Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kementrian Perhubungan (2018), Kematian dan kecelakaan lalu

lintas menjadi masalah global dan menunjukkan tren yang terus meningkat.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan

pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, memajukan kesejahteraan

umum serta terwujudnya etika berlalu lintas bagi masyarakat. Pada pasal 203

ayat 2, salah satu bentuk program nasional Keselamatan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan adalah cara berkendara dengan selamat (Safety Riding)

(Egiya, 2018).

Menurut Taroreh (2018) Safety Riding atau keselamatan berkendara adalah

suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan

memaksimalkan keamanan berkendara demi menciptakan suatu kondisi yang

mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan

menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi disekitar kita. Safety riding

merupakan suatu usaha untuk mengurangi dan menghindari risiko kecelakaan

lalu lintas dengan meningkatkan kesadaran pengendara terhadap segala

kemungkinan yang terjadi selama berkendara. Safety riding berkaitan dengan

cara berkendara, alat pelindung diri yang digunakan saat berkendara dan

kondisi kendaraan yang digunakan. (Gea, 2021)

Menurut Rendy (2019), tujuan dari keselamatan berkendara adalah untuk

menekan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Jika pengemudi tidak

1
safety riding ketika mengendarai sepeda motor, misalnya mengendarai sepeda

motor secara ugal-ugalan, mengendarai motor dibawah umur, menggunakan

knalpot motor yang tidak standar, tidak melengkapi kendaraan bermotor

sesuai aturan seperti spion, tidak menggunakan helm, menggunakan ponsel

pada saat berkendara, sehingga hal kecil pun akan sangat berdampak besar.

Dampak yang akan terjadi yaitu meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas,

untuk itu penting menerapkan perilaku keselamatan berkendara (safety riding)

upaya untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan cedera hingga

kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Hendrawan, 2019).

Berdasarkan teori safety triad dalam Notoatmodjo,S (2014), Geller

mengungkapkan bahwa untuk membentuk budaya selamat terdapat tiga

komponen yang saling berhubungan satu sama lain yaitu orang, perilaku dan

lingkungan.. Dalam konsep epidemiologic triad/safety triad, resiko kecelakaan

lalu lintas dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu host, agent dan lingkungan.

Karakteristik manusia sebagai host meliputi : usia, pengalaman berkendara,

perilaku berkendara dan perilaku minum-minuman beralkohol. Karakteristik

agent meliputi : kerusakan mesin, design mesin, rangka kendaraan dan

pengaturan kecepatan kendaraan bermotor. Sedangkan karakteristik dalam

lingkungan yang mempengaruhi kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan,

kondisi lalu lintas, dan kondisi alam/cuaca, ternyata penyebab kecelakaan

terbesar adalah karena kelalaian dari pengemudi atau host (Tuasikal,2020).

Menurut Warpani dalam Tuasikal (2020), faktor pengemudi merupakan

faktor dari manusia sebagai pengemudi yang mengendalikan kendaraannya,

mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks yang memerlukan

2
pengetahuan dan kemampuan tertentu, pada saat yang sama pengemudi harus

berhadapan dengan peralatan dan menerima rangsangan dari kendaraan

sekelilingnya. Faktor yang mempengaruhi pengemudi dalam berkendara yaitu

faktor fisiologis dan psikologis, faktor fisiologis dapat berupa penglihatan,

pendengaran, sentuhan, kelelahan. Faktor Psikologis dapat berupa mental,

sikap, pengetahuan serta keterampilan sebagai perilaku.

Lawrence Green 1991 dalam Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa

terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor

predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Salah satu bentuk perilaku

yaitu perilaku safety riding pada pengendara sepeda motor. Perilaku safety

riding dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi adalah faktor yang

mempermudah pengendara dalam berperilaku safety riding yang terdiri dari,

pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin berperan untuk memfasilitasi

perilaku safety riding pengendara biasanya berupa sarana dan prasarana untuk

terjadinya perilaku safety riding. Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong

dan memperkuat pengendara untuk berperilaku safety riding seperti dukungan

dari keluarga dan rekan kerja untuk melakukan perilaku safety riding (Nusa,

2020).

Dampak yang akan tejadi jika tidak menerapkan Safety Riding adalah

beresiko besar terhadap kecelakaan di jalan lintas. Tidak hanya akan

mengakibatkan luka-luka tapi juga berdampak pada kematian. Pengendalian

yang dapat dilakukan dengan memberikan upaya pencegahan dengan

memberikan pemahaman serta mengingatkan pentingnya keselamatan

3
berkendara dengan menggunakan media edukasi yang menarik agar terhindar

dari kecelakaan (Nugroho, 2021)

Kecelakaan lalu lintas termasuk salah satu bentuk kecelakaan kerja karena

berdasarkan Permenaker Nomor 03/Men/1998 kecelakaan kerja adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan korban jiwa serta

kerugian harta benda. Setiap hari di dunia lebih dari seribu anak muda di

bawah usia 25 tahun meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu

lintas mengakibatkan korban meninggal dunia mencapai 2-3 jiwa per jam dan

sebagian besar kasus terjadi pada pengendara bermotor. Korban kecelakaan

lalu lintas di Indonesia paling banyak terjadi pada tingkatan pelajar Sekolah

Menengah Atas (SMA) yang rentang usianya masih terbilang muda yaitu 16-

18 tahun. (Kemenhub, 2020)

Menurut laporan WHO pada Global Status Report on Road 2018 jumlah

kematian akibat kecelakaan lalu lintas secara global sebesar 1,15 juta ,dan

meningkat menjadi 1,35 juta kematian pada tahun 2019. WHO menyatakan

bahwa jumlah kematian tertinggi kecelakaan lalu lintas berada pada rentang

usia 5-29 tahun. Hal ini menunjukkan anak dan remaja merupakan kelompok

usia yang mengabaikan keselamatan berkendara. Berdasarkan jenis pengguna

jalan WHO menyatakan bahwa, kematian lebih banyak terjadi pada pengguna

sepeda motor. Selain menyebabkan kematian, kecelakaan juga dapat

menyebabkan cacat permanen, amputasi, cedera kepala atau cedera tulang

belakang (WHO, 2019).

Berdasarkan dari Korlantas Polri tahun 2018 korban kelompok umur 15-

24 tahun meningkat 20% dari tahun sebelumnya dengan jumlah 5.732 korban

4
dimana pelajar terutama siswa SMA termasuk di dalamnya. Siswa SMA

menjadi kelompok tertinggi dalam kasus pelanggaran lalu lintas yakni sebesar

2.611.475 kasus. Di beberapa daerah di Indonesia, kecelakaan lalu lintas lebih

sering terjadi di kawasan permukiman, yakni sebesar 78.327 kasus pada tahun

2014 yang didominasi oleh kalangan pelajar dan siswa sebanyak 38.611 kasus.

Lebih spesifik lagi, korban kecelakaan lalu lintas lebih banyak berasal dari

kalangan SMA, yakni 96.472.6.

Berdasarkan Korlantas Polri yang juga di publikasikan oleh Kementerian

Perhubungan, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 103.645

kasus pada tahun 2021. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan data tahun

2020 yang sebanyak 100.028 kasus. Adapun kasus kecelakaan lalu lintas pada

tahun 2021 telah menewaskan 25.266 korban jiwa dengan kerugian materi

mencapai Rp246 miliar. Jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan

sebanyak 21.463 unit, sepeda motor menjadi kendaraan yang paling banyak

mengalami kecelakaan yaitu sebesar 73% dan dikuti oleh angkutan barang

12% (Kemenhub, 2022).

Catatan Ditlantas Polda Sumbar menunjukkan kecelakaan di Provinsi

Sumbar pada tahun 2021 mencapai 670 kejadian. Jumlah ini mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebanyak 597 kejadian.

Kapolresta Padang Kombes Pol Imran Amir mengatakan, dari 670 kejadian

itu, sebanyak 52 orang mengalami luka berat, 941 orang mengalami luka

ringan dan meninggal dunia sebanyak 59 orang. Sedangkan untuk kerugian

material mengalami penurunan. Pada tahun 2021, total kerugian sebesar

5
Rp.1.652.900.000, sedangkan di tahun 2020 mencapai Rp 2.048.000.000.

“Minimnya kesadaran masyarakat dalam tertib berlalu lintas menjadi

penyebab terjadinya lakalantas,” kata Kapolresta.

Di Kabupaten Solok tahun 2020 sampai dengan 2021 Badan Pusat

Statistik menyatakan jumlah angka kecelakaan yang terjadi di Kabupaten

Solok yaitu sebanyak 138 kejadian. Angka yang terdapat pada data kecelakaan

ini hanyalah yang melaporkan pada pihak berwenang saja, karena pada

kenyataannya banyak masyarakat yang enggan melaporkan kejadian ini pada

lembaga kepolisian setempat (BPS Prov.Sumbar).

Hasil penelitian Kurniawan (2020) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku safety riding pada siswa-siswi di SMK N 1

Martapura sebagai pengendara sepeda motor. Hasil menunjukkan sebagian

besar berperilaku safety riding tidak aman (63,1%), berpengetahuan kurang

40,5%), bersikap negatif (58,3), tidak memiliki pengalaman dalam berkendara

(53,6%), kondisi kendaraan yang tidak berfungsi dengan baik (57,1%).

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap,

pengalaman, kondisi kendaraan dengan perilaku safety riding pada siswa/siswi

di SMKN 1 Martapura sebagai pengendara sepeda motor.

Hasil penelitian dari EEP Putri (2019) tentang hubungan pengetahuan dan

sikap remaja dalam keselamatan berkendara. Hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar remaja memiliki pengetahuan baik dalam keselamatan

berkendara (83,3%) atau 65 responden dengan sikap dalam keselamatan

berkendara yang positif (60,3%) atau 47 responden. Dari uji statistik Chi-

6
Square, diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05, maka ada hubungan pengetahuan

dengan sikap remaja dalam keselamatan berkendara di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Kabupaten Ponorogo

SMK N 1 Gunung Talang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang

berada di tepi jalan raya Jl. Lintas Sumatera Aro Talang Kab. Solok. Pelajar

SMK yang berasal dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Solok

sehingga ini yg membuat sebagian siswa memilih alternatif untuk

mengandarai kendaraan pribadi yaitu sepeda motor sebagai alat transportasi.

SMK ini memiliki 869 siwa, 498 siswa laki-laki sedangkan 371 siswa

perempuan. Penelitian ini difokuskan kepada siswa kelas XII dengan jumlah

257 siswa yang terdiri dari 137 siswa laki-laki dan 120 siswa perempuan.

Alasan peneliti mengambil kelas XII saja yaitu karena berdasarkan informasi

dari Humas sekolah bahwasannya kelas X masih belum dianjurkan untuk

membawa motor ke sekolah, sedangkan kelas XI sedang melaksanakan PKL

(Praktek Kerja Lapangan) di luar sekolah.

Berdasarkan survei awal terhadap 10 siswa kelas XII melalui wawancara

diketahui bahwa 8 dari 10 siswa belum memiliki SIM (surat izin mengemudi),

6 diantaranya menyatakan belum memahami apa arti atau yang dimaksud

dengan keselamatan berkendara (Safety Riding), 3 dari 10 mengetahui bahwa

helm hanya berfungsi untuk menghindari razia, 7 diantaranya ada pula yang

tidak paham arti dari rambu lalu lintas, 6 orang diantaranya ada juga yang

bersikap tidak peduli terhadap pemeriksaan kendaraan sebelum berkendara ke

sekolah. Untuk pengalaman berkendara rata-rata dari 10 orang siswa ini

7
mereka hanya mempunyai pengelaman berkendara hanya 2 tahun. Serta

berdasarkan hasil observasi langsung ada 4 orang siswa yang kedapatan

mengangkut penumpang lebih dari satu serta 5 orang melawan arus. Selain

fenomena yang didapat diatas, dari kasus yang terjadi pada tahun 2022 SMK

N 1 Gunung Talang pernah kehilangan salah satu siswanya akibat kecelakaan

sepeda motor yang tejadi di Cupak, Kabupaten Solok yaitu pada tanggal 2

Februari, korban meninggal langsung ditempat kejadian perkara akibat

menyalip kendaraan yang ada didepannya.

Dari beberapa kasus dan fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk

meneliti tentang gambaran pengetahuan dan sikap tentang keselamatan

berkendara sepeda motor (safety riding) pada pelajar SMKN 1 Gunung Talang

Tahun 2023 sebagai salah satu upaya dalam meminimalisasikan kejadian

kecelakaan lalu lintas terutama pada usia produktif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap tentang keselamatan berkendara

sepeda motor (Safety Riding) pada pelajar SMKN 1 Gunung Talang tahun

2023

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap Pelajar SMK N 1

Gunung Talang tentang keselamatan berkendara (Safety Riding) sepeda

motor tahun 2023.

8
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan program penelitian ini ada sebagai

berikut:

a. Diketahuinya distribusi frekuensi tentang pengetahuan Pelajar SMKN

1 Gunung Talang tentang keselamatan berkendara (Safety Riding)

sepeda motor tahun 2023.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi tentang sikap Pelajar SMK N 1

Gunung Talang tentang keselamatan berkendara (Safety Riding) sepeda

motor tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk Peneliti

Menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan Metodologi

Penelitian yang telah didapat dibangku kuliah kedalam bentuk penelitian

dilapangan,serta sebagai sarana latihan pengembangan diri terhadap

kemampuan menginterpresentasikan data dan menggunakannya

dilapangan.

1.4.2 Untuk Kepala Sekolah SMKN 1 Gunung Talang

Sebagai masukan bagi Kepala Sekolah untuk membuat kebijakan dalam

menambah pengetahuan dan sikap tentang keselamatan berkendara untuk

mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.

1.4.3 Untuk Peneliti Berikutnya

Peneliti berikutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan melihat faktor-

faktor yang berhubungan dengan kecelakaan berkendara (Safety Riding).

9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya melihat variabel independen

yaitu pengetahuan dan sikap pelajar SMK N 1 Gunung Talang tentang

keselamatan berkendara (Safety Riding) sepeda motor tahun 2023.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Berkendara (Safety Riding)

2.1.1 Defenisi Keselamatan Berkendara

Menurut Makoginta (2022) keselamatan berkendara merupakan salah satu

program untuk mencegah angka kecelakaan lalu lintas dengan cara memberikan

pemahaman pada pengendara bahwasannya berlalu lintas adalah kegiatan yang

melibatkan banyak aspek sehingga harus memperhatikan faktor keselamatan dan

keamanan individu ataupun orang lain. Safety Riding adalah usaha yang

dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan

dalam berkendara demi menciptakan suatu kondisi aman dalam berkendara

sepeda motor (Manopo, 2019).

Perilaku safety riding pada siswa SMA merupakan sebuah implementasi

berkendara yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku

berkendara. Safety riding seharusnya dilakukan oleh setiap orang yang

mengendarai sepeda motor baik dalam jarak jauh maupun jarak dekat. Seringkali

siswa pergi ke sekolah dengan tidak menggunakan helm karena mengendarai

jarak dekat, mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi karena

terlambat, hingga melawan arus agar mempersingkat waktu. Padahal jalanan

memiliki resiko bahaya yang cukup mengancam keselamatan nyawa

pengendara.

Dijelaskan dalam buku petunjuk tata cara bersepeda motor di Indonesia yang

dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat 2009 perilaku keselamatan

11
berkendara atau safety riding, meliputi pengendara kendaraan bermotor yang

diwajibkan memiliki SIM, mematuhi hukum yang telah ditentukan Undang-

undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, persiapan

berkendara dan perlengkapan yang tepat untuk keselamatan pengendara, serta

mampu mengendalikan kecepatan dan keseimbangan dalam mengendarai

kendaraan bermotor (Fadhilah, 2022).

2.1.2 Persiapan Dalam Berkendara

Menurut Dirjen Perhubungan Darat 2009 dalam Rimbawati (2019), ada

aturan dan peraturan berkendara sepeda motor :

1. Persiapan kondisi tubuh (fisik dan mental)

Sebelum berkendara atau bepergian jauh sebaiknya calon pengendara

disarankan untuk melakukan peregangan serta pemansan hal ini dilakukan agar

tubuh dan mental berada pada kondisi yang aman sehingga keamanan dalam

mengendarai sepeda motor tetap terjaga.

a. Menjauhi alkohol, sebab alkohol bisa mempengaruhi pengendara dalam

memperhitungkan jarak nyaman, kecepatannya serta kecepatan kendaraan

lain yang dapat mempengaruhi keseimbangan pengendara, rasa percaya

diri, kesulitan melaksanakan lebih dari satu hal dalam waktu bersamaan,

dan dapat membuat pengendara lelah yang menyebabkan respon

pengendara jadi lamban.

b. Menjauhi obat-obatan, karena akan membuat fisik pengendara terasa

lemah, sakit kepala dan mengantuk.

12
c. Menjaga kebugaran, sebab jika tidak akan mengurangi keahlian pengendara

untuk mengambil keputusan cepat serta membuat pengendara susah

berkonsentrasi serta fokus pengendara akan terpengaruhi pula.

2. Alat Pelindung Diri (APD) atau Perlengkapan Berkendara (Safety Gear)

yang digunakan oleh pengendara roda dua sebagai berikut (Departemen

Perhubungan Darat 2008 dalam Rimbawati,2019) :

1. Sarung Tangan (Gloves)

Selain sebagai pelindung tangan dan jari pada saat udara dingin dan hujan,

sarung tangan juga berfungsi sebagai peredam resiko pada saat terjadi

kecelakaan. Sadar atau tidak biasanya pada saat terjadi kecelakaan, telapak

tanganlah yang akan menyentuh aspal dan menahan tubuh pertama kali.

2. Jaket

Pengendara sepeda motor cenderung terserang berbagai macam kondisi

cuaca. Berkendara pada cuaca dingin dapat mengakibatkan deman serta

kedinginan, sedangkan pada cuaca cerah tanpa perlindungan yang tepat, angin

dan panas dapat menyebabkan temperatur tubuh pengendara dapat menurun.

Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya konsentrasi dan juga reflek

pengendara. Oleh sebab itu dibutuhkan pakaian yang mampu melindungi

seluruh bagian tubuh dari terpaan angina maupun efek negatif kala terjadi

benturan kecil maupun besar.

Pakaian yang tepat akan membantu melindungi diri dari cedera, dan

memberikan kenyamanan selama berkendara. Dalam hal ini pakaian yang

13
dimaksud yaitu pakaian pelapis atas, yaitu dengan menggunakan jaket tebal

yang berfungsi menahan benturan dilima titik : dua titik pundak, dua titik siku

dan satu titik punggung belakang. Jaket memiliki fungsi yang besar maka

dilarang keras menggunakan jaket tipis biasa atau hanya rompi. Sedangkan

untuk pelapis bagian bawah meggunakan jelana panjang dilapisi penahan

benturan di kedua titik pada area dengkul. Dilarang keras menggunakan

celana pendek atau celana tanpa dilapisi protector.

3. Sepatu

Sepatu yang digunakan harus memberikan kenyamanan serta keamanan

bagi seluruh lapisan kaki. Sepatu yang direkomendasikan yaitu safety shoes.

Penggunaan sepatu bertujuan untuk mengurangi dampak yang diterima

apabila terjatuh atau telapak kaki terlindas mobil pada saat sepeda motor

berhenti. Tidak dianjurkan menggunakan sandal karena ini juga bisa

mempersulit pengendara melakukan pengereman dan pemindahan gigi motor

secara benar.

4. Helmet (Pelindung Kepala)

Helm wajib dikenakan agar melindungi kepala yang merupakan bagian

terpenting dari tubuh. Helm yang digunakaan mestilah nyaman dan aman.

Nyaman pada saat kita kenakan dan aman dengan memilih helm yang sudah

berstandar SNI. Tidak dianjurkan memakai helm proyek untuk dipakai

berkendara sepeda motor.

14
2.1.3 Hal Yang Harus Diperhatikan Pengendara

Berikut yang harus diperhatikan pengendara agar perjalanan aman, nyaman

untuk pengendara dan juga bagi pengendara lain : (Departemen Perhubungan

Darat 2008 dalam Rimbawati,2019)

1. Periksa Kendaraan

Sebelum memulai perjalanan,pengendara harus memeriksa kondisi fisik

dari kendaraan yang akan digunakan. Hal tersebut digunakan karena hanya diri

sendiri yang mengetahui kondisi layak dan tidak layaknya untuk dijalankan dan

agar permasalahan pada saat berkendara dapat dihindari.

Peralatan yang dianjurkan untuk diperiksa :

1) Rem

Memeriksa apakah rem depan dan belakang berfungsi dengan baik, khususnya

rem depan yang lebih efektif dalam pengereman. Periksa juga tinggi pemukaan

minyak rem dan jarak tuas rem.

2) Ban Roda

Ban yang aus dan tekanan yang tidak sesuai akan menyebabkan jarak

pengereman semakin panjang dan pengendalian tidak stabil saat menikung.

Tekanan angin harus di sesuaikan untuk menghasilkan pemakaian bahan bakar

yang ekonomis. Periksa ban dari pemakaian dan keretakan, tekanan ban dan

velk atau jari-jari.

15
3) Instrumen Lampu

Pastikan lampu sen, lampu rem, dan lampu depan semua menyala dengan baik.

Lampu sen dan lampu rem berfungsi untuk memberikan tanda kepada

pengguna jalan lain mengenai tujuan yang akan dilakukan oleh pengendara.

4) Kaca Spion

Posisi kaca spion yang benar memberikan jarak pandang yang lebih luas.

Melihat kaca spion pada saat berkendara sangat penting guna memeriksa

langsung kondisi di sekitar pengendara.

2. Atur Posisi Mengemudi

Untuk menjaga keseimbangan saat mengendarai sepeda motor, perlu

diperhatikan tujuh poin utama postur berkendara yang benar, yaitu sebagai

berikut:

1) Pandangan / mata melihat jauh ke depan (kearah yang hendak dituju) agar

jarak pandnag untuk mendapatkan informasi sekitar menjadi luas.

2) Pundak santai

3) Tangan memegang bagian tengah gas dimana dapat dengan mudah untuk

mengoperasikan handle saklar.

4) Sikut sedikit menekuk tangan dan santai

5) Posisi pinggul atau posisi duduk tepat pada posisi dimana dapat dengan

mudah mengoperasikan stang kemudian di rem

6) Lutut secara ringan menekan tangki bahan bakar diantara paha

16
7) Telapak kaki diletakkan pada sandaran kaki, jari kaki menghadap ke depan,

jempol kaki secara ringan berada di atas pedal rem dan pedal gigi.

3. Gunakan Sabuk Pengaman

Ini digunakan bagi pengendara mobil. Sabuk berfungsi untuk melindungi

pengemudi dan penumpang dari benturan jika terjadi kecelakaan.

4. Ikuti Arus Lalu Lintas

Harus mengikuti arus lalu lintas dan juga rambu-rambu lalu lintas sesuai

dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Karena jika melanggar peraturan lalu

lintas bisa dijerat pasal hukum dan Undang-Undang tentang transportasi.

5. Atur Kecepatan Berkendara

Mengatur kecepatan jangan berkendara dengan kecepatan tinggi karena dapat

membahayakan diri dan juga pengguna jalan lain.

6. Sering Memeriksa Kaca Spion

Ini adalah hal yang paling penting tapi sering diabaikan oleh pengendara.

Fungsi kaca spion yaitu untuk melihat kendaraan lain yang ada dibelakang,

berfungsi ketika pengendara hendak ingin berbelok atau akan menyebrang ke

persimpangan.

7. Gunakan Jalur Kanan Untuk Menyalip

Sudah menjadi peraturan lalu lintas yang sudah ditetapkan dalam Undang-

Undang transportasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari yang namanya

kecelakaan dan juga kemacetan.

17
8. Jangan Menggunakan Ponsel

Menggunakan ponsel saat berkendara dapat menggangu konsentrasi pada saat

berada dijalan. Jika ingin menggunakan ponsel atau gadget bisa berhenti

sejenak di persimpangan jalan untuk menghindari kemacetan maupun

kecelakaan.

9. Istirahat Jika Mengantuk

10. Jaga Penglihatan Pada Malam Hari

Ini supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Selama dalam perjalanan, pengendara sepeda motor harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut agar senantiasa aman dan menghindari kecelakaan

(Dapartemen Perhubungan Darat 2008) dalam Faesal, 2019) :

1. Membiasakan melakukan pengereman dengan menggunakan rem depan dan

belakang secara bersamaan, dengan penekanan 75% rem depan dan 25% rem

belakang. Pada saat menekan tuas rem depan gunakan 3 atau 4 jari tangan,

dan posisi tuas kopling tidak tertekan.

2. Berada di jalur kiri (kecuali menyalip/mendahului). Jangan berkendara

sepanajang sisi kanan jalan walau tidak ada kendaraan lain dari arah yang

berlawanan. Selalu waspada dengan kemunculan mendadak dari kendaraan

yang dating dari arah berlawanan.

3. Memberikan lampu sein sebaagai tanda arah yang akan di tuju kepada

pengemudi ain kurang lebih 3 detik sebelumnya dan perhatikan kaca spion,

terutama memeriksa kendaraan di belakang sebelum berpindah jalur. Jangan

18
menikung atau menyalip kendaraan lain, jika tidak bisa melihat kondisi di

depan.

4. Menyalakan lampu sein 30 meter sebelum mendekati persimpangan untuk

memberikan tanda arah yang hendak dituju kepada pengguna jalan untuk

memberikan tanda arah yang hendal di tuju kepada pengguna jalan yang lain.

Dianjurkan utuk memastikan keamanan keadaan jalan dan tidak hanya

mengandalkan kaca spion untuk memastikan kondisi lalu lintas karena kaca

spion memiliki keterbatasan kurang.

5. Waspada terhadap rintangan di jalan seperti batu kerikil, tanah, lumpur, oli,

dan pasir yang dapat membuat permukaan jlan sangat licin sehingga

menyebabkan sepeda motor tergelincir dan jatuh. Untuk menghindarinya,

kurangi kecepatan pada permukaan jalan dan hindari belok terlalu patah dan

pengereman terlalu keras saat melalui kondidi jalan di depan, lubang di jalan

dan perbedaan ketingian pada bahu jalan.

6. Pengendara sangat tidak dianjurkan mengendarai dengan satu tangan karena

dapat menghilangkan keseimbangan pada saat berkendara.

7. Meningkatkan kewaspadaan berkendara saat malam hari, karena sinaran

lampu, khususnta lampu depan memiliki keterbatasan penyinaran saat malam

hari

8. Tidak diperkenankan berkendara di bawah pengaruh obat-obatan maupun

alkohol. Hal ini dikarenakan obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan

kantuk serta mengurangi konsentrasi dan reflek pada saat berkendara

sehingga akan membahayakan diri sendiri maupun orang lain di sekitar.

19
9. Patuhi rambu-rambu lalu lintas, contoh : selalu berhenti di belakang garis

putih pada saat berhenti di lampu merah dan tidak memasuki jalur cepat

yang bukan diperuntukkan untuk sepeda motor, serta harus membawa SIM

dan STNK.

2.1.4 Tanggung Jawab Pengendara

Semua pengemudi/pengendara harus mempunyai tanggung jawab seperti

dibawah ini :

1. Memberi isyarat yang benar saat berkendara

2. Merespon dengancepat dan tepat terhadap isyarat dan maksud dari

pengguna jalan yang lain

3. Mematuhi rambu lalu lintas, lampu pengatur lalu linta, marka jaan dan

rambu lainnya

4. Memperhatikan dan taat terhadap semua aturan lalu lintas

5. Memelihara kendaraan dalam keadan baik dan dalam kondisi layak jalan

6. Mengendarai motor dengan aman di setiap waktu.

2.1.5 Pengembangan Konsep Safety Riding

Konsep Safety Riding telah dikembangkan menjadi defensive riding,

dimana terdapat 4 (empat) kunci utama prinsip defensive riding tersebut, yaitu :

a. Kewaspadaan (alertness), faktor utama uang menjamin pengendara untuk

selalu siaga serta waspada. Ini adalah system perlindungan pertama jika

menghadapai pengendara lain yang berlaku tidak aman di jalan raya.

20
Pengendara tidak akan terpengaruh untuk mengikuti tindak tidak aman di

jalan raya karena sadar akan adanya bahaya.

b. Kesadaran (awareness), merupakan penguasaan diri dalam berkendara.

Pengendara yang mempunyai kesadaran penuh dan memiliki prosedur

berkendara denganbaik, benar dan aman akan selalu terdorong untuk

tertib pada aturan yang ada. Selain itu, pengendara yang mempunyai

kesadaran penuh dalam berkendara tidak akan bersikap membahayakan

baik untuk diri sendiri maupun bagi pengguna jalan lain.

c. Sikap dan mental (attitude), faktor dominan yang sangat menentukan

keselamatan di jalan raya. Seseorang yang dapat mengendalikan sikap di

jalan raya berarti dapat mengendalikan emosinya. Dengan pengendalian

emosi di jalan raya, maka akan muncul sikap untuk memperhatikan

kepentingan orang lain selain kepentingan dirinya.

d. Antisipasi (anticipation), menjaga segala kemungkinan, sikap ini penting

karena sebagai pengendara, antisipasi yang tepat terhadap sesuatu yang

terjadi saat berkendara akan mempengaruhi keselamatan berkendara.

Dengan demikian, ketika mengendarai kendaraan haruslah tercipta suatu

landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan

keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lan. Bila dasar

pemikiran safety riding (safety minded) telah dimiliki masing-masing,

maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan safety riding kita

terapkan dimulai dari sendiri dan memulainya dari hal-hal kecil.

21
2.2 Kecelakaan Lalu Lintas

2.2.1 Defenisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas menjadi masalah global sampai saat ini.

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, kecelakaan lalu lintas diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan yang

tidak terduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau

tanpa pengguna jalan lain yang dapat mengakibatkan korban manususia

dan/atau kerugian harta benda. Dampak akibat kecelakaan lalu lintas yang

mengakibatkan korban manusia dapat berupa luka ringan, luka berat

bahkan kematian. Menurut laporan WHO pada tahun 2018 jumlah

kematian akibat kecelakaan lalu lintas secara global sebesar 1,15 juta ,dan

meningkat menjadi 1,35 juta kematian pada tahun 2019. WHO

menyatakan bahwa jumlah kematian tertinggi kecelakaan lalu lintas berada

pada rentang usia 5-29 tahun (WHO, 2018).

Aspek yang jadi pemicu dari kecelakaan lalu lintas adalah faktor

pengemudi (human), faktor kendaraan, faktor jalan dan lingkungan,

dimana faktor manusia atau pengemudi menjadi faktor tertingi sebagai

pemicu kecelakaan lalu lintas. Faktor manusia antara lain merupakan

lengah, tidak tertib, tidak terampil dan mengendarai dengan kecepatan

tinggi (Aeni,2021).

2.2.2 Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas

Bersumber pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalam pada pasal 229, ciri kecelakaan lalu lintas bisa

dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, ialah :

22
1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, ialah kecelakaan yang menyebabkan

kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, ialah kecelakaan menyebabkan luka

ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan Lalu Lintas Berat, ialah kecelakaan yang menyebabkan

korban meninggal dunia atau luka berat.

2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas

Bersumber pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993

Tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, akibat kecelakaan lalu

lintas diklasifikasikan bersumber pada keadaan korban menjadi 3 (tiga),

yaitu :

1. Meninggal dunia merupakan korban kecelakaan yang dipastikan

meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka

waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

2. Cedera berat merupakan korban kecelakaan yang karena luka-

lukanya menderita cacat atau harus diraat inap di rumah sakit dalam

jangka waktu yang lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu

kejadian digolongkan sebagai cacat jika sesuatu anggota badan

hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat

sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

3. Cedera ringan merupakan korban kecelakaan yang mengalami luka-

luka yang tidak membutuhkan rawat inap atau harus dirawat inap di

rumah sakit dari 30 hari.

23
2.3 Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas

2.3.1 Faktor Manusia

Faktor manusia dipengaruhi oleh pengemudi, penumpang serta

pemakai jalan. Hal yang dapat menggangu konsentrasi berkendara di jalan

adalah :

a. Lengah

Kondisi lengah dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan

lain saat mengemudi seperti menggunakan ponsel. Sehingga pikiran tidak

fokus saat berkendara. Lengah dapat berasal dari lingkungan maupun

perilaku pengendaara saat mengemudi, seperti pandangan tidak fokus dan

berbicara di jalan sehingga tidak dapat mengantisipasi situasi lalu lintas

dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang mendadak berubah.

b. Mengantuk

Mengantuk saat berkendara dapat kehilangan daya reaksi dan

konsentrasi akibat kurang istirahat atau sudah mengendarai kendaraan

terlalu lama tanpa istirahat. Ciri pengemudi yang mengantuk saat

berkendara adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam

bereaksi, berhalusinasi dan pandangan kosong.

c. Kelelahan

Kelelahan dapat mengurangi kemampuan mengemudi dan

mengantisipasi keadaan lalu lintas dan konsentrasi saat berkendra. Lelah

menunjukkan keadaan fisik tubuh dan keadaan mental yang berbeda

tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan

24
berkurangnya daya tubuh. Tanda-tanda ada hubungan dengan kelelahan

adalah : perasaan berat dikepala, seluruh badan menjadi lelah, menguap,

merasa kacau dipikiran, mengantuk, merasa berat pandangan mata,

merasa susah berpikir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat

memfokuskan perhatian terhadap sesuatu dan merasa kurang sehat.

d. Mabuk

Mabuk dapat menyebabkan pengemudi mengalami kesadaran antara

lain karena pengaruh obat-obatan , alkohol, dan narotika. Mabuk yang

disebabkan pengaruh alkohol memiliki peranan penting terhadap

kecelakaan lalu lintas, oleh karena itu pengendara dilarang mengonsumsi

alkohol sebelum berkendara atau tubuhnya sudah mengandung alkohol

ketika berkendara, alkohol dan pengendara merupakan kombinasi yang

fatal.

2.3.2 Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan merupakan faktor yang memiliki pengaruh

terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kendaraan yang mengalami

perawatan secara berkala dan terus-menerus akan menciptakan rasa aman,

nyaman dan selamat bagi pengemudi dan penumpangnya. Kelengkapan

kendaraan bermotor yang sesuai standar merupakan salah satu faktor

utama yang secara langsung terlibat dalam dinamika lalu lintas jalan raya

dengan dikendalikan oleh manusia. Kendaraan dapat laik jalan di jalan

raya, jika kendaraan itu dipengaruhi oleh :

a. Lampu depan dan belakang sesuai standar

Tinggi rendahnya angka kecelakaan di jalan raya adalah disebabkan

25
faktor penerangan lampu yang tidak standar memungkinkan terjadinya

kecelakaan lalu lintas.

b. Klakson lengkap

Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi pabrik, telah dirancang

dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi

pengendaranya. Namun karena perkembangan budaya, banyak

masyarakat melakukan modifikasi yang memperngaruhi standar

kelengkapan keamanan yang ada pasa setiap kendaraan. Selain perubajan

secara fisik / modifikasi menjadi permasalahan yang menyebabkan

kecelakaan lalu lintas.

c. Spion lengkap

Spion merupakan perlengkapan kendaraan yang berguna untuk

memeriksa kendaraan dibelakang sebelum berpindah jalur. Jangan

menikung atau menyalip kendaraan lain, jika tidak bisa melihat kondisi

dei depan sehingga memungkinkan kecelakaan lalu lintas.

2.3.3 Faktor Jalan

Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangun pelengkap dan

perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang berada pada

permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan

air, kecuali jalan rel dan kabel ( UU No.22 tahun 2009). Karakteristik jalan

adalah kondisi jalan, lebar jalan, naik turun dan kemiringan jalan, kualitas

jalan, berlubang atau bergelombangnya jalan. Banyak hal yang

mempengaruhi kecelakaan di jalan raya yang disebebkan oleh jalan.

26
Indikator yang menyebabkan kecelakaan di jalan raya yang dipengaruhi

oleh faktor jalan adalah :

a. Jalan berlubang

Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata

akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter

yang tidak berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang

sempurna. Kecelakaan lalu lintas pada sepeda motor yang disebebkan

jalan berlubang kebanyakan dikarenakan pengendara berusaha

menghindari lubang secara tiba-tiba dalam kecepatan tinggi. Contoh lain

adalah ketika roda ban sepeda motor melewati lubang yang berdiameter

dan kedalaman yang cukup besar sehingga mengganggu pengendara

menjaga keseimbangan dan kemampuan mengontrol sepeda motor.

b. Jalan rusak

Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang

disebebkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan,

kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang

menagganggu ketika berkendara dan jalan aspal yang sudah mengalami

kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi control dalam berkendara

dan menggganggu keseimbangan pengendara sepeda motor, untuk itu

pengendara sebaiknya mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan

dengan kondisi rusak.

c. Jalan licin / basah

Permukaan jalan licin dapat disebebkan oleh cuaca (hujan) maupun

material lain yang menutupi permukaan jalan seperti tumpahan minyak,

27
lumpur, ataupun tanah yang basah karena tersiram air hujan. Kondisi

yang seperti ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor karena keseimbangan ketika berkendara akan

berkurang saat melintasi jalan yang licin, dan tergelincir yang kemudian

dapat menabrak kendaraan yang berada disekitarnya.

d. Jalan gelap

Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang

tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko

menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda

motor karena pengenara tidak dapat melihat dengan jelas arah dan

kondisi jalan serta lingkungan sekitarnya. Jalan tanpa lampu penerang

jalan akan sangat membahayakan dan menimbulkan potensi tingi untuk

menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor,

karena lampu penerangan hanya berasal dari sepeda motor terkadang

tidak cukup untuk menerangi jalan di depannya.

e. Tanpa marka / rambu

Jalan yang tidak memiliki marka jalan dan rambu lalu lintas sangat

berpotensi menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara

sepeda motor. Marka dan rambu jalan ini berguna untuk membantu

pengaturan arus lalu lintas dan memberitahu pengendara mengenai

kondisi jalan dan peraturan disuatu jalan. Selain itu, marka dan rambu

lalu lintas juga harus berfungsi dan dalam kondisi baik agar pengendara

dapat melihat dan mematuhi rambu dan marka disekitar jalan tersebut.

28
f. Tikungan Tajam

Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki

kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180 derajat. Untuk

melewati kondisi jalan tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus

dalam bekendara agar tidak hilang kendali pada kendaraan yang berakibat

jatuh dan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang

tajam juga dapat menghalangi pandangan atau menutupi rambu lalu lintas.

2.3.4 Faktor Cuaca

Hujan dapat membawa pengaruh kepada hal-hal lain seperti jalan yang

menjadi licin, jarak pandang menjadi lebih pendek karena kabut, dan jarak

pengereman menjadi lebih jauh. Cuaca buruk sangat mempengaruhi

kecelakaan arus lalu lintas, bahkan dalam berbagai peristiwa, kecelakaan

lalu lintas disebebkan oleh cuaca buruk. Dalam cuaca buruk, misalnya

hujan lebat atau berkabut, pandangan pengemudi sangat terbatas sehingga

mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Berdasarkan Teori

Lawreen Gren

Menurut Green Lawrence dalam teori bahwa kesehatan seseorang di

pengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku.

Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal yakni faktor predisposisi, faktor

pendukung dan faktor pendorong (Notoadmodjo, 2014)

29
2.4.1 Faktor Predisposisi (Predispocing Factor)

Faktor presidposisi merupakan faktor-faktor yang mempermudah

sebuah perilaku pada diri seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan dan lain-lain.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan sebagian besar

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan salah satu

faktor yang mendasari seseorang untuk berperilaku lebih baik dan berhati-

hati. Pengetahuan pengendara tentang peraturan lalu lintas dapat

menghindarkan pengendara untuk berperilaku tidak aman dengan

mematuhi peraturan lalu lintas. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari

indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai tingkat atau intensitas yang berbeda-

beda (Salmawati 2020).

Menurut Rendy (2019), dari hasil analisis didapatkan sebenarnya

siswa telah mengetahui hal-hal terkait pelaksanaan safety riding, namun

secara praktiknya (implementasinya) masih banyak yang melanggar aturan

yang sudah ada, seperti melanggar rambu-rambu lalu lintas, tidak

menggunkan helm, mengendarai motor yang tidak standar, serta tidak

melengkapi surat-surat kendaraan bermotor, belum memiliki izin dll. Juga

30
didapatkan fakta bahwasannya siswa masih tergolong dalam pengetahuan

tingkat kedua, yaitu tahu dan memahami, belum sampai di tingkatan

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, sehingga dugaan peneliti bahwa

terjadinya kejadian kecelakaan yang terjadi dikarenakan siswa hanya

melaksanakan pengetahuan di tingkat kedua. Hal ini mencerminkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi belum memahami

maksud dan tujuan dari perilaku safety riding, sehingga tidak diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dan responden masih belum peduli terhadap

tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Ada beberapa hal yang harus diketahui dan ditaati oleh pengendara

sepeda motor saat mengendarai kendaraannya di jalan sesuai dengan

Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

jalan supaya dapat mengurangi kecelakaan dan menciptakan keselamatan

pengendara sepeda motor antara lain :

a. Tidak boleh menerobos lampu merah / traffic light

Lampu merah dikenal sebagai alat pemberi isyarat lalu lintas dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Lampu merah diatur dalam pasal 1 angka 19 dan

pasal 1 angka 8 peraturan pemerintah nomor 79 tahun 2013 tentang

Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi “Alat

pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat elektronik yang

menggunakan isyarat lampu yang dapat di lengkapi dengan isyarat

bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di

persimpangan atau pada ruas jalan”. Dalam pasal 106 ayat 4 huruf c

31
UU menyatakan "Setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan alat pemberi isyarat lalu

lintas". Sanksi bagi siapa pun yang melanggarnya sesuai yang

tertuang di pasal 287 ayat 2 adalah “Setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan

perintah atau larangan yang di nyatakan dengan alat pemberi isyarat

lalu lintas sebagai mana di maksut dalam pasal 106 ayat (4) huruf c di

pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda

paling banyak Rp 500.0000,00”.

b. Harus menyalakan lampu utama di siang hari

Peraturan yang mengatur tentang penggunaan lampu utama adalah

Pasal 107 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan :

1. Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu utama

kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari

pada kondisi tertentu.

2. Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada

siang hari.

Sanksi pidana bagi mereka yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari

dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1)

UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berdasarkan pasal 293 ayat (1)

32
adalah pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling

banyak Rp250.000,00.

c. Menggunakan lajur sebelah kiri

Ketentuan mengenai jalur atau lajur merupakan salah satu ketentuan

baru yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 kendaraan

dengan kecepatan lebih tinggi, akan membelok kananTahun 2009,

yang diatur dalam Pasal 108. Agar menjadi perhatian, selengkapnya

bunyi pasal tersebut adalah:

(1)Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan jalur

jalan sebelah kiri.

(2) Penggunaan jalur jalan sebelah kanan hanya dapat dilakukan jika:

a . pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan di depannya; /

b. diperintahkan oleh petugas Kepolisian Negara Republik

Indonesiauntuk digunakan sementara sebagai jalur kiri.

(3) Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih

rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur

kirijalan.

(4) Penggunaan lajur sebelah kanan hanya diperuntukkan bagi,

mengubah arah atau mendahului kendaraan lain.

Menurut Dinas Perhubungan 2018 ada 8 prinsip Safety Riding yang

harus diketahui yaitu ;

33
1) Selalu gunakan safety gear

Safety gear adalah perlengkapan keselamatan seperti helm,

kacamata, sarung tangan, jaket, celana panjang, dan segalanya

yang bisa sedikit banyak melindungi dari cidera parah saat terjadi

kecelakaan.

2) Asuransikan motor

Patikan bahwa motor memiliki kelengkapan lisensi dan juga sudah

diansuransikan dengan cara-cara yang benar. Selain untuk motor

juga perlu asuransi untuk pengemudi sehingga keduanaya

dilindungi secara memadai.

3) Berkendara dengan cara yang pintar

Gunakan lampu depan ketika mengendarai motor di malam hari,

hindari pengendara lain dari potensi blind spot, jangan memotong

jalur pengguna jalan lain sembarangan, dan selalu siap gunakan

klakson motor agar orang lain mengetahui keberadaan berkendara.

4) Selalu utamakan keselamatan

Tiga perempat pengguna roda dua mengalami kecelakaan dengan

mobil. Hal ini terjadi karena pengendara mobil tidak melihat atau

menyadari keberadaan motor. Oleh sebab itu penting untuk

mengetahui situasi jalan atau memperkirakan pergerakan yang

akan diambil oleh kendaraan lain di depan maupun di belakang

anda.

34
5) Jaga jarak dengan kendaraan lain

Mengendarai sepeda motor sering membuat lupa diri apalagi

ketika sedang berada di atas motor dengan kecepatan yang tinggi.

Hal ini juga kerap membuat pengendara tidak sadar bahwa terlalu

dekat dengan kendaraan lain baik di depan maupun disamping kita.

Hal ini berbahaya terutama ketika pengendara lain tersebut

melakukan pengereman secara mendadak, inilah yang

menyebabkan kecelakaan. Untuk itu selalu upayakan jarak dengan

kendaraan di depan sekitar 3-5 meter. Perkirakan jarak yang ideal

agar dapat memberikan waktu untuk menghindar ketika

pengendara lain melakukan gerakan mendadak.

6) Jauhi minuman beralkohol ketika mengendarai motor

Alkohol sangat mempengaruhi ketajaman konsentrasi ketika

mengendarai motor.

7) Selalu cek kondisi motor

Upayakan untuk selalu melakukan pengecekan dan mematuhi

jadwal service. Cek segala hal mendasar seperti tekanan angin pada

ban, performa sistem pengereman, dan sebagainya sebelum

berpergian.

35
8) Belajar untuk berbagi

Membonceng seseorang di atas motor merupakan tanggung jawab

yang cukup besar. Selain itu, pengaruh berat badan juga

merupakan hal yang signifikan terhadap handling/penanganan

motor. Untuk itu, jika anda hendak memberikan tumpangan kepada

rekan/keluarga, ada baiknya Anda juga memberikan sedikit

pengetahuan kepada mereka soal teknik berkendara yang baik.

Pastikan juga mereka memiliki alat pelindung (safety gear) yang

sesuai.

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2018) sikap merupakan kecenderungan

untuk bertindak praktik. Sikap merupakan respon tertutup seseorang

terhadap stimulus tertentu, dan sudah melibatkan faktor pendapat serta

emosi yang sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

mewujudkannya tindakan perlu faktor lainnya yaitu antara lain adanya

fasilitas atau sarana prasarana. Sikap merupakan salah satu komponen

yang membentuk kecenderungan tindakan, dengan mengubah sikap maka

cenderung lebih memudahkan mengubah perilaku seseorang dalam berlalu

lintas (Rendy 2019 ).

Perlu disadari oleh para siswa adalah bahwasanya ketika

berkendara dijalan terdapat penggunaan jalan lainya yang juga bersama-

sama menggunkanya untuk kepentingan masing-masing, hal ini

menimbulkan adanya sikap yang di aplikasikan dalam bentuk etika berlalu

36
lintas dengan mematuhi aturan. Para siswa tentunya seseorang yang

berpendidikan, namun disisi lain sebagian siswa tidak bersikap safety

riding ketika mengendarai sepeda motor, misalnya mengendarai sepeda

motor secara ugal-ugalan, mengendarai motor dibawah umur,

menggunakan knalpot motor yang tidak standar, tidak melengkapi

kendaraan bermotor sesuai aturan seperti spion, tidak menggunakan helm,

menggunakan Hp saat berkendara, sehingga hal kecilpun akan sangat

berdampak besar apabila siswa tidak bersikap safety riding. Disini peran

pihak berwajib tentunya harus selalu mengawasi agar bisa menurunkan

resiko kecelakaan dijalan raya, salah satunya melakukan siaga, disetiap

pos polisi yang berada di jalan raya, serta membuat hukuman yang dapat

memberikan efek jera kepada pengguna jalan yang melanggar peraturan

lalu linta sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian.

Mengacu pada Shaleh (2023) dalam berkendara seorang

pengemudi harus memiliki sikap berikut ini :

1. Mematuhi aturan lalu lintas

Aturan lalu lintas dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan,

keteraturan dan kelancaran interaksi semua pengguna jalan. Seorang

pengendara harus mengerti dan patuhi peraturan lalu lintas saat berada di

jalan raya serta saling menghormati pengguna jalan lainnya.

Beberapa aspek yang dpatuhi oleh seorang pengemudi adalah

kelengkapan surat-surat, rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, alat

pemberi isyarat lalu lintas, gerakan lalu lintas, tempat berhenti dan parkir,

37
kecepatan maksimal atau minimal dan tata cara penggandengan dan

penempelan dengan kendaraan lain. Hal ini untuk menjamin terciptanya

keselamatan jalan dan pergerakan dijalan dapat dilakukan dengan efisien

dan mudah.

2. Sabar

Seorang pengemudi hendaknya tidak tegesa-gesa dalam mengemudikan

kendaraannya. Sikap tergesa-gesa merupakan sikap negatif yang dapat

memperbesar peluang terjadinya kecelakaan lalu lintas. Bersabarlah

dalam kondisi apapun yang dialami saat berkendara seperti antrian

kendaraan sasama pengguna jalan. Sebab hal ini tentu akan memberikan

keuntungan bagi semua pengemudi.

3. Saling Menghargai

Seseorang pengemudi harus memiliki sikap saling menghargai anatr

sesame pengguna jalan. Sikap ini dapat menimbulkan rasa aman dam

meminimalisasikan terjadinya konflik di jalan.

4. Sopan santun

Semua pengemudi harus memiliki pemahaman hak dan kewajiban

sebagai pengguna jalan. Misal, pengemudi ingin belok atau berbalik arah,

maka memberikan isyarat kepada pengemudi lainnya.

2.4.2 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku. Faktor pemungkin yang dimaksud adalah sarana dan prasarana

38
Fasilitas untuk terjadinya perilaku selamat dalam berkendara seperti

halnya karakteristik dari pengendara yang mengemudikan kendaraan

bermotor harus memilii Surat Izin Mengemudi (SIM), dan lainnya.

1. Keikut sertaan pelatihan safety riding

Pelatihan diperoleh dari pembelajaran, yang mana bila seseorang

memiliki latar belakang pembelajaran yang baik maka akan bersikap

disiplin terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku. Pengemudi dengan

pembelajaran yang mencukupi akan dapat memberikan keputusan-

keputusan yang prefentif terhadap kondisi lingkungan sekitar saat

mengemudi, lebih mementingkan kepentingan umum ataupun keselamatan

orang lain, dan sekalian melindungi keamanan dirinya sendiri.

2. Pengalaman berkendara dan masa berkendara

Semakin lama akan memberikan banyak peristiwa dan pengalaman

dibanding dengan masa berkendara yang terbilang baru. Pengendara dapat

mengambil pelajaran seiringan lama dan banyaknya peristiwa yang

dialami. Hal tersebut sesuai dengan meningkatknya angka kecelakaan lalu

lintas yang melibatkan usia muda disebabkan sedikitnya pengalaman

berkendara selain itu lebih sering dialami pengemudi baru dengan

pengalaman berkendara kurang lebih satu tahun dibanding yang memiliki

pengalaman yang lebih lama.

3. Kepemiilikan SIM

Surat Izin Mengemudi (SIM) merupakan bukti registrasi dan

identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah

39
memenuhi persyaratan administrasi, sehat fisik dan psikis, memahami

peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan harus

memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.

Pengendara motor harus memiliki SIM yang berlaku untuk mengemudikan

kendaraan bermotor yaitu SIM C. Untuk mendapatkan SIM, seseorang

harus memenuhi persyaratan usia, administrasi, kesehatan, dan lulus dari

serangkaian tes yang diadakan oleh pihak kepolisian, sehingga dinyatakan

lulus ujian (Presiden RI. 2009).

2.4.3 Faktor Pendorong

Faktor penguat dalam perilaku keselamatan berkendara (safety

riding) meliputi support keluarga, peran teman sebaya, serta peraturan dan

kebijakan yang berlaku. Orang lain di sekeliling kita yaitu lingkungan

sosial yang ikut mempengaruhi sikap seseorang. Orang yang dianggap

penting bagi kehidupan seseorang (significant others), akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang

biasanya dianggap penting bagi individu merupakan orang tua, individu

yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, dan lain-lain.

a. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan dimana orang yang masih memilki

hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai sekumpulan

orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan / hubungan darahkarena perkawinan, kelahiran, adopsi dan

40
sebagainya. Keluarga merupakan salah satu faktor pendorong dari sebuah

tindakan atau perilaku.

b. Teman sebaya

Merupakan anak-anak dan remaja dengan tingkat kedewasaan yang

relatif sama. Dengan tingkat kedewasaan yang relatif sama tersebut

biasanya cenderung berkelompok dan membentuk kelompok teman

sebaya yang disebut dengan geng. Teman sebaya adalah sekumpulan

remaja sebaya yang mempunyai kaitan yang erat dan saling

menggantungkan. Kekompakan ini tidak hanya dapat dilihat dari usia dan

kedewasaan saja, tetapi dapat juga dilihat dari segi latar belakang sosial

ekonomi, dan sebagainya. Interaksi teman sebaya lebih banyak muncul

pada seseorang yang berjenis kelamin sama.

c. Peraturan dan kebijakan

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Raya ialah produk hukum yang menjadi acuan utama

yang mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di

Indonesia. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-

undang sebelumnya yaitu undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak lagi sesuai

dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini sehingga perlu

diganti dengan undang-undang yang baru.

Di dalam pelaksanaan pengguna jalan dilarang untuk

memakainya dengan cara-cara yang dapat merintangi, membahayakan

41
kebebasan atau keamanan lalu lintas, atau hal-hal yang menimbulkan

kerusakan pada jalan tersebut. Ketentuan-ketentuan itu juga memuat

larangan-larangan dan keharusan yang mengatur pengguna jalan. Pada

pasal 106 UU No. 22 tahun 2009 tentang larangan dan keharusan

pengguna jalan :

1. Larangan

Larangan yang harus dipatuhi oleh semua pengguna jalan adalah

sebagai berikut :

a. Berjalan di sebelah kanan jalur lalu lintas yang bukan

diperuntukkan untuk jalan orang.

b. Berhenti di jalan alu lintas yang bukan dipruntukkan untuk

jalan orang

c. Berhenti di jalur lalu lintas yang berupa tikungan persimpangan

atau jembatan.

d. Jalan terus apabila dilarang oleh suatu alat pengatur lalu lintas.

Misalnya di perempatan lampu lalu lintas.

e. Jalan terus apabila melewati tanda pada atas jalan apabila tanda

perintah berhenti

f. Memarkirkan kendaraan di tempat selain dari sebelah kiri dan

tempat khusus parkir kendararaan.

2. Keharusan

Yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan adalah sebagai berikut :

a. Kendaraan yang bukan kendaraan bermotor harus tetap berjalan

pada sebelah kiri di jalur lalu lintas

42
b. Pengendara sepeda motor tanpa kereta samping dilarang

penumpang lebih dari 1 (satu) orang.

c. Pengemudi sepeda motor wajib mengenakan helm standar SNI

(Standar Nasional Indonesia).

d. Pengemudi yang mengemudikan kendaraan harus memiliki

SIM (Surat Izin Mengemudi)

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teoritis menunjukkan tentang pola pikir teoritis terhadap

pemecahan masalah penelitian yang ditemukan. Kerangka teoritis

didasarkan pada teori-teori yang relevan yang diambil sebagai dasar

pemecahan masalah penelitian. Teori Lawrence Green merupakan teori

tentang penentu (determinan) atau faktor yang mempengaruhi

pembentukan prilaku. Terdiri dari faktor predisposisi, faktor pemungkin,

dan faktor penguat Sehingga, kerangka teoritis dalam penelitian ini dapat

digambarkan pada Gambar 2.7

43
Faktor pendorong
(Predisposing factor) :
Pengetahuan
Sikap

Faktor pendudukung
(Enabling Factor) :
Keikutsertaan pelatihan safety riding
Pengalaman berkendara dan masa
berkendara
Kepemilikan SIM
Perilaku

Faktor pendorong
Reinforcing Factor :
Peran teman sebaya
Dukungan orangtua/keluarga
Peraturan kebijakan yang berlaku

Sumber : Modifikasi Teori Lawreence Greeen dalam Notoatmodjo 2014

(Fara, 2020)

Gambar 2.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

44
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap tentang

keselamatan berkendara siswa SMKN 1 Gunung Talang.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa di SMK N 1 Gunung Talang. Waktu

penelitian mulai dilaksanakan pada pertengahan bulan Desember 2022 sampai

dengan Juli tahun 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini siswa kelas XII SMKN 1 Gunung

Talang yang membawa kendaraan ke sekolah sebanyak 118 orang yang

berasal dari 5 jurusan yakni Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Agribisnis

Ternak Unggas (ATU), Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), Multimedia

(MM) dan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH).

3.3.2 Sampel

Besaran sampel menggunakan rumus Slovin

n : adalah jumlah sampel yang dicari


N : adalah jumlah populasi
e : adalah margin eror yang ditoleransi

45
118
n =
1+ 118 ( 0,05 ) ²

118
=
1+ 118(0,0025)

118
=
1,295

= 91,11 → 91 orang

Jadi, sampel sebanyak 91 orang.

1. Kriteria sampel

Siswa yang dapat dijadikan sampel yang memenuhi syarat-syarat

berupa :

Kriteria Inklusi

a. Siswa yang bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria Eksklusi

a. Siswa yang sakit atau berhalangan saat akan dilakukan

penelitian

2. Teknik penarikan sampel

Penentuan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan

teknik pengambilan sampel secara simple random sampling, yaitu

dengan teknik mengundi sampel (lottery technique).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber

pertamanya dengan kusioner online menggunakan google form tentang

gambaran pengetahuan dan sikap keselematan berkendara (Safety Riding)

46
siswa SMKN 1 Gunung Talang. Adapun yang menjadi sumber data primer

dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII yang membawa kendaraan

bermotor ke sekolah.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang

dari sumber pertamanya. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam

bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang

diperoleh dari pihak sekolah SMKN 1 Gunung Talang.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan secara komputerisasi

dengan langkah sebagai berikut :

a. Editing

Peneliti melakukan pengecekan pada semua pertanyaan kusioner,

dengan mengecek pertanyaan sudah terjawab dan hasilnya baik.

b. Coding

Memberi kode pada tiap variabel dengan cara :

1. Variabel Pengetahuan

Jika jawaban benar maka diberi nilai 1 dan jika jawaban salah maka

diberi nilai 0.

2. Variabel Sikap

Untuk variabel sikap pertanyaan Positif SS (Sangat Setuju) bernilai

4, S (Setuju) bernilai 3, TS (Tidak Setuju) bernilai 2, STS (Sangat

Tidak Setuju) bernilai 1.

47
Untuk pertanyaan negatif adalah SS (Sangat Setuju) bernilai 1, S

(Setuju) bernilai 2, TS (Tidak Setuju) bernilai 3, STS (Sangat Tidak

Setuju) bernilai 4.

c. Entry

Setelah semua kegiatan pengkodean selesai dilakukan, maka langkah

selanjutnya memasukkan semua data dalam bentuk numerik kedalam

master table dengan menggunakan program komputer.

d. Cleaning (Membersihkan Data)

Sebelum data dianalisis, data yang telah dimasukkan perlu

pengecekkan kelengkapan data untuk memasikan bahwa data telah

bersih dari kesalahan pengkodean maupun dalam membaca kode

sehingga dianalisis.

3.6 Analisa Data dan Penyajian Data

1. Analisis Univariat

Analisa data dilakukan secara univariat yaitu untuk melihat distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang telah diteliti.

Data secara univariat dengan menggunakan rumus.

P ¿ F¿ N ×100 %

Keterangan :
P = Presentase yang dicari
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah Sampel

48
2. Penyajian Data

Data yang diperoleh diajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang

berasal dari kesimpulan hasil kusioner kepada siswa SMK N 1 Gunung

Talang

3.7 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang
Keselamatan Berkendara
Perilaku Keselamatan
Sikap Tentang Keselamatan
Berkendara
Berkendara

Keterangan:

= Data yang diteliti

1 = Tidak diteliti

Gambar 3.8

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Keselamatan Berkendara

(Safety Riding) Sepeda Motor Pada Pelajar SMK N 1 Gunung Talang

49
3.8 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Alat Cara Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur Ukur

Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Angket 1. Tinggi,jika Ordinal


yang diketahui online jawaban
dan dipahami responden benar
oleh siswa SMK ≥ 60%
N 1 Gunung 2. Rendah, jika
Talang tentang jawaban
keselamatan responden benar
berkendara < 60%
sepeda motor. (Notoatmodjo,
Meliputi 2018)
persiapan dalam
berkendara serta
hal-hal yang
harus
diperhatikan
pengemudi saat
berkendara,
pemahaman
rambu-rambu
serta kecepatan
saat berkendara.
Sikap Respon atau Kuesioner Angket 1. Sikap positif Ordinal
tanggapan siswa online ≥ 60%
SMK N 1 2. Sikap negatif
Gunung Talang < 60%
terhadap (Notoatmodjo,
keselamatan 2018)
berkendara
sepeda motor.
Meliputi
kecenderungan
responden untuk
melakukan suatu
tindakan dalam
berlalu lintas.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

50
51

Anda mungkin juga menyukai