Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PELANGGARAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS YANG SERING TERJADI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Pelajaran : PpKN

Guru : Nunung Nurjanah, SH.

Oleh:

Muhammad Ridwan
Sandi Dhea Adi Nugraha
Wulan Sulistiawati
Zihan Junyar

KELAS XII MIPA 4


SMAN 1 Jalancagak
TAHUN AJARAN 2020-2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas petunjuk dan
hidayahnyalah tugas proyek PPKN tentang Pelanggaran Rambu-rambu Lalu Lintas yang sering terjadi.

Salah satu permasalahan selalu dihadapi di negara berkembang adalah masalah lalu lintas yang semakin
hari semakin kompleks. Hal ini terjadi mengingat semakin padatnya kendaraan di kehidupan zama
modern, maka tidak dapat dipungkiri lagi dari tahun ke tahun penggunaan kendaraan terus meningkat
sehingga tingkat pelanggan juga terus meningkat. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran lalu lintas adalah budaya tertib lalu lintas di masyarakat yang masih minim.

Begitupun halnya di daerah Jalancagak-Subang sebagai salah satu kawasan yang sering dilintasi oleh
para pengendara. Hal ini dapat dilihat dari maraknya pelanggaran lalu lintas di lingkungan tersebut mulai
dari tidak menggunakan helm, melanggar rambu-rambu lalu lintas, parkir ditempat terlarang, lebih
khususnya hal ini dilakukan oleh para pelajar.

Dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji kebiasaan pelanggaran lalu lintas di lingkungan
Jalancagak-Subang yang dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
Angkutan jalan. Penulis telah berusaha memberikan penjelasan yang cukup komprehensif dan data yang
actual, namun seperti pepatah, "Tak ada gading yang tak retak" sehingga penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan mulai dari sistematika penulisan hingga materi dari penulisan ini, oleh
karena itu saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan oleh penulis. Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari guru mata pelajaran PKN di sekolah
sebagai salah satu penambahan nilai untuk kelulusan.

Akhir kata, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua dan makalah ini dapat bermanfaat bagi kalian semua.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Manfaat hasil penelitian

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pelanggaran rambu-rambu lalu lintas

B. Solusi

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan
permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus
terjadi, bahkan cenderung meningkat di setiap tahunya. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah jenis
pelanggaran lalu lintas di wilayah Kepolisian Resor Sragen yang berjumlah 23.304 dari semua jenis
pelanggaran lalu lintas di tahun 2014 menjadi 23.773 pelanggaran di tahun 2015. Permasalahan tersebut
seharusnya dapat ditekan atau bahkan dihilangkan apabila ada kesadaran dari masyarakat, khususnya
pengemudi jalan raya. Kesadaran akan keselamatan seharusnya tidak hanya untuk dirinya sendiri,
melainkan juga untuk melindungi keselamatan bagi orang lain.

Secara sederhana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat di definisikan sebagai, satu kesatuan sistem yang
terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya. Pelanggaran adalah
perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan. Pelanggaran dalam
pengertian yang lain dapat di artikan sebagai suatu perbutan yang melanggar sesuatu dan berhubungan
dengan hukum, yang berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan hukum. Penjelasan tersebut dapat
di tarik suatu kesimpulan bahwa pelanggaran lalu lintas merupakan pengabaian seseorang terhadap tata
tertib lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna kendaraan bermotor, yang di mana akibat pengabaian
tersebut menimbulkan kecelakaan lalu lintas bagi pengguna jalan lainnya, baik hilangnya nyawa maupun
luka-luka.

Salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan lalu lintas adalah kurangnya kesadaran masyarakat
dalam berkendara, misalnya tidak memperhatikan dan menaati peraturan lalu lintas yang sudah ada,
tidak memiliki kesiapan mental pada saat mengemudi atau mengemudi dalam kondisi kelelahan. Kondisi
ketidaksiapan pengemudi dalam berkendara memungkinkan terjadinya kecelakaan yang dapat
membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya, selain penyebab-penyebab kecelakaan lalu lintas
yang telah diuraikan di atas, terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya juga dipengaruhi oleh faktor
usia pengemudi itu sendiri. Kenyataan yang sering ditemui sehari-hari adalah masih banyak pengemudi
yang belum siap mental. Pengemudi tersebut saling mendahului tanpa memperdulikan keselamatan
baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada dasarnya dapat
dihindari apabila pengguna jalan mampu berperilaku disiplin, sopan dan saling menghormati pada saat
berkendara.

Pembinanan dan penegakan disiplin berlalu lintas di jalan, memerlukan suatu aturan hukum yang tegas,
serta mampu mencangkup seluruh penegakan pelanggaran yang terjadi, agar pelanggaran tersebut
dapat ditindak secara tegas serta dapat di upayakan pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran
tersebut. Pada umumnya permasalahan pelanggaran lalu lintas sering di alami oleh setiap daerah di
Indonesia, hal tersebut dapat di buktikan dengan adanya indikasi angka kecelakan lalu lintas yang sering
meningkat di setiap tahunya. Perkembangan transportasi lalu lintas mengalami peningkatan yang sangat
pesat, dimana keadaan tersebut merupakan wujud perkembangan teknologi yang semakin medern.
Perkembangan transportasi lalu lintas yang semakin maju tersebut dapat memberikan dampak yang
bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Semuanya tergantung pada masing-masing
individu dalam menerapkanya. Faktor penyebab timbulnya permasalahan dalam lalu lintas adalah
manusia sebagai aktor utama yang memakai jalan, jumlah kendaraan, keadaan kendaraan, dan juga
kondisi rambu-rambu lalu lintas, merupakan faktor penyebab timbulnya kecelakaan dan pelanggaran
berlalu lintas

.Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan suatu hal yang tidak diinginkan oleh
semua pihak, baik pihak pengemudi kendaraan dalam kecelakaan maupun korban, mengingat betapa
sangat berharganya keselamatan seseorang terutama nyawa. Sudah seharusnya seseorang yang
mengakibatkan kecelakaan tersebut, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan pelaku mendapatkan efek jera agar tidak mengulangi perbuatanya, serta
lebih berhati-hati dalam berkendaraan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas yang sebagaimana penulis
uraikan diatas juga sering terjadi di Kabupaten Sragen, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pelanggaran Rambu-rambu Lalu Lintas yang sering terjadi"

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, serta untuk
mencapai tujuan penelitian yang lebih mendalam dan terarah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi menurut undang-undang lalu
lintas dan angkutan jalan?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab masyarakat sragen tidak taat pada aturan hukum berlalu
lintas?

3. Upaya apa yang telah dilakukan oleh pihak polres sragen dalam rangka penanggulangan pelanggaran
lalu lintas agar tidak selalu meningkat pertahunya?

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian harus memiliki tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Tujuan dalam suatu
penelitian menunjukan kualitas dan nilai penelitian tersebut. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi menurut undang-undang
lalu lintas dan angkutan jalan?
b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab masyarakat sragen tidak taat pada
aturan hukum berlalu lintas?

c. Untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pihak polres sragen dalam rangka
penanggulangan pelanggaran lalu lintas agar tidak selalu meningkat pertahunya?
2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dalam karya ilmiah dalam rangka
memenuhi syarat mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada fakultas hukum Universitas
Muhammadiyah surakarta.

b. Untuk memperluas dan mengembangkan daya penalaran dan daya fikir penulis agar dapat
berkembang sesuai dengan bidang penulis, yakni bidang ilmu hukum.

c. Untuk mampu mendorong dan mengembangkan cara berfikir yang kritis dan kreatif terhadap
perkembangan penegakan hukum di indonesia.

D. Manfaat Hasil penelitian

Berdasarkan permasalahan yang disampaikan di atas, manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam
penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
hukum di indonesia dan khususnya hukum pidana, terutama mengenai problematika pelanggaran lalu
lintas dan upaya-upaya penanggulanganya oleh kepolisian.
2. Manfaat Praktis

a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui
kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang di peroleh.

b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam
bentuk pemikiran mengenai penanggulangan pelanggaran lalu lintas.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Rambu-rambu Lalu Lintas

Kegiatan dalam berlalu lintas memerlukan kedisiplinan dalam berkendara, agar pelangaran dijalan raya
dapat di hindari, selain itu akibat pelanggaran seperti kecelakaan juga dapat di cegah. Terjadinya suatu
pelanggaran lalu lintas maka sudah seharusnya pelaku mendapatkan sanksi yang sesuai, sebagai wujud
pembelajaran bagi pelaku agar ada efek jera, serta menjadi pembelajaran bagi masyarakat secara umum
agar tidak melakukan pelanggaran yang sama.

Penegakan hukum adalah mencakup proses tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan
disidang pengadilan negeri, upaya hukum dan eksekusi. Penegakan hukum harus memperhatikan
kemanfaatan atau kegunaan bagi masyarakat, khususnya bagi pelaku sendiri, agar ada efek jera untuk
tidak mengulangi perbuatanya lagi, serta menjadi pembelajaran bagi masyarakat umum untuk tidak ikut
dalam melakukan perbuatan yang sama, karena apabila melakukan pelanggaran maka akan
mendapatkan sanksi atau hukuman yang serupa.

Soerjono soekanto membuat perincian faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum sebagai
berikut :
1. Faktor hukumnya sendiri, misalnya undang-undang.

2. Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau di terapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasanya yang di dasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.

Penanggulangan merupakan suatu upaya pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran. Penanggulangan


pelanggaran lalu lintas memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan terjadinya
pelanggaran lalu lintas, yang termasuk didalamnya meminimalisir kecelakaan saat berkendara. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh aparat yang berwenang, yakni dalam hal ini pihak kepolisian. Upaya tersebut
berupa penyuluhan dan pembinaan berlalu lintas hal tersebut berdasarkan Undang-undang No. 22
Tahun 2009 khususnya Pasal 12, mengenai tugas dan fungsi yang termasuk didalamnya melakukan
patroli lalu lintas secara teratur dan pemberian sanksi pada pelanggar lalu lintas yang dilakukan.

Upaya pencegahan maupun pemberian sanksi kepada pelanggar lalu lintas merupakan salah satu bentuk
penanggulangan, tetapi semuanya tidak akan berfungsi baik apabila tidak ada kesadaran bagi
pengemudi, karena dalam hal ini diperlukan upaya kerjasama semua pihak dalam berkendara lalu lintas.
Wujud kesadaran dan kedisiplinan harus dimiliki agar pelanggaran serta akibat didalamnya seperti
kecelakaan yang menimbulkan jiwa dapat di cegah dan dihindari.

B. Solusi

Berbagai upaya mengatasi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk membuat
pelanggar jenuh sudah sering dilakukan. Salah satunya dengan cara penilangan meski hal itu dinilai oleh
berbagai pihak yang menjadi saksi terjadinya pelanggaran sebagai cara yang kurang efektif. Apa saja
upaya mengatasi pelanggaran lalu lintas yang lain dan bisa dilakukan?

1. Upaya yang Sedikit Represif untuk Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas


Denda yang dijatuhkan saat diberlakukannya proses penilangan banyak yang tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku, yakni UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pelanggar yang
dikenai sanksi sesuai dalam UU harusnya mengikuti prosedur, yakni dengan dikenai denda sebesar dan
seberat pelanggaran lalu lintas yang dilakukan.

Apabila pelanggar tidak sanggup membayar denda, maka harus melalui jalur hukum atau persidangan.
Namun, pelanggar biasanya dapat membayar sesuai yang ditagihkan polisi kemudian mereka dapat
dibebaskan. Padahal, jika melanggar Undang-Undang tentu hal ini merupakan implementasi dari contoh
pelanggaran nilai nilai Pancasila.

2. Sanksi Berupa Kewajiban untuk Hadir di Persidangan

Kebanyakan orang pasti enggan untuk hadir di persidangan dan lebih memilih membayar denda. Untuk
menghindari keengganan itu, memungkinkan pengendara agar lebih menjaga ketertiban dan keamanan
dalam berlalu lintas. Banyak ketentuan hukum yang semakin dapat mengurangi penyebab pelanggaran
lalu lintas. Namun, dibutuhkan kesadaran lebih agar setiap orang yang melanggar aturan bisa hadir pada
persidangan.

3. Memberlakukan E-tilang

E-tilang di beberapa wilayah telah diterapkan. Bagi siapa saja yang melanggar aturan lalu-lintas mau
tidak mau harus mengikuti prosedur sesuai hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Upaya ini
menjadi efektif apabila e-tilang diterapkan secara konsisten. Penerapan teknologi di era digital ini juga
bisa memaksimalkan upaya preventif untuk meminimalisir jenis jenis cyber crime misalnya soal
penyalahgunaan e-tilang.

Selain upaya yang dilakukan untuk mengatasi pelanggaran lalu lintas yang sifatnya tegas dan
mengancam, lebih baik lagi dilakukan melalui motivasi yang mendorong agar setiap warga menaati
aturan lalu lintas secara sadar dan tertib. Hukum adat juga sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran moral setiap orang. Karena hal ini merupakan salah satu dari tujuan hukum adat.

4. Reinforcement Sebagai Upaya Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas

Seseorang yang tidak memiliki kesadaran hukum dan tata aturan negara sangat rentan dalam
melakukan pelanggaran lalu lintas, bahkan sebagian besar orang yang paham tentang segala aturan pun
masih banyak yang melanggar aturan. Padahal, menaati aturan apalagi soal lalu lintas yang berhubungan
dengan keselamatan adalah salah satu contoh penerapan perilaku yang mendukung tegaknya nilai nilai
demokrasi.

Pelanggaran terhadap aturan lalu lintas seolah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari oleh kebanyakan
warga sehingga harus diadakan sebuah program untuk memotivasi warga sebagai upaya mengatasi
pelanggaran lalu lintas. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk memberikan reinforcement, yaitu
penguatan yang membuat seseorang menghindari pelanggaran seperti pemberian penghargaan
tahunan pada warga yang taat lalu lintas di setiap daerah di seluruh Indonesia, khususnya yang padat
penduduk.
5. Pengawasan Melalui CCTV

Melakukan pengawasan dengan memasang CCTV, untuk memantau identitas warga negara yang
memiliki teladan saat berlalu lintas dan yang melanggar lalu lintas. Pemerintah desa, kabupaten/kota,
provinsi dan pusat tidak boleh pasif, mereka harus menjalin kerjasama sosial yang baik untuk
memotivasi warga untuk tidak melakukan berbagai hal baik pelanggaran lalu lintas maupun lainnya
sebagai contoh pelanggaran kewajiban warga negara.

Pemanfaataan media massa cetak, online atau televisi sebagai penyalur informasi yang memberikan
motivasi dan semangat agar taat berlalu lintas, bukan hanya menyebarkan ketakutan dan memperketat
hukuman. Masyarakat harus mendapat edukasi dan sosialisasi melalui lembaga formal seperti sekolah
atau kejar paket dan perkumpulan seperti karang taruna untuk memahami konsep sistem hukum
Indonesia saat ini terutama soal akibat pelanggaran lalu lintas terhadap kehidupan manusia.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Banyak masyarakat yang tidak tertib lalu lintas pada saat berkendara di jalan raya sehingga terjadi
berbagai pelanggaran lalu lintas yang kerap mengakibatkan kemacetan maupun kecelakaan lalu lintas.
Banyak pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi seperti: pelanggaran menerobos lampu merah, tidak
memakai helm ataupun sabuk pengaman pada saat berkendara, melawan arus, menaikkan dan
menurunkan penumpang disembarang tempat bagi angkutan umum, parkir disembarang tempat, tidak
menyalakan lampu utama pada saat berkendara bagi kendaraan roda dua dan lain sebagainya.
2. Untuk melaksanakan penertiban bagi pelanggar lalu lintas yang tidak mematuhi ketentuan dalam UU
No. 22 Tahun 2009, dimana pelaksanaannya dilaksanakan dua model penindakan terhadap pelanggar
lalu lintas. Pertama adalah pendekatan edukatif dengan memberikan teguran atau peringatan simpatik
kepada pelaku pelanggaran dan tentunya tindakan ini ditujukan untuk jenis pelanggaran ringan. Kedua
adalah tindakan yuridis, yakni tindakan hukum yang diberikan kepada pelaku pelanggaran lalu lintas dan
tindakan yuridis mempunyai konsekuensi hukuman terhadap pelakunya baik merupakan hukuman
pidana, denda dan sebagainya.
3. Kendala-kendala yang dihadapi polisi dalam mengimplementasikan UU No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu :

a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan dan ketertiban dalam hal
berlalu lintas. Masyarakat sering tidak mematuhi ketentuan dalam UU No. 22 Tahun 2009 meskipun
sudah disosialisasikan. Masyarakat mau tertib berlalu lintas hanya pada saat ada polisi saja.

b. Sarana dan prasarana masih kurang memadai belum mendukung 100% dalam menjalankan undang-
undang tersebut. Keterbatasan sarana dan prasarana di kota Medan , berupa kondisi jalan yang rusak
dan kurangnya rambu-rambu lalu lintas.

c. Bencana alam seperti banjir juga termasuk kendala yang dihadapi dalam menjalankan UU No. 22
Tahun 2009. Kalau misalnya terjadi banjir otomatis jalan raya tergenang air yang kerap mengakibatkan
kemacetan lalu lintas. Hal ini juga berhubungan dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai.

d. Cuaca kadang-kadang juga menjadi kendala yang dihadapi Polantas dalam menjalankan UU No. 22
Tahun 2009. Cuaca yang tidak bersahabat saat melaksanakan tugas misalnya hujan turun dengan tiba-
tiba sehingga tugas tidak dapat dijalankan secara maksimal. Hal ini juga tentu berhubungan dengan
keterbatasan sarana dan prasarana di kota Medan.

B. Saran
1. Dilakukan Pengawasan Yang Intensif dan berkelanjutan oleh pihak Polantas dan Dishub. keduanya
harus bekerja sama untuk meningkatkan pengawasan yang intensif dan berkelanjutan.
2. Pemberian sanksi yang tegas kepada pengendara, sanksi tersebut dapat berupa sanksi teguran secara
langsung oleh petugas, sanksi tilang, maupun denda bagi pengendara yang melanggar peraturan rambu-
rambu lalu lintas.
3. Perbaikan rambu-rambu lalu lintas Di Kota Bandung perlu untuk ditingkatkan (seperti lampu yang
tidak menyala, rambu yang sudah pudar dan bengkok), karena dengan begitu akan mempermudah
pengendara untuk melihat rambu yang ada dan memudahkan pengendara untuk beraktivitas di jalan
raya.
4. Pemberian informasi sejak dini dapat dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu Dishub dan Polantas
harus saling bekerja sama untuk mengadakan penyuluhan/sosialisasi mengenai peraturan rambu-rambu
lalu lintas baik di sekolahsekolah maupun di universitas untuk menanamkan pendidikan tertib berlalu
lintas dari dini.
Daftar Pustaka

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta : Media Presindo
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy (edisi revisi)
Koentjarajingrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat/Redaksi
Koentjaraningrat . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Meleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Weaver, Kent. “Target Compliance: The Final Frontier of Policy Implementation”.
Issues in Governance Studies, Number 27. September 2009.
Sudarsono. 2005. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.Sudarto, Daryanto. 1999. Penyaring Perkara
Pidana Oleh Polisi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2003. S. Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Lukman Offset.

Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Peraturan Perundang-Undangan:
UU No. 22 Tahun2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan

Permenhub No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu-Rambu lalu Lintas

Anda mungkin juga menyukai