Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

(Analisis Kepatuhan dan Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Berlalu Lintas)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

● NURATIYAH RUSLAN
● HAMSA
● SYAFAAT
● NUR AIN FATIHA
● ANANDA NURFAHMI
● MUHAMMAD SULTHAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
JURUSAN SYARIAH & EKON OMI BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar
dan tanpa kekurangan satu apa pun.hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan ilmu. Sehingga kami di beri kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Analisis Kepatuhan dan
Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Berlalu Lintas”.

Sholawat beserta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua.hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
ilmu. Sehingga kami di beri kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Analisis Kepatuhan dan Kesadaran Hukum
Masyarakat Dalam Berlalu Lintas”. Sholawat beserta salam tidak lupa selalu
kita haturkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat dimengerti oleh para
pembaca. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah ini terdapat kesalahan kata ataupun kesalahan penulisan.

Majene, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 1

A.Definisi Kepatuhan & Kesadaran Hukum …………………………..………………………… 1

B.Faktor-Faktor Kurangnya Kepatuhan Lalu Lintas………….……………………………. 2

C.Peranan Polisi………………………………………………………...………………………..…………….. 2

D.Teori Penegakan Hukum……………………………………………………………………………….. 3

BAB II PENUTUP………………………………………………………………………… 4

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………… 5
PENDAHULUAN

Kepatuhan hukum dan kesadaran hukum secara sosiologi adalah


keadaaan seseorang warga negara yang tunduk dan patuh dalam satu
aturan (hukum) yang berlaku. Kepatuhan dan ketaatan ini didasarkan
pada kesadaran-kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri
manusia tentang hukum yang ada maupun hukum yang diharapkan
akan ada. Dengan demikian, kesadaran hukum yang dimiliki oleh warga
masyarakat menjamin, bahwa warga masyarakat tersebut akan menaati
suatu peraturan hukum.

Secara sosiologi kepatuhan hukum adalah keadaan seseorang warga


masyarakat yang tunduk patuh dalam satu aturan (hukum) yang
berlaku, dan salah satu aturan hukum yang perlu dpatuhi adalah
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran
strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

Salah satu permasalah yang mendasar dalam menerapkan hukum atau


undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan tersebut adalah
permasalahan pada tingkat kepatuhan pengemudi angkutan
kota/angkutan umum yang sering berhenti atau parkir sembarangan,
bukan di dalam terminal angkutan kota/angkutan umum, sehingga
membuat jalanan menjadi macet, selain kurangnya kepatuhan dan
kesadaran dari sopir angkutan kota/angkutan umum tersebut untuk bisa
tertib. Hal tersebut yang mewarnai kondisi penataan angkutan
BAB I

PEMBAHASAN

A.Definisi Kepatuhan & Kesadaran Dalam Lalu Lintas

Kepatuhan hukum dan kesadaran hukum secara sosiologi adalah


keadaaan seseorang warga negara yang tunduk dan patuh dalam satu
aturan (hukum) yang berlaku. Kepatuhan dan ketaatan ini didasarkan
pada kesadaran-kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri
manusia tentang hukum yang ada maupun hukum yang diharapkan
akan ada. Dengan demikian, kesadaran hukum yang dimiliki oleh warga
masyarakat menjamin, bahwa warga masyarakat tersebut akan menaati
suatu peraturan hukum.

Secara sosiologi kepatuhan hukum adalah keadaan seseorang warga


masyarakat yang tunduk patuh dalam satu aturan (hukum) yang
berlaku, dan salah satu aturan hukum yang perlu dpatuhi adalah
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran
strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan,


paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang
berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka
hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada
warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum.Kesadaran hukum
menyangkut masalah apakah ketentuan hukum tertentu bener-bener
berfungsi atau tidak dalam masyarakat.

Tata tertib berlalu lintas adalah peraturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada saat
berkendara atau mengemudikan kendaran, karena peraturan terdapat
sanksi bagi seseorang yang melanggarnya. Tertib berlalu lintas sangat
penting bagi pengendara kendaraan roda dua, karena tertib berlalu
lintas mengurangi tingkat kecelakan di jalan raya. Pada saat seseorang
tertib dalam berlalu lintas maka sebenarnya iya menjaga keselamatan
diri sendiri.

Yang termasuk dalam tertib berlalu lintas adalah:

a. menggunakan helm standar SNI,

b. melengkapi diri dengan SIM,

c. menggunakan dua spion,

d. desain motor sesuai standar pabrik,

e. menyalakan lampu sein pada saat akan berbelok,

f. tidak memainkan ponsel saat berkendara,

g. menaati rambu-rambu lalu lintas.

Definisi kepatuhan menurut Prijadarminto (2003) “Kepatuhan adalah


suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Sikap atau perbuatan yang
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,
bahkan sebaliknya akan membebani bilamana tidak dapat berbuat
sebagaimana lazimnya.Kepatuhan atau ketaatan hukum pada
hakikatnya adalah serangkaian perilaku seseorang atau subjek hukum
yang menunjukkan nilai taat, patuh, setia, teratur dan tertib terhadap
peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan).

B. Faktor -faktor Kurangnya Kepatuhan Berlalu Lintas

Ada 6 (enam) alasan mengapa sepeda motor lebih banyak


dimanfaatkan,yaitu: irit bahan bakar,harga jauh lebih murah, lebih
mudah diperbaiki, dapat meluncur sepanjang jalan,dapat sampai lebih
cepat, serta lebih ”Stylish”.Tingginya minat masyarakat memilih dan
memanfaatkan sepeda motor sebagai sarana trasportasi mempengaruhi
meningkatnya kepemilikan sepeda motor. Sehingga, mengakibatkan
penjualan sepeda motor di Indonesia pada tahun 2013 meningkat setiap
tahunnya. Profil pengguna sepeda motor sebagian besar adalah golongan
menengah bawah yang mencapai 56,5% dari total penduduk Indonesia.

Seiring dengan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sepeda


motor sebagai sarana transportasi sehari-hari tidak diimbangi dengan
sikap bertanggung jawab dan patuh terhadap tertib berlalu lintas yang
benar menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Sehingga, banyak menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 dalam pasal 258 telah dijelaskan bahwa :

“Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan


prasarana jalan, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas, dan
berpartisipasi dalam pemeliharaan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban,
dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.”

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap tertib berlalu lintas dapat


dikatakan masih rendah. Dikatakan rendah karena dapat dilihat dari
meningkatnya pelanggaran tata tertib lalu lintas yang dilakukan
masyarakat. Dan rendahnya kepatuhan hukum dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari banyak pengguna kendaraan sepeda motor
mengemudikan kendaraan bermotor tidak dengan penuh konsentrasi
karena sambil mengoperasikan telepon seluler, tidak memakai helm saat
mengemudi, tidak melengkapi dengan dua spion bahkan tidak
melengkapi diri dengan SIM.Rendahnya kepatuhan hukum menjadi
tanggung jawab banyak pihak seperti pemerintah, pihak kepolisian lalu
lintas (Polantas), dan pengguna kendaraan bermotor.

Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun


2009 dalam pasal 213 ayat 1 telah dijelaskan bahwa : “Pemerintah wajib
mengawasi kepatuhan pengguna jalan untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan”. Dengan begitu pemerintah juga mempunyai peran penting dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan pemeritah berperan penting agar
terciptanya kepatuhan hukum berlalu lintas.

Rendahnya kepatuhan hukum juga dapat dilihat dari tingginya


pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Provinsi Sulawesi Barat
Pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polda Sulawesi Barat,
sepanjang bulan Oktober 2018 capai 1.005 kasus.Data tersebut
dipaparkan oleh Kapolda Sulawesi Barat Brigjen Pol Baharudin Djafar,
Dari 1.005 kasus pelanggaran lalulintas yang terjadi di Sulawesi Barat
sepanjang Oktober 2018, tertinggi terjadi di Polman dengan 392
kasus.Kemudian sebanyak 392 terjadi di Kabupaten Majene, 130 terjadi
di Kabupaten Mamasa, dan 94 terjadi di Mamuju.

"Dari data ini, jika dibandingkan data bulan September, alami


penurunan sebanyak 425 kasus atau 30 persen,"katanya.

Denda yang dihasilkan dari kasus pelanggaran lalulintas tersebut,


mencapai Rp 71 Juta. Masing-masing di Mamuju Rp 11 Juta, Majene Rp
32 Juta, Polman Rp 21 Juta dan Mamasa Rp 5 Juta."Penurunan ini
dikarenakan meningkatkannya kedisiplinan atau kesadaran masyarakat
terhadap aturan lalulintas dan angkutan darat," ujarnya.

C .Peranan

Peranan polisi dalam penegakan hukum dapat ditemukan dalam


undang-undang yang mengatur mengenai hak dan kewajiban Polisi yaitu
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang mana dalam pasal 13 yang berbunyi: Tugas
Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia”

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2. Menegakkan hukum

3. Memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.Ditinjau dari segi


tugas maka polisi adalah instansi yang menegakkan hukum khususnya
hukum pidana yang mana di samping menggunakan
pendekatan-pendekatan refrensif (penegak hukumnya), pendekatan
preventif (mencegah) juga di jalankan yang mana tujuan utamanya ialah
menjaga ketertiban dan juga menegakkan hukum. Berbicara mengenai
peranan, kepolisian memiliki peranan yang sangat penting dalam
menegakkan ketentuan pidana terhadap pelaku tindak pidana
diangkutan umum.Hal ini sangatlah wajar karena polisi adalah aparat
penegak hukum yang langsung berhadapan dengan masyarakat dalam
menegakkan peraturan perundang-undangan. Polisi pada hakikatnya
dihadapkan kepada instansi konflik dan polisi bertugas untukmengambil
keputusan. Apabila pada akhirnya polisi bertindak, maka pada saat
tersebut, polisi telah melakukan sesuatu yang telah menguntungkan atau
melindungi salah satu pihak dalam konflik, tetapi denganmelawan,
mengalahkan, merugikan, pihak yang lain.
D.Teori Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha


melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi
pelaksanaannya agar tidak terjadi pelanggaran dan jika terjadi
pelanggaran memulihkan hukum yang dilanggar itu supaya dapat
ditegakkan kembali.Penegakan hukum masyarakat pada umumnya ada
dua, yaitu penegakan hukum preventif dan penegakan hukum reprentif.
Penegakan hukum preventif adalah penegakan hukum yang dilakukan
sebelum terjadinya suatu tindak pidana atau tindak pelanggaran yang
berarti mementingkan pencegahan adanya peraturan, penjagaan,
pengawasan dan patroli agar tidak terjadi tindak pidana atau
pelanggaran.Adapun dasar hukum dari penegakan lalu lintas di bidang
preventif antara lain, yaitu:

a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

b. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan

c. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik. Indonesia;

d. Keputusan Menteri Perhubungan;

e. Peraturan-peraturan daerah.

Sedangkan penegakan hukum reprentif adalah penegakan hukum


yang dilakukan setelah terjadinya suatu tindak pidana atau
pelanggaran.penegakan hukum reprentif ini bertujuan untuk
memulihkan kembali keadaan sebelumnya terjadinya tindak pidana atau
pelanggaran.Penegakan hukum di bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan
meliputi Penindakan Pelanggaran dan Penanganan Kecelakaan Lalu
Lintas, Sebelumnya dilakukan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
jalan. Hasil dari Pelaksanaan tindakan Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di jalan dan ditemukan adanya pelanggaran, maka akan
dilakukan tindakan penindakan pelanggaran dengan pemeriksaan acara
cepat dan dikenakan tindak pidana denda.

TILANG

Prosedur Penilangan

Polisi yang memberhentikan pelanggar wajib menyapa dengan sopan


serta menunjukan jati diri dengan jelas. Polisi harus menerangkan
dengan jelas kepada pelanggar apa kesalahan yang terjadi, pasal berapa
yang telah dilanggar dan tabel berisi jumlah denda yang harus dibayar
oleh pelanggar.Pelanggar dapat memilih untuk menerima kesalahan dan
memilih untuk menerima slip biru, kemudian membayar denda di BRI
tempat kejadian dan mengambil dokumen yang ditahan di Polsek
tempat kejadian, atau menolak kesalahan yang didakwakan dan
meminta sidang pengadilan serta menerima slip merah. Pengadilan
kemudian yang akan memutuskan apakah pelanggar bersalah atau tidak,
dengan mendengarkan keterangan dari polisi bersangkutan dan
pelanggar dalam persidangan di kehakiman setempat, pada waktu yang
telah ditentukan (biasanya 5 sampai 10 hari kerja dari tanggal
pelanggaran).

Menyuap Polisi

Ada sebagian pelanggar peraturan memilih untuk menyuap polisi


dengan uang berlipat-lipat dari denda yang akan dijatuhkan karena
adanya anggapan bahwa mengurus tilang itu sangatlah sulit. Ada pula
kalanya polisilah yang meminta uang kepada pelanggar agar pelanggar
bisa segera pergi dari lokasi pelanggaran tanpa mengikuti prosedur
hukum. Bila penyuapan ini terbukti maka bisa membuat polisi dan
penyuap dihukum penjara karena menyuap polisi/pegawai negeri adalah
sebuah perbuatan melanggar hukum.

Informasi Lengkap

Sanksi pelanggaran lalu lintas di jalan raya semakin berat. Dalam


undang-undang tentang lalu lintas yang terbaru, sanksi denda atau
tilang naik sekitar 10 kali lipat dengan kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 1
juta. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, yang disahkan DPR pada 22 Juni 2009.
Berikut daftar tilang untuk kendaraan bermotor terhadap pelanggaran
lalu lintas :

Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM


dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda
paling banyak Rp 1 juta (Pasal 281).

Setiap pengendara kendaraan bermotor yang memiliki SIM namun tak


dapat menunjukkannya saat razia dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 288
ayat 2).

Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tak dipasangi Tanda


Nomor Kendaraan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 280).

Setiap pengendara sepeda motor yang tidak memenuhi persyaratan


teknis dan laik jalan seperti spion, lampu utama, lampu rem, klakson,
pengukur kecepatan, dan knalpot dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 285
ayat 1).

Setiap pengendara mobil yang tidak memenuhi persyaratan teknis


seperti spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu rem, kaca
depan, bumper, penghapus kaca dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 285
ayat 2).

Setiap pengendara mobil yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan


berupa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan
peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu
(Pasal 278).

Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan


pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500
ribu (Pasal 287 ayat 1).

Setiap pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi


atau paling rendah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 5).

Setiap pengendara yang tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan


Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500
ribu (Pasal 288 ayat 1).

Setiap pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi


mobil tak mengenakan sabuk keselamatan dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu
(Pasal 289).

Setiap pengendara atau penumpang sepeda motor yang tak mengenakan


helm standar nasional dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 291 ayat 1).

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa


menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). (Pasal 293 ayat 1)

Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa


menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15
(lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah). (Pasal 293 ayat 2)

Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau balik arah
tanpa memberi isyarat lampu dipidana kurungan paling lama 1 bulan
atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 294).

Selalu patuhi rambu lalu lintas. Kebiasaan mengabaikan itu bisa


membahayakan keselamatan orang lain. Mempraktikkan tertib lalu
lintas bukan sekadar mencerminkan kepribadian diri sendiri, tapi juga
menekan kecelakaan lalu lintas.Makin sering langgar lalu lintas, makin
sering pula uang anda melayang untuk membayar denda. Tapi yang
paling fatal dari keseringan melanggar adalah kemungkinan besar jadi
korban kecelakaan. Cintai diri anda sendiri dan keluarga yang menanti
anda pulang dengan selamat

”Dengan demikian, untuk menegakkan dan menjamin kepastian


hukum dalam masyarakat maka peran dari aparatur pemerintah
terutama di bidang penegakan hukum untuk melakukan penindakan
terhadap pelanggaran lalu lintas, yaitu Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu lintas dan
angkatan jalan sebagaimana yang telah diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang selanjutnya ditegaskan pula di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
dan Angkatan Jalan harus di tingkatkan secara terus menerus sehingga
mencapai hasil guna dengan tingkat maksimal.Secara konkretnya,
kegagalan proses penegakan hukum bersumber pada substansi
peraturan perundang-undangan yang tidak berkeadilan, aparat penegak
hukum yang korup dan tebang pilih, dan budaya masyarakat yang
buruk, serta lemahnya kelembagaan hukum yang mendiri dan
berwibawa. Cara-cara penegakan hukum pada suatu masa dapat berbeda
dari penyelenggaraannya pada masa yang lain, bukan karena tampa
sebab, melainkan karena keadaan masyarakatnya yang berbeda pula.
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Tingkat kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas sangatlah


minim,berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, namun banyak indikator terhadap
masyarakat mengabaikan peraturan dan tidak mementingkan
kebutuhan terhadap keselamatan dikarenakan kebiasan yang tidak tepat
dalam berkendaran sepeda motor.

2. Kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian dalam menangani


kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas adalah masyarakat
kurang dan tidak memahami, bahkan mengabaikan aturan tertib berlalu
lintas. Misalnya masih banyak anak-anak dibawah usia layak kendara
(17) tahun yang dibiarkan orang tuanya mengendarai sepeda motor di
jalan raya. Kemudian banyak pengendara kendaraan bermotor di temui
tidak menggunakan kelengkapan berkendara yang selalu terjadi tidak
memakai helm,

3. Upaya untuk mengatasi rendahnya tingkat kesadaran hukum


masyarakat pihak kepolisian dan satuan lalu lintas melakukan
pencegahan yang disertai penindakan edukatif dan yuridis dan
dilakukannya penyuluhan dan seminar, bertujuan untuk meminimalkan
atau memperkecil tingat pelanggaran lalu lintas terhadap pelaku.

K. SARAN

a. Perlu adanya pembinaan dan pendidikan dengan begitunyakegiatan


tersebut diarahkan setiap sekolah dan seluruh elemen masyarakat baik
itu yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir, jadi program lebih
efektif.

b. Perlu adanya peningkatan

operasi kawasan dilakukan dalam rangka mendukung wibawa


pemerintah dan kesadaran hukum masyarakat di kawasan tertentu,
contoh di Jalan Merdeka dan Teuku Umar dari segi pengawasan jadi
aturan tersebut berjalan dengan maksimal dan berjalan lancar, sehingga
bisa memperkecil atau meminimalkan bentuk pelanggaran lalu lintas
yang terjadi di Kepulauan Meranti.

c. Perlu adanya suara yang berbentuk penyampaian disalah satu


persimpangan tentang peringatan aturan berkendara sepeda motor
sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang yang berlaku,
sehingga program tersebut dapat diterima masyarakat, dan kesadaran
terhadap pentingnya kelengkapan dalam berkendara sepeda motor.

DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo, Sudikno 2007, Mengenal hukum suatu pengantar,


ed.ke-3 cet.ke-1. Yogyakarta: Liberty. Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Pospisil L., Anthropology of Law, A
Comparative Theory, Harper & Row Publisher, London, 1971. Salman,
Otje. (1989). Beberapa Aspek Sosiologi Hukum. Bandung: Alumni
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press,
Jakarta.Tutik, Titik Triwulan. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Surabaya :
PT. Prestasi Pustaka. Van aveldoorn. 1996. Pengantar Ilmu Hukum.
Jakarta : PT.Pradanya Paramita. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai