TENTANG
PENGATURAN HUKUM PENGANGKUTAN UDARA
NAMA
NIM
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
Makassar
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Puji syukur kepada tuhan yang maka kuasa atas kehadirat-Nya,
denganlimpahan rahmat-Nya, hidayah serta inayah-Nya Penulis diberi
kesempatan serta kemudahan dalam menyelesaikan makalah tentang
pengaturan hukum pengangkutan udara menambah wawasan kita semua bahwa
pentingnya mengetahui tentang pengaturan akan pengangkutan udara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2 Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat dan
Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), hlm 20.
3 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: CV Rajawali, 1981), hlm 5.
4 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008),
hlm 12.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Hukum Pengangkutan Udara ?
b. Bagaimana Pengaturan Hukum Pengangkutan Udara di Indonesia?
c. Apa bentuk Perjanjian Pengangkutan Udara di Indonesia?
d. Siapa- saja pihak dalam pengangkutan udara?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini sesuai Latar Belakang yang telah di
sampaikan di atas ialah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas
terutama yang berada di dalam ruang lingkup bisnis bahwa pentingnya
mengetahui dan memahami pengaturan tentang hukum serta hakekat dari
pengangkutan udara.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa yang dimaksud dengan Hukum Pengangkutan Udara ?
Hukum udara (air law) merupakan hukum yang berlaku di ruang udara,
yaitu wilayah yang berada di bawah kedaulatan suatu negara. “Hukum udara
adalah sekumpulan (seperangkat) peraturan yang mengatur kegiatan manusia
dan/atau subyek hukum lain di ruang udara”. 5 Apabila kegiatan manusia dan
subjek hukum lain tersebut berada di atas wilayah nasional atau dengan kata
lain berada di ruang udara nasional berarti hukum yang mengatur tentang
kegiatan tersebut termasuk dalam ruang lingkup hukum udara nasional
(national air law).6 Hukum udara termasuk hukum transportasi udara,
merupakan hukum yang bersifat sui generalis yang memiliki karakteristik
khusus yang mengatur kegiatan manusia dam subjek hukum lain di ruang udara.
Di Indonesia, hukum udara berhubungan dengan wilayah nasional
Indonesia yang diakui hak kedaulatan dan yurisdiksinya. Bentuk penegakan
kedaulatan atas wilayah ruang udara nasional antara lain penegakan hukum
terhadap pelanggaran wilayah udara kedaulatan Indonesia dan pelanggaran
terhadap kawasan udara terlarang, baik kawasan udara nasional maupun asing,
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 2 ayat 2 UU No. 15 Tahun 1992, dan
Peraturan Pemerintah RI No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan
4.
a. Undang-undang Undang-undnag yang mengatur pengangkutan udara
di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 tentang
Penerbangan yang diperbarui menjadi Undang-Undang Nomor 15
5 Saefullah Wiradipraja. 2014. Pengantar Hukum Udara dan Ruang Angkasa. Bandung: Alumni. hlm 3
6 Ibid., hlm.2.
Tahun 1992 tentang Penerbangan dan kemudian Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
b. Ordonasi
1) Luchtverkeersverordening (Stb. 1936:425) Tentang Lalu Lintas
Udara.
2) Luchtvernoerordonnantie (Stb 1939:100) Tentang Pengangkutan
Udara yang mengatur pengangkutan penumpang bagasi, dan kargo.
3) Luchtvaarquarantaine ordonantie (1030:149 Jo Stb 1939:150)
c. Perjanjian-perjanjian internasional dan perjanjian khusus
Mengenai bidang pengangkutan udara ada beberapa perjanjian
internasional dan perjanjian khusus yang perlu mendapat perhatian,
seperti:
1) Perjanjian Warsawa tanggal 12 Oktober 1929, yang berlaku di
Indonesia mulai tanggal 29 September 1933.
2) Konvensi mengenai Penerbangan Sipil Internasional yang dikenal
dengan Konvensi Chicago Tahun 1944 (Convention Aviation
Chicago).
3) Konvensi The Haaque Tahun 1970 tentang perlindungan pesawat
udara dari tindakan melawan hukum.
d. Peraturan Pemerintah
Beberapa peraturan pemerintah yang menjadi sumber hukum
pengangkutan udara antara lain:
1) Peraturan Pemerinah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan
Udara yang diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2000.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1996 tentang
Kebandarudaraan yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 70
Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan.
e. Peraturan Menteri Perhubungan, antara lain:
1) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang
Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara; 5.
2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2012 Tentang
Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal Dalam Negeri;
3) Peraturan Menteri Perhubungan No. 89 Tahun 2015 Tentang
Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) Pada
Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia.
6.
Hal ini terdapat dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (Stb. No. 100
Tahun 1939) Pasal 5 ayat 2, pasal 6 ayat 5 dan pasal 7 ayat 2, Cf. Konvensi
Warsawa Pasal 3 ayat 2, Pasal 4 ayat 4 dan Pasal 5 ayat 2.20 Pasal 140 UURI No.
7 Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang Dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 67.
1 Tahun 2009 diatur kewajiban badan usaha angkutan udara niaga untuk
mengatur penumpang. Menurut Pasal tersebut, badan usaha angkutan udara
niaga wajib mengangkut orang dan/atau kargo dan pos setelah disepakatinya
perjanjian angkutan, disamping itu badan usaha angkutan negara niaga juga
wajib memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap pengguna jasa
angkutan udara sesuai dengan perjanjian angkutan yang disepakati. Perjanjian
angkutan tersebut dibuktikan dengan tiket penumpang dan dokumen muatan.
a. Pihak pengangkut;
b. Pihak penumpang;
c. Pihak pengirim dan;
d. Pihak penerima.
Mengenai siapa saja yang menjadi pihak-pihak dalam pengangkutan ada
beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli antara lain; Wiwoho Soedjono
menjelaskan bahwa di dalam pengangkutan terutama mengenai pengangkutan
barang, maka perlu diperhatikan tiga unsur yaitu: pihak pengirim barang; 7.
9
pihak penerima barang dan barangnya itu sendiri. Kemudian untuk melihat
yang menjadi pihak dalam perjanjian pengangkutan harus dilihat antara
8.
Pihak penumpang selalu berstatus perseorangan, sedangkan pihak penerima
kiriman dapat berstatus persorangan atau perusahaan. Pihak-pihak lainnya
yang berkepentingan dengan pengangkutan selalu berstatus perusahaan
badan hukum atau persekutuan bukan badan hukum.
Jadi pihak-pihak yang telah diuraikan diatas merupakan pihak-pihak yang
secara langsung terkait pada perjanjian pengangkutan. Di samping pihak yang
terkait langsung, ada juga mereka yang secara tidak langsung terikat pada
perjanjian pegangkutan niaga karena bukan pihak, melainkan bertindak atas
nama atau untuk kepentingan pihak lain, seperti ekspeditur, agen perjalanan,
pengusaha bongkar muat, pengusaha perdagangan, atau karena dia memperoleh
hak dalam perjanjian pengangkutan niaga, seperti penerima.
9.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi menurut penulis Hukum udara (air law) merupakan hukum yang
berlaku di ruang udara, yaitu wilayah yang berada di bawah kedaulatan suatu
negara. “Hukum udara adalah sekumpulan (seperangkat) peraturan yang
mengatur kegiatan manusia dan/atau subyek hukum lain di ruang udara”. Di
Indonesia sendiri, hukum udara berhubungan dengan wilayah nasional
Indonesia yang diakui hak kedaulatan dan yurisdiksinya. Bentuk penegakan
kedaulatan atas wilayah ruang udara nasional antara lain penegakan hukum
terhadap pelanggaran wilayah udara kedaulatan Indonesia dan pelanggaran
terhadap kawasan udara terlarang, baik kawasan udara nasional maupun
asing, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 2 ayat 2 UU No. 15 Tahun 1992,
dan Peraturan Pemerintah RI No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan.
10.
DAFTAR PUSTAKA
I. Jurnal, AYNC Musa, “TEORI PENGANGKUTAN UDARA DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN”.
II. Jurnal, A Sinilele, “TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN
DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN”.
III. Tesis, AHMAD ZAZILI, SH., “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA BERJADWAL
NASIONAL”. Tahun 2008.
11.