Anda di halaman 1dari 14

HUKUM PEMBANGUNAN

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum
Dosen Dr. H. Usep Saepullah, M.Ag.

Oleh:

Sufyan fahrialfaiz paranaditha NIM 1223040117


Sundus Asilah Muharani NIM 1223040118
Tantri Nurhasanah NIM 1223040120

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI`AH DAN HUKUM

BANDUNG
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Hukum Pembangunan” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca
tentang Hukum Pembangunan.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. H. Usep


Saepullah, M.Ag. Selaku Dosen Mata Kuliah Filsafat Hukum. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 8 Juni 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. HUKUM PEMBANGUNAN...........................................................................................3
B. DASAR TEORI PEMBANGUNAN..................................................................................4
C. DIMENSI HUKUM PEMBANGUNAN............................................................................5
D. TUJUAN HUKUM PEMBANGUNAN.............................................................................7
E. KETERKAITAN DENGAN HUKUM PROGRESIF..............................................................8
BAB III PENUTUPAN...........................................................................................................9
KESIMPULAN..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aturan hukum dapat berupa suruhan dan/atau larangan untuk melakukan


perbuatan tertentu dan/atau untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang
pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut dapat dikenal sanksi hukum-atau
orang biasa menyebutnya sebagai hukuman-baik yang berupa sanksi pidana (yang
bersifat fisik, seperti hukuman penjara), sanksi perdata (yang bersifat keperdataan,
seperti hukuman untuk membayar ganti rugi), maupun sanksi administrasi (yang
bersifat administratif, seperti hukuman yang berupa pencabutan perizinan).

Hukum, bersama berbagai aspek lainnya berfungsi sebagai alat perekayasa


kehidupan masyarakat. Maksudnya, aturan hukum dapat turut serta mengarahkan
perkembangan kehidupan masyarakat melalui penataan terhadap pergaulan hidup
anggota masyarakat. Dengan disertai ancaman sanksi hukum, aturan hukum dapat
mendorong anggota masyarakat untuk berperilaku tertentu dan/atau sebaliknya
untuk mencegah anggota masyarakat berperilaku tertentu.

Perihal subtansi aturan hukum berfokus pada hal-hal yang berkenaan dengan
materi yang menjadi muatan aturan yang akan dibentuk. Pada butir ini, adalah
sangat krusial untuk menimba pendapat para narasumber, yakni para pakar yang
memiliki keahlian pada bidang yang akan diatur di samping juga dibutuhkan
masukan dari para pelaku yang berpengalaman pada bidang yang akan diatur
tersebut. Yang perlu disadari bahwa lembaga legislatif meskipun sebagai
pemegang otoritas dalam pembentukan aturan hukum tidak perlu menempatkan
diri sebagai lembaga yang serba tahu terhadap segala sesuatunya.
Penyelenggaraan konsultasi secara intens dengan para pakar dan para pelaku yang
berpengalaman dalam menggeluti seluk- beluk bidang yang akan ditata sangatlah
penting dan jangan diabaikan.

B. Rumusan Masalah

Dari Latar Belang di atas disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Pembangunan?

1
2. Apa saja teori Hukum Pembangunan?
3. Bagiamana Dimensi Hukum Pembangunan?
4. Apa Tujuan Hukum Pembangunan?
5. Bagaimana Keterkaitan dengan Hukum Progresif?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hukum Pembangunan


2. Untuk mengetahui teori Hukum Pembangunan
3. Untuk mengetahui Dimensi Hukum Pembangunan
4. Untuk mengetahui Tujuan Hukum Pembangunan
5. Untuk mengetahui Keterkaitan dengan Hukum Progresif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM PEMBANGUNAN

Dikaji dari perspektif sejarahnya maka sekitar tahun tujuh puluhan lahir
Teori Hukum Pembangunan dan elaborasinya bukanlah dimaksudkan
penggagasnya sebagai sebuah “teori” melainkan “konsep”. Teori Hukum
Pembangunan diutarakan oleh Mochtar Kusumaatmaja, pakar hukum
internasional dan juga mantan Menteri Kehakiman yang memasukkan teori
tersebut sebagai materi hukum dalam Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I (1970-
1975). Pandangan Mochtar intinya mengenai fungsi dan peranan hukum dalam
pembangunan nasional.
Mochtar Kusumaatmadja secara cemerlang mengubah pengertian hukum
sebagai alat (tool) menjadi hukum sebagai sarana (instrument) untuk
membangunan masyarakat. Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut
adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan
pembaharuan memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan bahwa hukum dalam
arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia kearah yang
dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Oleh karena itu, maka
diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang berbentuk tidak tertulis itu harus
sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Lebih jauh, Mochtar
berpendapat bahwa pengertian hukum sebagai sarana lebih luas dari hukum
sebagai alat karena:

1. Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan


hukum lebih menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan Amerika
Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme
Court) pada tempat lebih penting.

3
2. Konsep hukkum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penerapan “legisme” sebagaimana pernah diadakan pada
zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan
kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu.
3. Apabila “hukum” di sini termasuk juga hukum internasional, maka konsep
hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan jauh
sebelum konsep ini diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan
hukum nasional.

Lebih detail maka Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa: “Hukum


merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat.
Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya,
hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi
demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang
membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi
dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang dalam
difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup
memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses
perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang
menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan
menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat
memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.”

B. DASAR TEORI PEMBANGUNAN


Terdapat 2 (dua) aspek yang melatarbelakangi kemunculan teori hukum
ini, yaitu:
Pertama, ada asumsi bahwa hukum tidak dapat berperan bahkan
menghambat perubahan masyarakat.
Kedua, dalam kenyataan di masyarakat Indonesia telah terjadi perubahan
alam pemikiran masyarakat ke arah hukum modern. Oleh karena itu, Mochtar
Kusumaatmadja mengemukakan tujuan pokok hukum bila direduksi pada satu hal

4
saja adalah ketertiban yang dijadikan syarat pokok bagi adanya masyarakat yang
teratur. Tujuan lain hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
ukurannya, menurut masyarakat dan jamannya. Selanjutnya untuk mencapai
ketertiban diusahakan adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia di
masyarakat, karena tidak mungkin manusia dapat mengembangkan bakat dan
kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal tanpa adanya
kepastian hukum dan ketertiban. Fungsi hukum dalam masyarakat Indonesia yang
sedang membangun tidak cukup untuk menjamin kepastian dan ketertiban.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum diharapkan agar berfungsi lebih
daripada itu yakni sebagai “sarana pembaharuan masyarakat”/”law as a tool of
social engeneering” atau “sarana pembangunan” dengan pokok-pokok pikiran
sebagai berikut :
Mengatakan hukum merupakan “sarana pembaharuan masyarakat”
didasarkan kepada anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam
usaha pembangunan dan pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan
atau dipandang (mutlak) perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi
hukum sebagai sarana pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah
atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau
sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang
dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan.

C. DIMENSI HUKUM PEMBANGUNAN

Aksentuasi tolAk ukur konteks di atas menunjukkan ada 2 (dua) dimensi


sebagai inti Teori Hukum Pembangunan yang diciptakan oleh Mochtar
Kusumaatmadja, yaitu :

1. Ketertiban atau keteraturan dalam rangka pembaharuan atau pembangunan


merupakan sesuatu yang diinginkan, bahkan dipandang mutlak adanya;

5
2. Hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang dapat berfungsi
sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah
kegiatan manusia yang dikehendaki ke arah pembaharuan.
Apabila diuraikan secara lebih intens, detail dan terperinci maka alur
pemikiran di atas sejalan dengan asumsi Sjachran Basah yang menyatakan
“fungsi hukum yang diharapkan selain dalam fungsinya yang klasik, juga
dapat berfungsi sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan
bernegara”.Dalam hubungan dengan fungsi hukum yang telah
dikemukakannya, Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi hukum
dalam pengertian yang lebih luas, tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat,
melainkan meliputi pula lembaga-lembaga (institution) dan proses-proses
(processes) yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.
Dengan kata lain suatu pendekatan normatif semata-mata tentang hukum tidak
cukup apabila hendak melakukan pembinaan hukum secara menyeluruh.
Pada bagian lain, Mochtar Kusumaatmadja juga mengemukakan bahwa
“hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu
perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (institution) dan proses
(processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan”.
Pengertian hukum di atas menunjukkan bahwa untuk memahami hukum secara
holistik tidak hanya terdiri dari asas dan kaidah, tetapi juga meliputi lembaga dan
proses. Keempat komponen hukum itu bekerja sama secara integral untuk
mewujudkan kaidah dalam kenyataannya dalam arti pembinaan hukum yang
pertama dilakukan melalui hukum tertulis berupa peraturan perundang-undangan.
Sedangkan keempat komponen hukum yang diperlukan untuk mewujudkan
hukum dalam kenyataan, berarti pembinaan hukum setelah melalui pembaharuan
hukum tertulis dilanjutkan pada hukum yang tidak tertulis, utamanya melalui
mekanisme yurisprudensi.

6
Menurut Mochtar, semua masyarakat yang sedang membangun selalu
dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa
perubahan itu terjadi secara teratur yang dapat dibantu oleh perundang-undangan
atau keputusan pengadilan atau kombinasi keduanya. Hukum menjadi suatu
sarana (bukan alat) yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan
pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.
Sungguh ideal. Akan tetapi Teori Hukum Pembangunan justru dalam
praktik pembentukan hukum dan penegakan hukum masih mengalami hambatan-
hambatan yang dikarenakan sukarnya menentukan tujuan dari perkembangan
hukum (pembaruan), sedikitnya data empiris yang dapat digunakan untuk
mengadakan suatu analisis deskriptif dan prediktif, dan sukarnya mengadakan
ukuran yang objektif untuk mengukur berhasil/tidaknya usaha pembaharuan
hukum. Yang lebih parah lagi, adanya upaya destruktif pengambil kebijakan yang
kerap memanfaatkan celah untuk menggunakan hukum sekedar sebagai alat
dengan tujuan memperkuat dan mendahulukan kepentingan kekuasaan daripada
kepentingan dan manfaat bagi masyarakat.

D. TUJUAN HUKUM PEMBANGUNAN

Sebagai salah satu kaidah sosial, hukum disebut Mochtar bertujuan untuk
menjaga dan mewujudkan ketertiban (order) masyarakat. Ia, ketertiban, adalah
tujuan pokok dan pertama daripada segala hukum. Kebutuhan akan ketertiban ini
merupakan syarat fundamental bagi adanya suatu masyarakat yang teratur. Di
samping ketertiban, tujuan lain daripada hukum adalah tercapainya keadilan yang
berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya. Dengan
demikian, ketertiban yang ingin diwujudkan melalui hukum itu juga harus
mendekatkan pada keadilan.
Tujuan ketertiban dari hukum itu menunjukkan hukum berfungsi sebagai alat
untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Fungsi semacam ini disebut

7
Mochtar sebagai fungsi konservatif, artinya bersifat memelihara dan
mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi demikian memang diperlukan dalam
setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena di sana
pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Namun
begitu, pada masyarakat yang sedang membangun, yang dicirikan oleh perubahan,
hukum tidak cukup memiliki fungsi yang konservatif. Ia juga harus dapat
membantu proses perubahan masyarakat, agar perubahan itu berlangsung secara
teratur dan tertib.

E. KETERKAITAN DENGAN HUKUM PROGRESIF

Secara teoritis Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif


mendasarkan pada teori hukum yang sama, yaitu sociological jurisprudence dari
Roscoe Pound dan pragmatic legal realism dari Eugen Ehrlich.
Titik persamaan yang ditemukan anatara hukum pembangunan dan hukum
progresif adalah sama-sama menghendaki agar hukum memiliki peranan jauh ke
depan, yaitu memberikan arah dan dorongan perkembangan masyarakat agar
tercapai masyarakat yang tertib, adil, dan sejahtera. Peranan hukum bukan sekedar
sebagai alat (tools) melainkan harus dipahami sebagai saranan (dinamis) untuk
mencapai kemajuan peradaban masyarakat.
Perbedaan kedua teori hukum tersebut ada pada tolak pangkal
pemikirannya. Pertama, hukum pembangunan beranjak dari bagaimana
memfungsikan hukum dalam proses pembangunan sosial, sedangkan hukum
progresif beranjak dari kenyataan dan pengalaman tidak bekerjanya hukum
sebagai suatu sistem perilaku.
Kedua, hukum pembangunan menegaskan bahwa kepastian hukum dalam
arti keteraturan masih harus dipertahankan sebagai pintu masuk menuju ke arah
kepastian hukum dan keadilan, sedangkan hukum progresif menyatakan, demi
kepentingan manusia, maka hukum tidak dapat memaksakan ketertiban kepada
manusia, hukum lah yang harus ditinjau kembali dan dijalankan dengan nurani.

8
Ketiga, dalam hukum pembangunan hukum seyogianya diperankan
sebagai sarana (bukan alat) pembaharuan masyarakat (law as a tool of social
engineering), tetapi hukum progresif menegaskan bahwa model pemeranan
hukum demikian dikhawatirkan mengasilkan “dark engineering” jika tidak
disertai dengan hati nurani (manusia) penegak hukumnya.
BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN

Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat.


Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya,
hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi
demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang
membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi
dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang dalam
difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup
memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses
perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang
menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan
sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan
suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, M. Zulfa. Hukum Pembangunan dari Mochtar Kusumaatmadja:


Mengarahkan Pembangunan atau Mengabdi pada Pembangunan?. Undang:
Jurnal Hukum : Universitas Jambi.

Mulyadi, Lilik. Teori hukum pembangunan prof. Dr. Mochtar kusumaatmadja,


s.h., ll.m. Universitas Padjajaran.

Teori Hukum Pembangunan.


http://www.pn-lhoksukon.go.id/content/artikel/page/1/2017061211303316671007
95593e18e9240d4.html#tabs|Tabs_Group_name:tabLampiran diakses pada 8 juni
2023 pukul 21:57.

Mengulas Intisari Teori Hukum Pembangunan Prof Mochtar Kusumaatmadja.


https://www.hukumonline.com/berita/a/mengulas-intisari-teori-hukum-
pembangunan-prof-mochtar-kusumaatmadja-lt629f18555b875/. Diakses pad 8
juni 2023 pukul 21:59.

10

Anda mungkin juga menyukai