Oleh :
Puji syukur kami selaku penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
sebagai pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan,
guna memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam kepenulisan pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat ilmunya untuk para pembaca. Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ...........................................................................................................
...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Ragayu Hartini, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”, ( Malang: Citra Mentari, 2012 ), 14.
dari angkutan sebagaimana yang telah di setujui bersama di dalam sebuah perjanjian
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip dasar hukum pengangkutan ?
2. Bagaimana tujuan dari pengangkutan tersebut ?
3. Bagaimana subyek dan obyek serta jenis-jenis dalam pengngkutan ?
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui dan memahami lebih detail lagi mengenai apa itu pengangkutan
di dalam hukum dagang dan juga engetahui prinsip-prinsip dasar hukum pengangkutan, tujuan
pengangkutan, subyek dan obyek serta jenisnya dari pengangkutan yang mana apabila suatu saat
nanti jika menyelami dunia perdagangan atau bisnis sebagai pekerjaan sampingan, mahasiswa
tidak lagi merasa bingung bagaimana cara mengenal lebih dalam lagi mengenai proses
pengangkutan dan hukumnya karena sudah mempelajarinya saat di bangku perkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramon, “Hukum Pengankutan Di Indonesia”, (Jakarta: PT RINKA
CIPTA, 1991), 5.
3. Adanya tempat atau jalan yang dapat dilalui oleh angkutan tesebut.3
B. Tujuan Pengangkutan
Pada dasarnya fungsi dan tujuan dari pengangkutan itu adalah untuk
memindahkan barat atau orang maupun penumpangdari tempat satu ke tempat yang lain
yaitu tujuannya. Jadi dengan adanya pengangkutan, manusia lebih mudah untuk
melakukan pemindahan barang atau orang ke tempat terjauhnya dan diadakannya
perpindahan barang-barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ke
tempat dimana barang-barang tersebut diperlukan dan menjadi lebih bermanfaat. Pada
hakikatnya, orang atau barang-barang yang akan diangkut itu juga harus memenuhi
ketentuan yang dimana dari perpindahan tempat ke tempat lain atau tempat tang dituju itu
terjamin keamanan dan keselamatannya.
overnance (kepemerintahan yang Baik) Bagian kedua, CV Mandar Maju, 2004, hlm.Nom:Medan; 01 Januari 2014
reformasi di berbagai bidang, termasuk Hukum Pengangkutan Darat,
dewasa ini di Indonesio dituntut untuk dapat membentuk kemitraan antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani secara konkrit.
Oleh sebab itu, dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 telah
diimplementasikan unsur unsur dalam kepemerintahan (governance
stakeholders) yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori:
LNegara/Pemerintahan, berfungsi sebagal pembina, baik dalam
perencanaan, pengaturan, penge ndalian dan pengawasan dengan
memperhatikan pelibatan sektor swasta dan kelembagaan masyarakat
madani
3. Sektor swasta, pelaku sektor swasta adalah mencakup perusahaan swasta
yang aktif dalam Interaksi dengan penyeleng-garaan transportasi.
3. Penerima adalah pihak yang memiliki hak untuk menerima barang yang
dikirimkan kepadanya.
4. Ekspeditur adalah pihak perantara yang menghubungkan antara pengirim
dan pengangkut. Ekspeditur bertindak atas nama pengirim.
5. Agen perjalanan adalah pihak yang mencarikan penumpang bagi
pengangkut dan bertindak untuk kepentingan pengangkut.
6. Pengusaha bongkar muat adalah perusahaan yang menjalankan bisnis
bidang jasa pemuatan barang ke kapal dan pembongkaran barang dari
kapal.
7
Neng Yani Nurhayani, op. cit., hlm 75.
7. Pengusaha pergudangan adalah perusahaan yang bergerak dibidang jenis
jasa penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama bartang yang
bersangkutan menunggu pemuatan ke kapal.
yang diartikan sebagai “objek hukum” segala sesuatu yang digunakan untuk
mencapai tujuan hukum, yang diartikan dengan objek hukum pengangkutan adalah segala
sesuatu yang digunakan mencapai tujuan hukum pengangkutan. Tujuan hukum
pengangkutan adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan,
Maka yang menjadi objek hukum pengangkutan adalah sebagi berikut: 1 Muatan barang
Muatan barang lazim disebut dengan barang saja.Barang yang dimaksud adalah yang sah
menurut Undang-Undang.Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.Barang
diangkut dari satu tempat ketempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkutan.
8
Abdulkadir Muhammad. (1991). Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung: Citra Aditya Bakti, h. 19.
kota besar dan juga menjangkau tempat-tempat yang pelosok sekalipun. Kemudahan
yang didapat dengan menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi kemudian
menggeser fungsi utama sepeda motor yang awalnya hanya menjadi kendaraan yang
digunakan untuk kepentingan pribadi menjadi kendaraan yang dapat digunakan untuk
jasa transportasi.9
2. Pengangkutan Udara
9
Andriansyah. (2015). Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), h. 93.
Pengangkutan darat mempunyai ruang lingkup yang luas seperti angkutan yang
dilakukan pada jalan raya serta rel kereta api.6 Dalam undang-undang No. 3 tahun 1965
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan hak dan kewajiban
mengenai pengangkutan barang maupun penumpang.10
1) Pengangkutan Darat
Pengangkutan di darat pengaturannya terdapat dalam Ordonansi Lalu
Lintas di Jalan Umum atau Wegverkeersordonnantie (Lembaran Negara
1933-86). Pada peraturan tersebut memberikan peraturan-peraturan untuk
lalu lintas di jalan umum, yakni seperti mengenai tanggung jawab
pengangkut ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (1) bahwa “seorang pemilik
atau pengusaha sebuah kendaraan umum bertanggung jawab untuk tiap
kerugian yang diderita oleh seorang penumpang atau kerusakan pada
barang yang diangkutnya, keculai jika ia dapat membuktikan bahwa
kerugian atau kerusakan itu tidak dapat disebabkan karena kesalahan
pengangkut atau bukan disebabkan oleh orang-orang yang bekerja
padanya”.11
Terhadap pengangkutan darat, di Indonesia terdapat dua jenis Pada
pengangkutan darat agar terjadi pengangkutan dengan kendaraan umum,
perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu, yang dapat
dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat pengangkutan barang.
Perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan atau
barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan tersebut atau setelah
dilakukannya pembayaran biaya angkutan oleh penumpang atau pengirim
barangyaitu pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api. 12
2) Pengangkutan Perairan
Jenis angkutan di perairan dibagi menjadi tiga yaitu angkutan laut,
angkutan sungai dan danau, angkutan penyeberangan. Dalam hukum
pelayaran, diadakan perbedaan antara pelayaran laut dengan pelayaran
10
Mr. R. Soekardono, Hukum “Dagang Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta,1961,hlm 10
11
R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18
sungai dan perairan pedalaman. Dalam hal pelayaran laut hubungan laut
dengan daratan terputus, sedangkan pada perairan pedalaman pada
umumnya tidak demikian. Oleh karena itu pada pelayaran laut timbul
keadaan-keadaan luar biasa, lebih banyak yang harus diatur daripada
perairan pedalaman.13
3) Pengangkutan Udara
13
Sapto Sardjono, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, (Jakarta: Simplex, 1985), hlm 5-6.
14
G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi Angkutan Udara, (Bandung:
Armico, 1981), hlm 5
15
H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengngkutan menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan merupakan perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
yang lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan menurut
Kitab Undang-undang HUkum Dagang (KUHD), hukum dagang merupakan hukum yang
mengatur perjanjiantimbal balik antara pengangkut dengan pengirim dan juga membayar
ongkos dari angkutan tersebut yang dilakukan antara (Pengirim-penerima pengirim –
penumpang). Pada hakikatnya, orang atau barang-barang yang akan diangkut itu juga
harus memenuhi ketentuan yang dimana dari perpindahan tempat ke tempat lain atau
tempat tang dituju itu terjamin keamanan dan keselamatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini Rahayu, 2012, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”, Malang: Citra Mentari.
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramon,1991, “Hukum Pengankutan Di Indonesia”,
Jakarta: PT RINKA CIPTA.
Thian Alexander, 2021, “Hukum Dagang”, Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Undang-Undang Na 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2325,
nurut D Tentang Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju, angka 30 12 Perhatikan
Sedarmayanti, H), Good overnance (kepemerintahan yang Baik) Bagian kedua, CV Mandar
Maju, 2004, hlm.Nom:Medan; 01 Januari 2014.
Yani Neng Nurhayani, op. cit.hlm 75.
Muhammad Abdulkadir. 1991, “Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara”, Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Andriansyah. (2015). Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Mr. R. Soekardono, 1962, “Hukum Dagang Di Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta.
R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18.
Sapto Sardjono, 1985, “Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia”, Jakarta: Simplex.
G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, 1981, “Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi
Angkutan Udara”, Bandung: Armico.
H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.