Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas Pancasila, dengan judul ; “Kebijakan
Pemerinah Mengenai Razia Kendaraan Bermotor”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, yang dengan tulus memberikan doa, saran dan keritik
sehingga makalah ini dapat selesai.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini jauh dari kesempurnaan, di


karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna
itu kami menghrapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaan untuk keberlangsungan lalu lintas

Jambi, 29 sept 2022

Yangbersangkutan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………........................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

Latar Belakang Masalah....................................................................................1

Rumusan Masalah ...........................................................................................3

Tujuan Penelitihan ………………..................................................................3

Metode Penelitihan…...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................................5

Jenis Pelanggaran Kendaraan Bermotor yang ada Di Provinsi


Jambi…………………………………………………………………………5

Sanksi yang diberikan bagi pelanggara Kendaraan Bermotor……………….5

Dampak Pelanggaran Kendaraan Bermotor yang ada Di Provinsi


Jambi...............................................................................................................6

Solusi Yang Dilakukan Pemerintah ..............................................................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................

Kesimpulan .................................................................................................. 13

Saran................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia,
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai adat-istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pancasila tidak ada dalam hierarki peraturan perundang-undangan karena nilai-nilai
Pancasila telah terkandung dalam suatu norma di UUD 1945. Hal ini sesuai bunyi Pasal 3
ayat (1) UU 12/2011: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia,
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa, data ini berdasarkan hasil
survey Badan Pusat Statistik (BPS).Indonesia membutuhkan sarana dan prasarana untuk
mendukung mobilitas atau pergerakan penduduk. Untuk itu dibutuhkan alat transportasi yang
dapat membantu kegiatan penduduk Indonesia. Data BPS pada tahun 2018 menunjukkan
jumlah kendaraan bermotor untuk mobil penumpang 16.440.987, mobil bis 2.538.182, mobil
barang 7.778.544 dan sepeda motor 120.101.047, dengan total keseluruhan 146.858.759.2
Berdasarkan jumlah populasi penduduk dan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
dibutuhkan Peraturan Perundang-undangan untuk mengatur penggunaan kendaraan bermotor,
untuk menunjang mobilitas penduduk agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Banyaknya pelanggaran dalam penggunaan kendaraan bermotor membuat Pemerintah
melakukan kegiatan Razia kendaraan bermotor.Sehingga aparat Kepolisian Provinsi Jambi
melakukan Tindakan Razia kendaraan bermotor ini khususnya untuk kendaran roda
dua.Karena laporan dari masyarakat yang kerap mengalami tindakan kekerasan oleh
sekelompok remaja yang menggunakan kendaraan bermotor yang tidak legal melabeli diri
mereka dengan sebutan geng motor.
Geng motor merupakan salah satu kenakalan remaja yang merebak di Indonesia. Arti
dari geng motor itu sendiri yaitu sekumpulan orang yang memiliki hobi bersepeda motor dan
membuat kegiatan berkendara sepeda motor secara bersama sama baik dengan tujuan konvoi
maupun touring dengan sepeda motor. Pengertian geng motor ini sebenarnya berawal dari
sebuah kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang, namun belakangan geng motor
semakin meresahkan masyarakat. Para pelaku geng motor memang sudah menjadi kebiasaan
untuk melanggar hukum. Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang itu
biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi, namun akhir-akhir ini berbagai tindak pidana
dilakukan oleh geng motor seperti pengeroyokan. Pengeroyokan termasuk dalam kategori
tindak pidana yang merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat yang menyebabkan terbunuhnya orang dan
rusaknya fasilitas umum. Saat ini kasus-kasus pengeroyokan bagi masyarakat Indonesia ini
khususnya di Kota Jambi sudah tidak asing lagi di telinga. Beberapa titik tempat di Kota
Jambi sering dijadikan oleh kelompok tertentu yang dalam istilah sosiologisnya disebut geng
motor untuk melakukan suatu tindak pidana. Dalam bukunya yang berjudul “Dinamika
Masyarakat Indonesia”, Prof. Dr. Awan Mutakin berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil
(equilibrium) dan berkesinambungan (kontinuitas) senantiasa terpelihara apabila terdapat
adanya pengawasan melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan
pengawasan sosial (control social).
1. Faktanya saat ini masih juga ditemukan penyakit masyarakat ini walaupun sudah
ada ketentuan yang mengatur tentang pengeroyokan didalam Pasal 170 KUHP. Pasal 170
KUHP berbunyi demikian:
(1) Barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap
orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
(2) Tersalah dihukum:
1. dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika ia dengan sengaja merusakkan
barang atau kekerasan yang dilakukannya itu menyebabkan sesuatu luka.
2. dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika kekerasan itu menyebabkan
luka berat pada tubuh dengan penjara selama-lamanya dua belas tahun, jika kekerasan itu
menyebabkan matinya orang.
(3) Pasal 89 tidak berlaku. (K.H.U.P 336)
Menurut Pasal 28 G ayat (1) Undang-undang Dasar 1945:
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dan ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
Di dalam Pasal 28 G ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dimaksudkan agar setiap
perbuatan yang dilakukan oleh suatu kelompok tertentu merupakan perbuatan yang
melanggar hak asasi seseorang untuk mendapatkan rasa aman. Selain orang tua dan sekolah,
dalam hal ini polisi mempunyai peranan penting dalam menindak para pelaku pengeroyokan.
Aparat kepolisian yang mempunyai peran sebagai kontrol sosial harus bertindak dan bergerak
cepat dalam menangani peristiwa pengeroyokan sebelum menimbulkan kerugian yang besar
baik materiil maupun formil. Peranan kepolisian tidaklah hanya sebagai pihak yang
menghentikan pengeroyokan pada saat terjadinya suatu pengeroyokan, tetapi aparat
kepolisian juga harus bertindak sebagai penegak keadilan dan penegak hukum terhadap para
pelaku pengeroyokan yang tertangkap.
Dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab dalam
memberi perlindungan kepada masyarakat sesuai tugasnya yang tercantum di Pasal 13 UU
No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berbunyi :
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara kemanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyaraka
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penulisan, maka rumusan masalah yang
akan diteliti dan dikaji dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana peran Pemerintah dalam menanggulangi kasus geng motor ini.
2.Apa saja yang di harapkan masyarakat kepada pemerintah mengenai maraknya
kasus geng motor di kota jambi.
C.Tujuan penelitian
Adapun tujuan penulis yang ingin dicapai dalam penelitian ini sehubungan dengan
permasalahan di atas adalah:
1.Untuk mengetahui peranan pemerintah dalam menanggulangi kasus geng motor.
2.Untuk mengetahui opini publik tentang geng motor tersebut.

F.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang teratur dan berpikir secara runtut dan baik dengan
menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan maupun
guna menguji kebenaran maupun ketidakbenaran dari suatu pengetahuan gejala atau hipotesa.
Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan suatu
metode penelitian yang baik dan tepat. Metodelogi merupakan suatu unsur yang mutlak harus
ada dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
1.Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan di lakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan erat dengan
permasalahan yang akan dibahas,dengan melakukan wawancara dengan wakil komandan
satuan keamanan UNJA dan masyarakat setempat.
2.Studi Dokumen
Pengumpulan data yang di lakukan melalui data tertulis dengan menganalisis data tersebut.
Dalam studi dokumen atau bahan pustaka ini penulis menggunakan buku, Peraturan
perundangan-peundangan dan sumber tertulis lain yang berhubungan dengan penelitian
penulis. Pengumpulan data juga di lakukan penulis di lapangan dengan mengolah dokumen
dokumen yang penulis dapatkan di lapangan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitihan ini penerapan Kebijakan Pemerintah dalam Pengawasan Pelanggaran


dalam Penggunaan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jambi.Pemilihan ini berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:

1.Tingginya kasus Kendaraan tanpa surat menyurat yang lengkap.

2.Maraknya aktivitas geng motor yang menggunakan kendaraan hasil curian atau
kendaraan illegal

2.2 Jenis pelanggaran penggunaan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jambi

Dalam penggunaan Kendaraan Bermotor seringkali ditemukan pelanggaran-


pelanggaran, khususnya pelanggaran penggunaan kendaraan roda dua atau sepeda motor di
Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan beberapa
jenis pelanggaran penggunaan kendaraan bermotor diantaranya:
1. Penggunaan Kendaraan yang Tidak Memperhatikan Aspek Keselamatan 
Saat ini banyak sekali pengendara yang memodifikasikan kendaraannya namun tidak
sesuai dengan standar keamanan. Misalnya saja odongodong. Kendaraan ini awalnya adalah
minibus. Namun kendaraan ini kemudian dimodifikasi menjadi odongodong yang
penggunaannya juga tidak sesuai peruntukan sehingga membahayakan keselamatan.
Mengendarai motor dengan muatan lebih juga masuk dalam kategori ini. Banyak peristiwa
kecelakaan karena pengemudi memaksakan kendaraannya dijejali dengan jumlah penumpang
yang tidak sesuai kapasitas. 
2. Tidak Membawa Surat Kelengkapan Berkendara 
Aksi tilang yang dilakukan pihak kepolisian juga sering terjadi terhadap pengendara
yang tidak membawa surat-surat berkendara seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) serta Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Berbagai operasi yang tengah gencar dilakukan aparat
acapkali mendapati pelanggaran semacam itu. Banyak diantara mereka yang belum memiliki
SIM karena belum cukup usia, namun memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor.
Hal ini tentunya bisa membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. 
3.Balap liar yang sering terjadi di jalan-jalan yang sepi
Balapan liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan,baik sepeda motor maupun
mobil, yang dilakukan diatas lintasan umum. Artinya kegiatan ini sama sekali tidak digelar
dilintasan balap resmi, melainkan di jalan raya.Biasanya kegiatan ini dilakukan pada tengah
malam sampai menjelang pagi saat suasana jalan raya sudah mulai lenggang. Mayoritas
pelaku balapan liar rata-rata para remaja yang sedang mencari jati dirinya. Kerap sekali
melakukan tindakan anarkis dan kekerasan di jalan umum demi mendapat area untuk
melakukan balapan liar. Kerap juga mengatasnamakan geng motor agar di segani oleh
masyarakat walaupun itu merupakan tindakan yang salah.
Masyarakat pasti sudah akrab sekali dengan sosok sekumpulan remaja yang
menamakan dirinya geng motor. Mereka bak artis yang sedang dan selalu naik daun dalam
dunia seni kejahatan.Karena mereka menganggap kejahatan sebagai suatu keindahan loyalitas
mereka terhadap sesame anggota geng motor.Solidaritas, pertemanan akrab yang lebih
banyak dianggap negatif oleh masyarakat.
Geng motor adalah sekumpulan remaja yang mengatasnamakan diri di bawah bendera
pecinta otomotif atau lebih spesifiknya adalah pecinta sepeda motor dengan berbagai macam
jenis sepeda motor.Hal ini yang dianggap positif bila kita lihat dari visi,misi,tujuan, atau niat
para remaja ini dalam pembentukan organisasi geng motor ini.Maklumah mereka adalah
manusia yang sedang mencari jati diri di luar keluarga,yaitu dunia pertemanan.
Salah satu penyebab adanya geng motor adalah adanya balapan liar ditempat-tempat
tertentu.Geng motor biasanya berisi pemuda dan remaja berusia belasan atau awal dua
puluhan.Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup
kuat.
Dari faktor internal, anak geng tersebut memiliki kepribadian mengontrol diri yang
lemah.Sehingga mereka tidak baik dan merugikan masyarakat. Anak yang bersangkutan
gagal untuk mengaktualisasikan dirinya.Mereka tidak mampu untuk menunjukan eksistensi
yang positif, yang muncul malahan ulah yang negatif.
Dari faktor eksternal, mencuatnya perilaku negatife yang dilakukan anak geng motor
dipicu juga oleh faktor lingkungan anak.Perilaku menyimpang dari geng motor sudah
mengarah pada aksi kejahatan terjadi karena kurangnya control semua pihak termasuk
keluarga.Meningkatnya intensitas dan kualitas tindak kekeransan oleh geng motor
belakangan ini perlu segera dicarikan solusi agar keresahan sosial yang dialami masyarakat
tidak terus berlanjut.
2.3 Sanksi yang diberikan bagi pelanggara Kendaraan Bermotor

A. Sanksi Tilang

suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh seseorang
atau sekelompok orang terhadap orang lain akibat dari kelalaian perbuatan atau tingkah laku
yang tidak sesuai dengantata nilai yang berlaku dalam lingkungan hidupnya. Dimana
tindakan tersebut menimbulkan nestapa atau penderitaan dengan maksud supaya penderitaan
itu benar-benar dirasakannya dan akhirnya sadar akan kesalahannya untuk menuju ke arah
kebaikan.

Pelanggaran lalu lintas yang sering disebut juga dengan tilang merupakan ruang
lingkup hukum pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.
Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana dapat diberi tindakan hukum langsung dari aparat
dan tidak perlu menunggu laporan atau pengaduan dari pihak yang dirugikan. Ada banyak
jenis sanksi tilang yang diberikan kepada pelanggar diantaranya :

1.Pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi atau
SIM, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 4 bulan atau denda maksimal Rp 1 juta.

2.Pengendara kendaraan bermotor yang memiliki SIM, namun tidak dapat


menunjukan saat ada Razia, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1 bulan atau denda
maksimal Rp 250 ribu.

3.Pengendara kendaraan bermotor yang kendaraannya tidak dipasangi Tanda Nomor


Kendaraan, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp 500
ribu

4.Pengendaraan sepeda motor yang kendaraannya tidak memenuhi persyaratan teknis


serta layak jalan, seperti spion, kenalpot, lampu utama, lampu rem, klakson, dan spidometer,
dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1bulan atau denda maksimal Rp 250 ribu

5.Pengendara mobil yang kendaraannya tidak memenuhi persyaratan teknis, seperti


spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lapu rem, kaca depan, bumper serta penghapus
kaca, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp 500 ribu

6.Pengendara mobil yang kendaraannya tidak dilengkapi dengan ban cadangan,


segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, serta peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp
500 ribu

7.Pengendara kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran terhadap rambu lalu


lintas, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp 500 ribu

8.Pengendaraan kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran terhadap aturan


batas kecepatan tertinggi dengan pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp
500 ribu

9.Pengendara kendaraan bermotor yang tidak dilengkapi dengan surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (STNK) atau Surat Tanda Coba Kemdaraan Bermotor, dipidana dengan
pidana kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp 500

10.Pengendara mobil atau penumpang yang duduk di samping pengendara dan tidak
mengenakan sabuk pengaman, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1 bulan atau
denda maksimal Rp 250 ribu.

11.Pengendara motor atau penumpang yang tidak mengenakan helm SNI atau Standar
Nasional Indonesia, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1 bulan atau denda
maksimal Rp 250 ribu

12.Pengendaraan kendaraan bermotor yang tidak menyalakan lampu utama, baik saat
malam hari atau dalam kondisi tertentu, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1 bulan
atau denda maksimal Rp 250 ribu

13.Pengendara sepeda motor yang tidak menyalakan lampu utama saat siang hari,
dipidana dengan pidana kurungan maksimal 15 hari atau denda maksimal Rp 100 ribu

14.Pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau berbalik arah tanpa menyalakan
lamp usen, dipidana dengan pidana kurungan maksimal 1 bulan atau denda maksimal Rp 250
ribu
2.4 Dampak Pelanggaran Kendaraan Bermotor yang ada Di Provinsi Jambi

1. Kecelakaan Meningkat
Meningkatnya kecelakaan berlalu lintas di Provinsi Jambi yang disebabkan oleh
lailainya masyarakat atas kesadaran berkendara di jalan yang baik dan benar sesuai peraturan
yang sudah di tetapkan oleh pemerintah..
2. Meningkatnya tindak Kriminalitas
Banyaknya aktivitas pelanggaran dalam berkendara dapat menyebabkan
meningkatanya tindak kriminalitas seperti aksi balap liar yang berujung dengan tawuran antar
remaja, aksi kekerasan dan perampokan yang dilakukan oleh sekelompok remaja yang
mengatasnamakan geng motor. Geng motor adalah sekumpulan remaja yang
mengatasnamakan diri di bawah bendera pecinta otomotif atau lebih spesifiknya adalah
pecinta sepeda motor dengan berbagai macam jenis sepeda motor.Hal ini yang dianggap
positif bila kita lihat dari visi,misi,tujuan, atau niat para remaja ini dalam pembentukan
organisasi geng motor ini. Maklumah mereka adalah manusia yang sedang mencari jati diri di
luar keluarga,yaitu dunia pertemanan.
3. Kerugian Ekonomi
Karena pelanggaran dalam berkendara yang menyebabkan meningkatnya kasus
Kecelakaan dapat mempengaruhi sistem Ekonomi suatu daerah. Distribusi yang terhambat
akibat kemacetan paska Kecelakaan lalu lintas sangat mempengaruhi sistem Ekonomi
daerah tersebut dan banyak faktor lainnya yang dapat merugikan Ekonomi suatu daerah
yang berkaitan dengan Pelanggaran Kendaraan Bermotor
4. Polusi
Karena kemacetan yang terjadi akibat Razia yang dilakukan oleh aparat Kepolisian
untuk menertibkan para pengendara menyebabkan menaiknya emisi atau limbah hasil
pembakaran mesin kendaraan bermotor terutama kendaraan yang bermesin diesel. Ini sangat
berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan bagi bumi
2.5 Solusi yang dilakukan Pemerintah

Pemerintah dan aparat penegak hukum seperti istansi yang terkait telah banyak
mengeluarkan peraturanperaturan, kebijaksanaan, serta pedoman usaha mengurangi
pelanggaran lalu lintas. Hal ini diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata, seperti
adanya patroli lalu lintas, pedoman-pedoman pembinaan generasi muda dan lain-lain. Semua
ini dilakukan untuk mengurangi pelanggaran pengendara kendaraan bermotor.
strategi untuk mengurangi pelanggran lalu lintas dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu dengan starategi pre-emtif, preventif (pencegahan) dan refresif (penindakan).
Strategi Pre-Emtif adalah upayaupaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian
untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Strategi yang dilakukan dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai atau normanorma
yang baik sehingga normanorma tersebut terinternalisasikan dalam diri seseorang dengan
cara melalui sosialisasi. Meskipun ada kesepakatan untuk melakukan pelanggaran tetapi tidak
ada niat untuk melakukan hal tersebut, maka tidak akan terjadi pelanggaran. Jadi dalam
strategi ini faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan.
Strategi Preventif (Pencegahan) merupakan tindakan lanjut dari upaya pre-emtif
masih ada tataran pencegahan sebelum terjadi pelanggaran. Dalam strategi ini yang
ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan berupa
pelanggaran. Dengan kata lain, strategi preventif dimaksudkan sebagai usaha untuk
mengadakan perubahanperubahan yang bersifat positif terhadap kemungkinan terjadinya
gangguangangguan didalam masyarakat, sehingga tercipta stabilitas hukum. Tindakan ini
merupakan strategi yang lebih baik dari strategi setelah terjadi suatu tindak pidana. Mencegah
tindak pidana atau pelanggaran yaitu dengan cara memberikan pemdidikan untuk tidak
mengulangi pelanggaran
Strategi Represif (Penindakan) dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau
pelanggaran diberikan penindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman
berupa tilang dan denda serta melakukan penyitaan kendaraan.
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas,dapat disimpulkan bahwa:
1.Gaya hidup geng motor mempunyai dampak negative yang bisa merusak generasi penerus
bangsa kita.Dan mengakibatkan generasi muda kita rusak.

B.Saran
1.Tindakan preventif dan persuasif di ranah pranata sosial yakni mulai dari Pendidikan
karakter dalam keluarga, sekolah dan sosialisasi pihak kepolisian sehingga kekerasan tidak
terjadi.
2.Memberikan penamaan nilai normatif agama atau informasi hukum untuk mengisi
kemiskinan moral mereka. Ini Kembali,peran keluarga kemudian lingkungan dan sekolah.
MAKALAH
HIRARKI EKSISTENSI DALAM PANCASILA
“KEBIJAKAN PEMERINTAH PERIHAL RAZIA KENDARAAN BERMOTOR”

NAMA ANGGOTA :

1.GRACE YESUELGIN ZACHARIAS ( C1A022064 )

2.HABIEL MUSTAQIM ( C1A022176 )

3.JASMINE PUTRI PRAMESWARI ( C1A022012 )

4.KEVINDRA PRATAMA ( C1A022029 )

5.LEONARDO MARPAUNG ( C1A022018 )

6.M.ABIYYU RABBANI ( C1A022036 )

7.RISKA MAHARANI ( C1A022120 )

8.RUBEN L.b.n TOBING ( C1A022107 )

9.SANDRA CIPTA MUSTIKA ( C1A022066 )

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2022

Anda mungkin juga menyukai