Anda di halaman 1dari 17

PENGANGKUTAN

MATA KULIAH HUKUM DAGANG

Dosen Pengampu : Romawi SHI, MH

Oleh :

Bima Mufasa Thoriq (S20194075)

Eva Alawiyatul Wardania (S20194082)

Farid Septyan Fatoni (S20194087)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI NEGERI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami selaku penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.

Makalah yang berjudul “PENGANGKUTAN” ini disusun dalam rangka memenuhi


tugas mata kuliah hukum dagang. Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis
mendapatkan bantuan dari para pihak kelompok yang bertujuan bekerja sama dalam
meringankan beban pembuatan makalah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan,
guna memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam kepenulisan pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat ilmunya untuk para pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengangkutan dan Hukum Pegangkutan…...............................................


B. Tujuan Pengangkutan………………………………………………………...............
C. Prinsip Hukum Pengangkutan………….……………….……………………..……..
D. Dasar HUkum Pengangkutan…….……………………………………………..……
E. Subyek dan Obyek Pengangkutan……………………………………………………
F. Jenis Pengangkutan (Darat, Laut, Udara)…………………………………………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...........................................................................................................
...........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangkutan merupakan sebuah perjanjian timbal balik antara pengangkut da


pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang di tuju atau ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat. Sedangkan pengirimnya itu mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan tersebut.1
Di proses pengangkutan ini ada perjanjian yang sifatnya juga mengikat, sifat
perjanjian yang ditimbulkan oleh pengangkutan yang mempnyai arti timbal balik dimana
para pihak yang bersangkutan itu mempunyai kewajiban sendiri di dalamnya. Ada juga
jenis-jenis dari pengangkutan yaitu meliputi pengagkutan darat, pengangkutan laut, dan
juga pengangkutan udara.
Setelah jenis-jenis pengangkutan maka ada juga yang namanya tujuan
pengngkutan yaitu untuk mengirim barang dengan cepat dan aman selamat sampai tujuan
tanpa adanya kerusakan karena sudah terjamin di jaga keadaannya sesuai dengan
perjanjian dan peraturan yang ada. Jika misalnya barang itu rusak atau angkutan
mengalami kecelakaan yang tidak disengaja maka yang bertanggung jawab atas
rusaknya barang angkutan tersebut adalah si pengangkut, namun jika perusahan bersedia
menanggung jawabi maka si pengangkut juga bisa bebas dari jeratan sanksi.
Adapun perjanjian pengangkutan itu sendiri adalah persetujuan dari para pihaknya
untuk terutama pengangkut yang mengikatkan diri untk menyelenggarakan pengangkutan
penumpang atau barang dari satu tempat ke tempa yang lain atau tempat yang dituju
ataupun tempat tertentu dan juga mengirim barang dengan membayar biaya atau ongkos

1
Ragayu Hartini, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”, ( Malang: Citra Mentari, 2012 ), 14.
dari angkutan sebagaimana yang telah di setujui bersama di dalam sebuah perjanjian
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip dasar hukum pengangkutan ?
2. Bagaimana tujuan dari pengangkutan tersebut ?
3. Bagaimana subyek dan obyek serta jenis-jenis dalam pengngkutan ?

C. Tujuan

Agar dapat mengetahui dan memahami lebih detail lagi mengenai apa itu pengangkutan
di dalam hukum dagang dan juga engetahui prinsip-prinsip dasar hukum pengangkutan, tujuan
pengangkutan, subyek dan obyek serta jenisnya dari pengangkutan yang mana apabila suatu saat
nanti jika menyelami dunia perdagangan atau bisnis sebagai pekerjaan sampingan, mahasiswa
tidak lagi merasa bingung bagaimana cara mengenal lebih dalam lagi mengenai proses
pengangkutan dan hukumnya karena sudah mempelajarinya saat di bangku perkuliahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan


Pengngkutan menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan merupakan perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
yang lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan menurut
Kitab Undang-undang HUkum Dagang (KUHD), hukum dagang merupakan hukum yang
mengatur perjanjiantimbal balik antara pengangkut dengan pengirim dan juga membayar
ongkos dari angkutan tersebut yang dilakukan antara (Pengirim-penerima pengirim –
penumpang).
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPER), hukum
pengangkutan adalah hukum yang mengatur perjanjian timbal balik antara pengangkut
dan pengirim, dimana pengangkut ini mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang atau orang dari sutu tempat ketempat lain.Adapun arti hukum
pengngkutan bila ditinjau dari segi keperdataan ini dapat kita sebut sebagai
keseluruhannya peraturan-peraturan, di dalam dan di luar kondifikasi dari Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (KUHPER) dan KItab Undang0undang Hukum Dagang
(KUHD).yang berdasarkaan asas dan bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan
hukum yang terbit karena keperluan pemindahan brang atau orang dari suatu tempat ke
tempt Lin demi memenuhi perikatan yang lahir dari suatu perjanjian yang dilakukan. 2
Pengangkutan meliputi unsur-unsur :
1. Ada sesuatu yang diangkat.
2. Adanya kendaraan sebagai alat angkutan.

2
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramon, “Hukum Pengankutan Di Indonesia”, (Jakarta: PT RINKA
CIPTA, 1991), 5.
3. Adanya tempat atau jalan yang dapat dilalui oleh angkutan tesebut.3

B. Tujuan Pengangkutan

Pada dasarnya fungsi dan tujuan dari pengangkutan itu adalah untuk
memindahkan barat atau orang maupun penumpangdari tempat satu ke tempat yang lain
yaitu tujuannya. Jadi dengan adanya pengangkutan, manusia lebih mudah untuk
melakukan pemindahan barang atau orang ke tempat terjauhnya dan diadakannya
perpindahan barang-barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ke
tempat dimana barang-barang tersebut diperlukan dan menjadi lebih bermanfaat. Pada
hakikatnya, orang atau barang-barang yang akan diangkut itu juga harus memenuhi
ketentuan yang dimana dari perpindahan tempat ke tempat lain atau tempat tang dituju itu
terjamin keamanan dan keselamatannya.

Pengangkutan mempunyai 2 nilai kegunaan yaitu mleiputi :4

1. Kegunaan Tempat (Place Utility).


Dengan adanya pengangkutan berarti terjadi perpindahan barang dari
suatu tempat, dimana barang tersebut dirasakan kurang bermanfaat ke
tempat lain yang menyebabkan barang tersebut bisa berubah bernilai
dan bermanfaat.
2. Kegunaan Waktu (Time Utility).
Dengan adanya pengangkutan berarti dapat dimungkinkan terjadinya
suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain,
dimana barang tersebut diperlukan dan bisa sampai tepat pada
waktunya.

C. Prinsip Hukum Pengangkutan


Dalam hukum pengangkutan dikenal adanya lima prinsip tanggung jawab
pengangkut, yaitu:5
3
Alexander Thian, “Hukum Dagang”, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2021), 216.
4
Ibid, 221.
5
Perhatikan Undang-Undang Na 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2325, nurut
D Tentang Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju, angka 30 12 Perhatikan Sedarmayanti, H), Good
1. Tanggung Jawab Praduga Bersalah (Presumption of Liability) Menurut
prinsip ini, ditekankan bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab atas
setiap kerugian yang timbul pada pengangkutan yang diselenggarakannya.
tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka
dia dibebaskan dari tanggung jawab untuk membayar ganti rugi tersebut.
Beban pembuktian ini diberikan kepada pihak yang dirugikan dan bukan
pada pengangkut. Hal ini diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata tentang
perbuatan melawan hukum (illegal act) sebagai aturan umum, di mana
aturan khususnya diatur dalam undang-undang tentang masing-masung
pengangkutan. Dalam perjanjian pengangkutan, perusahaan angkutan dan
pengirim boleh menjanjikan prinsip tanggung jawab praduga, biasanya
dirumuskan dengan kalimat "kecuali jika perusahaan angkutan dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan karena kesalahannya".
Dalam KUHD juga menganut prinsip tanggung jawah karena pradaga
bersalah, sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan pasal 468 ayat 2
KUHD, yaitu "apabila barang yang diangkut tidak diserahkan sebagian
atau seluruhnya atau rusak, pengangkut bertanggung jawab untuk
mengganti kerugian kepada pengirim, kecuali dia dapat membuktikan
bahwa diserahkan sebagian atau seluruh atau rusaknya barang tersebut
karena peristiwa yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat dihindari
terjadinya.
Dengan demikian jelas bahwa dalam hukum pengangkutan d Indonesia,
prinsip tanggung jawab karena kesalahan dan karena praduga bersalah
keduanya dianut. Tetapi, prinsip tunggung jawab karena kesalahan adalah
asas, sedangkan prinsip tanggung jawab karena praduga adalah
pengecualian artinya pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian
yang timbul dalam

2. Penerapan Prinsip Good Governance dalam Hukum Pengangkutan Darat.


Sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan transformasi dan

overnance (kepemerintahan yang Baik) Bagian kedua, CV Mandar Maju, 2004, hlm.Nom:Medan; 01 Januari 2014
reformasi di berbagai bidang, termasuk Hukum Pengangkutan Darat,
dewasa ini di Indonesio dituntut untuk dapat membentuk kemitraan antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani secara konkrit.
Oleh sebab itu, dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 telah
diimplementasikan unsur unsur dalam kepemerintahan (governance
stakeholders) yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori:
LNegara/Pemerintahan, berfungsi sebagal pembina, baik dalam
perencanaan, pengaturan, penge ndalian dan pengawasan dengan
memperhatikan pelibatan sektor swasta dan kelembagaan masyarakat
madani
3. Sektor swasta, pelaku sektor swasta adalah mencakup perusahaan swasta
yang aktif dalam Interaksi dengan penyeleng-garaan transportasi.

4. Masyarakat madani (civil society), yaitu kelompok masyarakat dalam


konteks kenegaraan yang pada dasarnya berada diantara pemerintah dan
perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok
masyarakat yang berinteraksi secara sosial, ekonomi dan politik,
khususnya dalam bidang transportasi.

D. Dasar Hukum Pengangkutan


Dalam perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak, yaitu antara pengangkut
dan pengirim adalah sama tinggi. Hubungan kerja di dalam perjanjian pengangkutan
antara pengangkut dan pengirim tidak secara terus menerus, tetapi sifatnya hanya berkala,
ketika seorang pengirim membutuhkan pengangkut untuk mengangkut horing Perjanjian
pengangkutan mengandung tiga prinsip tanggung jawab, yaitu: Prinsip tanggung jawab
berdasarkan kesalahan pengangkutan dan berhak menerima biaya pengangkutan.
Sedangkan kewajiban pengirim atau penampang adalah membayar biaya pengangkutan
dan berhak atas pelayanan pengangkutan yang wajar.6

E. Subyek Dan Obyek Pengangkutan


6
Ibid.
Subjek hukum pengangkutan Menurut Abdulkadir Muhammad, subjek hukum
pengangkutan adalah: “pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum
pengangkutan, yaitupihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian
sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.Mereka itu adalah pengangkut, pengirim,
penumpang, penerima, ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat bongkar, dan
pengusaha pergudangan. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum,
persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan”.Pengangkutan Dalam perjanjian
pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban memberikan
pelayanan jasa angkut an, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan
sesuai yang telah di janjikan.

Subjek hukum pengangkutan atau biasa disebut dengan pihak-pihakdalam


pengangkutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:7

1. Penumpang adalah pihak yang menggunakan jasa angkutan dan


berkewajiban membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut.

2. Pengirim adalah pihak yang menggunakan jasa angkutan dan


berkewajiban membayar biaya angkutan atas barangnya yang diangkut.

3. Penerima adalah pihak yang memiliki hak untuk menerima barang yang
dikirimkan kepadanya.
4. Ekspeditur adalah pihak perantara yang menghubungkan antara pengirim
dan pengangkut. Ekspeditur bertindak atas nama pengirim.
5. Agen perjalanan adalah pihak yang mencarikan penumpang bagi
pengangkut dan bertindak untuk kepentingan pengangkut.
6. Pengusaha bongkar muat adalah perusahaan yang menjalankan bisnis
bidang jasa pemuatan barang ke kapal dan pembongkaran barang dari
kapal.

7
Neng Yani Nurhayani, op. cit., hlm 75.
7. Pengusaha pergudangan adalah perusahaan yang bergerak dibidang jenis
jasa penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama bartang yang
bersangkutan menunggu pemuatan ke kapal.

yang diartikan sebagai “objek hukum” segala sesuatu yang digunakan untuk
mencapai tujuan hukum, yang diartikan dengan objek hukum pengangkutan adalah segala
sesuatu yang digunakan mencapai tujuan hukum pengangkutan. Tujuan hukum
pengangkutan adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan,
Maka yang menjadi objek hukum pengangkutan adalah sebagi berikut: 1 Muatan barang
Muatan barang lazim disebut dengan barang saja.Barang yang dimaksud adalah yang sah
menurut Undang-Undang.Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.Barang
diangkut dari satu tempat ketempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkutan.

Berdasarkan objeknya, pengangkutan kemudian dibedakan menjadi 2 (dua) jenis,


yaitu pengangkutan orang dan pengangkutan barang. Tujuan dari pengangkutan orang
adalah untuk memindahkan orang ke tempat yang hendak dituju dengan selamat agar
dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya. 8

Menurut Andriansyah, kondisi angkutan darat di kota-kota besar di Indonesia


yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dapat dipastikan bahwa
kedepannya akan dipenuhi oleh kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor
sebagai moda angkutan yang dipilih oleh masyarakat karena sifatnya yang cepat dan
efisien. Sesuai denganaspek keterjangkauan, sepeda motor menjadi favorit masyarakat di
kalangan tertentu karena kemampuan sepeda motor untuk menerobos kemacetan di kota-

8
Abdulkadir Muhammad. (1991). Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung: Citra Aditya Bakti, h. 19.
kota besar dan juga menjangkau tempat-tempat yang pelosok sekalipun. Kemudahan
yang didapat dengan menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi kemudian
menggeser fungsi utama sepeda motor yang awalnya hanya menjadi kendaraan yang
digunakan untuk kepentingan pribadi menjadi kendaraan yang dapat digunakan untuk
jasa transportasi.9

F. Jenis Pengangkutan (Darat, Laut, Dan Udara)


Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang atau
barang disuatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan menempuh
perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut, udara. Dimana pengangkut
berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
maksud meningkatkan daya guna adan nilai dari barang tersebut.
Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia pengangkutan
terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu:
1. Pengangkutan Darat

2. Pengangkutan Udara

3. Pengangkutan di Perairan (laut)

Transportasi atau pengangkutan dapat dikelompokan menurut macam atau


jenisnya yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis
transportasi itu berlangsung, dari sudut teknis serta sudut alat angkutannya. Secara rinci
klasifikasi transportasi sebagai berikut :
Dari segi yang diangkut, transportasi meliputi:
1. Angkutan penumpang (passanger)

2. Angkutan barang (goods)

3. Angkutan pos (mail).

9
Andriansyah. (2015). Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), h. 93.
Pengangkutan darat mempunyai ruang lingkup yang luas seperti angkutan yang
dilakukan pada jalan raya serta rel kereta api.6 Dalam undang-undang No. 3 tahun 1965
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan hak dan kewajiban
mengenai pengangkutan barang maupun penumpang.10

1) Pengangkutan Darat
Pengangkutan di darat pengaturannya terdapat dalam Ordonansi Lalu
Lintas di Jalan Umum atau Wegverkeersordonnantie (Lembaran Negara
1933-86). Pada peraturan tersebut memberikan peraturan-peraturan untuk
lalu lintas di jalan umum, yakni seperti mengenai tanggung jawab
pengangkut ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (1) bahwa “seorang pemilik
atau pengusaha sebuah kendaraan umum bertanggung jawab untuk tiap
kerugian yang diderita oleh seorang penumpang atau kerusakan pada
barang yang diangkutnya, keculai jika ia dapat membuktikan bahwa
kerugian atau kerusakan itu tidak dapat disebabkan karena kesalahan
pengangkut atau bukan disebabkan oleh orang-orang yang bekerja
padanya”.11
Terhadap pengangkutan darat, di Indonesia terdapat dua jenis Pada
pengangkutan darat agar terjadi pengangkutan dengan kendaraan umum,
perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu, yang dapat
dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat pengangkutan barang.
Perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan atau
barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan tersebut atau setelah
dilakukannya pembayaran biaya angkutan oleh penumpang atau pengirim
barangyaitu pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api. 12

2) Pengangkutan Perairan
Jenis angkutan di perairan dibagi menjadi tiga yaitu angkutan laut,
angkutan sungai dan danau, angkutan penyeberangan. Dalam hukum
pelayaran, diadakan perbedaan antara pelayaran laut dengan pelayaran
10
Mr. R. Soekardono, Hukum “Dagang Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta,1961,hlm 10
11
R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18
sungai dan perairan pedalaman. Dalam hal pelayaran laut hubungan laut
dengan daratan terputus, sedangkan pada perairan pedalaman pada
umumnya tidak demikian. Oleh karena itu pada pelayaran laut timbul
keadaan-keadaan luar biasa, lebih banyak yang harus diatur daripada
perairan pedalaman.13

3) Pengangkutan Udara

Pengangkutan melalui udara di Tanah Air kita telah diadakan serta


dikembangkan dengan baik, mulai dari ujung barat sampat dengan ujung
timur angkutan udara telah mampu menghubungkan tempat atau kota-kota
tertentu dengan waktu yang singkat, karena sarana-sarana angkutan baik
pesawat maupun lapangan terbangnya telah berkembang dengan pesat. 14
Hukum pengangkutan udara adalah sebagian dari hukum udara. Hukum
udara Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu hukum udara kenegaraan
dan hukum udara keperdataan. Hukum pengangkutan udara adalah
sebagian dari hukum udara keperdataan. 15

13
Sapto Sardjono, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, (Jakarta: Simplex, 1985), hlm 5-6.
14
G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi Angkutan Udara, (Bandung:
Armico, 1981), hlm 5
15
H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengngkutan menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan merupakan perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
yang lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan menurut
Kitab Undang-undang HUkum Dagang (KUHD), hukum dagang merupakan hukum yang
mengatur perjanjiantimbal balik antara pengangkut dengan pengirim dan juga membayar
ongkos dari angkutan tersebut yang dilakukan antara (Pengirim-penerima pengirim –
penumpang). Pada hakikatnya, orang atau barang-barang yang akan diangkut itu juga
harus memenuhi ketentuan yang dimana dari perpindahan tempat ke tempat lain atau
tempat tang dituju itu terjamin keamanan dan keselamatannya.

pengangkutan mengandung tiga prinsip tanggung jawab, yaitu: Prinsip tanggung


jawab berdasarkan kesalahan pengangkutan dan berhak menerima biaya pengangkutan.
Sedangkan kewajiban pengirim atau penampang adalah membayar biaya pengangkutan
dan berhak atas pelayanan pengangkutan yang wajar. Sedangkan subjek hukum
pengangkutan Menurut Abdulkadir Muhammad, subjek hukum pengangkutan adalah:
“pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitupihak-pihak
yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian
pengangkutan.Kemudian, objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
mencapai tujuan hukum, yang diartikan dengan objek hukum pengangkutan adalah segala
sesuatu yang digunakan mencapai tujuan hukum pengangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Hartini Rahayu, 2012, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”, Malang: Citra Mentari.
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramon,1991, “Hukum Pengankutan Di Indonesia”,
Jakarta: PT RINKA CIPTA.
Thian Alexander, 2021, “Hukum Dagang”, Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Undang-Undang Na 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2325,
nurut D Tentang Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju, angka 30 12 Perhatikan
Sedarmayanti, H), Good overnance (kepemerintahan yang Baik) Bagian kedua, CV Mandar
Maju, 2004, hlm.Nom:Medan; 01 Januari 2014.
Yani Neng Nurhayani, op. cit.hlm 75.
Muhammad Abdulkadir. 1991, “Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara”, Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Andriansyah. (2015). Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Mr. R. Soekardono, 1962, “Hukum Dagang Di Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta.
R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18.
Sapto Sardjono, 1985, “Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia”, Jakarta: Simplex.
G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, 1981, “Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi
Angkutan Udara”, Bandung: Armico.
H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.

Anda mungkin juga menyukai