Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS EFEKTIVITAS KEWAJIBAN MENYALAKAN

LAMPU KENDARAAN BERMOTOR DI SIANG HARI DI KOTA


PONTIANAK MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 22
TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Disusun Oleh :

David Perjuangan

A1011191160

Fakultas Hukum

Universitas Tanjungpura Pontianak

2021
A. Latar Belakang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari
upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional
harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan
dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan
wilayah. Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah,
serta akuntabilitas penyelenggaraan negara.
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian
Simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan1. Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas,
Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta
pengelolaannya. Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen. Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem
head way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui
sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur
dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan,
pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis
kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu
memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang
dibatasi jarak tertentu2.

1
UU No 22 Tahun 2009
2
Sumarsono, 1996. Perencanaan Lalu Lintas. Yogyakarta : UGM.
Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, dalam Pasal 107 ayat 2 disebutkan bahwa Pengemudi
Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari.
Seperti yang kita tahu bahwa kendaraan bermotor adalah penyumbang
angka kecelakaan terbesar di jalan raya. Tentu angka kecelakaan tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti : faktor kelayakan kendaraan,
human eror atau faktor jalan raya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
kendaraan bermotor adalah kendaraan yang paling banyak mengisi ruas
jalan di Indonesia.
Kecelakaan yang sering terjadi seharusnya tidak hanya dilihat dari
salah satu sudut pandang saja. Banyak kecelakaan terjadi akibat dari
kelalaian pengendara itu sendiri, sperti pengemudi yang mengendarai
dalam kondisi mengantuk, mengendarai dalam kecepatan tinggi atau
mengendarai dalam kondisi mabuk. Tentu hal ini merupakan penyebab
kecelakaan bukan akibat dari kondisi fisik kendaraan atau konsisi jalan
raya.
Tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban
jiwa baik meninggal dunia, luka berat maupun luka ringan dan kerugian
materil sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan bagi korban dan
keluarganya bahkan berpengaruh pula pada aspek ekonomi, penyebab
kecelakaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kelalaian
manusia, faktor kondisi jalan yang rusak, faktor kendaraan yang tidak
layak jalan, faktor cuaca dan lain-lain. Banyak kasus-kasus pelanggaran
yang dilakukan pengendara sepeda motor, yang dapat membahayakan diri
mereka sendiri, antara lain:
1. Pengendara sepeda motor senantiasa akan mencari jalan atau celah
agar tidak terhalang kendaraan didepannya, baik dengan cara menyalip
kendaraan didepannya atau menyelinap diantara kendaraan-kendaraan
lainnya.
2. Mematikan atau tidak memfungsikan dengan sengaja lampu motor,
baik lampu utama, lampu rem ataupun lampu sen, sehingga hal ini akan
sangat membahayakan dirinya sendiri dan kendaraan lain dibelakangnya.
3. Mengubah bentuk kendaraan yang dapat merugikan orang lain,
misalnya menghilangkan spakboard belakang, sehingga ketika hujan dapat
membuat cipratan banyak ke kendaraan lain. Dan masih banyak lagi
pelanggaran- pelanggaran lain.
4. Sering melakukan pengereman mendadak sehingga kendaraan
yang berada di belakang tidak antisipatif untuk menghindarinya dan
menyebabkan kecelakaan.
5. Kendaraan bermotor sering melakukan belok secara mendadak
tanpa menghidupkan lampu sein terlebih dahulu.
6. Banyak pengemudi motor belum memiliki SIM sehingga keahlian
mereka dalam membawa kendaraan belum teruji secara resmi.
Untuk mencapai keselamatan berlalulintas perlu dilakukan upaya
yang berkesinambungan, efektif dan efisien. Hal ini dapat dicapai apabila
seluruh komponen masyarakat memiliki kesadaraan dalam berkendara
secara baik dan benar. Negara dalam hal ini juga terus mengodok
peraturan baik dalam ranah Undang-undang hingga Peraturan Daerah.
Pada tahun 2009 lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam UU tersebut terdapat
peraturan baru bagi pengendara bermotor khususnya pengendara sepeda
motor. Latar belakang pembuatan peraturan ini adalah tingginya angka
kecelakaan yang terjadi disetiap harinya, serta kurangnya kesadaran untuk
berkendara secara bijak dan tanggung jawab. Dari berbagai peristiwa
kecelakaan yang terjadi didapatkan fakta bahwa sebagian besar kecelakaan
terjadi pada roda dua atau sepeda motor. Selain itu, kecelakaan juga
banyak memakan korban jiwa. Tingginya pelanggaran lalu lintas bisa
dilihat dari angka kecelakaan yang terus meningkat.
Menyalakan lampu motor pada siang hari atau istilahnya DRL
(Daytime Running Lights) merupakan peraturan pemerintah yang telah
ditetapkan sejak tahun 2009. Menurut Pasal 107 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan seperti berikut:
1. Pengemudi kendaraan bermotor wajib menyalakan lampu utama
kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada
kondisi tertentu.
2. Pengemudi sepeda motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari3.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa hanya kendaraan
bermotor saja yang diwajibkan untuk menghidupkan lampu utama pada
siang hari. Apakah urgensi dari menyalakan lampu utama kendaraan
bermotor pada siang hari tersebut bener-benar menekan angka kecelakaan
di jalan raya. Karena tentu adanya aturan tersebut masyarakat banyak yang
berasumsi bahwa aturan yang dibuat tidak memberi rasa keadilan bagi
pengendara bermotor.
Dampak dari pengaturan tersebut saat ini hampir seluruh kendaraan
bermotor didesain tanpa ada stop kontak untuk menyalakan dan
mematikan lampu utama kendaraanya. Hal ini tentu berimbas pada
semakin borosnya penggunaan aki akibat lampu utama yang terus
menyala. Dan apakah kendaraaan lain seharusnya juga menyalakan lampu
utamanya saat berkendara sebagai upaya kesetaraan sehingga para
pengemudi motor tidak merasa didiskriminasi atas tingginya angka
kecelakaan yang disebabkan oleh mereka.
Berdasarkan asumsi tersebut penulis ingin meneliti apakah
peraturan tersebut sudah efektif menekan angka kecelakaan lalu lintas
khusunya di kota Pontianak dan apakah Pasal 107 ayat 1 dan 2 dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 telah memenuhi asas keadilan dan
kemanfaatan hukum.

3
https://www.hukumonline.com
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis telah
merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan diuraikan dalam
penelitian ini. Berikut rumusan masalah yang terurai di bawah ini :
1. Bagaimana efektifitas penerapan kewajiban menyalakan lampu utama
kendaraan bermotor pada siang hari dalam upaya menekan angka
kecelakaan lalu lintas di kota Pontianak?
2. Apakah penerapan pasal 107 ayat (1) dan (2) UU No. 22 Tahun 2009
telah memenuhi asas keadilan dan kemanfaatan bagi pengemudi
kendaraan bermotor?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektifitas penerapan kebijakan menyalakan lampu
utama pada siang hari terhadap kendaraan bermotor di kota Pontianak
dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas.
2. Untuk mengetahui apakah Pasal 107 ayat (1) dan (2) UU No. 22 Tahun
2009 telah sesuai dengan asas keadilan dan kemanfaatan

D. Metode Penelitian
1. Bentuk atau Jenis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka teori dan kerangka pemikiran yang
telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dimana metode penelitian kualitatif bersifat
desktiptif digunakan untuk menggambarkan situasi atau kejadian
secara sistematis dan cenderung menggunakan analisis.
2. Bentuk atau Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan pada penelitian kali ini ada dua
data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
langsung dikumpulkan peneliti dari tempat objek penelitian. Diperoleh
secara langsung dari koresponden atau orang-orang yang dapat
memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian. Data
sekunder adalah pelengkap data primer yang didapat dari dokumen
atau literatur terkait permasalahan yang diteliti.
3. Alat atau Cara Pengumpulan Data
a. Observasi
Widoyoko mengatakan observasi merupakan “pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang
nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian 4. Dalam
penelitian ini penulis melakukan observasi untuk mengetahui
apakah penerapan kewajiban menyalakan lampu utama pada
kendaraan bermotor efektif untuk menekan angka kecelakaan lalu
lintas. Serta ingin mengetahui apakah aturan ini dapat dikatakan
adil dan bermanfaat dari segi pengemudi motor.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan
para pengemudi motor yang melintas di daerah kota Pontianak,
serta melakukan wawancara dengan aparat kepolisisan daerah
Pontianak tentang penerapan kewajiban menyalakan lampu utama
kendaraan bermotor di siang hari.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah melakukan pengumpulan data dengan
cara mempelajari dokumen-dokumen atau literatur terkait masalah
penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan dan
mempelajari dokumen atau literatur terkait masalah mengenai
kewajiban bagi kendaraan bermotor untuk menyalakan lampu
utama pada siang hari.
4. Cara Menganalisis Data.
a. Reduksi Data

4
Widyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Tahap reduksi data merupakan tahap untuk
menyederhanakan sebuah data yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Pada tahap ini terjadi pengurangan data sehingga
data-data yang didapat adalah data yang valid untuk mengupas
sebuah permasalahan dalam penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sebuah pemaparan yang tersusun
secara sistematis untuk memberi gambaran dalam menarik
kesimpulan. Dalam penyajian data diperlukan adanya perencanaan
pembagian kolom dan tabel bagi data kualitatif dalam bentuk
khususnya. Dengan demikian penyajian data yang baik dan jelas
sistematiknya sangatlah diperlukan untuk melangkah kepada
tahapan penelitian kualitatif selanjutnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir sebuah
penelitian secara keseluruhan setelah mengidentifikasi sebuah
masalah dan menganalisisnya secara komprehensif dengan melihat
data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian.

E. Daftar Pustaka
- Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
- Sumarsono, 1996. Perencanaan Lalu Lintas. Yogyakarta : UGM.
- https://www.hukumonline.com
- Widyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Belajar

Anda mungkin juga menyukai