Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PPKN

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM


DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V
1. Aina Dewani
2. Altafiyani Rahmatika
3. Baginda Yusuf Aditya Negara
4. Diaz Andhika Primadi
5. Dinda Jesika
6. Ghifari Anugara
7. Handini Rakhma Sujono
8. Savira Azka Wulandari

Kelas XI MIA 4

SMAN 1 SUBANG
T.P. 2014-2015
1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah mel


hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Perlindungan dan
Penegakan Hukum dalam Menjamin dan Keadilan”.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi syafa'at di
yaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat
bermanfaat mengenai pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan hukum dalam
menjamin dan keadilan baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat perbaikan dari guru pembimbing dan teman-teman sekalian akan kami
terima dengan senang hati.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menjalankan hukum di kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5

C. Manfaat............................................................................................................5

BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................................7


A. Makna Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan
Bermasyarakat................................................................................................7
B. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan
Bermasyarakat..............................................................................................15

BAB III: PENUTUP.........................................................................................................19


A. Kesimpulan...................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan pemerintah
berdasarkan sistem konsitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan
perundangan di bawahnya. Tetapi kenapa sistem hukum di negeri ini selalu menjadi
topik yang tak bosan-bosannya diperbincangkan dan selalu membuat masalah.
Apakah sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah
para pelaku hukum yang tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan penyelewengan
yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang kurang
tegas untuk mengatasi berbagai macam permasalahan tindak pidana?

Dalam negara hukum, segala permasalahan diselesaikan sesuai hukum yang


berlaku. Akan tetapi, praktik perlindungan dan penegakan hukum terkadang berbeda
dengan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlindungan dan penegakan
hukum di Indonesia untuk menjamin keadilan dan kebenaran dalam kehidupan
bermasyarakat harus segera dibenahi agar tidak terjadi penyelewengan hukum yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Seorang yang melanggar
hukum harus ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku. Perlindungan dan penegakan
hukum harus memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu Negara
menciptakan keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan kehidupan sosial
masyarakatnya, menghindarkan dari segala bentuk tindak pidana maupun perdata.

4|Page
Namun tidak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, pemberitaan di media
masa sungguh tragis. Bahkan dari Hasil survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) menyebutkan bahwa 56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan
penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan
sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa
rendahnya wibawa hukum di mata publik.

Dengan landasan pemikiran ini, penulis akan mencoba memaparkan mengenai


hukum, perlindungannya, penegakannya, aspek-aspek yang menjadi subjek dan
objeknya, serta penerapannya di tengah masyarakat yang tidak puas dengan keadaan
penegakan hukum di Indonesia sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat?

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan Bermasyarakat


Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara Indonesia, artinya
seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan berdasarkan golongan tertentu,
berhak mendapatkan perlindungan hukum dari sesuatu yang mengancam dirinya.
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan,
kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.
1. Makna Perlindungan Hukum
Indonesia sebagai negara hukum, segala sesuatunya harus berdasarkan pada
hukum (asas legalitas). Perlindungan hukum diberlakukan bagi setiap orang sebagai
bentuk perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia terhadap ketentuan hukum
yang mungkin saja melanggar hak-hak individu. Setiap orang memiliki hak dan
diperlakukan sama di hadapan hukum. Semua masyarakat Indonesia mendapat
perlindungan hukum karena negara hukum melindungi segenap warga negara tanpa
membeda-bedakannya.

Hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah dan


larangan) yang dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah untuk mengatur
tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi
yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Sedangkan perlindungan adalah suatu proses
cara perbuatan untuk melindungi seseorang. Jadi perlindungan hukum adalah
jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada warga negara dalam
melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebbagai upaya melindungi secara


hukum terhadap jiwa raga, harta benda seseorang, dan Hak Asasi Manusia (HAM),
yang terdiri atas hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak beragama, dan sebagainya.
Dengan demikian, pelanggaran hukum apapun yang dilakukan terhadap hal-hal
tersebut di atas akan dikenakan sanksi.

2. Makna Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukan upaya tegaknya atau berfungsinya


norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

6|Page
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses perwujudan
ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan sosial) yang
bersifat abstrak menjadi kenyataan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
penegakan hukum sebagai berikut.

a. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak hukum harus
memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul
keresahan di salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
c. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum,
mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat
subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.

3. Aparat Penegak dan Lembaga Peradilan Hukum


Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para aparat penegak
hukum. Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi
penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Menurut Pasal 1 Bab 1
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat
penegak hukum oleh undang-undang ini sebagai berikut.
a. Penyelidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 6 KUHAP)
Wewenang (Pasal 7 ayat [1] KUHAP) :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

7|Page
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh hukum tetap. (UU No 8 tahun 1981 tentang KUHP)
Tugas Jaksa:
1. Sebagai penuntut umum
2. Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (eksekutor)

c. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang


untuk bertindak seagai penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap.

Berdasarkan Pasal 14 KUHAP Penuntut Umum mempunyai wewenang :

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik


pembantu;
b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan
memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari
penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya
dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada
terdakwa maupun kepada saksi untuk datang pada sidang yang telah
ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;
h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab
sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang;
j. Melaksanakan penetapan hakim. 

d. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang-
undang untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
 Dalam Bidang Manajemen Peradilan
 Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja
jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta
pengorganisasiannya.
 Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati
apakah pelaksanaan tugas, umpamanya mengenai penyelenggaraan
administrasi perkara perdata dan pidana serta pelaksanaan eksekusi,

8|Page
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
melaporkannya kepada Ketua Pengadilan.
 Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap
pelaksanaan putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan
melaporkannya kepada MA.
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan
kepadanya serta rneneruskannya kepada kepustakaan hukum.
 Dalam Bidang Perdata
 Menetapkan hari sidang.
 Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan Pengadilan
Negeri mengenai hukum yang dianggap penting.
 Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan dan   menandatanganinya sebelum hari sidang
berikutnya.
 Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan tambahan
untuk mendengar sendiri para pihak dan saksi, maka Hakim
bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan serta menandatanganinya.
 Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
 Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
 Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan.
 Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum perdata
yang ditugaskan kepadanya.
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyeleng-
garaan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya.

 Dalam Bidang Pidana 


 Menetapkan hari sidang untuk perkara dengan acara biasa.
 Menetapkan terdakwa ditahan, dikeluarkan dari tahanan atau dirubah
jenis penahanannya.
 Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya.
 Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
 Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
 Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam
persidangan.
 Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam hal
terdakwanya masih dibawah umur.
 Memproses permohonan grasi.
 Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan dan
perilaku narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan serta
melaporkannya kepada Mahkamah Agung.
 Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati
apakah pelaksanaan tugas mengenai penyelenggaraan administrasi
perkara pidana/ bidang pidana dan eksekusi serta melaporkannya
kepada Pimpinan Pengadilan.
 Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan hukum
yang diterima dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.

9|Page
e. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien
yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan terjadi
keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan
Hakim yang adil.

Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang


bersangkutan dengan tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan
atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan
vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi)
terpidana.
Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di peradilan
hukum. Lembaga-lembaga peradilan hukum sebagai berikut.
a. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding
yang berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan daerah hukum meliputi
wilayah provinsi dan Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-
hari memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala perkara
perdata dan pidana untuk semua golongan yang berkedudukan di ibu kota
kabupaten/kota, dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.
b. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam lingkungan Peradilan
Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai
pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan
Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
c. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan
yang berkaitan dengan tindak pidana militer. Pengadilan dalam lingkungan
militer terdiri atas Pengadilan Militer Utama, Pengadilan Militer Tinggi,
Pengadilan Militer, dan Pengadilan Militer Pertempuran.
d. Peradilan Tata Usaha Negara

10 | P a g e
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan
Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

4. Lembaga Perlindungan dan Penegakan Hukum

Lembaga perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia, antara lain


Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), Kepolisian Republik
Indonesia (Polri), Kejaksaan, Komisi Yudisial, dan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM).

1. Mahkamah Konstitusi (MK)


Dalam pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dijelaskan bahwa Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu pelaku Kekuasaan Kehakiman. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar. Dan pula ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa sejalan dengan prinsip
ketatanegaraan di atas, maka salah satu substansi penting perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah keberadaan
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berfungsi menangani
perkara tertentu di bidang ketatanegaraan, dalam rangka menjaga konstitusi
agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat
dan cita-cita demokrasi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk
menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil, dan juga
merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di masa
lalu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap konstitusi.
Berdasarkan pasal 24 C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara
R.I. tahun 1945, Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk :
 Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara R.I
tahun 1945.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara R.I. tahun 1945.
 Memutus pembubaran partai politik.
 Memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan
 Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat

11 | P a g e
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara R.I. tahun 1945.
Indepedensi Mahkamah Konstitusi disebutkan dalam pasal 2 Undang-
Undang R.I. Nomor 24 tahun 2003 sebagai berikut :
“Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan“.

2. Mahkamah Agung (MA)

Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 5 tahun 2004 yang kemudian telah diubah


dan ditambah dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU
Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung disebutkan bahwa Mahkamah
Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Selanjutnya dalam Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara


R.I. disebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk :

 Mengadili pada tingkat kasasi,


 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang- undang
terhadap undang-undang,
 Kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Selanjutnya dalam pasal 2 UU Nomor 14 tahun 1985 sebagaimana telah


diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Negara R.I. Nomor 5 tahun 2004
dan terakhir telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3
tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung telah diatur tentang independensi Mahkamah Agung yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

“Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara dari semua


Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.”

3. Kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia atau Kejaksaan adalah lembaga


pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia.

Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 tahun


2004 tersebut disebutkan bahwa “Kekuasaan Negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka”.

12 | P a g e
Dalam penjelasan umum angka 1 UU RI Nomor 16 Tahun 2004 tersebut
dijelaskan bahwa Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan ditegaskan kekuasaan
Negara tersebut dilaksanakan secara merdeka. Oleh karena itu, Kejaksaan
dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa
Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara
independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan
demikian Jaksa Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya
merumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk
keberhasilan penuntutan.

4. Kepolisian

Dalam Pasal 1 angka (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian adalah segala hal-
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
peraturan perundang – undangan. Sedangkan dalam Pasal 8 ayat (1) UU RI
Nomor 2 tahun 2002 tersebut disebutkan bahwa kedudukan Kepolisian Negara
Republik Indonesia berada di bawah Presiden.

Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera
direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres
Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari
ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai
oleh suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI
Cilangkap. Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan
operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.

Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup dua hal,


yaitu pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order maintenance)
dan penegakan hukum (law enforcement).10 Dalam perkembangannya,
tanggung jawab “pemeliharaan” dipandang pasif, sehingga tidak mampu
menanggulangi kejahatan. Polisi kemudian dituntut untuk secara proaktif
melakukan “pembinaan”, sehingga tidak hanya “menjaga” agar kamtib
terpelihara, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat, menggugah dan
mengajak peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan
ketertiban, dan bahkan ikut memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi
sumber kejahatan. Tugas-tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk
membantu (to support) masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan rasa
aman, sehingga memungkinkan tercapainya kesejahteraan.

5. Komisi Yudisial

Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang
kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011

13 | P a g e
tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.

Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu substansi


penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 adalah adanya Komisi Yudisial. Komisi Yudisial tersebut merupakan
lembaga Negara yang bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.

Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun


1945 memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi bidang hukum,
yakni dengan memberikan kewenangan kepada Komisi Yudisial untuk
mewujudkan checks and balances, walaupun Komisi Yudisial bukan pelaku
kekuasaan kehakiman namun fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman.

6. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM )

Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan
setingkat dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
Komnas HAM bertujuan :

 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi


manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia; dan
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
dalam berbagai bidang kehidupan.

B. Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Kehidupan Masyarakat

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam kemasyarakatan


hukum. Dalam masyarakat hukum itu harus pula bersendi pada keadilan, yaitu asas-asas
keadilan dalam masyarakat.

1. Perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian

14 | P a g e
Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlindungan hukum. Negara
berkewajiban memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya.
Perlindungan hukum difungsikan untuk menghindari segala bentuk perilaku
sewenang wenang, penindasan, perampasan hak, dan lain-lain yang dapat merugikan
dan bahkan menyengsarakan seseorang atau masyarakat. Perlindungan hukum juga
didasari oleh faktor bahwa manusia pada hakikatnya adalah sama, yaitu sebagai
mahluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, siapapun yang bersalah ataupun
melakukan pelanggaran hukum harus mendapatkan sanksi huku. Sebaliknya , bagi
siapa yang tidak bersalah harus terhindar dari sanksi hukum. Semua orang harus
diperlakukan sama di dalam hukum.

Keadilan adalah sesuatu yang dirasakan seimbang, pantas sehingga semua


orang atau sebagian besar orang yang mengalami merasa pantas, nyaman, dan adil.
Salah satu ciri keadilan yang penting adakah adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Memperoleh keadilan adalah hak asasi bagi setiap manusia. Tegaknya
keadilan dan kebenaran dalam masyarakat akan dapat mewujudkan masyarakat yang
damai, sejahtera, aman, tentram, dan saling percaya. Baik antara sesama masyarakat,
maupun terhadap pemerintah.

Kedamaian dapat diartikan bahwa di satu pihak terdapat ketertiban antar


pribadi yang bersifat ekstern dan di lain pihak terdapat ketentraman pribadi intern.
Demi tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk
memberi jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh orang lain.
Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya, serta setiap ada
pelanggaran hukum. Oleh karenanya, hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan
tanpa membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara diskriminatif.

2. Akibat Tidak Adanya Perlindungan dan Penegakan Hukum


Akibat-akibat yang ditimbulkan dari masalah penyelewengan hukum sebagai berikut.
a. Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum
Masyarakat berpendapat hukum banyak merugikan mereka, terlebih lagi
soal materi sehingga mereka berusaha untuk menghindarinya. Karena mereka
percaya bahwa uanglah yang berbicara, dan dapat meringankan hukuman
mereka, fakta-fakta yang ada diputarbalikkan dengan materi yang siap diberikan
untuk penegak hukum. Kasus-kasus korupsi di Indonesia tidak terselesaikan
secara tuntas karena para petinggi negara yang terlibat di dalamnya
mempermainkan hukum dengan menyuap sana sini agar kasus ini tidak
terungkap, akibatnya kepercayaan masyarakat pun pudar.
b. Penyelesaian konflik dengan kekerasan
Penyelesaian konflik dengan kekerasan contohnya ialah pencuri ayam
yang dipukuli warga, pencuri sandal yang dihakimi warga. Konflik yang terjadi
di sekelompok masyarakat di Indonesia banyak yang diselesaikan dengan
kekerasan, seperti kasus tawuran antarpelajar, tawuran antarsuku yang
memperebutkan wilayah, atau ada salah satu suku yang tersakiti sehingga

15 | P a g e
dibalas dengan kekerasan. Mereka tidak mengindahkan peraturan-peraturan
kepemerintahan, dengan masalah secara geografis. Ini membuktikan masyarakat
Indonesia yang tidak tertib hukum, seharusnya masalah seperti maling sandal
atau ayam dapat ditangani oleh pihak yang berwajib, bukan dihakimi secara
seenaknya, bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.
c. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi
Melihat beberapa kasus di Indonesia, banyak warga negara Indonesia yang
memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi.
Contohnya: pengacara yang menyuap polisi ataupun hakim untuk meringankan
terdakwa, sedangkan polisi dan hakim yang seharusnya bisa menjadi penengah
bagi kedua belah pihak yang sedang terlibat kasus hukum bisa jadi lebih
condong pada banyaknya masteri yang diberikan oleh salah satu pihak yang
sedang terlibat dalam kasus hukum tersebut.
d. Penggunaan tekanan asing dalam proses peradilan
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh suatu perusahaan asing yang membuka usahanya di Indonesia,
mereka akan minta bantuan dari negaranya untuk melakukan upaya pendekatan
kepada Indonesia, agar mereka tidak mendapatkan hukuman yang berat, atau
dicabut izin memproduksinya di Indonesia.

3. Upaya-Upaya Penegakan Hukum untuk Menjamin Keadilan dan Kedamaian

Penegakan hukum merupakan pondasi utama dalam kehidupan Bernegara,


guna terciptanya ketertiban dan ketentraman sehingga tidak heran jika banyak
Negara di dunia menjadikan penegakan hukum sebagai prioritas kebijakan dan
pembaharuan, termasuk Indonesia yang ditandai dengan mulai berbenah dan
dilengkapinya segala bentuk infrastruktur lembaga-lembaga baik itu dalam lingkup
kekuasaan eksekutif, yudikatif, maupun lembaga-lemabaga pengawas independen
yang bertugas melakukan pengawalan terhadap terealisasinya jaminan penegak
hukum.

Berbagai macam cara untuk mengatasi masalah penegakan hukum di Indonesia


sebagai berikut.

a. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tetapi


menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian,
unsur kemanusaian dan juga menimbang rasa keadilan dalam memberikan
keputusan.
b. Hukum seharusnya tidak di tegakan dalam bentuk yang paling kaku, arogan, dan
hitam putih. Tapi, harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya
mengikuti hukum dalam konteks perundang-undangan hitam putih semata.
Karena hukum yang ditegakan yang hanya berdasarkan konteks hitam putih
belaka hanya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang kontroversial dan
tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.

16 | P a g e
c. Hakim sebagai pemberi keputusan seharusnya tidak menjadi corong undang-
undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa
mempedulikan rasa keadailan. Hakim seharusnya mengikuti perundang-
undangan dengan mementingkan rasa keadilan seadil-adilnya sehingga
keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
d. Memberikan Pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal
secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan
hukum di Indonesia sehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan
yang berlaku.
e. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum. Melaksanakan
asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan semua tingkat peradilan.
f. Pemberian saksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak
menjalankan tugas dengan semestinya.

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau
budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti
tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu;
metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun
sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik kepada masyarakat yaitu melalui;
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, tempat kerja, media massa dan kontak-kontak
politik secara langsung.

B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan
politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga masyarakat
dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk politikus disarankan agar dapat
menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku dan
tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Tim redaksi. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#

http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm

http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum

http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948

http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-dalam-proses-
perkara-pidana/

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-penyelidik,-
penyidikan,-dan-penyelidikan

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu

http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai