Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KAPITA SELEKTA

STUDI KASUS : MASALAH SIRKULASI KOTA DI MALANG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

JURUSAN ARSITEKTUR

Disusun Oleh :

RAHMAT FEBRIANSYAH 1822006

HERCULANUS LIVENNO DIWATARU 1822068

AGNES CLARETTA DIPUTRA 1822095

FARHAN ABIDIN 1822097

VERENA WANDA KARTIKA 1822101

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

JALAN SIGURA – GURA NO 2

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Ketika kita ingin megkaji tentang Permasalahan Drainase secara komprehensif, mendasar,
mudah dan benar, maka kita sering terbentur kepada berbagai kendala. Kendala yang berupa
keterbatasan. Keterbatasan waktu, kesempatan, kemauan, daya paham dan metodologi yang
sering mempengaruhi kemajuan (progres) pendekatan kita. Keterbatasan kapasitas kita dalam
menghadapi berbagai kendala; kendala background dan milik kita, kendala intrik pribadi,
kendala arus informasi dan opini umum.

Ketidakberdayaan kita dalam menghadapi kendala dan keterbatasan ini sering dapat
mengakibatkan kebodohan, kesalah pahaman, ketidak pedulian.

Di sisi lain bagi sebagian kita yang relatif telah lama mendalami ilmu Dasar-Dasar Ips,
terkadang kita berputar-putar dan berjalan di tempat, tidak pernah sampai kepada wawasan
holistik dan kerangka sistematik dari ajaran tersebut, dan tidak pernah menyentuh hakekat
yang sesungguhnya ini. Sehingga tidak heran lagi jika kita belum mampu menghadirkan
dasar ilmu kepada diri kita dan orang lain secara utuh dan benar, dan target makalah kepada
diri kita maupun orang lain secara utuh dan benar, dan target tersebut belum dapat di katakan
berhasil: baik dalam dimensi eksoteris maupun isoterisnya, dalam penerapan nilai-nilai
tersebut.idealita teoritisnya belum dapat diterapkan baik dalam skala individu, keluarga
maupun masyarakat.

Makalah ini yang di tulis oleh diri saya pribadi, berusaha untuk menyajikan Permasalahan
Drainase di Perkotaan dengan penyajian yang mudah dan mendasar, yang gampang di cerna
oleh teman-teman dan enak dinikmati di samping sarat dengan paparan ilmiah argumentatif
dan kajian kompratif, sehingga dapat mendekatkan kita kepada obsesi kita untuk menyatu
dengan alam sebagaimana mestinya.

Saya sangat berterima kasih, khususnya kepada bapak Drs. Suhardjo, M.Pd yang dengan
penuh semangat dan kesabaran telah memberikan dorongan moriil dan memberikan
gambaran pembuatan makalah ini.

Wallahu’ Alam wal Muwaffiq wal Hadi Ilaa Sawa As Sabil.

Malang, Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap wilayah pasti mempunyai karakter dan keunikan kependudukan tersendiri,
termasuk masalah-masalah kependudukan yang beraneka ragam. Indonesia, sebagai
negara berkembang dengan luas wilayah yang sangat besar tentu menghadapi masalah
perkotaan yang tidak sedikit. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat
produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Di daerah perkotaan yang
penduduknya cukup padat, banyak tedapat fasilitas umum, transportasi, komunikasi, dan
sebagainnya.
Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur Indonesia, kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Malang merupakan kota terbesar kedua
di Jawa Timur setelah Surabaya dan dikenal dengan julukan kota pelajar atau banyak
juga yang menjuluki sebagai Kota bunga. Oleh sebab itu banayak wisatawan berkunjung
di kota malang. Namun jika kapasitas jalan raya yang tidak dapat menampung para
pengendara (wisatawan) dengan maksimal akan menimbulkan ketidak nyamanan para
wisatawan.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan. Jalan raya
pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu klasifikasi menurut fungsi
klasifikasi menurut kelas Jalan, klasifikasi menurut medan jalan, klasifikasi menurut
wewenang pembinaan jalan, dan tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia
sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan
kendaraan. Agar sesuai dengan keingginan pemerintah dalam menciptakan lalu lintas
yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien maka di susunlah
sebuah managemen lalu lintas yang dapat di gunakan sebagai pedoman untuk
mengurangi dampak - dampak negatif yang ditimbulkan oleh padatnya lalu lintas.
Oleh karena itu, setiap perkembangan kota harus diikuti dengan evaluasi dan/atau
perbaikan, tidak hanya pada lokasi pengembangan, tetapi juga daerah sekitarnya yang
terpengaruh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi kepadatan penduduk di kota Malang ?


2. Bagaimana kepadatan lalu lintas di kota Malang ?
3. Bagaimana kondisi luas jalan di kota Malang ?
4. Bagaimana solusi yang dilakukan dalam mengatasi tata ruang kota ?
BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

STUDI KASUS SIRKULASI DI KOTA MALANG

3.1 Deskripsi kota Malang

3.2 Rmasalahan

3. 3 Pemecahan Masalah

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Malang

http://bukhoribk04.blogspot.com/2016/11/makalah-tentang-permasalahan-perkotaan.html?m=1

https://www.academia.edu/9988412/Kepadatan_lalu_lintas_di_Kota_Malang
TEORI :

TINJAUAN PUSTAKA :

ANALISA KASUS :

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Serta
salah satu kota terbesar di Indonesia menurut jumlah penduduknya. Malang juga merupakan
kota terbesar kedua di wilayah pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung (sumber:
Wikipedia). Berdasarkan data dari BPS kota Malang, jumlah penduduk pada tahun 2015
adalah 2.544.335 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dan setiap tahunnya
meningkat, mengakibatkan timbulnya berbagai macam masalah salah satunya
adalah kemacetan.

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas
jalan.(sumber : Wikipedia 2013). Belakangan ini kemacetan yang terjadi di kota Malang
merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat sekitar. Malang sebagai kota pendidikan dan
kota wisata membuat kota Malang banyak pendatang dari berbagai macam kota untuk
melanjutkan pendidikannya di kota Malang dan di prediksi pada tahun tahun mendatang akan
terjadi kemacetan parah di beberapa titik kota Malang seperti di pertigaan lampu merah jl.
Dinoyo, perempatan lampu merah ITN, Fly over Ahmad Yani dan pertigaan jembatan
Soekarno Hatta. Kemacetan terparah terjadi ketika jam pergi dan pulang kerja serta saat
weekend.

Tingkat kepadatan penduduk ini sangat mempengaruhi kemacetan lalu lintas di Kota
Malang karena dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penggunaan kendaraan pun
makin meningkat karena dirasa efektif dan kurang representatifnya kendaraan umum menjadi
alasan mereka untuk membeli kendaraan pribadi. Dapat dibayangkan apabila dalam satu
rumah memiliki lebih dari satu kendaraan maka dapat di hitung jumlah kendaraan bermotor
bisa melebihi jumlah penduduk kota Malang itu sendiri.

Kemacetan ini pada akhirnya menimbulkan banyak sekali dampak terhadap


masyarakat. Dampak pada perekonomian adalah pemborosan pada bensin. Lalu dampak pada
kesehatan juga, karbondioksida yang dikeluarkan kendaraan bermotor dapat menyebabkan
masalah pernafasan dan juga buruk bagi udara. Dampak psikologis kemacetan dapat
menyebabkan stress bagi pengguna jalannya sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja
para karyawan atau orang yang akan bekerja.

Pemerintah seharusnya telah menyiapkan solusi atau antisipasi mengenai kemacetan


ini dikarenakan pasti setiap tahunnya penduduk kota Malang yang akan terus bertambah
dikarenakan banyaknya pendatang. Alangkah baiknya apabila sarana dan prasarana dibenahi
sehingga dapat memberikan kenyamanan dan meminimalisir kemacetan yang terjadi.
( Sumber :
https://www.kompasiana.com/hartinimuharama/58568bdae422bd4a0afd3a76/kepadatan-
penduduk-menyebabkan-kemacetan-di-kota-malang )

Pemecahan Masalah :

1. Memaksimalkan transportasi umum


2. Pemerintah melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui sosialisasi mengenai
aturan jarak pembangunan dari jalan
3. Membatasi para pendatang yang i

Kebijakan Daerah Kota Malang dalam Menanggulangi Kemacetan Lalu LintasKemacetan


lalu lintas merupakan masalah daerah urban yang perlu solusi secara cepat dan
berkesinambungan. Kebijakan umum sistem transportasi nasional menjadi landasan dalam
pelaksanaan di bidang transportasi. Isi dari kebijakan sistem transportasi nasional menjadi
dasar Dinas Perhubungan Kota Malang untuk membuat sebuah kebijakan transportasi.
Fungsinya untuk mengatur dan mengelola kegiatan operasional transportasi di Kota
Malang.Sehingga dibentuk strategi sebagai langkah untuk menerapkan dan mewujudkan
kebijakan transportasi Dinas Perhubungan Kota Malang. Berdasarkan Perda Kota Malang
No. 4/2011, Pasal 21 tentang Rencana Sistem Prasarana Wilayah Kota yang mencakup sistem
jaringan transportasi sebagai sistem prasarana utama.

Maka ada tiga strategi yang telah dibuat yaitu: strategi manajemen lalu lintas, strategi
pengembangan jaringan jalan, dan strategi angkutan umum. Strategi manajemen lalu lintas
meliputi perbaikan sistem kontrol lalu lintas perkotaan, perbaikan simpangan, perbaikan
koridor, perbaikan di central business district, dan pemindahan pengujian kendaraan ber-
motor. Strategi pengembangan jaringan jalan terdiri dari pengembangan jalan lingkar barat,
jalan lingkar timur, jalan lingkar dalam, jalan tembus Gadang-Bumiayu, jalan tol Malang-
Pandaan, jalan Dinoyo-Tunggulwulung, dan perbaikan Jembatan Kedungkandang. Strategi
angkutan umum bertujuan untuk melayani pergerakan di Kota Malang dan terdapat 25 jenis
rute angkot yang beroperasi sesuai dengan pembagian pelayanannya.

Kesimpulan

Kota Malang menjadi orientasi yang menjanjikan bagi pendatang. Banyak masyarakat yang
bergerak dengan tujuan bekerja, sekolah, dan belanja. Sehingga muncul masalah kota, yakni
kemacetan lalu lintas. Hal ini disebabkan banyak orang yang lebih memilih kendaraan pribadi
sebagai sarana transportasi. Padahal tidak ada penambahan kapasitas jalan raya. Akibatnya
yang muncul adalah waktu perjalanan lebih lama, pemborosan bahan bakar mesin, dan
meningkatnya polusi udara. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Malang membuat
kebijakan transportasi sebagai solusi jangka panjang. Kebijakan ini diwujudkan melalui
strategi manajemen lalu lintas, strategi pengembangan jaringan jalan, dan strategi angkutan
umum. Kemudian, penerapan jalur satu arah di kawasan lingkar UB sebagai solusi jangka
pendek untuk mengurai kemacetan lalu lintas.

Saran

1. Menambah fasilitas lahan parkir dengan menyediakan lahan tertentu yang lokasinya

strategis, seperti membangun parkiran terpusat di setiap ruko. Sehingga kendaraan tidak ada
yang parkir sembarangan.

2. Membuat peraturan untuk mengatur pembatasan jumlah kendaraan yang masuk di Kota
Malang. Misalnya, masyarakat dari luar kota yang bekerja di Malang dan menggunakan
sepeda motor. Maka orang tersebut harus memarkir kendaraannya di terminal dan
melanjutkan perjalanan menuju kantornya dengan kendaraan umum.

3. Ada regulasi yang mengatur jumlah penjualan kendaraan bermotor, baik mobil maupun
sepeda motor. Agar ledakan jumlah kendaraan dapat diminimalkan. Sehingga kepadatan lalu
lintas dapat terurai.

4. Membuat peraturan bagi masyarakat pendatang dan berencana menetap di Kota


STUDI KASUS : MASALAH SIRKULASI KOTA DI MALANG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

JURUSAN ARSITEKTUR

TEORI : TATA RUANG KOTA ( SISI SPACING )

TINJAUAN PUSTAKA : TATA RUANG KOTA

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur ruang dan
pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih
diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam
beberapa zona sebagai berikut:

1. Perumahan dan permukiman


2. Perdagangan dan jasa
3. Industri
4. Pendidikan
5. Perkantoran dan jasa
6. Terminal
7. Wisata dan taman rekreasi
8. Pertanian dan perkebunan
9. Tempat pemakaman umum
10. Tempat pembuangan sampah

Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak diikuti adalah ketidak
teraturnya kawasan yang mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak
kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang
berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.

Pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat negara maju. Menurut Hakim (2004, h.89-93) terdapat
lima tahap proses pembangunan yaitu: masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas,
lepas landas, menuju ke kedewasaan, dan era konsumsi massal tinggi. Kota sebagai suatu
sistem yang terdiri atas subsistem sosial dan ekologis hendaknya dipandang secara menyeluruh
dalam berbagai kaitannya, mulai mikro hingga makro. Sehingga menurut Nugroho dan Dahuri
(2004,h.244) perlu adanya kerangka konseptual untuk menyusun kebijakan pembangunan per-
kotaan khususnya di negara berkembang yang meliputi: peningkatan aktivitas ekonomi, pe-
ningkatan produktivitas masyarakat miskin, perlindungan lingkungan hidup, dan pembangunan
modal sosial.

ANALISA KASUS :

Seiring dengan perkembangan Kota Malang yang semakin maju. Pemerintah Kota
Malang telah membuat enam rencana detail sub pusat yaitu: rencana detail Malang Utara,
Malang Timur Laut, Malang Timur, Malang Tenggara, Malang Barat, dan Malang Tengah.
Demi menunjang terwujudnya rencana detail tersebut, maka pemerintah juga membuat rencana
strategis dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Pemerintah berharap setiap sub bagian
wilayah dapat menjadi pusat kota. Sehingga orientasi tempat tujuan masyarakat menjadi
tersebar dan pembangunan tercipta secara seimbang antar sub bagian wilayah di Kota Malang.
Namun perkembangan ini telah menjadi masalah publik. Banyak ruko yang dibangun tanpa
tempat parkir yang memadai. Dampak pembangunan ini dapat menyebabkan macet karena ruas
jalan tetap, serta berkurangnya resapan air. Padahal ruas jalan yang dilalui hanya itu saja dan
posisi wilayah Kota Malang berada di tengah-tengah Kabupaten Malang. Sehingga kemacetan
lalu lintas tidak dapat dihindari lagi di beberapa ruas jalan raya yang ada di Kota Malang.

Pada dasarnya faktor utama penyebab kemacetan di Kota Malang adalah kapasitas jalan
raya yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Buktinya, jumlah
penjualan sepeda motor untuk wilayah Malang Kota sebesar 1.700-1.800 unit/per bulan tahun
2013. Apabila jumlah penjualan per bulan dikalikan satu tahun, maka diperkirakan terjual
20.400 unit/per tahun. Ditambah lagi, jumlah penjualan kendaraan roda empat yang bisa
mencapai 7.000 unit/per bulan. Sehingga kita dapat membayangkan jumlah kendaraan yang
keluar setiap harinya di Kota Malang, tanpa ada perluasan kapasitas jalan raya. Oleh karena
itu, pemerintah seharusnya mampu bertindak tegas untuk melakukan pembangunan yang
strategis dan lebih tertata di wilayah Malang Kota.

sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Ruang
file:///C:/Users/Asus/Downloads/77187-ID-kajian-dampak-pengembangan-pembangunan-
k%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai