DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
1. Aina Dewani
2. Altafiyani Rahmatika
3. Baginda Yusuf Aditya Negara
4. Diaz Andhika Primadi
5. Dinda Jesika
6. Ghifari Anugara
7. Handini Rakhma Sujono
8. Savira Azka Wulandari
Kelas XI MIA 4
SMAN 1 SUBANG
T.P. 2014-2015
1|Page
KATA PENGANTAR
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................5
C. Manfaat............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Artinya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan pemerintah
berdasarkan sistem konsitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan
perundangan di bawahnya. Tetapi kenapa sistem hukum di negeri ini selalu menjadi
topik yang tak bosan-bosannya diperbincangkan dan selalu membuat masalah.
Apakah sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah
para pelaku hukum yang tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan penyelewengan
yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang kurang
tegas untuk mengatasi berbagai macam permasalahan tindak pidana?
4|Page
Namun tidak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, pemberitaan di media
masa sungguh tragis. Bahkan dari Hasil survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) menyebutkan bahwa 56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan
penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan
sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa
rendahnya wibawa hukum di mata publik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana praktik perlindungan dan penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat?
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
6|Page
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses perwujudan
ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan sosial) yang
bersifat abstrak menjadi kenyataan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
penegakan hukum sebagai berikut.
a. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak hukum harus
memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul
keresahan di salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
c. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum,
mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat
subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan.
7|Page
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh hukum tetap. (UU No 8 tahun 1981 tentang KUHP)
Tugas Jaksa:
1. Sebagai penuntut umum
2. Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (eksekutor)
d. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang-
undang untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
Dalam Bidang Manajemen Peradilan
Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja
jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta
pengorganisasiannya.
Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati
apakah pelaksanaan tugas, umpamanya mengenai penyelenggaraan
administrasi perkara perdata dan pidana serta pelaksanaan eksekusi,
8|Page
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
melaporkannya kepada Ketua Pengadilan.
Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap
pelaksanaan putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan
melaporkannya kepada MA.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan
kepadanya serta rneneruskannya kepada kepustakaan hukum.
Dalam Bidang Perdata
Menetapkan hari sidang.
Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan Pengadilan
Negeri mengenai hukum yang dianggap penting.
Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan dan menandatanganinya sebelum hari sidang
berikutnya.
Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan tambahan
untuk mendengar sendiri para pihak dan saksi, maka Hakim
bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan serta menandatanganinya.
Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan.
Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum perdata
yang ditugaskan kepadanya.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyeleng-
garaan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya.
9|Page
e. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien
yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan terjadi
keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan
Hakim yang adil.
10 | P a g e
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan
Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara.
11 | P a g e
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara R.I. tahun 1945.
Indepedensi Mahkamah Konstitusi disebutkan dalam pasal 2 Undang-
Undang R.I. Nomor 24 tahun 2003 sebagai berikut :
“Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan“.
3. Kejaksaan
12 | P a g e
Dalam penjelasan umum angka 1 UU RI Nomor 16 Tahun 2004 tersebut
dijelaskan bahwa Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan ditegaskan kekuasaan
Negara tersebut dilaksanakan secara merdeka. Oleh karena itu, Kejaksaan
dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa
Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara
independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan
demikian Jaksa Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya
merumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk
keberhasilan penuntutan.
4. Kepolisian
Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera
direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres
Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari
ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai
oleh suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI
Cilangkap. Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan
operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.
5. Komisi Yudisial
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang
kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011
13 | P a g e
tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum.
Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan
setingkat dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
Komnas HAM bertujuan :
14 | P a g e
Setiap warga negara berhak untuk mendapat perlindungan hukum. Negara
berkewajiban memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya.
Perlindungan hukum difungsikan untuk menghindari segala bentuk perilaku
sewenang wenang, penindasan, perampasan hak, dan lain-lain yang dapat merugikan
dan bahkan menyengsarakan seseorang atau masyarakat. Perlindungan hukum juga
didasari oleh faktor bahwa manusia pada hakikatnya adalah sama, yaitu sebagai
mahluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, siapapun yang bersalah ataupun
melakukan pelanggaran hukum harus mendapatkan sanksi huku. Sebaliknya , bagi
siapa yang tidak bersalah harus terhindar dari sanksi hukum. Semua orang harus
diperlakukan sama di dalam hukum.
15 | P a g e
dibalas dengan kekerasan. Mereka tidak mengindahkan peraturan-peraturan
kepemerintahan, dengan masalah secara geografis. Ini membuktikan masyarakat
Indonesia yang tidak tertib hukum, seharusnya masalah seperti maling sandal
atau ayam dapat ditangani oleh pihak yang berwajib, bukan dihakimi secara
seenaknya, bahkan dapat menghilangkan nyawa seseorang.
c. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi
Melihat beberapa kasus di Indonesia, banyak warga negara Indonesia yang
memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum untuk kepentingan pribadi.
Contohnya: pengacara yang menyuap polisi ataupun hakim untuk meringankan
terdakwa, sedangkan polisi dan hakim yang seharusnya bisa menjadi penengah
bagi kedua belah pihak yang sedang terlibat kasus hukum bisa jadi lebih
condong pada banyaknya masteri yang diberikan oleh salah satu pihak yang
sedang terlibat dalam kasus hukum tersebut.
d. Penggunaan tekanan asing dalam proses peradilan
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh suatu perusahaan asing yang membuka usahanya di Indonesia,
mereka akan minta bantuan dari negaranya untuk melakukan upaya pendekatan
kepada Indonesia, agar mereka tidak mendapatkan hukuman yang berat, atau
dicabut izin memproduksinya di Indonesia.
16 | P a g e
c. Hakim sebagai pemberi keputusan seharusnya tidak menjadi corong undang-
undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa
mempedulikan rasa keadailan. Hakim seharusnya mengikuti perundang-
undangan dengan mementingkan rasa keadilan seadil-adilnya sehingga
keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
d. Memberikan Pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal
secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan
hukum di Indonesia sehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan
yang berlaku.
e. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum. Melaksanakan
asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan semua tingkat peradilan.
f. Pemberian saksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak
menjalankan tugas dengan semestinya.
17 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau
budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti
tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu;
metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun
sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik kepada masyarakat yaitu melalui;
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, tempat kerja, media massa dan kontak-kontak
politik secara langsung.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan
politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga masyarakat
dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk politikus disarankan agar dapat
menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku dan
tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi.
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#
http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm
http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum
http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948
http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-dalam-proses-
perkara-pidana/
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-penyelidik,-
penyidikan,-dan-penyelidikan
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu
http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html
19 | P a g e