Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN TATA HUKUM DAN SEJARAH TATA HUKUM DI


INDONESIA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR ILMU HUKUM
Dosen Pengampu : Dr. Sri Warjiyati, S.H, M.H.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Ramadhan As’adillah 05010121021


2. Dhiva Justicia Ramadhani 05010121009
3. Haifa Annisa 05010121012
4. Naimatul Jannah 05010121024

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, inayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar
Ilmu Hukum, dengan judul “Pengertian Tata Hukum Dan Sejarah Tata Hukum Di Indonesia”.
Dan tak lupa kami sebagai penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Sri Warjiyati, S.H., M.H selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua kami
yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta anggota kelompok yang berkontribusi
dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan dan juga bagi para pembaca serta bisa dijadikan referensi
bagi para penyusun makalah lainnya yang senada di waktu yang akan datang.

Surabaya, 4 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Pengertian Tata Hukum.........................................................................................3
2.2 Sejarah Tata Hukum di Indonesia.........................................................................5
2.3 Tujuan Tata Hukum di Indonesia..........................................................................10
2.4 Faktor Adanya Tata Hukum di Indonesia.............................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang berada di Asia yang merupakan negara demokrasi
dimana segala sesuatunya memiliki hukum tersendiri yang telah dibuat oleh pemerintah, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis dan apabila ada hukum di Indonesia yang dilanggar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, maka akan dikenakan sanksi. Suatu hukum yang berlaku
dalam masyarakat atau suatu negara karena disahkan oleh pemerintah atau dianggap
mengayomi masyarakat itu jika masyarakat itu, masyarakat negara, maka yang mengesahkan
tata hukumnya adalah penguasa negara itu atau DPR dan parlemen jika mengikuti aliran
positifisme hukum. Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu dan masyarakat
tertentu dinamakan hukum positif (Ius Constitutum) atau sering juga dinamakan hukum
positif itu dianggap sebagai hukum yang berlaku pada saat ini di suatu negara. Tetapi ada
juga hukum positif meski telah disahkan oleh pemerintah, dan karena suatu hal belum bisa
berlaku, maka tata hukum dan hukum positif yang diharapkan berlaku pada masa yang akan
dating dinamakan Ius Contituendum. Terkadang, hukum positif itu yang sebelumnya berlaku
seperti pasal yang mengatur alat konstrasepsi dalam KUH Pidana, maka pasal yang tidak
berlaku menjadi dekriminalisasi. Jadi, sirkulasi antara hukum Ius Constituendum menjadi Ius
Constitutum, dan Ius Constitutum menjadi hukum yang tidak berlaku lagi menjadi ciri-ciri
perubahan hukum dalam suatu masyarakat yang terus berkembang di Indonesia pada saat ini.
Tata hukum suatu negara adalah tata hukum yang ditetapkan atau disahkan oleh
pemerintah negara. Jadi, tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan dan
disahkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia. Di Indonesia dewasa ini, mana yang
disebut Ius Constitutum, mana yang disebut Ius Constituendum, mana yang disebut Ius
Naturale akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan reformasi hukum di
Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Tata Hukum?
2. Bagaimana Sejarah Tata Hukum di Indonesia?
3. Apakah Faktor-faktor Dibentuknya Tata Hukum di Indonesia?
4. Apakah Tujuan Tata Hukum di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Tata Hukum.
2. Untuk mengetahui Sejarah Tata Hukum di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor Dibentuknya Tata Hukum di Indonesia.
4. Untuk mengetahui Tujuan Tata Hukum di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tata Hukum
Jika kita berbicara tentang tata hukum, maka hukum dalam bahasa Inggris adalah
“law”, Belanda adalah “recht”, Italia adalah“dirito”, Perancis adalah“droit”, adalah susunan
hukum, yang artinya memberikan tempat sebenarnya kepada hukum, yaitu dengan menyusun
lebih baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dalam tata
hukum, ada aturan hukum yang berlaku pada saat tertentu yang disebut dengan hukum positif
atau ius constitutum, yaitu aturan- aturan hukum yang berlaku.1
Perlu diingat bahwa manusia selalu berkembang, sehingga rasionya berjalan sesuai
dengan rasa adil yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat saat itu. Oleh karena itu,
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku sebagai hukum positif juga akan berkembang
sesuai dengan tujuannya. Hukum positif pun akan mengalami perubahan dan perkembangan
sebagaimana aturan hukum yang dibutuhkan oleh masyarakat. Suatu ketentuan hukum,
seperti hukum positif, yang tidak sesuai dengan kebutuhan, wajib diganti dengan ketentuan
hukum sejenis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat itu.
Hukum hidup dalam pergaulan manusia, seperti kita lihat cerita Robinson Croese
yang terdampar di sebuah pulau di mana ia hidup sendiri dan ia dapat berbuat sesuka hatinya
tanpa ada yang menghalangi. Ia tidak butuh hukum, artinya hukum itu baru dibutuhkan dalam
pergaulan hidup. Pelaksanaan tata hukum itu berlangsung selama ada pergaulan hidup
manusia yang terus berkembang, dimana fungsi dari pelaksanaan tata hukum adalah
memperoleh ketertiban dalam hubungan manusia. Menjaga agar jangan sampai seseorang
dapat dipaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendaknya,
dan lain-lain.
Ada faktor lain selain tata tertib yang terdapat pada hukum, yaitu keadilan suatu sifat
khas pada hukum yang tidak terdapat pada ketentuan-ketentuan lainnya yang bertujuan untuk
mencapai tata tertib. Jadi, hukum itu berkenaan dalam kehidupan manusia. Manusia dalam
hubungan antarmanusia untuk mencapai tata tertib di dalamnya berdasarkan keadilan.

3
Dalam hubungan hukum dan negara, baik hukum maupun negara muncul dari
kehidupan manusia karena keinginan batinnya untuk memperoleh tata tertib. Sehubungan
dengan hal itu mengingat tujuan negara adalah menjaga dan memelihara tata tertib.
1
Dr. Sri Warjiyati S.H., M.H, “Memahami Dasar Ilmu Hukum” (Jakarta, Prenadamedia Group, 2018), Cet. 1,
hal 113.
Tata Hukum di Indonesia ialah hukum yang berlaku sekarang di Indonesia (ius
constitutum). Berlaku berarti yang memberikan akibat hukum pada peristiwa-peristiwa dalam
pergaulan hidup. Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun, mengatur
tertib kehidupan masyarakat Indonesia. Lebih singkatnya, tata hukum disebut juga hukum
positif atau ius contitutum, sedangkan hukum yang dicita-citakan adalah ius constituendum.
Pengertian Tata Hukum Indonesia menurut para ahli adalah sebagai berikut:2
 Abdul Djamali
Menurut Abdul Djamali dalam bukunya pengantar hukum indonesia, tata hukum
berasal dari bahasa belanda recht orde, adalah susunan hukum, yang artinya
memberikan tempat yang sebenarnya dan bermakna menyusun dengan baik dan
tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar mudah dapat diketahui dan di
gunakan untuk menyelesaikan setiap peristiwa hukum yang terjadi.
 Soediman Kartohadiprodjo
Dalam bukunya yaitu Pengantar Tata Hukum Indonesia, yang dimaksud dengan Tata
Hukum Indonesia adalah hukum yang sekarang berlaku di Indonesia. Berlaku yang
berarti memberi akibat hukum kepada pergaulan hidup.
 Achmad Sanusi
Menyatakan bahwa istilah pengantar tata hukum indonesia merupakan pengantar ilmu
hukum sebagai suatu sistem hukum yang positif di Indonesia.
 J.J.H. Bruggink
Dia mengemukakan dalam bukunya rechtsreflecties, grondbegrippen uit de
rechtstheorie (refleksi hukum, pengertian dasar teori hukum) yang telah di alih
bahasakan oleh bernard arief sidharta dengan judul refleksi tentang hukum. Bahwa
yang dimaksud positivitas kaidah hukum adalah hal yang ditetapkannya kaidah
hukum dalam sebuah aturan hukum oleh pengemban kekuasaan hukum yang
berwenang.

4
2.2 Sejarah Tata Hukum Indonesia
Sejarah Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh Bangsa
Indonesia sendiri atau oleh negara sendiri. Adanya Tata Hukum Indonesia juga sejak saat
2
Rofiana Fika Sari, Pengertian Tata Hukum Indonesia, Sejarah, Contoh Dan Tujuannya,
(https://www.idpengertian.net/pengertian-tata-hukum-indonesia diakses pada 8 November 2021)
adanya Negara Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, dimana Kemerdekaan
Republik Indonesia diproklamasikan.3
Dengan demikian, jelaslah bahwa proklamasi memiliki dua makna yakni,
menegarakan Indonesia dan sejak saat itu bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk
melaksanakan dan menentukan hukumnya sendiri, yaitu dengan tata hukumnya yang baru
yakni Tata Hukum Indonesia . Hal itu dinyatakan dalam:
a. Proklamasi Kemerdekaan: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”.
b. Pembukaan UUD 1945: “atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. “Kemudian daripada itu disusunlah
Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”.
Pernyataan tersebut mengandung arti:
1) Menjadikan Indonesia suatu negara yang merdeka dan berdaulat.
2) Pada saat itu juga menetapkan tata hukum Indonesia, sekedar mengenai bagian yang
tertulis. Di dalam UUD Negara itulah tertulis tata hukum Indonesia (yang tertulis).
UUD hanyalah memuat ketentuan-ketentuan dasar dan merupakan rangka dari tata
hukum Indonesia. Masih banyak ketentuan-ketentuan yang perlu diselenggarakan lebih lanjut
dalam berbagai Undang-Undang Organik. Oleh karena sampai sekarang belum juga banyak
undang-undang demikian, maka sangat pentinglah arti ketentuan peralihan dalam Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945. Dengan adanya aturan peralihan tersebut, pengaturan dalam
peraturan perundangan organik yang menyelenggarakan ketentuan dasar dari UUD, maka
melalui jembatan pasal peralihan tersebut, masih harus kita gunakan peraturan perundangan
tentang hal itu dari tata hukum sebelum 17 Agustus 1945, ialah tata hukum Belanda.
Kenyataan demikian, dewasa ini masih terdapat dalam banyak la-pangan hukum
Indonesia. Kiranya tak ada tata hukum di dunia ini “se-sulit” tata hukum Indonesia. Tata
hukum Indonesia tetap berpribadi Indonesia, yang sepanjang masa mengalami pengaruh dari
anasir tata hukum asing, yang pada masa penjajahan Belanda hampir-hampir terdesak oleh
5
tata hukum Hindia-Belanda. Tetapi akhirnya dengan proklamasi kemerdekaan hidup kembali
dengan segarnya dengan kesadaran akan pribadinya sendiri.

3
Dr. Sri Warjiyati S.H., M.H, “Memahami Dasar Ilmu Hukum” (Jakarta, Prenadamedia Group, 2018), Cet. 1,
hal 114.
Bahwasanya bangsa Indonesia mempunyai tata hukum pribadi asli itu dibuktikan oleh
adanya ilmu pengetahuan hukum adat, berkat hasil penyelidikan ilmiah Prof. Mr. C. Van
Vollenhoven di Indonesia. Dalam pada itu tata hukum Indonesia, semenjak tanggal 17
Agustus 1945 ada di tengah-tengah dunia modern. Tata hukum Indonesia yang pada waktu
dahulu dikatakan tidak berbentuk kini menemukan dirinya lahir kembali dalam bentuk
tertentu. Negara Indonesia dengan Undang-Undang Dasarnya, sebagai perwujudan dari
pribadi tata hukum Indonesia. UUD 1945 adalah inti tata hukum nasional Indonesia yang
harus kita perkembangkan. Dalam perkembangan selanjutnya UUD 1945 mengalami pasang
naik dan pasang surut, antara lain:4
A. Periode Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Berdasarkan pada UUDS 1950 dan konstitusi RIS 1949, peraturan perundang-
undangan di Indonesia terdiri dari:
1) Undang-Undang Dasar (UUD)
 UUD adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan memuat garis besar
dasar dan tujuan negara.
2) Undang-undang (biasa) dan Undang-Undang Darurat
 UU biasa, yaitu peraturan negara yang diadakan untuk menye-lenggarakan
pemerintahan pada umumnya yang dibentuk ber-dasarkan dan untuk melaksanakan
Undang-Undang Dasar.
 UU darurat, yaitu undang-undang yang dibuat oleh pemerintah sendiri atas kuasa dan
tanggung jawab pemerintah yang karena keadaan mendesak perlu diatur dengan
segera.
3) Peraturan Pemerintah Tingkat Pusat
 Peraturan pemerintah pusat adalah suatu peraturan yang dikeluar-kan oleh pemerintah
untuk melaksanakan undang-undang. Pera-turan pemerintah dibuat semata-mata oleh
pemerintah tanpa kerja sama dengan DPR.
4) Peraturan Pemerintah Tingkat Daerah
 Peraturan daerah adalah semua peraturan yang dibuat oleh pe-merintah setempat
untuk melaksanakan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi derajatnya.
6
B. Periode setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

4
Ibid, hal 115-118.
Untuk mengatur masyarakat dan menyelenggarakan kesejahteraan umum seluruh
rakyat, pemerintah mengeluarkan berbagai macam per-aturan negara yang disebut dengan
peraturan perundangan. Adapun bentuk-bentuk dan tata urutan peraturan perundangan RI
sekarang ini menurut Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 kemudian dikuatkan oleh Tap
No. V/MPR/1973 adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
 Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis, sedangkan di samping UUD ini
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yang merupakan sumber hukum,
misalnya kebiasaan-kebiasaan (kon-vensi), traktat, dan sebagainya.
2) Ketetapan MPRS/MPR
 Ketetapan MPR adalah bentuk produk legislatif yang merupakan ke-putusan
musyawarah MPR, yang ditujukan mengatur tentang garis-garis besar dalam bidang
legislatif dan eksekutif.
3) Undang-Undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
 Undang-undang adalah salah satu bentuk peraturan perun-dangan yang diadakan
untuk melaksanakan UUD dan ketetapan MPR. Selain itu juga, mengatur hal-hal yang
tidak diatur dalam UUD 1945 maupun ketetapan MPR. Undang-undang yang
dibentuk ber-dasarkan ketentuan dalam UUD dinamakan Undang-Undang Or-ganik.
UU Organik bertujuan untuk pelaksanaan dari suatu UUD, misalnya UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah di-bentuk untuk melaksanakan Pasal 18
UUD 1945.
 Suatu undang-undang mulai sah berlaku apabila telah diun-dangkan dalam lembaran
negara oleh sekretaris negara, dan tanggal berlakunya suatu undang-undang menurut
tanggal yang ditentukan dalam undang-undang itu. Jika tidak disebutkan maka
berlaku 30 hari setelah diundangkan untuk Jawa dan Madura dan 100 hari un-tuk
daerah lain.
Sehubungan dengan berlakunya suatu undang-undang, terdapat beberapa asas
peraturan perundangan:
 Undang-undang tidak berlaku surut;
 Undang-undang yang dibuat penguasa yang lebih tinggi mem-punyai kedudukan yang
lebih tinggi pula;
7
 Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan un-dang-undang yang
bersifat umum;
 Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan un-dang-undang yang
terdahulu (yang mengatur hal yang sama);
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
Pada suatu masa undang-undang dapat dinyatakan tidak berlaku lagi apabila:
 Jangka waktu berlakunya yang telah ditentukan oleh UU yang bersangkutan sudah
habis;
 Keadaan atau hal untuk mana UU itu dibuat sudah tidak ada lagi;
 UU itu dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi;
 Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlain-an dengan UU yang
dahulu berlaku.
4) Peraturan Pemerintah (PP)
 Peraturan pemerintah diadakan untuk melaksanakan undang-undang, maka tidak
mungkin presiden menetapkan peraturan peme-rintah sebelum ada undang-undang.
Peraturan pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan undang-
undang.
5) Peraturan Presiden (Perpres)
 UU, Perpu, dan PP adalah peraturan yang disebutkan dalam UUD 1945. Kepres
sebagai bentuk peraturan yang baru, ditetapkan oleh Tap MPRS No.XX/MPRS/1966.
Kepres berisi keputusan yang ber-sifat khusus (einmalig), yaitu untuk melaksanakan
ketentuan UUD 1945 yang bersangkutan dengan Tap MPR(S) dalam bidang
eksekutif, UU/Perpu atau PP.
6) Peraturan Daerah (Perda)
 Peraturan daerah adalah peraturan lain yang dibuat oleh pemerintah daerah, baik
pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten dan kota, dalam rangka mengatur
rumah tangganya sendiri.
7) Peraturan–peraturan Pelaksana Lainnya
 Peraturan–peraturan pelaksana lainnya seperti: peraturan menteri, instruksi menteri,
peraturan daerah (Perda), dan sebagainya. Peraturan ini merupakan bentuk peraturan
yang ada setelah Tap MPRS No. XX/MPRS/1966.

8
 Peraturan pelaksana lainnya (baik dikeluarkan oleh pejabat sipil maupun pejabat
militer) dapat berbentuk: Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Keputusan Panglima
TNI, dan lain-lain, haruslah dengan tegas bersumber dan berdasarkan peraturan
perundangan yang lebih tinggi.

C. Periode Setelah Amandemen UUD 1945 (10 Agustus 2002)


 Dalam rangka pembaruan sistem peraturan perundang-undangan di era reformasi
sekarang ini, sidang tahunan MPR tahun 2000 telah menetapkan Ketetapan No.
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan sebagai
berikut:
 Undang-Undang Dasar 1945;
 TAP MPR;
 Undang-Undang;
 Perpu;
 PP;
 Pereres;
 Perda.

9
2.3 Faktor-Faktor Yang Membantu Pembentukan Hukum di Indonesia
Faktor yang membantu pembentukan Hukum Tata Negara tidak memiliki kedudukan
sederajat dengan sumber hukum formal, sehingga tidak diletakkan bersama sumber hukum
formal. Faktor-faktor yang membantu dalam pembentukan Hukum Tata Negara di Indonesia,
terdiri dari perjanjian, yurisprudensi, dan ajaran hukum (communis opinio doctorum) yang
memuat ketentuan-ketentuan ketatanegaraan.
1. Perjanjian
L.J. Van Apeldoorn mengemukakan bahwa dalam pasal 1374 kitab UU perdata diatur
bahwa perjanjian mengikat para pihak yang membuatnya: sementara UU mengikat
semua orang. Walaupun demikian menurut Apeldoorn banyak contoh peraturan
hukum yang tumbuh dari syarat yang dibuat perjanjian.
Contoh yang paling terkenal dalam hal ini adalah pemberian bantuan finansial kepada
raja dengan syarat pembatasan kekuasaan terhadap raja pada tahun 1215 dengan
diberikannya Magna Charta Libertatum pada bangsawan yang melarang penahanan,
penghukuman dan perampasan dengan sewenang-wenang.
2. Yurisprudensi
Yurisprudensi sebagai faktor-faktor yang membantu dalam pembentukan Hukum Tata
Negara di Indonesia jika putusan pengadilan yang bersifat tetap tersebut
memuat/mengatur ketentuan-ketentuan ketatanegaraan, yang dipakai hakim untuk
memeriksa perkara yang “serupa” dikemudian hari. Jimly Ashiddiqie mengemukakan
syarat agar putusan pengadilan dikategorikan sebagai yurisprudensi yaitu:
 Sudah merupakan putusan yang berkekuatan hukum tetap.
 Dinilai baik dalam arti menghasilkan dkeadilan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
 Sidang dilakukan berulang beberapa kali atau dilakukan dengan pola yang sama di
beberapa tempat terpisah.
 Norma yang terkandung didalam putusan tidak terdapat dalam peraturan tulis yang
berlaku, ataupun kalau ada tidak begitu jelas
 Putusan itu telah dinilai memenuhi syarat sebagai yurispudensi dan
direkomendasikan oleh MA atau Mahkamah Konstitusi (MK)

10
Di Indonesia, lembaga peradilan yang merupakan peradilan tata negara
(Constitusional Court) adalah Mahkamah Konstitusi, yang memiliki kewenangan dan
kewajiban berdasarkan pada pasal 24C ayat (1) dan (2) perubahan ketiga UUD 1945,
yaitu pengujian UU terhadap UUD, sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD, perselisihan hasil pemilihan umum,
pembubaran partai politik, memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden menurut UUD. Putusan Mahkamah
Konstitusi sebagian besar memuat/mengatur ketentuan-ketentuan ketatanegaraan,
terutama terhadap permohonan pengujian UU terhadap UUD dan kasus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD. Salah satu
contoh yurisprudensi Mahkamah Konstitusi adalah bahwa walaupun hanya satu pasal
atau beberapa pasal, akan tetapi dalam hal salah satu pasal atau pasal-pasal tertentu
menyebabkan UU secara keseluruhan tidak dapat dilaksanakan karenanya maka tidak
hanya pada ayat, pasal, dan bagian UU yang dinyatakan bertentangan dengan UUD,
akan tetapi, keseluruhan UU tersebut yang dinyatakan bertentangan dengan UUD.
Contoh putusan berkaitan dengan hal tersebut adalah putusan Perkara Nomor 01-021-
022/PUU-I/2003 Perihal Pengujian UU Nomor 20 Tahun 2002 tentang
Ketenagalistrikan terhadap UUD 1945, kemudian dalam putusan Perkara Nomor
11/PUU-VII/2009 Perihal Pengujian UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan.
3. Ajaran Hukum (Communis Opinio Doctorum)
Communis Opinio Doctorum diartikan sebagai pendapat umum para ahli hukum,
Jimly Ashiddiqie mengemukakan bahwa pendapat hukum dapat dijadikan rujukan
dalam membuat keputusan asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ilmuwan yang bersangkutan dikenal dan diakui luas sebagai ilmuwan yang
memiliki otoritas dibidangnya dan mempunyai integritas.
b. Persoalan tersebut belum diatur dalam peraturan tertulis.
c. Pendapat hukum dimaksud telah diakui keunggulannya dan diterima oleh umum.

11
Pendapat umum para ahli hukum telah sejak lama menjadi faktor-faktor yang
membantu dalam pembentukan HhukuTN diberbagai negara di dunia. Pemikiran John Locke
mengenai negara hukum dan jaminan Hak Asasi Manusia (HAM), sangat berpengaruh dalam
abad ke-18, terutama di daerah jajahan inggris di Amirica Serikat dan di Perancis, tempat
kalimat permulaan dari Bill of Right of virginia (1776), hampir secara harfiah
mengemukakan peikiran Locke, sedangkan Revolusi Perancis tahun 1789 menghasilkan
Declaration des droits des homes et des citoyens (Pernyataan tentang hak-hak manusia dan
warga negara). Contoh lainnya adalah bahwa teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan
oleh Montesquieu mengilhami konstitusi Amerika Serikat, sebagaimana yang dikemukakan
oleh James Medison, salah seorang pendiri Amerika Serikat.
Di Indonesia, teori sistem pemerintahan yang dikemukakan oleh Soetomo dengan
nama “sistem sendiri”, merupakan sistem yang digunakan dalam UUD 1945 (sebelum
perubahan). Berdasarkan ciri-cirinya, sistem ini dalam teori dan praktik yang berkembang
setelah tahun 1958, disebut sebagai sistem resmi presidensialatau sistem campuran, sebab
perancis baru membentuk sistem semi presidensial pada masa Republik Perancis ke V, tahun
1958, sedangkan sistem semi parlementer Portugis dan Hibrida Sri Langka baru dibentuk
kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ilmu HTN di Indonesia berkembang
sesuai konteks Indonesia, dan menjadi faktor yang membantu dalam pembentukan HTN
Indonesia.5

12
2.4 Tujuan Tata Hukum di Indonesia
5
Dr. Fatmawati, Pengertian Umum dan Sumber Hukum Tata Negara, Modul 1. Hal 148-151.
Tujuan mengetahui Tata Hukum Di Indonesia adalah mengetahui seluruh peraturan
yang mengatur tata kehidupan negara dan masyarakat Indonesia. Lebih jauh orang tersebut
ingin mengetahui dasar rangka hukum positif di Indonesia, tentang perbuatan-perbuatan
mana yang melanggar hukum dan mana yang menuruti hukum, serta ingin mengetahui
kedudukan, hak, dan kewajiban dalam bermasyarakat. Seseorang yang mempelajari tata
hukum Indonesia, berarti mempelajari hukum positif di Indonesia. Dengan demikian, hukum
positif di Indonesia menjadi objek ilmu pengetahuan. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa tentang tujuan dari belajar hukum itu ialah:
 Ingin mengetahui peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini di suatu wilayah
Negara atau hukum positif atau Ius Constitutum.
 Ingin mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang menurut hukum, dan
perbuatanperbuatan mana yang melanggar hukum.
 Ingin mengetahui kedudukan seseorang dalam bermasyarakat atau hak dan
kewajibannya.
 Ingin mengetahui sanksi-sanksi apa yang diderita oleh seseorang bila orang tersebut
melanggar peraturan yang berlaku. Samidjo, mengatakan bahwa tujuan mempelajari
tata hukum Indonesia adalah mempelajari hukum yang mencakup seluruh lapangan
hukum yang berlaku di Indonesia, baik itu hukum yang tertulis, maupun yang tidak
tertulis.6

13

BAB III
6
Zainal Asikin, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (PT Rajagrafindo Persada), (Jl. Raya Leuwinanggung, No.
122 Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 tahun 2013).
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tata hukum berarti yang memberikan akibat hukum pada peristiwa-peristiwa dalam
pergaulan hidup. Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun,
mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia. Lebih singkatnya, tata hukum
disebut juga hukum positif atau ius contitutum, sedangkan hukum yang dicita-citakan
adalah ius constituendum.
2. Sejarah Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh Bangsa
Indonesia sendiri atau oleh negara sendiri. Adanya Tata Hukum Indonesia juga sejak
saat adanya Negara Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, dimana
Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan.
3. Faktor-faktor yang membantu dalam pembentukan Hukum Tata Negara di Indonesia,
terdiri dari perjanjian, yurisprudensi, dan ajaran hukum (communis opinio doctorum)
yang memuat ketentuan-ketentuan ketatanegaraan.
4. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tentang tujuan dari belajar hukum itu ialah:
Ingin mengetahui peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini di suatu wilayah
Negara atau hukum positif atau Ius Constitutum. Ingin mengetahui perbuatan-
perbuatan mana yang menurut hukum, dan perbuatanperbuatan mana yang melanggar
hukum. Ingin mengetahui kedudukan seseorang dalam bermasyarakat atau hak dan
kewajibannya. Ingin mengetahui sanksi-sanksi apa yang diderita oleh seseorang bila
orang tersebut melanggar peraturan yang berlaku. Samidjo, mengatakan bahwa tujuan
mempelajari tata hukum Indonesia adalah mempelajari hukum yang mencakup
seluruh lapangan hukum yang berlaku di Indonesia, baik itu hukum yang tertulis,
maupun yang tidak tertulis

14
DAFTAR PUSTAKA
Warjiyati, Sri. (2018). MEMAHAMI DASAR ILMU HUKUM KONSEP DASAR
HUKUM. Jakarta : Prenadamedia Group.
Asikin, Zainal. (2013). Pengantar Tata Hukum Indonesia. Depok : PT Rajagrafindo
Persada.
Rofiana Fika Sari, 2021, Pengertian Tata Hukum Indonesia, Sejarah, Contoh Dan
Tujuannya, https://www.idpengertian.net/pengertian-tata-hukum-indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai