- Berikan suplemen
- Frekuensi makan
makan, jika perlu
membaik
- Hentikan pemberan
- Nafsu makan
makanan lewat NGT
membaik
jka asupan oral sudah
- Bising usus membaik
dapat ditoleransi

Edukasi

- anjurkan makan

dengan posisi duduk

- ajarkan diet yang

diprogramkan

48
kolaborasi

- pemberian medikasi

sebelu makan dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

kalaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrisi yang

dibutuhkan , jika perlu


5 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy

aktivitas tindakan keperawatan


Observasi
berhubungan selama 1x24 jam respon
- Identifikasi gangguan
dengan fisiologi terhadap aktiftas
fungsi tubuhyang
ketidakseimbang
meningkat dengan kiteria
mengakibatkan
an antara suplai
hasil :
dan kebutuhan kelelahan
- frekuensi nadi
oksigen - Monitor kelelahan
meningkat
fisik dan
- saturasi oksigen
emosional
meningkat
- Monitor pola jam
- kemudahan dalam
tidur
aktifitas sehrai-hari
- Monitor lokasi dan
Meningkat

49
- kecepatan berjalan
ketidaknyamana
meningkat
Terapeutik :
- jarak berjalan
- Sediakan lingkungan
meningkat
yang nyaman dan
- keluhan lelah
rendah stimulus
menurun
- Lakukan rentang gerak
- dyspnea saat
pasif dan aktif
beraktivitas
- Berikan aktifitas
menurun
distraksi yang
- dyspnea setelah
menenangkan
aktivitas menurun
- Fasilitasi duduk disisi
- perasaan lelah
tempat tidur
menurun
Edukasi
- aritmia saat aktivitas
- Anjurkan tirah
menurun
baring
- aritmia setelah
- Anjurkan melakukan
aktivitas menurun
aktifitas secara
- sianosis menurun
bertahap
- warna kulit membaik
- Anjurkan
- tekanan darah
menghubungi

50
membaik perawat jika

frekuensi napas membaik ditemukan tanda

tanda kelelahan

- Ajarkan strategi

koping untuk

mengurangi kelelahan

Kolaborasi

Kolaborasi gizi tentang cara

meningkatkan asupan makanan


Tabel 2.1 Intervensi

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya

adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan

sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan

implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau dapat

mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan

di lakukan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi

dilakuakan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif,

analisa, planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana

51
keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi

52
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, Syafika. 2018. “Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Anak Penderita

Bronkopneumonia Di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2017.”

Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4 (02): 83–93.

https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i02.29.

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta: Buku

Kedokteran.

Bennete. M. J. 2013. Pediatric Pneumoniae. Jakarta.

Betz, Cecily Lynn., dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku

Keperawatan Pediatri Ed Jakarta: EGC

Fadhila (2013). Rule Of Diagnosis And Treatmebt Of

Broncpneumonia Patiants On Baby Boys Age 6 Monts

Hartati, Susi. 2012. Faktor Resiko terjadinya Bronkopneumonia pada Anak

Balita. Jurnal Keperawatan I donesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 13-

20 (Diunduh 20 Mei 2019).

53
Hasan R, dkk. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta.

Herdman, T Hearher (2015). Diagnosis Keperawatan & Klasifikasi 2015-

2017 .Jakarta; EGC

Heriana, P. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia . Tanggeran

Selatan: Salemba Medika

Hidayat,A,A.2012. Buku Pengantar Ilmu Keperawatan Anak .Jakarta

: Salemba Medika

Hidayat. A. A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi I. EGC:

Jakarta

Hidayatin,T (2019). “Pengaruh pemberian fisioterapi dada dan

pursed lips breathing (tiupan lidah) terhadap bersihan jalan nafas

pada anak balita dengan penumonia”. Vol. 11, No. 1 Indramayu

Kementrian Kesehatan RI 2018. Data dan Informasi Profil

Kesehatan Indonesia 2017 (diunduh 24 Juni 2021).

Manurung, dkk. 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta:

Trans Info Media.

Ngastiyah, 2014 Perawatan Anak Sakit,2 ed Jakarta EGC

54
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Defenisi

dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.Jakarta : DPP.PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Defenisi

Dan Tindakan Keperawatan, Edisi II .Jakarta : DPP.PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Defenisi Dan

Kriteria Hasil Keperawatan., Edisi 1.Jakarta : DPP.PPNI

PPNI, 2019 (SDKI setandar Diagnosa keperawatan Indonesia)

PPNI, 2019 (SIKI setandar Intervensi keperawatan Indonesia)

PPNI, 2019 (SLKI setandar Luaran keperawatan Indonesia)

Ridha, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Sidabutar, TA (2013). “Asuhan Keperawatan Anak Kesehatan

Masyrakat Perkotaan Pada Pasien Pneumonia” di RSUP

Fatmawati. Depok

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

Volume 1.Jakarta: EGC

55
56
52

Anda mungkin juga menyukai