Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.

2 April 2015

ANALISA HUBUNGAN KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN JUMLAH


PETUGAS LALU LINTAS DI KOTA MEDAN TAHUN 2003 SAMPAI DENGAN 2013

Dohar Sinabutar, ST, MT

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

Semua orang tentu tidak mau mengalami kecelakaan lalu lintas. Semua orang selalu menginginkan
setiap perjalanannya selamat sampai di tujuan dan beraktifitas dengan normal. Namun seiring dengan
pertumbuhan penduduk semakin meningkat, maka kebutuhan transportasi yang menunjang setiap perjalan
semua orang pun akan meningkat. Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dapat menimbulkan
risiko pada kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan timbul akibat tertabraknya kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor lainnya atau
bertarakan dengan benda keras lainnya (seperti trotoir, tiang listrik, dll) atau menabrak orang di luar kendaraan
sehingga menimbulkan korban yang berada di dalam maupun di luar kendaraan. Data kecelakaan didapat
dengan mengambil data dari Dinas Kesehatan Kota sedangkan jumlah kendaraan bermotor dapat kita temukan
di Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan. Adapun sebagai data pembanding kita bisa mengambil data
kecelakaan dan jumlah kendaraan bermotor dari Badan Pusat Statistik.
Dari jumlah kecelakaan dan jumlah petugas lalu lintas di Kota Medan yang sudah diinventaris oleh
instansi terkait, maka kita bisa prediksi tingkat kecelakaan di tahun mendatang dengan menggunakan program
SPSS.
Setelah dilakukan analisa, penulis dapat memberikan informasi bahwa tingkat kecelakaan lalu lintas
berpengaruh terhadap keberadaan sejumlah petugas lalu lintas selama 2003 sampai dengan 2014. Namun
demikian perlu ada pengawasan yang lebih baik lagi dari petugas agar tingkat kecelakaan tidak terus bertambah
dan perlu pembatasan jumlah kendaraan bermotor.

Kata kunci : Kecelakaan, Jumlah Petugas Lalu Lintas, Kota Medan

Latar Belakang

Salah satu permasalahan dalam transportasi adalah kecelakaan lalu lintas. Permasalahan ini pada
umumnya terjadi ketika sarana transportasi, baik dari segi jalan, kendaraan, dan sarana pendukung lainnya
belum mampu mengimbangi perkembangan yang ada di masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah
penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya aktivitas pemenuhan kebutuhan yang tentunya meningkatkan
pula kebutuhan akan alat trasnportasi, baik itu yang pribadi maupun yang umum. Dengan kondisi angkutan
umum yang kurang memadai, masyarakat mengatasinya dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pemakaian
kendaraan pribadi ini di satu pihak akan menguntungkan, akan tetapi di pihak lain akan menimbulkan masalah
lalu lintas ( Tamin, 2000). Permasalahan lalu lintas yang dihadapi salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas.

Permasalahan terhadap meningkatnya tingkat kecelakaan semakin bertambah rumit melihat kenyataan
bahwa meskipun sistem prasarana transportasi sudah sangat terbatas, akan tetapi banyak dari sistem prasarana
tersebut yang berfungsi secara tidak efisien. Sebagai contoh adalah keberadaan kegiatan informal seperti
pedagang kaki lima yang menempati jalur pejalan kaki yang menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus
menggunakan badan jalan yang tentunya mengurangi kapasitas jalan tersebut. Contoh lain adalah kegiatan
parkir pada badan jalan yang berakibat pada berkurangnya kapasitas jalan dan menyebabkan penurunan
kecepatan bagi kendaraan yang melalui. Kondisi ini berakibat pada sering terjadinya kemacetan dan
meningkatnya angka kecelakaan (Tamin,2000).
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

Dari tahun ke tahun, permasalahan transportasi diringi dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang selalu
meningkat. Hal ini dikarenakan bertambahnya intensitas kendaraan yang ada pada setiap tahunnya. Selain itu,
pembangunan pusat-pusat keramaian seperti tempat wisata dan pendidikan menyebabkan tingkat tarikan
frekuensi kendaraan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan intensitas kecelakaan lalu lintas yang terjadi
pada setiap tahunnya juga ikut mengalami peningkatan, karena bisa dikatakan bahwa intensitas kecelakaan
berbanding lurus dengan intensitas kendaraan yang lewat, dengan mengasumsikan faktor lain dalam tingkat
pengaruh yang sama.

Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain
dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia
atau binatang. Kecelakaan lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun menurut WHO.
Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua
adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah faktor jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi,
antara manusia dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban
pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping itu masih ada faktor lingkungan cuaca
yang juga bisa berkontribusi terhadap kecelakaan. Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan
dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.
Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun
tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Selain itu manusia sebagai pengguna
jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan
lalu lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing
oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan. Faktor kendaraan yang
paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor
kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara reguler. Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik
jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan,ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan
jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan.(id.wikipedia/Kecelakaan_lalu-
lintas.htm).

Indonesia adalah salah satu Negara berkembang baik dalam bidang ekonomi, sosial dan industri di
dunia. Sebagai salah satu Negara yang berkembang dan ingin maju, tentunya Indonesia berusaha untuk
menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan dalam segala bidang. Hal ini sesuai dengan perkembangan
IPTEK di era globalisasi yang serba modern saat ini.Salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia
adalah mobil dan sepeda motor sebagai sarana transportasi. Angka kepemilikan mobil dan sepeda motor
meningkat tajam dari tahun ke tahun. Namun sayangnya tidak diikuti dengan kesadaran berkendara yang baik,
ditambah tingkat emosional yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas sehingga membuat meningkatnya angka
kecelakaan di beberapa titik jalan. Salah satu kota yang mengalami kejadian tersebut adalah Kota Medan.
Kota Medan sebagai salah satu kota padat di Indonesia hal ini disebabkan karena di Kota Medan
banyak perguruan-perguruan tinggi, sekolah, kantor, pusat hiburan dan pusat Pemerintahan Provinsi Sumatera
Utara sehingga banyak jalan-jalan besar yang menghubungkan Kota Medan dengan daerah-daerah yang lain
menjadi sangat ramai oleh kendaraan-kendaraan roda dua maupun roda empat. Salah satunya adalah Jalan Gatot
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

Subroto yang merupakan akses dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Kabupaten Langkat, Kota Binjai
masuk ke Kota Medan. Meskipun dari pihak kepolisian telah melakukan sosialisasi, razia, dan lain-lainnya di
berbagai tempat, namun masalah kecelakaan ini tidak dapat dihindarkan lagi, mengingat masih kurangnya
kesadaran dan kepatuhan dalam berkendaraan.
Dari pengamatan sehari-hari, penulis melihat kelangkaan sejumlah petugas di beberapa simpang.
Sementara di simpang-simpanglah risiko kecelakaan bisa terjadi mengingat banyaknya titik konflik.
Dari latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti apakah ada hubungan antara peningkatan
jumlah kecelakaan dengan jumlah petugas lalu-lintas di Kota Medan.

Perumusan Masalah

Upaya mengurangi atau mencegah resiko kecelakaan seringkali terbentur oleh kurangnya
perbendaharaan studi empiris sebagai acuan dalam perencanaan dan strategi operasional jalan. Di
Indonesia studi-studi yang berkaitan dengan pengaruh kondisi lalu-lintas jalan terhadap kecelakaan
masih belum berkembang. Hal tersebut menjadikan kebijakan kebijakan operasional lalu-lintas jalan
seringkali dibuat dengan mengesampingkan aspek keselamatan lalu-lintas jalan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjawab permasalahan
diatas khususnya pola hubungan antara aspek keselamatan lalu-lintas yang diwakili oleh tingkat
kecelakaan dan jumlah petugas lalu-lintas d i Kota Medan.

Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk
menganalisis hubungan antara angka kecelakaan dengan jumlah petugas lalu lintas di Kota Medan,
sehingga dapat diperoleh informasi awal tentang potensi terjadinya kecelakaan pada berbagai kondisi.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui pola kecenderungan pengaruh angka kecelakaan
terhadap jumlah petugas lalu lintas secara umum.

Angka Kecelakaan Lalu-Lintas

Definisi kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pemakai jalan yang lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Korban
kecelakaan lalu-lintas dapat berupa korban mati, korban luka berat dan. korban luka ringan.

Angka kecelakaan (accident rate) biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan pada satu
satuan ruas jalan. Banyak indikator angka kecelakaan yang telah diperkenalkan Pignataro (1973)
memberikan persamaan matematis untuk menghitung angka kecelakaan yaitu angka kecelakaan lalu-lintas
per kilometer adalah jumlah kecelakaan per kilometer dengan menggunakan rumus:
AR = A / L

Keterangan :
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

AR = Angka kecelakaan total per kilometer setiap tahun


A = Jumlah total dari kecelakaan yang terjadi setiap tahun
L = Panjang dari bagian jalan yang dikontrol dalam km

Petugas Lalu lintas

Petugas lalu lintas yaitu polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas
kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu
lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, karena dalam masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung
produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan
proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang
berkaitan dengan kendaraan bermotor.

Regresi

Dalam praktek atau eksperimen, sering harus dipecahkan masalah menyangkut beberapa set
variabel dimana diketahui terdapat hubungan yang padu antar variabel- variabel tersebut. Terdapat suatu
variabel tergantung (dependent variable) atau respon y yang tidak terkontrol. Respon ini tergantung
pada satu atau lebih variabel bebas (independent variable) x1, x2, …, xn yang terukur dan merupakan
variabel yang terkontrol dalam eksperimen. Pendekatan hubungan fungsional pada suatu set data
eksperimen dicerminkan oleh sebuah persamaan prediksi yang disebut persamaan regresi. Untuk
kasus dengan suatu variabel tergantung atau y tunggal dan suatu variabel bebas x tunggal, dikatakan
regresi y pada x maka dengan regresi:
Y = a + bX
Dimana koefisien regresi a dan b adalah koefisien yang diestimasi dari data sampel.

Korelasi

Dalam melihat hubungan antara satu perubah dengan perubah lainnya, maka digunakan analisis
korelasi untuk mengetahui seberapa besarnya hubungan yang terjadi. Jika nilai-nilai satu perubah naik
sedangkan nilai-nilai perubah lainnya menurun, maka kedua perubah tersebut mempunyai korelasi negatif.
Sedangkan jika nilai-nilai satu perubah naik dan diikuti oleh naiknya nilai-nilai perubah lainnya atau nilai-
nilai satu perubah turun dan diikuti oleh turunnya nilai-nilai perubah lainnya, maka korelasi yang terjadi
adalah bernilai positif.
Derajat atau tingkat hubungan antara dua perubah diukur dengan indeks korelasi, yang
disebut sebagai koefisien korelasi dan ditulis dengan simbul R. apabila nilai koefisien korelasi tersebut
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

dikuadratkan (R²), maka disebut sebagai koefisien determinasi yang berfungsi untuk melihat sejauh mana
ketepatan fungsi regresi. Nilai koefisien korelasi dapat dihitung dengan memakai rumus:

nΣXi.ΣYi − ΣXi.ΣYi
r=
[(nΣXi 2 − (ΣXi) 2 )(nΣYi 2 − (ΣYi) 2 )]

METODE PENELITIAN

Secara garis besar rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:


Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

Tabel 4.1. Jumlah kecelakaan 2003-2013

Jumlah Kecelakaan
Tahun

2003 937
2004 911
2005 1376
2006 2438
2007 2818
2008 2929
2009 3170
2010 3634
2011 7443
2012 8532
2013 9780
Sumber: BPS, 2013

Dari tabel 4.1. tersebut terdapat jumlah kecelakaan di Kota Medan yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun dimulai pada tahun 2003 dengan jumlah kecelakaan sebesar 937 hingga tahun 2013 sebesar 9780.
Penulis ingin mengetahui apakah peningkatan jumlah kecelakaan tersebut apakah berhubungan langsung
dengan jumlah petugas lalu lintas yang ada di Kota Medan. Oleh karena itu, penulis sudah menghimpun jumlah
petugas lalu lintas yang juga dimulai dari tahun 2003 sampai dengan 2013.

Data mengenai jumlah petugas lalu lintas yang terhimpun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013
terdapat pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Jumlah Petugas Lalu Lintas 2003-2013

TAHUN JUMLAH PETUGAS LALU LINTAS

2003 2109
2004 2138
2005 2165
2006 2192
2007 2219
2008 2246
2009 2272
2010 2298
2011 2323
2012 2348
2013 2373
Sumber : BPS, 2013

Dari tabel 4.2. tersebut terdapat jumlah petugas lalu lintas di Kota Medan yang juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun dimulai pada tahun 2003 dengan jumlah petugas lalu lintas sebesar 2109 hingga
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

tahun 2013 sebesar 2373. Dari kedua tabel di atas penulis ingin menganalisa apakah ada hubungan antara
jumlah kecelakaan lalu lintas dengan jumlah petugas lalu lintas. Untuk menganalisa hal tersebut, penulis
menggunakan program SPSS sehingga didapat hubungan yang linier antara kedua tabel tersebut.

4.1. Pengolahan Data

Berikut ini penulis tampilkan hasil proses pengolahan program SPSS dari kedua variable di atas:

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
a
1 .917 .841 .824 1310.769
a. Predictors: (Constant), JUMLAH_PETUGAS_LALU_LINTAS

a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -69479.991 10646.107 -6.526 .000
1 JUMLAH_PETUGAS_LA
32.745 4.741 .917 6.907 .000
LU_LINTAS
a. Dependent Variable: Jumlah_Kecelakaan

Correlations

Jumlah_Kecela JUMLAH_PETU
kaan GAS_LALU_LIN
TAS
**
Pearson Correlation 1 .917

Jumlah_Kecelakaan Sig. (2-tailed) .000

N 11 11
**
Pearson Correlation .917 1
JUMLAH_PETUGAS_LALU
Sig. (2-tailed) .000
_LINTAS
N 11 11

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembahasan

Berdasarkan hasil proses di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan korelasi tersebut
adalah 99 % dengan a = 0,01 (1%). Dari tabel di atas diperoleh korelasi Pearson 0,917 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara Jumlah Kecelakaan dengan Jumlah Petugas Lalu Lintas. Hubungan korelasi
antara Jumlah Kecelakaan dengan Jumlah Petugas Lalu Lintas adalah sangat kuat yang ditunjukan dengan nilai
korelasi mendekati +1. Dengan P-value /Sig. sama dengan 0,00 < 0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.1 No.2 April 2015

yang signifikan antara kedua variable tersebut. Tanda positif menunjukan bahwa korelasi yang terjadi antara
Jumlah Kecelakaan dengan Jumlah Petugas Lalu Lintas adalah hubungan yang berbanding lurus artinya
semakin tinggi Jumlah Kecelakaan maka semakin tinggi pula Jumlah Petugas Lalu Lintas yang dibutuhkan.
Lalu didapat pada Model Summary/Besarnya Pengaruh (R Square) = 0,841= 84,1 %. Artinya Pengaruh
Kecelakaan terhadap jumlah petugas lalu lintas sebesar 84,1 % itu berarti pengaruh kecelakaan lalu lintas
dipengaruhi oleh keberadaan petugas lalu lintas

Sampel diambil mulai dari tahun 2002 sampai dengan 2012 dengan menginventaris data kecelakaan
dan jumlah kendaraan bermotor yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Variabel terikat (Y) adalah jumlah
kecelakaan dan variable bebas (X) adalah jumlah lalu lintas. Setelah itu barulah diproses kedalam program
SPSS. Tahapan dalam pegolahan data pada SPSS adalah Input data -> Analyze -> Regression. Dari tahapan
tersebut didapatlah output berupa Tabel Model Summary, Coefficients, dan Correlations.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Hubungan Kecelakaan Lalu Lintas dengan Jumlah
Petugas Lalu Lintas di Kota Medan tahun 2003 sampai dengan 2014:
1. Pengaruhnya sebesar 84,1 %. Sedangkan 15,9% lainnya disebabkan oleh faktor lain di Kota Medan
2. Korelasinya sedang (r=0,917). Artinya semakin tinggi tingkat kecelakaan, maka keberadaan petugas
lalu lintas perlu ditingkatkan

DAFTAR PUSTAKA

Analisa BOW 1921, Harga Satuan Upah dan Bahan Bangunan di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran
2013.

Bapenas, 2002, Peningkatan Perekonomian Masyarakat Perdesaan, LP3S, Richardson, W, 2003

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomi UI, Russel, 1997

Tanggung Jawab Sosial dalam Pertumbuhan Masyarakat, Gramedia, Soedjatmiko, 2003

Perkerasan Lentur Jalan Raya,Nova, Sukirman, Silvia, 1993

Anda mungkin juga menyukai