Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM INDONESIA DAN HUKUM PERDATA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Dosen Pengampu: HENDRIYANTO, S.H., M.H.

Oleh:
1. AFIKA FEBRIANI
2. M. AFRIZAL
3. M. SOLIKHIN

STES TP DUTA NUSANTARA


TULANG BAWANG BARAT
PRODI EKONOMI SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan besar
kita nabi Muhammad SAW.
Dengan bekal kemampuan yang terbatas akhirnya makalah tentang "
Pengantar Hukum Indonesia Dan Hukum Perdata " ini dapat terselesaikan dengan
baik meski belum sempurna, tentunya berkat bantuan dari berbagai pihak, baik itu
dari Bapak HENDRIYANTO, S.H., M.H. selaku dosen pengampu, maupun
teman-teman yang telah membantu dalam mencari referensi yang kami butuhkan.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekeliruan,
baik dari sisi redaksional maupun dari cara penulisan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, semoga apa yang akan di bawakan dalam
isi makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun yang
mendengarkan.

Tubaba, 12 Maret 2021

Penulis.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
ABSTRAK.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hukum.................................................................................3
2.2. Ciri-ciri Hukum.....................................................................................4
2.3. Unsur-unsur, Sifat, dan Tujuan Hukum................................................5
2.4. Kaidah/ Norma Hukum.........................................................................6
2.5. Macam-macam Pembagian Hukum......................................................6
2.6. Sumber-sumber Hukum........................................................................8
2.7. Pengertian Hukum Perdata....................................................................9
2.8. Ruang Lingkup Hukum Perdata..........................................................10
2.9. Subjek dan objek hukum.....................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan ..........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
ABSTRAK

Hukum itu, menjadi pertanyaan pertama setiap orang yang mulai


mempelajari tentang hukum. Hukum sebagai kaidah atau aturan yang mengatur
kehidupan masyarakat. sifat dari hukum adalah mengatur dan memaksa.
Tujuan hukum itu adalah menegakkan keadilan, membuat pedoman, dan bertujuan
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada keadilan. Hukum Perdata” dalam arti yang luas meliputi semua
hukum “privat materiil”. Hukum Privat Materiil sama dengan Hukum Sipil.

Kata Kunci : Hukum, masyarakat, perdata, kaidah dan aturan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia hidup bersama, berkelompok membentuk masyarakat tertentu,
mendiami suatu tempat, dan menghasilkan kebudayaan sesuai dengan keadaan
dan tempat tersebut. Manusia secara kodrati adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai kehidupan jiwa
yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat. Tiap manusia mempunyai sifat, watak, dan kehendak sendiri.
Namun dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain,
mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu membantu untuk memperoleh
keperluan hidupnya. Setiap manusia memiliki kepentingan, dan acap kali
kepentingan tersebut berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga
dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama.
Apabila ketidak-seimbangan perhubungan masyarakat yang menjadi perselisihan
itu dibiarkan, maka mungkin akan timbul perpecahan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, dari pemikiran manusia dalam masyarakat dan makhluk sosial ,
kelompok manusia menghasilkan suatu kebudayaan yang bernama kaidah atau
aturan atau hukum tertentu yang mengatur segala tingkah lakunya agar tidak
menyimpang dari hati sanubari manusia.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebudayaan
manusia mengalami perkembangan pula. Termasuk perkembangan hukum.
Peradaban yang semakin berkembang membuat kehidupan manusia sangat
membutuhkan aturan yang dapat membatasi prilaku manusia sendiri yang telah
banyak menyimpang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia yang
semakin maju. Aturan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus
mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, suatu
negara hukum sangat perlu mengadakan pembangunan terutama di bidang hukum.
Mengenai pembangunan hukum ini tidaklah mudah dilakukan. Hal ini disebabkan
pembangunan hukum tersebut tidak boleh bertentangan dengan tertib hukum yang
lain.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian hukum?
2. Apa tujuan hukum dan sifat peraturan hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan kaedah norma dan pembagian hukum?
4. Apa Pengertian dan ruang lingkup hukum perdata?
5. Apa pengertian subjek hukum dan objek hukum?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian hukum
2. Agar dapat memahami tujuan hukum dan sifat peraturan hukum
3. Agar dapat mendeskripsikan kaedah norma dan pembagian hukum
4. Agar dapat memahami Pengertian dan ruang lingkup hukum perdata
5. Agar dapat memahami subjek dan objek hukum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum


Mengenai apakah hukum itu, menjadi pertanyaan pertama setiap orang
yang mulai mempelajari tentang hukum. Sebenarnya sangat sulit untuk
memberikan definisi tentang hukum. Karena menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Van
Apeldoorn dalam bukunya berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse
Recht” adalah tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang
disebut hukum itu. Hampir semua sarjana hukum memberikan pembatasan
mengenai hukum yang berlainan. Beberapa ahli seperti Aristoteles, Grotius,
Hobbes, Philip S. James, dan Van Vollenhoven memberikan definisi hukum yang
berbeda-beda. Misalnya menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah
keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu
dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
Menurut Ultrecht, hukum adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan
yang mengatur masyarakat, sehingga harus dipatuhi. Menurut Kansil, hukum
adalah peraturan hidup yang bersifat memaksa. Dan menurut Mochtar
Kusumaatmadja, bahwa hukum yang menandai tidak saja merupakan keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat, melainkan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses yang
mewujudkan kaidah-kaidah itu dalam masyarakat.
Hukum sebagai kaidah atau aturan yang mengatur kehidupan masyarakat
memiliki beberapa pengertian yang bersumber dari para ahli. Ada juga beberapa
sarjana dari Indonesia yang memberikan rumusan tentang hukum itu. Diantaranya
adalah :

1. S.M. Amin, S.H.


Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum”, bahwa
hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-
sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan

3
ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.

2. J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H.


Dalam buku yang disusun bersama berjudul “Pelajaran Hukum Indonesia”
bahwa hukum adalah peraturan-peraturan tang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu.

3. M.H. Tirtaatmadjadja, S.H.


Dalam bukunya “Pokok-pokok Hukum Perniagaan” bahwa hukum adalah
semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu, akan merugikan diri sendiri
atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda
dan sebagainya.

2.2 Ciri-ciri Hukum


Agar dapat mengetahui dan mengenal apakah hukum itu, sebelumnya
harus dapat mengetahui ciri-ciri hukum, diantaranya adalah

1. Adanya perintah dan/ atau larangan. Bahwa hukum itu merupakan aturan
yang berisi perintah atau larangan yang ditujukan kepada objek hukum.
2. Perintah dan/ atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang. Bahwa
hukum itu harus dipatuhi setiap orang, karena telah menjadi kesepakatan
bersama di dalam kontrak social. Dan bagi objek hukum yang
melanggarnya akan mendapat sanksi berdasarkan hukum yang berlaku.
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata
tertib dalam masyarkat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

4
2.3 Unsur-unsur, Sifat, dan Tujuan Hukum

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang telah diberikan para Sarjana
Hukum Indonesia, dapat diambil kesimpulan, bahwa hukum itu meliputi beberapa
unsur, yaitu :
 Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan bermasyarakat.
 Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
 Peraturan itu bersifat memaksa.
 Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Adanya proses untuk mewujudkan kaidah, dan asas yang tertulis/ tidak tertulis
Dilihat dari unsur-unsurnya, maka sifat dari hukum adalah mengatur dan
memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat
memaksa orang supaya mentaati tata-tertib dalam masyarakat serta memberikan
sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mau patuh
mentaatinya.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus
dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari
masyarakat tersebut. Dengan demikian, tujuan hukum itu adalah menegakkan
keadilan, membuat pedoman, dan bertujuan menjamin adanya kepastian hukum
dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan. Selain itu,
dapat pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak
mengadili dan menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran hukum terhadap dirinya.
Namun tiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan
perantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Teori-teori tentang tujuan hukum :

 Teori etika/ etis, yaitu tujuan hukum semata-mata untuk mencapai


keadilan. Menurut Ulpianus, keadilan adalah kemauan yang tetap dan
kekal untuk memberikan setiap orang apa yang semestinya. Aristoteles
membagi kedilan menjadi dua, yaitu keadilan distributif (keadilan yang

5
diperoleh berdasarkan jasanya, yang hubungannya dengan masyarakat
(Negara), dan keadilan kumulatif (keadilan yang didasarkan pada
penyamarataan hubungan individu).
 Teori utilitas, yaitu hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan/ faedah orang
terbanyak dalam masyarakat.
 Teori campuran, teori ini merupakan gabungan antara teori etis dengan
teori utilitas, yaitu tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan semata, tetapi
juga untuk kemanfaatan orang banyak.
 Teori terakhir. Yaitu tujuan hukum itu semestinya ditekankan kepada
fungsi hukum yang menurutnya hanya untuk menjamin kepastian hukum.

2.4 Kaidah/ Norma Hukum


Kaidah atau norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam hidup bermasyarakat yang berasal dari hati sanubari manusia.
Macam-macam norma :

1. Norma agama, yaitu peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-


perintah, larangan-larangan, dan anjuran yang berasal dari Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Norma kesusilaan, yaitu peraturan yang dianggap sebagai suara hati
sanubari manusia, yang diikuti dan diinsyafi oleh setiap orang
3. Norma kesopanan, yaitu peraturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup
segolongan orang.
4. Norma hukum, yaitu peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum,
dibuat oleh penguasa, dan dipertahankan dengan segala paksaa oleh alat-
alat Negara.

2.5 Macam-macam Pembagian Hukum

1. Menurut sumbernya :

6
a. Hukum undang-undang, yaitu hukum
yang tercantum dalam peraturan perundangan.
b. Hukum adat, yaitu hukum yang
terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
c. Hukum traktat, yaitu hukum yang
ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian Negara.
d. Hukum jurisprudensi, yaitu hukum
yang terbentuk karena putusan hakim.

2. Menurut bentuknya :
a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang
dicantumkan pada berbagai perundangan
b. Hukum tidak tertulis (hukum
kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti
suatu peraturan perundangan.
3. Menurut tempat berlakunya :
a. Hukum nasional, yaitu hukum yang
berlaku dalam suatu Negara.
b. Hukum internasional, yaitu yang
mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia internasional.
c. Hukum asing, yaitu hukum yang
berlaku dalam Negara lain.
d. Hukum gereja, yaitu kumpulan
norma-norma yang ditetapkan oleh gereja.
4. Menurut waktu berlakunya :
a. Ius constitutum (hukum positif),
yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu
dalam suatu daerah tertentu.
b. Ius constituendum, yaitu hukum
yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.

7
c. Hukum asasi (hukum alam), yaitu
hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk
segala bangsa di dunia.
5. Menurut cara mempertahankannya :
a. Hukum material, yaitu hukum yang
memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang
berwujud perintah-perintah dan larangan.
b. Hukum formal, yaitu hukum yang
memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara
melaksanakan hukum material
6. Menurut sifatnya :
a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum
yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.
b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum
yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan
telah membuat peraturan sendiri.
7. Menurut wujudnya :
a. Hukum obyektif, yaitu hukum dalam
suatu Negara berlaku umum.
b. Hukum subyektif, yaitu hukum yang
timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang tertentu atau
lebih. Disebut juga hak.
8. Menurut isinya :
a. Hukum privat, yaitu hukum yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan
menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
b. Hukum publik, yaitu hukum yang
mengatur hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya ata
hubungan antara Negara dengan warganegara.

2.6 Sumber-sumber Hukum

8
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa,
yaitu aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan
nyata.
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan segi formal.

1. Sumber-sumber hukum material, dapat ditinjau dari barbagai sudut


misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.
2. Sumber-sumber hukum formal, antara lain adalah :
o Undang-undang (statute). Adalah suatu peraturan negara yang
mempunyai kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara
oleh negara.
o Kebiasaan (costum). Adalah perbuatan manusia yang dilakukan
berulang-ulang.
o Keputusan-keputusan hakim (Jurisprudentie). Adalah keputusan
hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan
oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama.
o Traktat (treaty). Adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara
atau lebih yang juga mengikat warganegara-warganegara dari
negara-negara yang bersangkutan.
o Pendapat sarjana hukum (doktrin). Adalah pendapat para sarjana
hukun ternama yang juga mempunyai kekuasaan dan berpengaruh
dalam pengambilan keputusan oleh hakim.

2.7 Pengertian Hukum Perdata


Perkataan “Hukum Perdata” dalam arti yang luas meliputi semua
hukum “privat materiil”. Hukum Privat Materiil sama dengan Hukum Sipil.
Tetapi lebih baik menggunakan istilah Hukum Perdata. Beberapa definisi
tentang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:
1. Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antar-
warganegara perseorangan yang satu dengan warganegara
perseorangan yang lain (Sri Soedewi MasjchoenSofwan).

9
2. Hukum Perdata adalah hukum antar-perorangan yang mengatur hak
dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam
hubungan keluarga dan didalam pergaulan masyarakat.
Pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak (Sudikno
Mertokusumo).
3. Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau
badan hukum satu sama lain tentang hak dan kewajiban (Wirjono
Prodjodikoro).
Hukum Perdata adalah keseluruhan aturan yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara satu atau lebih subjek hukum dengan satu atau lebih
subjek hukum lainnya yang mengatur hubungan yang bersifat perseorangan.

Sejarah Hukum Perdata


 Sejarah di Perancis
Sejarah Hukum Perdata tidak bisa terlepas dari sejarah di Perancis dan di
Belanda. Berlakunya Hukum Romawi Kuno di Perancis, Kodifikasi
Hukum Perancis pada abad XVII.
 Sejarah di Belanda
Berlakunya Code Civil di Belanda. Kodifikasi Hukum Perdata di Belanda
pada Tahun 1814. Kodifikasi pada awalnya dipimpin oleh J.M.Kemper
kemudian diteruskan oleh P. Th.Nicolai.

Hukum Perdata di Indonesia


 Pada masa pendudukan Jepang
 Pada masa berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
 Pada masa kembali kepada bentuk Negara Kesatuan.
 Kepluralitasan Hukum Perdata di Indonesia.
 Adanya Pembagian menjadi 3 (tiga) golongan: Golongan Eropa;
Golongan Bumi Putera; Golongan Timur Asing.
 Hukum Perdata pada masa sekarang.

10
 Landasan hukum berlakunya Hukum Perdata yang berlaku pada saat ini di
Indonesia adalah Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Pasal tersebut
menyatakan: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.”

2.8 Ruang Lingkup Hukum Perdata


1. Hukum Perdata Dalam Arti Luas
Hukum Perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum
privat meteriil, yaitu segala hukum pokok (hukum materiil) yang
mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan, termasuk hukum yang
tertera dalam KUHPerdata (BW), KUHD, serta yang diatur dalam
sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti mengenai koperasi,
perniagaan, kepailitan, dll.

2. Hukum Perdata Dalam Arti Sempit


Hukum Perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan
dari hukum dagang. Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum
perdata sebagaimana terdapat di dalam KUHPerdata.
Jadi hukum perdata tertulis sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata 
merupakan Hukum Perdata dalam arti sempit. Sedangkan Hukum Perdata
dalam arti luas termasuk di dalamnya Hukum Perdata yang terdapat
dalam KUHPerdata dan Hukum Dagang  yang terdapat dalam KUHD.
Hukum Perdata juga meliputi Hukum Acara Perdata, yaitu ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di
muka hakim berdasarkan Hukum Perdata, mengatur mengenai bagaimana
aturan menjalankan gugutan terhadap seseorang, kekuasaan pengadilan   
mana yang berwenang untuk menjalankan gugatan dan lain sebagainya.
Hukum Perdata juga terdapat di dalam Undang-Undang Hak Cipta, UU
Tentang Merk dan Paten, keseluruhannya termasuk dalam Hukum Perdata
dalam arti luas.

11
2.9 Subjek dan objek hukum
a. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat
menjadi pendukung(dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum
ini, dalam kamus ilmu hukum disebut juga “orang” atau “pendukung hak
dan kewajiban”. Dengan demikian, subjek hukum memilki kewenangan
untuk bertindak menurut tata cara yang ditentukan atau dibenarkan
hukum.
Adapun subjek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum
adalah manusia dan badan hukum.
1. Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum adalah setiap orang
yang mempunyai kedudukan yang sama, selaku pendukung hak dan
kewajiban. Pada prinsipnya, orang sebagai subjek hukum dimulai
sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggal dunia. Namun ada
pengecualian menurut pasal 2 KUHPerdata, bahwa bayi yang masih
dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan menjadi subjek
hukum, apabila kepentingan menghendaki (dalam hal menerima
pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan
meninggal dunia, menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada,
sehingga ia bukan subjek hukum (tidak menerima pembagian
warisan).
Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap
bertindak atau melakukan perbuatan hukum, golongan ini disebut
personae miserabile, sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat
melaksanakan sendiri hak-hak dan kewajibannya. Jadi, untuk
menjalankan hak-hak dan kewajibannya, harus diwakili oleh orang
tertentu yang ditunjuk, yaitu walinya.
Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek
hukum(personae miserabile) tersebut, dalam arti tidak dapat
melakukan perbuatan hukum di bidang keperdataan atau harta benda,
adalah sebagai berikut.

12
a. Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa (belum
berusia 21 tahun), dan belum kawin/nikah.
b. Orang dewasa yang berada di bawah pengampuan (curatele),
disebabkan oleh sebagai berikut.
1) Sakit ingatan: gila, orang dungu, penyakit suka mencuri
(kleptomania), khususnya penyakitnya.
2) Pemabuk dan pemboros (ketidakcakapannya khusus dalam
peralihan hak di bidang harta kekayaan)
3) Isteri yang tunduk pada pasal 110 BW/KUH-Perdata.
Namun berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
(SEMA) Nomor 3 tahun 1963, setiap isteri sudah dianggap
cakap melakukan perbuatan hukum. Isteri yang yang
ditempatkan di bawah pengampuan berdasarkan penetapan
hakim yang disebut “kurandus”.

2. Badan hukum (rechts person), suatu perkumpulan atau lembaga


yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Badan
hukum terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Badan hukum privat, seperti perseroan terbatas(PT), firma, CV,
badan koperasi, yayasan, dan sebagainya.
b. Badan hukum public, seperti Negara (mulai dari pemerintah
pusat, sampai pemerintah desa), dan instansi pemerintah.
Keberadaan suatu badan hukum, menurut teori ilmu hukum
ditentukan oleh empat teori yang menjadi syarat suatu badan hukum
agar tergolong sebagai subjek hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Teori fictie, yaitu badan hukum dianggap sama dengan manusia
(orang) sebagai subjek hukumn dan hukum juga member hak
dan kewajiban.
b. Teori kekayaan bertujuan, yaitu harta kekayaannya dari suatu
badan hukum mempunyai tujuan tertentu, dan harus terpisah
dari harta kekayaan para pengurusnya atau anggotanya.

13
c. Teori pemilikan bersama, yaitu semua harta kekayaan badan
hukum menjadi milik bersama para pengurusnya atau
anggotanya.
d. Teori organ, yaitu badan hukum itu harus mempunyai
organisasi atau alat untuk mengelola dan melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan, yaitu para pengurus dan aset
(modal) yang dimiliki.
b. Objek Hukum
Objek hukum adalah “segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek
hukum, dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum”.
Menurut terminology (istilah) ilmu hukum, objek hukum disebut pula
“benda atau barang”, sedangkan “benda atau barang” menurut hukum
adalah “segala barang dan hak yang dapat dimiliki dan bernilai
ekonomis”, dan dibedakan atas berikut ini.

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud (pasal 503 KUH-


Perdata).
a. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dicapai
atau dilihat dan diraba oleh panca indera. Contohnya rumah,
meja, kuda, pohon kelapa, dan sebagainya.
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang tidak
berwujud, berupa segala macam hak yang melekat pada suatu
benda. Contoh, hak cipta, hak atas merek, hak atas tanah, hak
atas rumah, dan sebagainya.
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (Pasal 504 KUH-Perdata).
a. Benda bergerak, yaitu setiap benda yang bergerak, karena:
1) Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (ayam,
kerbau, kuda, ayam, kambing dan sebagainya);
2) Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, sepatu, buku, dan
sebagainya;

14
3) Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan undang-
undang, yaitu hak pakai atas tanah dan rumah, hak sero, hak
bunga yang dijanjikan, dan sebagainya.
b. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat
bergerak sendiri atau tidak dapat dipindahkan, karena:
1) Sifatnya tidak bergerak, seperti gunung, kebun, dan apa
yang didirikan di atas tanah, termasuk apa yang terkandung
dalamnya;
2) Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan dengan
benda yang karena sifatnya tidak bergerak, seperti wastafel
di dalam kamar mandi, tegel (ubin), alat percetakan yang
ditempatkan di gudang, dan sebagainya;
3) Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak
bergerak dan kapal yang tonasenya/beratnya 20m3.
Urgensi pembedaan atas “benda bergerak” dan “benda tidak
bergerak” yang diberikan oleh hukum, adalah dalam kaitannya
dengan pengalihan hak, yaitu terhadap benda bergerak, cukup
dilakukan dengan penyerahan langsung saja. Sedangkan benda
tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan surat atau akta
balik nama.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat materi mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum diatas,
disimpulkan bahwa pengertian hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang
terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan
manusia, sehingga keamanan dan ketertiban tetap terpelihara.
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan
yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Hukum memiliki ciri-ciri, unsur-unsur, sifat, dan tujuan hukum. Mazhab ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi penemuan hukum, yang memiliki
pengertian yang dijelaskan oleh para ahli hukum.
Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta
kehidupan yang aman dan damai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T. Drs. SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta 1989.

https://adikanina1987.wordpress.com/2013/02/28/ruang-lingkup-hukum-perdata/
diakses pada tanggal 12 Maret 2021 Pukul 14.30

http://rujakemas.blogspot.com/2017/12/hukum-perdata-pengertian-dan-ruang-
lingkup-hukum-perdata-kelas-faisal-luqman-hakim.html
diakses pada tanggal 12 Maret 2021 Pukul 13.30

http://hitamandbiru.blogspot.com/2011/01/makalah-pengantar-ilmu-
hukum.html#ixzz6oreEgLmK
diakses pada tanggal 12 Maret 2021 Pukul 15.30

17

Anda mungkin juga menyukai