Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tentang:
“Dinamika dan Tantangan Penegakan Hukum di Indonesia”

Di Susun Oleh :
Kelompok 9

1. Ahmad Abiyyu (03021282227047)

2. Muhammad Andriadi Susanto (03021282227033)

3. Tria Pebrianti (0302128222707175)

Dosen Pengampu :
Dr. Syarifuddin, M.Pd.

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Dinamika dan
Tantangan Penegakan Hukum di Indonesia.”

Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Bapak Dr. Syarifuddin, M,Pd.
yang telah memberikan tugas kepada penyusun . Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini
ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempunaan. Oleh karena itu penyusun berharap kepada pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah kedepannya. Penyusun juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sehingga dapat
memahami tentang konseptersebut. Semoga Allah SWT selalu membalas segala kebaikan kita.

Indralaya, 1 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan &Manfaat.....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1 Pengertian Penegakan Hukum .................................................................................5

2.2 Fungsi Penegakan Hukum .......................................................................................5

2.3 Peran Hukum Dalam Masyarakat ………………………………………………... 7

2.4 Penegakan Hukum di Indonesia …………………………………………………. 9

2.5 Tantangan dan Peluang perbaikan Penegakan Hukum …………………………... 10

BAB III PENUTUP..............................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14

3.2 Saran.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan pemerintahan
dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan didasarkan atas
kekuasaan belaka. Indonesia di idealkan dan dicita-citakansebagai suatu Negara hukum Pancasila.
Namun bagaimana ide Negara hukum itu,selama ini belum pernah dirumuskan secara
komprehensif. Yang ada hanya pembangunan bidang hukum yang bersifat sektoral (Jimly
Asshiddiqie, 2009:3).
Untuk dapatnya hukum berfungsi sebagai sarana penggerak, maka hukumharus dapat
ditegakkan dan untuk itu hukum harus diterima sebagai salah bagiandari sistem nilai
kemasyarakatan yang bermanfaat bagimasyarakat. Penegakanhukum merupakan salah satu usaha
untuk mencapai atau menciptakan tata tertib,keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik itu
merupakan usaha pencegahan maupun pemberantasan atau penindakan setelah terjadinya
pelanggaranhukum, dengan perkataan lain baik secara preventif maupun represif. Tugas utama
penegakan hukum, adalah untuk mewujudkan keadilan,karenanya dengan penegakan hukum itulah
hukum menjadi kenyataan(Liliana,2003:66).
Karena itu agar hukum dapat ditegakkan maka perlu pencerahan pemahaman hukum bahwa
sesungguhnya hukum itu tidak lain adalah sebuah pilihan keputusan, sehingga apabila salah
memilih keputusan dalam sikap dan prilaku nyata, maka berpengaruh buruk terhadap penampakan
hukum di Indonesia. Penegakan hukum di negeri ini adalah merupakan barang langka dan
mahalharganya. Hal ini terindikasi berada pada titik nadi karena kondisi penegakanhukum di
Indonesia saat ini telah menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitasdalam negeri maupun
internasional. Proses penegakan hukum, pada khususnyadipandang bersifat deskriminatif
mengedepankan kelompok tertentu.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, berikut beberapa rumusan masalah yang akan kita bahas pada
makalah ini :

a) Apakah arti penegakan hukum ?

b) Bagaimanakah penegakan hukum di Indonesia ?

c) Apa saja dinamika dan tantangan penegakan hukum di Indonesia?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan dan untuk lebih memahami tentang penegakan hukum di Indonesia
dan dinamika serta tantangan dari penegakan hukum di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuktegaknya atau berfungsinya norma-
norma hukum secara nyata sebagaipedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang
luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakanhukum oleh subjek dalam arti yang terbatas
atau sempit. Dalam arti luas,proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum
dalamsetiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti diamenjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, darisegi
subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upayaaparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikanbaha suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya. Dalammemastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegakhukum
itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa

2.2 Fungsi Penegakan Hukum

 Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat

Manusia dalam masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak. Hukum
juga membatasi apa yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh, sehingga segala sesuatunya
dapat berjalan tertib dan teratur. Kesemuanya ini dimungkinkan karena hukum mempunyai sifat
dan watak mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai ciri memerintah dan melarang. Begitu
pula hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat. Sebagai contoh dapat
dikemukakan : “orang yang menonton bioskop sama-sama mengerti apa yang harus dilakukan
seperti beli karcis harus antri, mau masuk antri, bila pertunjukan selesai para penonton keluar lewat
pintu keluar yang sudah ditentukan”. Kesemuanya berjalan tertib dan teratur, karena semua sama-
sama mengerti dan menaati peraturan-peraturan yang telah ditentukan.
 Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin

5
Karena hukum mempunyai ciri, sifat, dan daya pengikat, maka hukum dapat memberi keadilan
ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang benar. Hukum dapat menghukum siapa
yang salah, hukum dapat memaksa peraturan ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi
hukuman. Contohnya, siapa yang berhutang harus membayar adalah perwujudan daripada keadilan.
 Sebagai penggerak pembangunan

Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau didayagunakan untuk
menggerakkan pembangunan. Disini, hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah
yang lebih maju. Dalam hal tersebut sering timbul kritik, bahwa hukum hanya melaksanakan dan
mendesak masyarakat sedangkan aparatur otoritas lepas dari kontrol hukum. Sebagai timbangan
dapat dilihat dari fungsi kritis daripada hukum.
 Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat
(orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses
tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir
pemasyarakatan. Setiap aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan
tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,
penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan
kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang
mempengaruhi, yaitu:

a. institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan
mekanisme kerja kelembagaannya
b. budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya
c. perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur
materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum
acaranya

Karena itu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yaitu sebagai
berikut:
6
a. pembuatan hukum (‘the legislation of law’ atau ‘law and rule making’)
b. sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum (socialization and
promulgation of law
c. penegakan hukum (the enforcement of law)
d. adminstrasi hukum (the administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh
pemerintahan (eksekutif) yang bertanggung jawab (accountable)

Dalam arti luas, ‘the administration of law’ itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules
executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit. Misalnya dapat
dipersoalkan sejauhmana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai produk hukum yang ada
selama ini telah dikembangkan dalam rangka pendokumentasian peraturan-peraturan (regels),
keputusankeputusan administrasi negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis)
hakim di seluruh jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah.

2.3 Peran Hukum dalam Masyarakat

Adapun peranan hukum dalam kehidupan bermasyarakat yaitu


a. Dengan keluarga

 Seorang laki-laki dan perempuan yang akan hidup bersama sebagai suami isteri
mengikatkan diri dalam suatu hubungan perkawinan sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-undang Perkawinan (UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974)
 Orang mencatatkan kelahiran anak, pernikahan, perceraian, dan kematian pada Kantor
Pencatatan Sipil. Tanpa disadari telah memenuhi peraturan pasal 4 Bab ke dua Buku ke II
Undang-undang Hukum Perdata.
 Anak bersikap hormat dan segan pada kedua orang tuanya tanpa sadar telah melaksanakan
pasal 298 Undang-undang Hukum Perdata

7
 Orang tua mengawasi anaknya yang belum dewasa yang dalam keadaan dungu, sakit saraf
atau buta telah melakukan hal yang diatur dalam Undang-undang (KUH Perdata pasal 462)

b. Dalam Pekerjaan

 Orang bekerja dalam suatu instansi menandatangani perjanjian kerja adalah sesuai denga
peraturan yang berlaku (KUH Perdata Bab 7A pasal 1601, 1601 a sampai 1601 c)
 Seorang pemimpin perusahaan membuat peraturan merupakan sesuatu yang telah diatur
dalam UU Perburuhan
 Seorang majikan yang membayar upah kepada buruh pada setiap bulan tanpa sadar telah
memenuhi kewajibannya yang ditentukan dalam bab ke tiga KUH Perdata
 Seorang sarjana yang bekerja pada pemerintah maupun pada perusahaan yang ditunjuk oleh
pemerintah dengan sendirinya memenuhi kewajibannya yang diatur dalam Undang-undang
Perburuhan (UU No. 8/1961 tanggal 29 April tentang Wajib Kerja Sarjana)
 Permintaan bantuan seorang penuntut umum kepada dokter atau ahli-ahli lainnya dilindungi
oleh hukum

c. Di dalam Menjalankan Profesi

 Di dalam menjalankan pekerjaan orang terikat pada peraturan kepegawaian


 Dokter yang menyimpan rahasia kodekteran merupakan kewajiban yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 10 tanggal 21 Mei 1966, LN 1966 No. 2
 Seorang dokter tidak akan melakukan pengguguran pasiennya, karena terikat oleh undang-
undang tentang larangan abortus
 Seorang bendaharawan pemerintah dalam melakukan tugasnya terikat pada undang-undang
Perbendaharaan Negara (UU ICW) da peraturan-peraturan lainnya

d. Hubungan dengan Hak

8
Untuk mempertahankan haknya, orang tentu menggunakan hukum yang berlaku seperti:
 Seorang pemilik tanah akan menuntut ganti rugi kepada pihak yang menggusur atau
menguasai tanahnya
 Seorang buruh akan menuntut pesangon kepada majikannya, apabila ia diberhentikan oleh
perusahaan tanpa salah

e. Dalam Perkembangan Masyarakat

Makin majunya masyarakat, makin berkembangnya teknologi, makin pesatnya pertambahan


penduduk berakibat makin terlihatnya kepentingan hukum di dalam masyarakat luas. Di dalam
hubungan satu sama lain orang harus mengetahui kedudukan, hak dan kewajibannya sebagai
anggota masyarakat. Ia wajib mengetahui perbuatan mana yang dibenarkan oleh Undang-undang
dan perbuatan mana yang melanggar hukum.

2.4 Penegakan Hukum di Indonesia

Saat ini tidak mudah memaparkan kondisi hukum di Indonesia tanpa adanya prihatin yang
mendalam mendengar ratapan masyarakat yang terluka oleh hukum, dan marahan masyarakat pada
mereka yang memanfaatkan hukum untuk mencapai tujuan mereka tanpa menggunakan hati
nurani. Dunia hukum di Indonesia tengah mendapat sorotan yang amat tajam dari sejumlah lapisan
masyarakat baik dalam negri maupun luar negri.
Dari sekian banyak bidang hukum dapat dikatakan bahwa hukum pidana menempati peringkat
pertama yang bukan saja mendapat sorotan tetapi juga celaan yang luar biasa dibandingkan dengan
biddang hukum lainnya. Bidang hukum pidana merupakan bidang hukum yang paling mudah untuk
dijadikan indikator apakah reformaasi hukum yang dijalankan di Indonesia sudah berjalan dengan
baik atau belum. Hukum pidana bukan hanya berbicara tentang putusan pengadilan atas
penanganan perkara pidana., tetapi juga meliputi semua proses dan sistem peradilan pidana. Proses
peradilan berwal dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dan berpuncak pada
penjatuhan pidana dan selanjutnya diakhiri dengan pelaksanaan hukuman itu sendiri oleh lembaga
permasyarakatan. Semua proses pidana itulah yang saat ini banyak mendapat sorotan dari
masyarakat karena kinerjanya, atau prilaku aparatanya yang jauh dari kebaikan.

9
2.5 Tantangan dan Peluang Perbaikan Penegakan Hukum

Kehadiran hukum modern saat ini dilatarbelakangi oleh sejarah masa lalu yang melibatkan
hubungan timbal balik antara hukum dengan masyarakat dan perkembangan negara modern.
Modernitas ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Mempunyai bentuk tertulis; (2) Hukum itu
berlaku untuk seluruh wilayah negara; (3) Hukum merupakan instrumen yang dipakai secara sadar
untuk mewujudkan keputusan-keputusan politik masyarakatnya.

Kritikan terhadap positivisme juga datang dari berbagai kalangan. Ada kritikan yang sifatnya
teoretis, dan ada pula yang bersifat praktis. Anwarul Yaqin dalam Achmad Ali,mengemukakan
beberapa kritikan tersebut, antara lain:

Pertama, pandangan positivisme umumnya tidak mengakomodir keinginan pihak yang berdaulat.
Kebiasaan-kebiasaan yang diperkenalkan oleh pengadilan, sama sekali tidak merupakan ungkapan
keinginan pihak yang berdaulat.

Kedua, deskripsi dalam hukum positivisme lebih banyak dan mendekati hukum pidana yang
membebankan kewajiban-kewajiban. Padahal, banyak hukum yang tidak membebankan kewajiban
dan juga tidak membutuhkan penghukuman.

Ketiga, motivasi dalam penerapan hukum positivisme biasanya adalah untuk menakut-nakuti,
padahal, rasa takut bukan satu-satunya motif sehingga orang menaati hukum. Dengan kata lain,
terdapat banyak motif lain sehingga orang taat kepada hukum, seperti respek terhadap hukum,
simpati terhadap pemeliharaan, ketertiban atau alasan yang sifatnya manusiawi.

Keempat, definisi hukum dari kaum positivisme tidak dapat diterapkan terhadap Hukum Tata
Negara, karena hukum tidak dapat digolongkan ke dalam perintah yang berdaulat, tetapi dapat
disebut sebagai kekuasaan dari berbagai organ dari suatu negara, termasuk kekuasaan dari
kedaulatan politik.

Terkait dengan materi (substansi) hukum (perundangan), agar penegakan hukum dapat berjalan

10
dengan baik, maka dipandang perlu mencari solusi agar perundangan dapat dirumuskan sehingga
mencerminkan suatu kesatuan (unifikasi) sebagai suatu tatanan hukum berdasarkan sistem hukum
nasional.

Apabila unifikasi dalam aspek perundangan itu sulit diciptakan, maka setidaknya terdapat langkah
untuk mengadakan pemetaan secara pasti, hukum mana yang dipakai dalam wilayah, massa, dan
kasus-kasus tertentu. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat, selain bertujuan menegakkan
keadilan, juga dapat menjamin kepastian hukum di tengah-tengah masyarakat.

Memang harus diakui bahwa efektif atau tidaknya suatu ketentuan hukum, tidak hanya tergantung
pada unsur substansi hukumnya saja sebagaimana pandangan di atas, tetapi juga ditentukan oleh
dua unsur sistem hukum lainnya, yakni unsur struktur hukum dan kultur hukum. Struktur hukum
mencakup institusi-institusi dan aparat penegak hukum sedangkan kultur hukum meliputi opini-
opini, kebiasaan-kebiasaan, cara berfikir dan bertindak baik aparat hukum maupun warga
masyarakat. Terkait dengan struktur hukum, maka diperlukan suatu institusi yang efektif dan
efisien dalam proses penetapan suatu perkara hukum. Dalam proses peradilan tingkat kasasi
misalnya, agar tidak terjadi penumpukkan perkara, yang mengakibatkan proses penyelesaian
hukum menjadi lambat, berbelit-belit, dan bisa memakan biaya yang besar, maka perkara-perkara
yang dapat dikasasi harus dibatasi, baik dengan melihat jumlah nominalnya, atau tingkat
berat/ringannya perkara.

Selain upaya di atas, diperlukan juga para penegak hukum yang berwawasan luas, memiliki
kedalaman ilmu hukum, mempunyai kedekatan dengan rasa keadilan rakyat banyak, dan tidak
berkiblat kepada kepentingan politik-politik partai atau golongan tertentu serta cakap dalam
melaksanakan tujuan hukum yang diembannya. Hal ini mengingat fungsi hukum saat ini sudah
berkembang sebagai alat pengubah masyarakat atau social modification. Dalam perspektif ini,
fungsi hukum harus mengubah karakter manusia atau memperbaharui etika moral manusia.

Oleh karenanya, menjadi tugas aparat penegak hukum untuk pertama-tama mengubah karakter,
etika dan moral pribadinya, untuk bsia mengubah karakter, etika dan moral masyarakatnya. Jika
berkaitan dengan kultur hukum maka perlu dikondisikan pada suatu tatanan hukum yang memiliki
kredibilitas dan tingkat kepercayaan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Dalam satu upaya
11
yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalikan hukum kepada akar moralitas, kultural, dan
akar religiusnya.

Sebab, hanya dengan cara ini masyarakat akan dapat merasakan hukum itu cocok dengan niali-nilai
instrinsik yang mereka anut. Sepanjang aturan hukum yang ada tidak sesuai dengan nilai-nilai
tersebut, maka ketaatan hukum yang muncul hanyalah sekadar ketaatan yang bersifat compliance
(taat karena takut sanksi), dan bukan ketaatan yang bersifat internalization (taat karena benar-benar
menganggap aturan hukum itu cocok dengan nilai instrinsik yang dianut).

Ketaatan dan kesadaran hukum masyarakat sangat penting, mengingat lembaga hukum (peradilan)
adalah tempat untuk menyelesaikan semua persoalan hukum agar tidak berkembang menjadi
konflik yang membahayakan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Namun demikian, menurut Satjipto Raharjo: fungsi ini hanya dapat efektif, jika pengadilan
memiliki 4 (empat) prasyarat, yakni: Pertama, kepercayaan (masyarakat) bahwa di pengadilan
mereka akan memperoleh keadilan seperti yang mereka kehendaki. Kedua, kepercayaan
(masyarakat) bahwa pengadilan merupakan lembaga yang mengekspresikan nilai-nilai kejujuran,
mentalitas yang tidak korup dan nilai-nilai utama lainnya. Ketiga, bahwa waktu yang mereka
pergunakan bisa efektif dan biaya yang mereka keluarkan hemat dan tidak sia-sia. Keempat,
bahwa pengadilan merupakan tempat untuk benar-benar memperoleh perlindungan hukum.

Dengan kata lain, secara objektif perlu dipahami penegakan hukum memerlukan usaha kombinasi
agar hukum dapat berjalan secara tepat, adil dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Hukum
tersebut mencakup hukum formal dan hukum material. Hukum formal berkaitan dengan
perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum material mencakup pula pengertian nilai nilai
keadilan yang hidup dalam masyarakat (living law). Penegakan dapat dikaitkan dengan penegakan
hukum (law enforcement), dan dapat pula diterapkan pada penegakan keadilan karena tujuan
hukum adalah tegaknya keadilan (justice enforcement).

Untuk itu menurut pendapat Jimly Asshiddiqie[40] ada 4 (empat) fungsi penting yang harus
menjadi perhatian bersama dalam kerangka penegakan hukum, yaitu: (1) Pembuatan hukum
(legislation of law atau law and rule making). (2) Sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan
12
pembudayaan hukum (socialization and promogation of law). (3) Penegakan hukum (the
enforcement law). (4) Administrasi hukum (the administration of law) yang efektif dan efisiensi.

Akhirnya untuk panduan dalam menegakkan hukum perlu direnungkan ungkapan Taverne dalam
Satjipto Rahardjo,[41] “Berikan pada saya Jaksa dan Hakim yang baik, maka dengan peraturan
yang buruk sekalipun saya bisa membuat putusan yang baik”. Mengutamakan perilaku (manusia)
daripada peraturan perundang-undangan sebagai titik tolak paradigma penegakan hukum, akan
membawa peradaban kultur bangsa untuk memahami hukum sebagai proses memanusiakan
manusia. Kata Satjipto Raharjo manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum
bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Hukum itu bukan untuk teks hukum, melainkan
untuk kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

Selain itu, perlu dicatat bahwa bekerjanya sistem hukum dapat terbantu oleh berfungsinya sistem
etika dalam praktek hukum. Fakta menunjukkan sistem hukum bukanlah satu-satunya sistem yang
dapat menyelesaikan masalah yang begitu kompleks dan rumit. Karena itu sinergisitas antara
sistem hukum dan sistem etika perlu dibangun dalam hubungan yang bersifat komplementer, saling
menunjang, untuk menciptakan kehidupan yang lebih bersih, adil, dan beradab.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Negara merupakan organisasi kelompok masyarakat tertinggi karena mempunyai wewenang
untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat bahkan memaksa secara sah untuk kepentingan
umum yang lebih tinggi demi tegaknya hukum. Negara pun dipandang sebagai subjek hukum yang
mempunyai kedaulatan (softwareinity) yang tidak dapat dilampahi oleh negara manapun. Ada
empat fungsi negara yang dianut oleh negara-negara di dunia ialah melaksanakan ketertiban dan
keamanan mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya pertahanan dan meninggalkan
keadilan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di masyarakat secara adil. Maka para
aparatur hukum harus menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya penegakkan hukum bertujuan
untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat
merasa memperoleh pengayoman dan hak-hak yang terlindungi dalam menegakkan hukum.
Terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu kepastian hukum kemanfaatan dan
keadilan dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD
NRI 1945 pembangunan bidang hukum mencakup sektor menteri hukum sektor sarana dan
prasarana hukum serta sektor aparatur penegak hukum aparatur penegak hukum yang mempunyai
tugas untuk menegakkan dan melaksanakan hukum antara lain lembaga kepolisian,kejaksaan dan
kehakiman. Fungsi utama lembaga kepolisian adalah sebagai lembaga pendidik sedangkan
kejaksaan berfungsi utama sebagai lembaga penuntut serta lembaga kehakiman sebagai lembaga
pengadilan atau pemutusan perkara. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan
dalam empat lingkungan yaitu 1. peradilan umum 2. peradilan agama 3. peradilan militer 4.
peradilan tata usaha negara. Keempat lingkungan peradilan tersebut masing-masing mempunyai
lingkungan wewenang mengadili perkara tertentu serta meliputi badan peradilan secara bertingkat
yaitu pengadilan tingkat pertama tingkat banding dan tingkat kasasi penegakan hukum di Indonesia
masih menghadapi masalah dan tantangan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat penegakan
hukum sangat penting diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan ketertiban dan
kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan akan
hak-hak dan kewajibannya.

14
3.2 SARAN

Lembaga hukum harus diperbaiki agar terwujud etika penegakan hukum yang berkeadilan
tidak bersifat diskriminatif dan mementingkan kepentingan sendiri di atas kepentingan negara,
serta masyarakat sebaiknya mengamalkan Pancasila sebagai etika dan nilai-nilai masyarakat
Indonesia

15
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/3581/Jessica%20Purba.pdf?sequence=1

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/74/226

http://digilib.uinsgd.ac.id/2376/3/3_bab1.pdf

http://repository.unissula.ac.id/12004/2/babI.pdf

https://eprints.umm.ac.id/31532/1/jiptummb--antonsetia-27276-2-babi.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai