PENEGAKAN HUKUM DI
INDONESIA
Mata Pelajaran : PPKn
Kelas : XI IPS 2
Disusun oleh :
KADEK BIMA PUTRA
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
berkat dan bimbingan-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan judul “Proses Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas pelajaran PPKn yang ditujukan
kepada guru mata pelajaran PPKn. Tidak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing . yang dengan sabar membimbing saya. Serta kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam proses terciptanya makalah ini. Dalam makalah ini saya mencoba untuk
menjelaskan tentang penegakan hukum di Indonesia yang mencakup pengertian, latar
belakang masalah, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, dan sebagainya.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang ditemukan dalam karya tulis
ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan masukan-masukan dan kritik yang membangun
sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki karya tulis ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat
bagi semua dan terkhusus bagi selaku penyusun. Dengan ini saya ucapkan terima kasih.
Banjar, Maret 23
Penyusun
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ............................................................................... 3
2.2 Pengertian Penegakan Hukum ................................................................................... 3
2.3 Pengertian Aparatur Penegak Hukum ....................................................................... 4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ....................................................... 11
2.5 Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia ......................................................... 13
2.6 Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum .................................................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3) UUD
1945 perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Artinya,
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan pemerintah berdasarkan
sistem konsitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dan
perwujudan hukum tersebut terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan perundangan di
bawahnya. Tetapi kenapa sistem hukum di negeri ini selalu menjadi topik yang tak
bosan-bosannya diperbincangkan dan selalu membuat masalah. Apakah sistem yang
berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia? Apakah para pelaku hukum yang
tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan penyelewengan yang mereka lakukan? Atau
apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut yang kurang tegas untuk mengatasi berbagai
macam permasalahan tindak pidana?
Dalam negara hukum, segala permasalahan diselesaikan sesuai hukum yang berlaku.
Akan tetapi, praktik perlindungan dan penegakan hukum terkadang berbeda dengan
prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia untuk menjamin keadilan dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat harus
segera dibenahi agar tidak terjadi penyelewengan hukum yang dilakukan oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab. Seorang yang melanggar hukum harus ditindak
sesuai aturan hukum yang berlaku. Perlindungan dan penegakan hukum harus memenuhi
rasa keadilan masyarakat.
Hukum Negara ialah aturan bagi Negara itu sendiri, bagaimana suatu Negara
menciptakan keadaan yang relevan, keadaan yang menentramkan kehidupan sosial
masyarakatnya, menghindarkan dari segala bentuk tindak pidana maupun perdata. Namun
tidak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, pemberitaan di media masa sungguh
tragis. Bahkan dari Hasil survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
menyebutkan bahwa 56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum
di Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2 persen tidak
menjawab. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa rendahnya wibawa hukum di
mata publik.
Dengan landasan pemikiran ini, penulis akan mencoba memaparkan mengenai
hukum, perlindungannya, penegakannya, aspek-aspek yang menjadi subjek dan objeknya,
serta penerapannya di tengah masyarakat yang tidak puas dengan keadaan penegakan
hukum di Indonesia sekarang ini.
B. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
hukum tetap. (UU No 8 tahun 1981 tentang KUHP)
Tugas Jaksa:
1. Sebagai penuntut umum
2. Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(eksekutor)
C. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak seagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh hukum tetap.
Berdasarkan Pasal 14 KUHAP Penuntut Umum mempunyai wewenang :
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik pembantu;
2. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan memberikan petunjuk
dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
3. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan
dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
4. Membuat surat dakwaan;
5. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
6. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu
perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun
kepada saksi untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
7. Melakukan penuntutan;
8. Menutup perkara demi kepentingan hukum;
9. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut
umum menurut ketentuan undang-undang;
10. Melaksanakan penetapan hakim.
D. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang-undang
untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
Dalam Bidang Manajemen Peradilan
1. Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja jangka pendek dan
jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya.
2. Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati apakah pelaksanaan
tugas, umpamanya mengenai penyelenggaraan administrasi perkara perdata dan
pidana serta pelaksanaan eksekusi, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan melaporkannya kepada Ketua Pengadilan.
3. Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap pelaksanaan
putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan melaporkannya kepada MA.
4. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan di
Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya serta rneneruskannya kepada
kepustakaan hukum.
5. Dalam Bidang Perdata
6. Menetapkan hari sidang.
7. Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan Pengadilan Negeri mengenai
hukum yang dianggap penting.
8. Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan
menandatanganinya sebelum hari sidang berikutnya.
9. Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan tambahan untuk mendengar
sendiri para pihak dan saksi, maka Hakim bertanggungjawab atas pembuatan dan
kebenaran berita acara persidangan serta menandatanganinya.
10. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
11. Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
12. Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan.
13. Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum perdata yang ditugaskan
kepadanya.
14. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyeleng¬garaan peradilan di
Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya.
Dalam Bidang Pidana
1. Menetapkan hari sidang untuk perkara dengan acara biasa.
2. Menetapkan terdakwa ditahan, dikeluarkan dari tahanan atau dirubah jenis
penahanannya.
3. Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan
menandatanganinya sebelum sidang berikutnya.
4. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
5. Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
6. Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan.
7. Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam hal terdakwanya masih
dibawah umur.
8. Memproses permohonan grasi.
9. Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan dan perilaku narapidana
yang berada di lembaga pemasyarakatan serta melaporkannya kepada Mahkamah
Agung.
10. Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati apakah pelaksanaan
tugas mengenai penyelenggaraan administrasi perkara pidana/ bidang pidana dan
eksekusi serta melaporkannya kepada Pimpinan Pengadilan.
11. Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan hukum yang diterima
dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
E. Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien yang
sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan terjadi keseimbangan dalam
persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan Hakim yang adil.
Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan
tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di peradilan hukum. Lembaga-
lembaga peradilan hukum sebagai berikut.
A. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang
menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Adapun
kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi
merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan
daerah hukum meliputi wilayah provinsi dan Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan
yang sehari-hari memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala perkara
perdata dan pidana untuk semua golongan yang berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota,
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.
B. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam
undang-undang. Dalam lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan
Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten
atau kota.
C. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan
tindak pidana militer. Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri atas Pengadilan Militer
Utama, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer, dan Pengadilan Militer Pertempuran.
D. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa
Tata Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara.
4. Moral
Faktor ini merupakan landasan yang sangat vital bagi insan penegak keadilan,
terutama hakim. Faktor ini berfungsi membentengi tindakan hakim terhadap cobaan-
cobaan yang mengarah pada penyimpangan, penyelewengan dan sikap tidak adil
lainnya.
B. Faktor Objektif
1. Latar belakang sosial budaya
Latar belakang sosial hakim mempengaruhi sikap perilaku hakim. Dalam beberapa
kajian sosiologis menunjukkan bahwa, hakim yang berasal dari status sosial tinggi
berbeda cara memandang suatu permasalahan yang ada dalam masyarakat dengan hakim
yang berasal dari lingkungan status sosial menengah atau rendah.
2. Profesionalisme
Profesionalisme yang meliputi knowledge (pengetahuan, wawasan) danskills
(keahlian, keterampilan) yang ditunjang dengan ketekunan dan ketelitian merupakan
faktor yang mempengaruhi cara hakim mengambil keputusan masalah profesionalisme ini
juga sering dikaitkan dengan kode etik di lingkungan peradilan. Oleh sebab itu hakim
yang menangani suatu perkara dengan berpegang teguh pada etika profesi tentu akan
menghasilkan putusan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Indonesia tengah mengalami krisis kepatuhan hukum karena hukum telah kehilangan
substansinya. Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan
oleh beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi
penegakan hukum, intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara
banyaknya permasalahan tersebut adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum yang
dilaksanakan oleh aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang
ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan. Inkonsistensi penegakan hukum kadang
melibatkan masyarakat itu sendiri dan dalam media elektronik maupun media cetak.
Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak disadari telah berlangsung dari hari ke
hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi penegakan hukum yang terjadi pada saat
berkendaraan dijalan raya dikota besar seperti di Jakarta yang memberlakukan aturan
"three-in-one". Aturan ini tidak akan berlaku bagi TNI dan Polri. Bahkan polisi yang
bertugas membiarkan begitu saja mobil dinas TNI atau Polri yang melintas meski mobil
tersebut berpenumpang kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang polisi yang bertugas
memberikan penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih tinggi. Secara tidak
disadari hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam tapi sayangnya
banyak masyarakat yang tidak menyadari hal tersebut.
Ketimpangan dan putusan hukum yang tidak menyentuh rasa keadilan masyarakat
tetap dirasakan dari hari ke hari. Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan
hukum di Indonesia yang dikelompokan berdasarlan beberapa alasan yang banyak
ditemui oleh masyarakat awam baik melalui pengalaman pencari keadilan itu sendiri
maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui media cetak dan media elektronik.
D. Tekanan Internasional
Kasus Atambua, Nusa Tenggara Timur xang terjadi 6 September 2000 yang
menewaskan tiga orang staf NHCR mendapat perhatian Internasional dengan cepat.
Tekanan Internasional ini mengakibatjan pemerintah Indonesia bertindak dengan
melucuti pesenjataan milisi Timor Timor dan mengadiji beberapa bekas anggota milisi
Timor Leste yang dianggap bertanggungjawab. Apabila dibandingkan dengan kasus-
kasus kekerasan yamg terjadi di bagian lain di Indonesia seperti Ambon, Aceh, Samlar,
Sampit, kasus Atambua termasuk kasus yang memgalami penyelesaian secara cepat dan
tanggap dari aparat. Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil
diatasi, milisi berhasil dilucuti dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun kasus
lainnya juga mendapat perhatian dari Internasional, namun tekanan yang diberikn pada
kasus ini lebih menekan pemerintah Indonesia untuk dapat diselesaikan secepatnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa derajat tekanan Internasional menentukan kecepatan
aparat melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan.
Dari beberapa kasus tadi, dapat menimbulkan masalah yang paling dirasakan oleh
masyarakat dan membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat.
Persepsi masyarakat menjadi buruk terhadap penegakan hukum. Hal ini membuat
masyarakat tidak mempercayai huktm sebagai sarana penyelesaian konflik dan
cenderung menyelesaikan permasalahannya diluar jalur hukum. Pemanfaatan
inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi kepentingannya sendiri,
selaku berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai kemampuan yang setara.
Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh subur di masyarakat
Indonesia. Penegakan hukum di Indonesia harus terus diupayakan dengan mulai
memperbaiki kinerja dan moral aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah
(eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan bersangkutan. Tanpa adanya perbaikan
tersebut segala bentuk KKN akan terus berpengaruh dalam proses penegakan hukum di
Indonesia. Selain itu materi hukum sendiri juga harus terus menerus diperbaiki, peran
DPR sebagai lembaga legislatif untuk lebih aktif dalam memperbaiki dan menciptakan
perundang-undangan yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan lebih tegas
lagi. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam
penegakan hukum secara konsisten.
Jadi, keterpurukan penegakan hukum di Indonesia terletak pada faktor integritas
aparat penegak hukum, aturan hukum yang tidak responsif, serta tidak
diaplikasikannya nilai-nilai Pancasila khususnya nilai kemanusiaan, nilai
musyawarah untuk mufakat dan nilai keadilan dalam penegakan hukum oleh
aparat penegak hukum, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum yang ada di Indonesia. Hasil penelitian, menunjukkan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum sangat dipengaruhi
oleh keadaan atau situasional suatu daerah, apabila disuatu daerah penegakan
hukumnya baik, maka tingkat kepercayaan masyarakat juga baik di daerah
tersebut, namun apabila penegakan hukumnya kurang baik, maka tingkat
kepercayaan mmasyarakat terhadap penegakan hukum di daerah tersebut menjadi
kurang baik. Dalam rangka pembentukan hukum nasional, perlu dibentuk konsepsi
system hukum Indonesia, yang penulis sebut dengan Indonesia Juripridence maka
nilai-nilai
Pancasila harus diserap dalam pembentukan hukum, sehingga dibutuhkan standar
hukum yang bersifat united legal frame work dan united legal opinion (Kesatuan
pandangan) di antara aparat penegak hukum sehingga perlu dibentuk Undang-Undang
sinergitas terpadu dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum. Untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat, maka dibutuhkan aparat penegak hukum
yang memiliki integritas baik, aturan hukum yang responsif yang sejalan dengan
nilai-nilai Pancasila dan selanjutnya diimplementasikan ke dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari oleh aparat penegak hukum.
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan
aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat
dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim,
dan petugas sipir pemasyarakatan.
Daftar Pustaka
http://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2015/07/makalah-proses-perlindungan-dan.html
https://www.academia.edu/8960853/Makalah_PPKN