Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk

problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut

dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus terjadi, bahkan

cenderung meningkat di setiap tahunnya. Permasalahan tersebut seharusnya dapat

ditekan atau bahkan dihilangkan apabila ada kesadaran dari masyarakat, khususnya

pengemudi jalan raya. Kesadaran akan keselamatan seharusnya tidak hanya untuk

dirinya sendiri, melainkan juga untuk melindungi keselamatan bagi orang lain.

Lalu lintas di dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 didefinisikan

sebagai kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang

dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan

bagi gerak pindah Kendaraan. orang dan barang yang berupa Jalan atau fasilitas

pendukung. Pelanggaran adalah perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang

lebih ringan dari pada kejahatan. Pelanggaran dalam pengertian yang lain dapat

diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar sesuatu dan berhubungan

dengan hukum, yang berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan hukum.

Penjelasan tersebut dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa pelanggaran lalu lintas

merupakan pengabaian seseorang terhadap tata tertib lalu lintas yang dilakukan

oleh pengguna kendaraan bermotor, yang di mana akibat pengabaian tersebut

menimbulkan kecelakaan lalu lintas bagi pengguna jalan lainnya, baik hilangnya

nyawa maupun luka-luka.

1
Salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan lalu lintas adalah

kurangnya kesadaran masyarakat dalam berkendara, misalnya tidak

memperhatikan dan menaati peraturan lalu lintas yang sudah ada, tidak

memiliki kesiapan mental pada saat mengemudi atau mengemudi dalam

kondisi kelelahan. Kondisi ketidaksiapan pengemudi dalam berkendara

memungkinkan terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan

keselamatan pengguna jalan lainnya, selain penyebab-penyebab kecelakaan

lalu lintas yang telah diuraikan di atas, terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan

raya juga dipengaruhi oleh faktor usia pengemudi itu sendiri. Kenyataan yang

sering ditemui sehari-hari adalah masih banyak pengemudi yang belum siap

mental. Pengemudi tersebut saling mendahului tanpa memperdulikan

keselamatan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kecelakaan lalu

lintas yang terjadi pada dasarnya dapat dihindari apabila pengguna jalan

mampu berperilaku disiplin, sopan dan saling menghormati pada saat

berkendara.

Pembinanan dan penegakan disiplin berlalu lintas di jalan, memerlukan

suatu aturan hukum yang tegas, serta mampu mencakup seluruh penegakan

pelanggaran yang terjadi, agar pelanggaran tersebut dapat ditindak secara tegas

serta dapat di upayakan pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran tersebut.

Perkembangan transportasi lalu lintas yang semakin maju dapat

memberikan dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat

negatif. Semuanya tergantung pada masing-masing individu dalam

menerapkanya. Faktor penyebab timbulnya permasalahan dalam lalu lintas

adalah manusia sebagai aktor utama yang memakai jalan, jumlah kendaraan,

2
keadaan kendaraan, dan juga kondisi rambu-rambu lalu lintas, merupakan

faktor penyebab timbulnya kecelakaan dan pelanggaran berlalu lintas.

Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan suatu

hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak, baik pihak pengemudi kendaraan

dalam kecelakaan maupun korban, mengingat betapa sangat berharganya

keselamatan seseorang terutama nyawa. Sudah seharusnya seseorang yang

mengakibatkan kecelakaan tersebut, harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya. Hal tersebut dilakukan dengan harapan pelaku mendapatkan

efek jera agar tidak mengulangi perbuatannya, serta lebih berhati-hati dalam

berkendaraa lalu lintas. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas dan

Upaya Penanggulangannya”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan permasalahan

yang akan diteliti, serta untuk mencapai tujuan penelitian yang lebih mendalam

dan terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi

menurut undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab masyarakat tidak taat pada aturan

hukum berlalu lintas?

3. Bagaimana upaya untuk mengatasi dan menyelesaikan pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh masayarakat?

3
C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian harus memiliki tujuan yang jelas yang hendak

dicapai. Tujuan dalam suatu penelitian menunjukan kualitas dan nilai

penelitian tersebut. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi

menurut Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab masyarakat

tidak taat pada peraturan berlalu lintas.

3. Untuk mengetahui upaya upaya penyelesaian pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan oleh masyarakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas

Sebagai negara hukum tentunya setiap warga negara Indonesia

hendaklan patuh dan taat pada peraturan perundang-undangan yang ada

dan terikat sebagai aturan yang semestinya untuk dipatuhi dan ditaati.

Dalam hal demikian jika peraturan tersebut tidak dipatuhi maka dapat

diartikan bahwa yang bersangkutan tersebut telah melakukan pelanggaran.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam pelanggaran lalu lintas yang

meliputi sebagai berikut :

1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi dan membahayakan

pengguna jalan lain;

2. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan fungsi rambu lalu

lintas, marka dan lain-lain (Pasal 275 Undang-Undang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan);

3. Mengemudikan kendaraan bermotor umum dalam trayek tidak singgah di

terminal (Pasal 276 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

4. Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dilengkapi peralatan berupa ban

cadangan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan lain-lain (Pasal 278

Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

5. Mengemudi kendaraan bermotor yang dipasangi perlengkapan yang dapat

mengganggu keselamatan berlalu lintas (Pasal 279 Undang-Undang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan);

5
6. Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dipasangi tanda nomor yang

ditetapkan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Pasal 280 Undang-Undang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

7. Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa Surat Izin Mengemudi (Pasal

281 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

8. Pengguna jalan tidak patuh perintah yang diberikan petugas POLRI (Pasal

282 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

9. Mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar dan melakukan

kegiatan lain, dipengaruhi suatu keadaan dan dapat mengakibatkan

gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan (Pasal 283 Undang-

Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan);

10. Mengemudi kendaraan bermotor tidak mengutamakan keselamatan pejalan

kaki atau pesepeda (Pasal 284 Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan);

Pelanggaran-pelanggaran yang telah disebut dan diuraikan di atas

merupakan pelanggaran yang mudah pembuktiannya dan sulit dipungkiri

oleh pelanggar sehingga akan mudah diselesaikan oleh peradilan yang

sederhana dan cepat.

6
B. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas

Menurut Soedjono Soekamto, faktor penyebab terjadinya pelanggaran

lalu lintas adalah sebagai berikut :

1. Faktor Manusia

Biasanya disebabkan oleh pemakai jalan yang kurang disiplin dan

memperhatikan kesadaran hukum baik sebagai pengemudi, pemilik

kendaraan, pejalan kaki, maupun pencari nafkah (supir). Adanya tingkah

laku sebagian dari pengemudi yang tidak takut melakukan oelanggaran

karena ada faktor-faktor yang menjaminnya seperti diselesaikan dengan

jalan “atur damai” membuat para pelanggar lalu lintas menyepelekan

peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan dengan lalu lintas.

2. Faktor Sarana Jalan

Sarana jalan sebagai penyebab terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalu

lintas jalan antara lain adanya jalan-jalan yang telah rusak dan

mengakibatkan adanya genangan-genangan air ketika hujan turun.

Genangan-genangan air ini biasanya membuat kemacetan juga sering

menimbulkan kecelakaan yang terjadi antar pengguna jalan.

3. Faktor Kendaraan

Kendaraan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya pelanggaran lalu

lintas berkaitan erat dengan adanya perkembangan jenis kendaraan yang

semakin pesat yang bersamaan perkembangan teknologi pembuatan

kendaraan, sehingga berbagai jenis dan jumlah kendaraab mampu

diproduksi dalam jangka waktu yang relatif singkat. Perkembangan

kendaraan yang semakin pesat ini apabila tidak diimbangi dengan


7
perkembangan sarana jalan yang memadai, maka dapat menyebabkan

kemacetan lalu lintas. Arus lalu lintas yang padat dapat menyebabkan

terjadinya kejahatan seperti penjambretan, penodongan, pencopetan dan

lain sebagainya. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi dari faktor

kendaraan antara lain ban motor yang sudah gundul, lampu weser yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya dan lain sebagainya.

4. Faktor Keadaan Alam

Pelanggaran lalu lintas yang disebabkan karena faktor keadaan alam atau

lingkungan, biasanya terjadi dalam keadaan yang tidak terduga. Ketika

hujan turun, maka pada umumnya semua kendaraan akan menambah laju

kendaraannya sehingga pelanggaran lalu lintas akan sangat mungkin terjadi.

Misalnya seseorang pengendara motor yang tskut terkena air hujan sehingga

tidak segan-segan memilih jalan pitas baik dengan melanggar rambu lalu

lintas atau tetap mematuhi peraturan yang ada.

C. Upaya Penyelesaian Pelanggaran Lalu Lintas

Masalah pokok pelanggaran lalu lintas sebenarnnya terletak pada faktor-

faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti yang

netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktorfaktor

tersebut. Seseorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah selalu seorang

penjahat. Seorang pengemudi yang melanggar lalu lintas adalah seseorang yang

lalai di dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya. Pemasangan rambu yang

tepat untuk memperingati pengemudi bahwa didepanya terdapat tikungan yang

berbahaya akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan.30 Selain itu pendidikan

bagi pengemudi juga merupakan salah satu cara dalam menangani para pelanggar
8
lalu lintas. Sekarang ini masyarakat sudah mulai sadar dengan adanya sekolah

mengemudi. Sekolah mengemudi merupakan suatu lembaga pendidikan yang

tujuan utamanya adalah menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan

terampil di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kalau tidak maka

kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian benda

atau hilangnya nyawa seseorang.

Untuk itu penanggulangannya dengan cara melakukan tugasnya dengan

mengutamakan upaya preventif atau tindakan pencegahan dan represif atau

menindak dengan mengkaji ulang suatu peristiwa yang terjadi sesuai dengan

ketentuan yang diatur oleh undang-undang. Selain itu kepolisian juga harus

mengadakan patroli-patroli rutin dan operasi rutin. Apabila operasi dan patroli rutin

kurang maksimal maka pihak menggelar operasi khusus lalu lintas. Operasi khusus

ini dengan melakukan razia kendaraan bermotor baik razia kelengkapan kendaraan

bermotor maupun razia kelengkapan surat kendaraan bermotor. Upayaupaya

penanggulangan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pihak kepolisian yaitu

upaya preventif dan upaya represif dengan penjelasan berikut.

1. Upaya Preventif

Adapun upaya-upaya preventif yang dilakukan pihak kepolisian Satlantas guna

mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas yaitu:

a) Pengaturan lalu lintas yang diartikan sebagai pemberitahuan kepada

pemakai jalan, bagaimana dan dimana mereka dapat atau tidak bergerak

atau berhenti terutama ada waktu kemacetan dan keadaan darurat.

Dalam arti luas pengaturan lalu lintas meliputi semua aktifitas dari

polisi dalam mengatur lalu lintas di jalan umum.

9
b) Penjagaan lalu lintas adalah suatu kegiatan pengawasan lalu lintas pada

tempat-tempat tertentu yang diadakan sesuai kebutuhan terutama

bersifat pencegahan, perlindungan pelayanan terhadap pengguna jalan,

bila menemukan pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas

segera mengambil tindakan represif sesuai prosedur yang berlaku.

c) Sosialisasi atau kampanye untuk mematuhi peraturan lalu lintas melalui

pemasangan spandukspanduk dan sosialisasi ke sekolahsekolah seperti

diadakannya Polsanak (Polisi Sahabat Anak), PKS (Patroli Keamanan

Sekolah), Police Goes to Campus, Taman Lalu Lintas, dan Saka

Bhayangkara.34

d) Polmas atau perpolisian masyarakat adalah proses edukasi ditingkatkan

komunitas guna membentuk budaya tertib lalu lintas.

e) Menambah jumlah sarana pos polisi yang agak rawan terhadap

pelanggaran marka jalan.

f) Peningkatan giat rekayasa lalu lintas berupa perbaikkan atau

penyempurnaan marka jalan atau rambu-rambu lalu lintas serta sistem

pengaturan arus lalu lintas yang diharapkan bisa mengurangi terjadinya

pelanggaran marka jalan juga mencegah timbulnya kecelakaan lalu

lintas.

g) Meningkatkan kegiatan peraturan, penjagaan, pengawalan patroli

terutama di daerah rawan pelanggaran dan rawan kecelakaan.

h) Satlantas juga memberikan tindakan hukum berupa pemberian surat

tilang kepada pengguna jalan yang melakukan pelanggaran lalu lintas.

Pemberian hukuman ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada

10
pelanggar supaya dikemudian hari masyarakat akan berpikir untuk

tidak melakukan pelanggaran lalu lintas kembali.

2. Upaya Represif

Adapun kegiatan Satlantas dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas

dengan cara represif adalah sebagai berikut:

a) Tilang

Tilang adalah bukti pelanggaran. Fungsi tilang itu sendiri adalah

sebagai undangan kepada pelanggar lalu lintas untuk menghadiri sidang

di pengadilan negeri, serta sebagai tanda bukti penyitaan atas barang

yang disita oleh pihak kepolisian dari pelanggar.

b) Penyitaan

Penyitaan dilakukan karena pengendara kendaraan tidak membawa

atau mempunyai surat-surat kelengkapan kendaraan bermotor dan surat

izin mengemudi (SIM).

c) Teguran

Teguran yang dilakukan kepada pengendara kendaraan bermotor yang

melakukan pelanggaran tetapi berjanji tidak akan melakukan

pelanggaran lagi. Dilakukan dengan cara membuat surat pernyataan

tertulis bahwa tidak akan melakukan pelanggaran. Upaya ini

diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dan juga mendatangkan

rasa damai dalam masyarakat, walaupun dalam hal demikian ini pada

dasarnya tidak dapat menghilangkan pelanggaran secara langsung,

akan tetapi dapat memberikan peringatan terhadap mereka yang telah

melakukan pelanggaran oleh masyarakat atau korban.

11
Kegiatan ini juga merupakan proses perwujudan pihak Satlantas

kepada masyarakat sebagai upaya untuk mengimplementasikan kepolisian

dalam fungsi lalu lintas dimana kegiatan-kegiatan tersebut haruslah

dilaksanakan secara berkesinambungan dalam kebersamaan yang saling

mendukung. Dengan adanya upaya diatas diharapkan apa yang ditujukkan akan

tercapai sesuai dengan tujuan kepolisian khususnya Satlantas. Tujuannya

adalah untuk mengembalikan kesinambungan dalam masyarakat yang telah

terganggu dengan terjadinya banyaknya pelanggaran.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Limtas dan

Angkutan Jalan (LLAJ) terdapat beberapa jenis pelanggaran lalu lintas,

diantaranya:

a) Mengemudi kendaraan bermotor yang dipasangi perlengkapan yang

dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas.

b) Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi dan

membahayakan pengguna jalan lain.

c) Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa Surat Izin Mengemudi.

d) Mengemudi kendaraan bermotor tidak mengutamakan keselamatan

pejalan kaki atau pesepeda.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas diantaranya:

a) Faktor Manusia.

b) Faktor Sarana Jalan.

c) Faktor Kendaraan.

d) Faktor Keadaan Alam.

3. Masalah pokok pelanggaran lalu lintas sebenarnnya terletak pada faktor-

faktor yang mungkin mempengaruhinya. Cara penanggulangannya dengan

mengutamakan upaya preventif atau tindakan pencegahan dan represif atau

menindak dengan mengkaji ulang suatu peristiwa yang terjadi sesuai dengan

ketentuan yang diatur oleh undang-undang. Upaya preventif yang


13
dimaksudkan ialah menjalankan pengaturan lalu lintas, melakukan

pengawasan lalu lintas, mensosialisasikan kepada masyarakat untuk

mematuhi peraturan lalu lintas. Sementara untuk upaya represif, yakni

dengan mengadakan tilang dan peneguran.

B. Saran

1. Kepada masyarakat agar mengerti aturan perundang-undangan tentang

berlalu lintas yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan.

2. Kepada pihak Kepolisian agar meningkatkan penjagaan lalu lintas dan

memberi sanksi kepada pelanggar lalu lintas.

3. Kepada Pemerintah hendaklah melakukan sosialisasi untuk meningkatkan

kesadaran hukum lalu lintas masyarakat, tindakan tegas terhadap Polisi Lalu

Lintas (Polantas) supaya tegas dalam penegakan hukum dan adil dalam

penerapan sanksi pidana denda tanpa pandang bulu. Selain itu juga,

memperbarui cara melakukan penyelesaian tilang menjadi lebih cepat dan

mudah.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/pelanggaran-
lalu-lintas-pengertian-jenis-pasal-dan-dendanya/

https://dishub.kulonprogokab.go.id/detil/364/undang-undang-nomor-22-tahun-
2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-
jalan#:~:text=Oleh%20karena%20itu%20pemerintah%20mengeluarkan,di%20R
uang%20Lalu%20Lintas%20Jalan.

https://brainly.co.id/tugas/44965760#:~:text=Berikut%203%20upaya%20prevent
if%20untuk,Selalu%20berhati%2Dhati%20saat%20berkendara.

https://www.pn-pariaman.go.id/berita/artikel/585-faktor-pelanggaran-lalu-lintas-
di-tengah-kehidupan-
masyarakat.html#:~:text=Faktor%20utama%20penyebab%20pelanggaran%20lal
u,pelanggaran%20terus%20terjadi%20berulang%2Dulang.

15

Anda mungkin juga menyukai