Anda di halaman 1dari 5

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia, kasih sayang, dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Walaupun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena saya
sendiri masih dalam tahap belajar.
Makalah ini disusun sebagai memenuhi tugas Hukum Pengangkutan , yang
pada kesempatan ini saya meneliti tentang peristiwa tergelincirnya kereta api
batubara di Bandar Lampung pada 30 Januari 2008 , dengan Judul “Analisis Hukum
Pengangkutan terhadap Kecelakaan Kereta Api Batubara”. Dinamika dalam dunia
pengangkutan memang begitu pesat, selain kemajuan teknologi pengangkutan tidak
terlpas pula dengan adanya kejadian kecelakaan dalam perkembangan
pengangkutan.Untuk itu, saya rasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana
pandangan hukum terhadap adanya kecelakaan.
Dengan adanya makalah ini saya berharap bisa menambah pengetahuan
pembaca tentang pandangan hukum terhadap kecelakaan, khususnya kecelakaan
kereta api pengangkut barang.
Saya sadari makalah initidaklah luput dari berbagai kekurangan , untuk itu
saya berharap kritik dan saran agar bisa menjadi bekal agar kedepannya bisa
menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Terimakasih.

Purwokerto, 5 November 2019

(Shafira Nabila)
“Analisis Hukum Pengangkutan terhadap Kecelakaan Kereta Api Batubara”

Bab 1
Pendahuluan

Kereta Api merupakan alat transportasi yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Menurut kegunaannya, kereta api terbagi atas dua jenis, yaitu
kereta api yang digunankan untuk mengangkut penumpang (gerbong penumpang)
dan kereta api yang digunakan khusus untuk mengangkut barang (gerbong barang).
Ketentuan mengenai perkeretaapian di Indonesia diatur dalam UU no 23 tahun 2007
tentang Perkertaapian.
Perkeretapaian dikuasai oleh negara dan pembiaannya dilakukan oleh
pemerintah. Penyelenggaraan angkutan kereta api dilakukan dengan suatu perjanjian
pengangkutan antara pihak pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang,
oleh karena itu perjanjian pengangkutan kereta api juga dibedakan menjadi dua yaitu
perjanjian pengangkutan penumpang dan perjanjian pengangkutan barang
Perjanjian pengangkutan tidak diberikan definisi dalam Buku II Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang. Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat
konsesnsuil.Menurut pendapat Profesor R. Subekti, SH yang dimaksud dengan
perjanjian pengangkutan yaitu perjanjian dimana pihak menyanggupi untuk dengan
aman membawa orang/barang dari tempat satu ke tempat lain, sedangkan pihak lain
menyanggupi akan membayar ongksnya.
Perlindungan hukum atas hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga
harus pmendapat kepastian. Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan perlu
dilakukan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan
dan pelayanannya, serta tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan
masyarakat, kelestarian masyarakat, dan ketertiban umum sehingga terwujud sistem
transportasi nasional yang terpadu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap
bentuk pertanggung jawaban atas kasus kecelakaan Kereta Api Pengangkut Batu
Bara yang tergelincir di kilometer 4 desa Waylunik, Bandar Lampung pada 30
Januari 2008.
Bab II
Pembahasan

A.Kasus

Tempo.co
30 Januari 2008 21:58 WIB

“Kereta Api Pengangkut Batubara Tergelincir”

Kereta api pengangkut batu bara milik PT.Bukit Asam Tergelincir di


kilometer 4, desa Waylunik Panjang Bandar Lampung, Selasa petang (30/01).
Akibatnya, dua gerbong terguling dan muatan 100 ton batubara tumpah di lintasan
kereta, “Diduga roda kereta lepas dan dua gerbong terakhir keluar dari lintasan serta
terserert hingga 200-an meter” Kata Komisaris Besar Polisi Syauqie Ahmad, Kepala
Kepolisian Kota Besar Bandar Lampung di lokasi kejadian. Tidak ada korban jiwa
dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan sebuah sepeda motor tertimpa
timbunan batubara. “Sementara dua orang anak kecil hanya mengalami luka ringan,”
kata Syauqie.
Syauqie mengatakan bahwa kejadian itu adalah yang kedua kali dalam
sebulan terakhir. Itu artinya sepanjang lintasan tersebut berbahaya,” ujarnya .
Kapoltabes meminta PT Kereta Api mengaktifkan pengecekkan berkala terhadap
kelayakan lintasan kereta di Lampung. ”Jika ditemukan lintasan tidak layak dan
rusak, kereta tida boleh melintasi,” tegasnya.
Apalagi, kata Syauqie, di sepanjang jalur tersebut balok bantalan rel banyak
yang pecah. Dia menambahkan, polisi masih melakukan pemeriksaan di tempat
kejadian perkara.
Sementara itu, juru bicara PT KAI Divisi Regional III Tanjung Karang,
Zakaria, mengatakan sepanjang kilometer satu hingga kilometer enam lintasan kereta
sangat rawan kecelakaan. ”Kami sudah memberlakukan standar kewaspadaan pada
masinis bila melintasi jalur tersebut. Di kilometer tersebut perlintasan menurun,
berkelok dan rel bergelombang di sana-sini.”
Selain itu, Zakaria menilai tanah di sepanjang perlintasan tersebut sangat
labil. ”Rel mudah melengkung karena terdorong peregerakkan tanah,” katanya.PT
KAI, kata Zakaria, langsung melaporkan kejadian itu ke Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT). “Mereka memastikan segera turun ke lokasi
untuk memeriksa penyebab kecelakaan,” katanya. Zakaria menduga roda gerbong
tergelincir dari rel dan terlepas
Kereta milik PT Bukit Asam yang tergelincir mengangkut 2000 ton batu bara
dari Sumatera Selatan menuju Tarahan, Lampung. Dari Tarahan, batu bara tersebut
diangkut ke pembangkit Suralaya di Banten. Dalam sehari kereta pengangkut
batubara 12 kali hilir mudik Palembang-Lampung. PT KAI menjamin lalulintas
kereta tidak terganggu. “Besok, kereta barang bisa melintas,” kata Zakaria.

Dilansir dari: https://nasional.tempo.co/read/116590/kereta-pengangkut-


batu-bara-tergelincir
B. Analisis Kasus

1) Kronologi
Kereta Api pengangkut batubara milik PT.Bukit Asam tergelincir di kilometer 4,
desa Waylunik, Panjang, Bandar Lampung, Selasa petang (30/01). Akibatnya, dua
gerbong terguling dan muatan 100 muatan batubara tumpah di lintasan kereta.
Dalam kasus ini, KA yang mengalami kecelakaan termasuk KA pengangkut
barang , tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan
sepeda motor yang tertimpa timbunan batubara, dan dua orang anak kecil mengalami
luka ringan.
Setelah pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa kereta tergelincir disebabkan
banyak balok bantalan rel yang pecah dan banyak rel yang bergelombang

2) Faktor Penyebab Kecelakaan


UU no 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian telah mengatur perawatan prasarana
perkeretaapian Penyebab dari kasus diatas yaitu banyak bantalan balok yang pecah
dan banyak rel bergelombang didaerah sekitar terjadi kecelakaan. Pada pasal 35 ayat
(1) UU ini menyatakan bahwa Prasaran perkeretaapian umum dan khusus  meliputi
Jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api
Dalam pasal 35 ayat (1) ini dihubungkan dengan pasal 65 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib merawat
prasarana perkeretaapian agar tetap layak beroprasi”. Dari kedua pasal ini maka
dapat diambil kesimpulan bahwa penyelenggara prasarana perkeretaapian tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana termuat dalam UU ini”
Apabila tidak diatur dalam UUKA maka bisa diberlakukan peraturan perundang-
undang yang lain dan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
diganti berdasarkan UUKA yang baru ini. Sesuai dangan ketentuan pasal 215 UU
No.23 tahun 2007 tentang perkeretaapian.

3) Dampak Kerugian Akibat Kecelakaan


Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan
sebuah sepeda motor tertimpa timbunan batu bara.dan dua orang anak kecil hanya
mengalami luka ringan. PT Bukit asam menderita kerugian karena batu bara yang
dimuatnya tumpah di lintasan kereta api
4) Bentuk Pertanggung Jawaban
Ada 4 prinsip tanggung jawab yang dikenal dalam hukum pengangkutan:
a. Tanggung jawab berdasarkan kesalahan
b. Tanggung jawab berdasarkan praduga
c. Tanggung jawab mutlak
d. Tanggung jawab terbatas

Prinsip tanggung jawab yang dapat digunakan yaitu prinsip tanggung jawab
karena praduga. Karena pengankut dalam hal ini KA pengangkut barang tidak
melakukan kesalahan/kelalaian dan peristiwa itu tidak mungkin dihindari.
Pertanggung jawaban pengangkut kereta api bertanggung jawab tentang
pelaksanaanperjanjian pengangkutan mulai pada saat barang diterima sampai barang
diserahkan kepada penerima yang berhak, baik yang mengenai rutenya sendiri,
maupun rute perusahaan kereta api lain. Pertanggung jawaban itu meliputi hilang
seluruhnya atau sebagian ataupun penyerahannya terlambat dari barang, kecuali
kalau pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian itu di luar kesalahannya dan
di luar kesalahan buruh-buruhnya (pasal 78 BVS)
Berdasarkan uraian diatas, dalam kasus ini Kereta api pengangkut batu bara
milik PT. Bukit Asam tidak bersalah karena kecelakaan itu disebabkan oleh banyak
bantalan balok yang pecah dan banyak rel bergelombang didaerah sekitar terjadi
kecelakaan sehingga yang bersalah ialah penyelanggara prasarana perkereraapian .

Bab III
Penutup

Kesimpulan
Pada pasal 35 ayat (1) UU Perkeretaapian menyatakan bahwa Prasaran
perkeretaapian umum dan khusus  meliputi Jalur kereta api, stasiun kereta api dan
fasilitas operasi kereta api sehingga prasarana perkeretaapian untuk melaksankan
kewajibannya agar layak untuk beroerasi sebagaimana diatur dalam pasal pasal 65
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib
merawat prasarana perkeretaapian agar tetap layak beroprasi”.
Dalam kasus ini bukanlah kesalahan pengemudi dan pemilik kereta api,
melainkan karena kondisi rel yang menimbulkan kecelakaan sehingga yang
bertanggungjawab adalah penyelenggara prasarana.

Anda mungkin juga menyukai