Anda di halaman 1dari 39

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengangkutan
Kata “pengangkut” berasal dari kata dasae “angkut” yang memiliki arti
mengangkat dan membawa. Dalam kamus hukum tertulis bahwa, pengangkutan
adalah timbal balik antara pengangkut dam pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk melakukan pengangkutan barang dan/atau orang dari
suatu ke tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
memngikatkan diri untuk membayar ongkos angkutan. 1
Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dapat diartikannya yaitu
memindahkan barang-barang produksi dan barang oerdagangan ke tempat
konsumen dan sebaliknya bagi para produsen pengangkutan barang pengangkut
barang memungkinkan mereka memperoleh bahan-bahan yang mereka
perlukan untuk memproduksi barang.
Mengenai definisi pengangkutan secara umum dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengani
pengangkutan laut yang dinyatakan dalam Pasal 466 KUHD dikatakan bahwa :
“Pengangkutan dalam artian bab ini adalah barang siapa
yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau
carter menurut perjalanan, baik dengan perjanjian lainnya
mengikatkan untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
yang seluruhnya barang yang seluruhnya barang atau
sebagian melalui lautan”.2
Kemudian dalam Pasal 521 KUHD menyatakan: “Pengangkutan dalam
artian bab ini adalah barang siapa yang baik dengan carter menurut waktu atau
carter menurut perjalanan baik dengan perjanjian lain mengikatkan dirinya

1SetiawanWidagdo, Kamus Hukum, Penerbit PT. Prestasi Pustaka, Jakarta, 2012, hlm. 413
2R.Subekti, dkk, Kitab UndangUndang hukum Dagang, PT Pradnya Paramita,Jakarta,Cetakan
27,2002, hlm 134

22
untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau
sebagian melalui lautan”. 3
Pelaksanaan pengangkutan ini haruslah ada persetujuan terlebih dahulu
dan ada kesepakatan diantara pihak yang bersangkutan, dan tidak terlepas
dengan syarat-syarat perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer).
Menurut Sution Usman Adji, bahwa pengangkutan adalah : “Sebuah
perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkutan mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu,
sedangkan pihak lainnya berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu
untuk pengangkutan tersebut”.4
Sebelum pengangkutan dilaksanakan pada umumnya terjadi suatu
perjanjian antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perjanjian
pengangkutan pada pembahasan ini adalah perjanjian pengangkutan darat
dengan menggunakan kendaraan bermotor berupa bus yang pada dasarnya sama
dengan perjanjian pada umumnya. Artinya untuk sahnya suatu perjanjian
haruslah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata
tentang mengikatnya suatu perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata syarat
sahnya suatu perjanjian adalah :
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
c. Suatu hal tertentu.
d. Suatu sebab yang halal.
Kemudian Pasal 1388 KUHPerdata menyatakan :
1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
2. Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak.
3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

3Ibid
4Sutiono
UsmanAdji, dkk, “Hukum Pengangkutan Di Indonesia”,Penerbit Rineka Citra,
Bandung,1990, hlm 6

23
Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian disini adalah pihak pengangkut
dengan pengirim barang, jadi dapat dikatakan perjanjian pengangkutan pada
dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya, dimana ketentuan dasarnya
seperti yang telah disebutkan di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pengangkutan
yang dilakukan berupa perjanjian pengangkutan dan perjanjian pengangkutan
pada umumnya yang bersifat tidak tetap atau disebut dengan pelayanan berkala.
Artinya dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tidak terus menerus
tetapi hanya kadangkala, jika pengirim membutuhkan pengangkutan untuk
mengirim barang.5 Perjanjian yang bersifat pelayanan berkala ini terdapat pada
pasal 1601 KUHPerdata yaitu pada bagian ketentuan umum.

2. Jenis-jenis Pengangkutan
Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang
atau barang disuatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan
menempuh perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut, udara.
Dimana pengangkut berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan maksud meningkatkan daya guna adan nilai dari
barang tersebut.
Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia
pengangkutan terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu:
1. Pengangkutan Darat
2. Pengangkutan Udara
3. Pengangkutan di Perairan.
Transportasi atau pengangkutan dapat dikelompokan menurut macam
atau jenisnya yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi
geografis transportasi itu berlangsung, dari sudut teknis serta sudut alat
angkutannya. Secara rinci klasifikasi transportasi sebagai berikut :
Dari segi yang diangkut, transportasi meliputi:
1. Angkutan penumpang (passanger)
2. Angkutan barang (goods)

5 Mr. R. Soekardono, Hukum “Dagang Indonesia” Penerbit Soeroeng, Jakarta,1961,hlm 10

24
3. Angkutan pos (mail).
Pengangkutan darat mempunyai ruang lingkup yang luas seperti angkutan
yang dilakukan pada jalan raya serta rel kereta api. 6 Dalam undang-undang No.
3 tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya tidak ada pengaturan
hak dan kewajiban mengenai pengangkutan barang maupun penumpang.

3. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan


Sebagaimana yang telah diuraikan pada uraian sebelumnya bahwa
pengangkutan adalah perjanjian timbal balik pengangkut dengan pengirim,
dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,
sedangkan pihak pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan.
Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan
tujuannya, maka dilaksanakan pengangkutan yang diadakan perjanjian antara
pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Dimana objek pengangkutan
antara lain:
a. Pengangkutan Barang
Dalam pengangkutan barang yang menjadi objek pengangkutan
adalah “barang”. Barang yang dimaksud adalah barang yang sah dan
dilindungi oleh undang-undang.
b. Pengangkutan Orang
Berbeda dengan pengangkutan barang, yang menjadi objek dalam
perjanjian pengangkutan adalah “orang”. Dalam hal perjanjian
pengangkutan orang penyerahan kepada pengangkut tidak ada.
Wiwoho Soedjono menjelaskn bahwa di dalam pengangkutan di laut
terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya
tiga unsur yaitu : pihak pengirim, pihak penerima barang dan barang itu
sendiri. 7
Perjanjian pengangkutan barang pihak yang terkait bisa terdiri dari:

6Fardan, Tanggung Jawab Pengangkutan Terhadap Penumpang pada Angkutan Jalan Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Jurnal Ilmu Hukum Legal opinion,Edisi 1, Volume 1
tahun 2013, h.3

7 Wiwoho Soejono, “Hukum Pengangkutan Indonesia”, Semarang,1999, hlm 28

25
1. Pihak pengangkut (penyedia jasa pengangkutan), yaitu pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak
atas penerimaan pembayaran seperti yang diperjanjikan.
2. Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang
berkewajiban untuk membayar ongkos angkutan sesuai yang telah
disepakati dan berhak memperoleh jasa pelayanan angkutan atas barang
yang dikirim.
3. Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), sama dengan pihak
pengirim namun ada kalanya pihak pengirim barang juga sebagai pihak
penerima barang yang diangkut ketempat tujuan.

4. Fungsi dan Sifat Pengangkutan


Fungsi pengangkutan adalah sangat penting sekali dalam kehidupan
masyarakat, terutama dalam perdagangan, mengingat kegiatan pengangkutan
merupakan sarana memindahkan barang dari produsen ke agen atau grosir dan
selanjutnya samapi ke konsumen dalam hal angkutan barang.
Sedangkan untuk pengangkuta prnumpang (orang), maka pengangkutan
berfungsi untuk memindahkan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain
yang menjadi tujuan. Dengan jasa pengangkutan barang atau penumpang dapat
berpindah-pindah dari tempat asal ke tempat tujuan.
Fungsi pengangkutan itu adalah dengan dilakukannya kegiatan
pengangkutan itu maka barang atau benda yang diangkut itu akan meningkatkan
daya guna maupun nilai ekonomisnya.
Sifat-sifat pengangkutan menurut Pasal 1601 – Pasal 1604 KUHPerdata.
Dapat dikemukakan bahwa pemborong merupakan redaksi Pasal 1601 sendiri,
pihak pemborong harus menciptakan sesuatu tertentu (een bepaald werks tot
stand to brengen) bagi pihak yang memborong (aanbesteder), jadi sebuah
benda baru (gedung, jalan kereta api, dan sebagainya) yang tadinya belum ada,
kenyataannya sukar dapat dipergunakan pada pengangkutan, sama sekali tidak
diperjanjikan perwujudan benda baru, melainkan pengangkut yang baik akan
sekeras-kerasnya berusaha supaya benda muatan yang dipercayakan kepadanya
secara utuh dan lengkap, tidak berubah atau tidak rusak sampai tempat tujuan.

26
Pada umumnya hubungan hukum antara pengangkut dengan pihak
memakainya itu adalah bermacam-macam yaitu sama tinggi, sama rendah atau
kedua belah pihak adalah gecoordineerd. Tidak ada imbangan majikan terhadap
buruh atau imbangan gesubordineerd pada hubungan hukum antara pemakai
pengangkutan dan pengangkut.
Karena sifat perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian untuk
melakukan pelayanan berkala (een overeenkomsetot het verrichten van enkelen
diensten). Sesuai dengan Pasal 1601 KUHPerdata, dalam bahasan ini sifat
pengangkutan memindahkan barang dari tempat yang satu ketempat yang lain
dengan mengharapkan upah dari usahanya, dan proses yang dilakukan secara
berkala tidak seperti majikan dan pembantu yang secara terus menerus.

5. Tanggung Jawab Dalam Hukum Pengangkutan


Pengusaha pengangkutan bertanggung jawab atas keselamatan barang,
kelambatan datangnya barang, kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut
dengan demikian posisi pengusaha pengangkutan sama dengan pengangkutan
yang dimaksud dalam Pasal 91 KUHD yang berbunyi: “Pengangkut harus
menanggung segala kerusakan yang terjadi pada barang-barang angkutan
lainnya setelah barang itu mereka terima untuk diangkut, kecuali kerusakan-
kerusakan yang diakibatkan karena suatu cacat pada barang itu sendiri karena
keadaan yang memaksa atau karena kesalahan atau kelupaan si pengirim”.
Tanggung jawab dalam hukum pengangkutan diatur dalam Pasal 1236
KUHPerdata menyatakan : “Pengangkut wajib mengganti biaya, rugi dan bunga
yang layak harus diterima bila ia tidak menyerahkan atau tidak merawat
sepantasnya untuk menyelamatkan barang-barang angkutan”.
Pasal 438 ayat 3 KUHD menyatakan : “Ia bertanggung jawab atas
perbuatan dari mereka, yang dikerjakannya dan untuk segala benda yang
dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut”.
Dalam hukum pengangkutan dikenal tiga prinsip tanggung jawan yaitu :
tanggung jawab karena kesalahan, tanggung jawab karena praduga, dan
tanggung jawab mutlak. 8

8 Mr. E Suherman, Op-Cit, Hlm 18

27
1. Tanggung Jawab Karena Kesalahan (foult liability)
Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan
dan penyelenggaran pengangkutan harus bertanggung jawab membayar
segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya. Pihal yang menderita
yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban
pembuktian ada pada pihak yang dirugikan bukan pada pihak pengangkut.
Prinsip ini diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan
melawan hukum sebagai aturan umum. Sedangkan aturan khusus
ditentukan dalam undang-undang yang mengatur masing-masing jenis
pengangkutan. Pengertian kerugian yang diderita oleh pengguna jasa tidak
termasuk keuntungan yang diperoleh ataupun biaya pelayanan yang sudah
dinikmati.
2. Tanggung Jawab Karena Praduga (presmption liability)
Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab
atas segala kerugian yang timbul dari pengangkut yang diselenggarakan.
Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka
dia dibebaskan dari tanggung jawabmembayar ganti rugi. Yang dimaksud
“tidak bersalah” yaitu tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan
tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau peristiwa yang
menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.9
KUHD juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Hal
ini dapat dipahami dalam Pasal 468 ayat 2 KUHD yang menentukan bahwa
barang yang diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau
rusaknya, pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada
pengirim kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagai
atau seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat
dicegah atau tidak dapat dihindari.
3. Tanggung Jawab Mutlak (absolute liability)
Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap
kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa

9 Mr. E. Suherman, Op-Cit, hlm 23

28
keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak
mengenal beban pembuktian unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan.
Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan
apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan
dengan kalimat pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
timbul karena peristiwa apapun dalam menyelenggarakan pengangkutan.
Dalam perundang-undangan mengenai pengangkutan ternyata prinsip
tanggung jawab mutlak diatur. Hal ini tidak diatur mungkin karena alasan
bahwa pengangkut berusaha di bidang jasa angkutan tidak perlu dibebani
dengan resiko yang terlalu berat. Namun tidak berarti bahwa pihak-pihak
tidak boleh saja menjanjikan penggunaan prinsip ini untuk kepentingan
praktis penyelesaian tanggung jawab, berdasarkan asas kebebasan
berkontrak. Jika prinsip itu digunakan maka di dalam perjanjian
pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, misalnya pada dokumen
pengangkutan.
Pengusaha angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang, dan pengirim barang karena kelalaiannya dalam
melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 45 ayat 1) UULAJR.
Dalam pelaksaan angkutan, keselamatan penumpang atau barang
yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab pengusaha
angkutan. 10 Dengan demikian, sudah sepatutnya apabila kepada pengusaha
angkutan dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang di
derita oleh penumpang atau pengirim barang yang timbul karena
pengangkutan yang dilakukannya.
Tanggung jawab pengusaha angkutan umum terhadap pemilik barang
(pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai
diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima (Pasal 46 ayat 3 dan
4 UULAJR). Besarnya ganti rugi adalah sebesar kerugian yang secara nyata
ini adalah ketentuan undang-undang yang tidak boleh disimpangi oleh
pengangkut melalui ketentuan perjanjian yang menguntungkannya karena

10 Mr. E. Suherman, Op-cit, hlm 25

29
ketentuan ini bersifat memaksa (dwingendrecht). Tidak termasuk dalam
pengertian kerugian secara nyata diderita dantara lain:
1. Keuntungan yang diharapkan dapat terpenuhi.
2. Biaya atas layanan yang telah dinikmati.

6. Perjanjian Pengangkutan dan Hak serta Kewajiban Para Pihak


Pada pokok bahasan ini penulis akan menguraikan dua konsep yaitu
mengenai perjanjian pengangkutan dan konsep mengenai hak dan kewajiban
para pihak dalam angkutan darat.
1. Perjanjian Pengangkutan
Untuk menyelenggarakan pengangkutan, maka terlebih dahulu ada
perjanjian antara pengangkut dan pengirim, perjanjian pengangkutan adalah
persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan
tertentu dengan selamat dan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
biaya angkutan. 11
Perjanjian pengangkutan selalu digunakan secara lisan tetap didukung
oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah
terjadi.
Dalam perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak yaitu
pengirim dan pengangkut sama tinggi, yakni tidak seperti dalam perjanjian
perburuhan, dimana para pihak tidak sama tinggi, yakni majikan
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada buruh. Kedudukan para pihak
dalam perjanjian perburuhan ini disebut kedudukan subordinasi
(gesubordineerd), sedangkan kedudukan para pihak dalam perjanjian
pengangkutan adalah sama tinggi atau kedudukan koordinasi
(gecoordineerd).
Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan, hubungan kerja
anatara pengirim dan pengangkut tidak harus terus menerus, tetapi hanya
kadang kala, jika pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirim
barang. Hubungan semacam ini disebut “pelayanan berkala” sebab

11AbdulKadir Muhammad, “Hukum pengangkutan Niaga”, Penerbit PT Citra Aditya, Bandung,


1998, hlm 35

30
pelayanan ini tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja, bila pengirim
membutuhkan pengangkutan, perjanjian berkala ini diatur dalam Pasal 1601
KUHPerdata.
Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkut baru
diselenggarakan setelah biaya. Angkutan dibayar terlebih dahulu, tetapi
disamping ketentuan undang-undang juga berlaku kebiasaan masyarakat
yang dapat membayar biaya angkutan, kemudian perjanjian pengangkutan
biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas yaitu kegiatan
memuat, membawa dan menurunkan atau membongkar barang.
Pengangkutan dalam arti luas ini erat hubungannya dengan tanggung jawab
pengangkut apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Artinya
tanggung jawab pengangkut mulai berjalan sejak penumpang atau barang
dimuat dalam alat pengangkut sampai barang dibongkar dari alat
pengangkut atau kemudian diserahkan kepada penerima.
Tanggung jawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan
dalam perjanjian atau undang-undang. Kewajiban pengangkutan adalah
menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban ini mengikat sejak
penumpang atau pengirim melunasi biaya angkut.
Apabila penumpang mengalami kecelakaan ketika naik alat
pengangkut atau selama dangkut, atau ketika turun dari alat pengangkut
bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat
kecelakaan yang terjadi itu. Demikian juga halnya pada pengangkutan
barang, pengangkut bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul
akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan sejak pemuatan
sampai pembongkaran barang ditempat tujuan. Beda dengan barang bawaan
yang barang bawaan tersebut dapat diberikan ganti kerugiannya apabila
terjadi masalah.12
Tetapi tanggung jawab pengangkut ini dibatasi oleh undang-undang.
Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkut bertanggung jawab
terhadap segala kerugian yang timbul akibat kesalahan, kecuali :
a. Keadaan memaksa (force majeur)

12 Ibid

31
b. Cacat barang itu sendiri
c. Kesalahan dan kelalaian pengirim atau pemilik barang.

Menurut Purwostjipto perjanjian pengangkutan adalah perjanjian


timbal balik antara pengangkut dengan pengirim. Dimana pihak pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau dari
satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak
pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 13
Menurut R. Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan adalah
sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu, pihak
lainnya (pengirim) berkewajiban untuk membayar biaya tertentu untuk
pengangkutan. 14
Kemudian ada kelompok yang menyatakan bahwa perjanjian
pengangkutan suatu perjanjian untuk melakukan pekerjaan. 15 Purwosutjipto
berpendapat bahwa perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian
campuran, karena mempunyai unsur:
a. Pelayanan berkala (Pasal 1601 KUHPer)
b. Unsur penyimpanan, adanya penetapan dalam Pasal 468 ayat 1 KUHD
c. Unsur pemberian kuasa terdapat dalam Pasal 371 ayat 1 KUHD.
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Dalam setiap perjanjian, sudah tentu harus ada pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian itu. Karena tanpa adanya pihak-pihak tersebut maka
perjanjian pengangkutan, apabila tidak ada pihak yang mengadakan
perjanjian maka perjajian pengangkutan tidak akan lahir.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa perjanjian
pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut
dengan pengirim barang, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk
membayar uang angkutan sebagaimana yang telah diperjanjikan
sebelumnya.

13HMN. Purwosutjipto, Op-Cit, hlm13


14Mr. Soekardono, Op-Cit, hlm 10
15Achmad Ichsan, Hukum Dagang Lembaga Surat-Surat Barharga, Pengangkutan”, Pradnya
Paramita,jakarta, 1981, hlm 409

32
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pihak-pihak dalam
perjanjian pengangkutan adalah “pengangkut dan pengirim”. Pengangkut
adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan. 16 Sedangkan pengirim adalah orang yang mengikatkan
dirinya untuk membayar uang angkutan sebagai imbaan jasa yang dilakukan
pihak.
Dalam perjanjian pengangkutan ini adakalnya penerima bertindak
sebagai pihak ketiga yang berkepentingan untuk itu, misalnya seseorang
yang mau pindah ketempat lain maka yang bersangkutan perlu mengadakan
perjanjian pengangkutan dengan pihak yang berkecimpung di dalam bidang
pengangkutan untuk mengangkut barang-barang ke tempat yang dituju.
Disini pemilik barang tersebut selain bertindak sebagai penerima, juga
bertindak sebagai pengirim.
Sedangkan kewajiban si pengirim barang adalah membayar uang
angkutan sebesar yang telah diperjanjikan dalam surat muatan. Dan
pembayar uang angkutan ini juga dapat dilakukan oleh si penerima apabila
belum dibayar oleh si pengirim. Ini dapat di ketahui si penerima dalam surat
muatan yang diterimanya, karena dalam surat muatan dicantumkan apakah
uang angkutan sudah dibayar atau belum. Jika uang angkutan belum dibayar
maka penerima berkewajiban untuk membayarnya sebagaimana yang
ditentukan dalam surat muatan.
Jadi dalam hal ini pihak penerima dapat menjadi pihak yang
berkepentingan dalam perjanjian pengangkutan setelah ia menyatakan
kehendaknya untuk menerima barang dan si penerima barang tersebut
berkewajiban untuk membayar uang angkutan barang itu.
Dalam KUHD juga diatur mengenai hak dan kewajiban serta
tanggung jawab dari pada pengangkut atau penyelenggara.
Hak pengangkut atau penyelenggara pengangkutan yang ada dalam
KUHD adalah:
1. Mendapatkan pembayaran atas prestasi yang dilakukan.

16 Sution Usman Adji,dkk, Op-Cit, hlm 6

33
2. Pengangkut berhak atas suatu penggantian kerugian yang dideritakan
karenakan surat menyurat yang diperlukan untuk pengangkut tersebut
tidak diserahkan kepadanya sebagaimana mestinya.(Pasal 478 ayat 1
KUHD).
3. Pengangkut berhak menerima penggantian kerugian yang dideritanya
karena pengiriman telah memberikan keterangan yang salah atau tidak
lengkapnya tentang macam dan sifatnya barang tersebut, kecuali ia tahu
sepatutnya mengetahui akan sifat dan macam-macam barang tersebut
(Pasal 479 ayat 1 KUHD).
Selain adanya hak pada si pengangkut atau penyelenggara,
pengangkut juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang diatur
dalam KUHD. Dimana kewajiban dan tanggung jawab pengangkut atau
penyelenggaraan pengangkutan itu adalah:
1. Pengangkut wajib menjaga keselamatan barang yang diangkutnya mulai
saat diterimanya hingga diserahkannya barang tersebut. (Pasal 468 ayat
1 KUHD).
2. Pengangkut wajib mengganti kerugian yang disebabkan karena barang-
barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkan dan
barang tersebut rusak kecuali apabila si pengangkut dapat membuktikan
bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tersebut disebabkan
oleh suatu malapetaka yang tidak dapat dicegah ataupun dihindarkan
atau memang cacat tersebut adalah bawaan dari barang itu atau karena
kesalahan dari si pengirim. (Pasal 468 ayat 2 KUHD).
3. Pengangkut wajib bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan
karena keterlambatan penyerahan barang yang dikirimkan kecuali
apabila si pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan
tersebut disebabkan malapetaka yang tidak dapat dicegah ataupun
dihindarkan. (Pasal 447 KUHD).

7.Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan


Dalam perjanjian pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor
melalui jalan raya, ada kalanya tidak terlaksana dengan baik sebagaimana yang
dikehendaki oleh pihak, sehingga menimbulkan kerugian pihak tersebut.

34
Timbulnya kerugian tersebut dapat terjadi karena suatu keadaan atau
kejadian sehingga menghalangi pengangkut untuk melaksanakan kewajiban.
Kejadian tersebut misalnya karena suatu hal yang tidak dapat dipersalahkan
kepada pengangkut (Overmatch atau keadaan memaksa atau force majeure).
Dalam hal ini kewajiban untuk memikul kerugian akibat dari kejadian
tersebut dinamakan “resiko”. Kerugian juga dapat terjadi karena cacat pada
barang itu sendiri dan juga akibat dari kesalahan atau kealpaan pihak pengirim.
Selain itu kerugian juga dapat ditimbulkan sebagai akibat tidak sempurnanya
pelaksanaan kewajiban dari pihak pengangkut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kewajiban pengangkut adalah
melaksanakan pengangkutan barang mulai dari tempat pemuatan barang sampai
ditempat tujuan dengan selamat serta tepat waktunya. Jika barang yang diangkut
itu selamat, maka akan timbul dua hal, yaitu barang sampai ke tempat tujuan
tetapi rusak sebagian atau seluruhnya dan mungkin barangnya tidak sampai di
tempat (musnah), mungkin disebabkan karena terbakar, dicuri orang dan lain-
lain.
Masalah lain yang sering timbul dalam pengangkutan yaitu tentang waktu
sampai barang di temapt tujuan tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya
sehingga menimbulkan kerugian pada pihak yang punya barang atau pihak
pengirim.
Hal-hal yang dapat digolongkan dengan kemusnahan atau kesalahan
barang yang ditimbulkan diluar kesalahan atau kelalaian pihak pengangkut
dalam perjanjian pengangkutan barang adalah karena memaksa (overmatch
atau force majeure), cacat pada barang itu sendiri yaitu dapat diketahui oleh
pengangkut sebelum pengangkut barang, kesalahan oleh kelalaian pengirim itu
sendiri.
Pemikiran tentang overmatch (keadaan memaksa) terdapat dua aliran
yaitu:
1. Aliran objektif (de objective overmatch leer) atau absolut yaitu debitur
berada dalam keadaan memaksa apabila pemenuhan prestasi itu tidak
mungkin dilaksanakan oleh siapapun juga setiap orang. Dalam ajaran ini
pikiran para sarjana tertuju pada bencana dalam ataupun kecelakaan yang

35
hebat, sehingga dalam keadaan demikian siapapun tidak dapat memenuhi
prestasi, juga barang musnah atau hilang di luar perdagangan. Dianggap
sebagai keadaan memaksa. Misalnya kendaraan bermotor yang mengangkut
tersebut ditimpa longsor tanah ditengah jalan.
2. Aliran subjektif (de subjective overmatch leer) atau relatif, yaitu keadaan
memaksa itu ada apabila debitur masih mungkin melaksanakan prestasi,
tetapi praktis dengan kesukaran atau pengorbanan yang lebih besar,
sehingga dalam keadaan yang demikian itu kreditur tidak dapat menuntut
pelaksanaan prestasi. Misalnya putusnya jalan dan jembatan, sehingga sulit
untuk mengoper barang tersebut karena biaya pengoperannya lebuh mahal
dari keuntungan yang diperoleh.
Terhadap penumpang selama proses angkutan berlangsung, pengemudi
diberikan wewenang dalam Pasal 47 UULAJR untuk menurunkan penumpang
dan barang diangkut di tempat perhentian terdekat, apabila membahayakan
keamanan dan keselamatan angkutan.
Wewenang ini benar dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan
kepatutan antara lain:17
a. Penumpang yang melakukan keributan atau pencurian dalam kendaraan dan
sudah diperingatkan terlebih dahulu.
b. Barang yang diangkut ternyata berbahaya bagi keselamatan angkutan.
c. Barang yang dapat mengganggu penumpang karena bau busuk.
Pengangkut lalai dalam melakukan tugasnya, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 45 UULAJR pengusaha angkutan bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga.
Tanggung jawab terhadap pemilik barang dimulai sejak barang diterima
pengirim sampai barang diserahkan kepada penerima ditempat tujuan yang
telah disepakati. Namu pengusaha angkutan umum betanggung jawab atas
kerugian yang timbul apabila ia dapat membuktikan, diantaranya:
1. Peristiwa yang tidak diduga terlebih dahulu (force majeure, Pasal 1244
KUHPerdata).

17Sinta
Uli, “Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut,
Angkutan Udara.”Penerbit USU pres 2006, Medan, 2006.

36
2. Cacat pada barang itu sendiri.
3. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur (Pasal 91 KUHD).

Berikut diatas merupakan hal yang perlu diperhatikan penumpang


maupun pengirim barang dalam pengangkutan dalam tanggung jawab
pengusaha pengangkutan dalam melaksanakan tugasnya baik terhadap
penumpang maupun barang angkutan.

37
ANALISIS

1. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Pengguna


Jasa Aplikasi Go-Send Dalam Kegiatan Pengangkutan Barang
Berdasarkan Undang-Undang Tentang Lalu Lintas Dan
Pengangkutan Barang.

Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan


perlindungan (hukum) yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk
memperoleh barang dan jasa dari kemungkinan timbulnya kerugian karena
penggunaannya, maka hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai
hukum yang mengatur tentang pemberian perlindungan kepada konsumen
dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Dengan demikian,
hukum perlindungan konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak
dan kewajiban produsen pelaku usaha, serta cara-cara mempertahankan hak dan
menjalankan kewajiban itu.
Jika perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya yang
menjamin adanya kepastian pemenuhan hak-hak konsumen sebagai wujud
perlindungan kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tiada
lain adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya
perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.
Dengan menggabungkan uraian di atas, hukum perlindungan dapat di
definisikan :
“Keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul
dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, dan
mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya
perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.”
Sehubungan dengan pengguna jasa aplikasi Go-send dalam Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, memberikan
perlindungan kepada konsumen, antara lain:

38
1. Pasal 4, Hak-hak konsumen sebagai berikut : Hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa. Hak
untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi jaminan yang dijanjikan.
2. Pasal 7, Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya harus memiliki itikad
baik, dengan memberi informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi barang serta memberi penjelasan tentang penggunaannya.
3. Pasal 8, Pelaku usaha dilarang, pengertian dilarang dalam pasal ini
cenderung kepada kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha antara
lain; wajib memasang label dengan menginformasikan komposisi yang
terkandung dalam barang yang diedarkan atau diperdagangkan
informasinya harus disampaikan dalam Bahasa Indonesia.
4. Pasal 19, Tanggung jawab pelaku usaha terhadap kerugian yang diterima
oleh konsumen akibat dari mengkonsumsi barang yang diperdagangkan.
5. Pasal 62, Atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha sebagai diatur
dalam pasal 8, pelaku usaha mendapatkan sanksi pidana.
Dari uraian pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen diatas, dihubungkan dengan perlindungan
hukum bagi konsumen terhadap pengguna jasa aplikasi Go-send.
Angkutan merupakan suatu proses atau gerakan dari suatu tempat ke
tempat lain. Definisi angkutan menurut Pasal 1 Angka (3) Undang-Undang No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah perpindahan
orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 18 Berdasarkan ulasan tersebut dapat
diartikan bahwa pengangkut mengandung pengertian suatu proses kegiatan
memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang
sehingga terjadi perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
dibantu oleh sarana atau alat transportasi yang disebut kendaraan. Terkait
pengangkutan barang, proses yang terjadi adalah pemindahan barang milik
pengirim dari tempat asal kepada penerima di tempat tujuan yang telah
ditentukan. Dengan demikian, dalam hal ini terdapat tiga komponen dasar

18 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

39
dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut atau alat angkut, dan
Penerima.
Pengangkutan sebagai sebuah proses kegiatan yang memerlukan alat
pengangkutan untuk mengangkut barang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan
yang ditentukan. Pada umumnya kegiatan pengangkutan di jalan raya
menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi atau sarana angkut untuk
membawa ataupun menindahkan barang. Jika kita lihat dalam Pasal 47 ayat (1)
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
memnyebutkan bahwa kendaran terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan
tidak bermotor.
Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga manusia dan/atau hewan. 19 Sedangkan kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang dipergerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan di atas rel. 20 kendaraan bermotor dalam hal ini
dikelompokkan lagi berdasarkan jenisnya, yaitu: sepeda motor, mobil
penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus.21 Dalam hal
pelaksanaan pengangkutan ditujukan untuk menjalankan kegiatan transportasi
umum, maka alat transportasi atau kendaraan yang dipergunakan haruslah alat
transportasi umum atau dengan kata lain dalam undang-undang tersebut diatas
adalah kendaraan bermotor umum.
Seluruh kegiatan pengangkutan dalam suatu negara haruslah
dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, baik pengangkutan di
darat, laut, maupun udara. Hal ini agar dapat menjamin kepastian dan ketertiban
hukumnya. Sehingga seluruh pelaksaan kegiatan pengangkutan dapat berfungsi
dan bermanfaat dengan baik, serta terwujudnya kegiatan pengangkutan yang
aman, selamat, tertib dan lancar. Begitupun halnya dengan kegiatan
pengangkutan barang di darat yang dilaksanakan melalui layanan Go-send
haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai pelaksaan
pengangkutan barang melalui layanan Go-send. Dalah satunya adalah Undang-

19 Lihat Pasal 1 angka 9 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
20 Lihat Pasal 1 angka 8 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
21 Lihat Pasal 47 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

40
Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila
mengkaji Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan maka terdapat beberapa Pasal yang terkait dengan pelaksanaan
pengangkutan barang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pasal 137 ayat (3), mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan kendaraan
bermotor wajib menggunakan mobil barang”.
2. Pasal 138 ayat (3), mengatur bahwa : “Angkutan umum orang dan/atau
barang hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”.
Selain Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat juga
peraturan teknis yang mengatur tentang pengangkutan barang di jalan raya yang
terkait dengan pelaksaan pengangkutan barang melalui Go-send yaitu Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Dalam Peraturan
Pemerintah ini terdapat Pasal yang memuat ketentuan terkait pengangkutan
barang yaitu sebagai berikut :
1. Pasal 10 ayat (1) mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan
menggunakan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf a wajib menggunakan mobil barang .”
2. Pasal 10 ayat (2) mengatur bahwa : “Dalam hal memenuhi syarat teknis,
angkutan barang dengan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda
motor”.
3. Pasal 10 ayat (4) mengatur bahwa : “Persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) untuk sepeda motor meliputi” :
a. muatan memiliki lebar tidak melebihi stang kemudi.
b. Tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus) milimeter dari atas
tempat duduk pengemudi.
c. Barang muatan ditempatkan di belakang pengemudi.
4. Pasal 11 mengatur bahwa : “Angkutan barang dengan menggunakan mobil
penumpang, mobil bus, atau sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 harus memperhatikan faktor keselamatan”.
Di era globalisasi ini hadirlah layanan Go-send sebagai suatu layanan
yang menawarkan jasa untuk memindahkan atau mengangkut barang dari suatu

41
tempat ke tempat tertentu yang menggunakan sepeda motor dan dengan di
pungut tarif atau pembayaran tertentu sebagai biaya angkut. Go-send
merupakan layanan dalam aplikasi Gojek, dimana Gojek adalah sebuah aplikasi
ciptaan PT. GOJEK Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan menjalankan
kegiatan pengangkutan PT. GOJEK Indonesia bermitra dengan pengemudi
ojek. Melalui sistem dalam aplikasinya PT. GOJEK Indonesia akan
menghubungkan pengguna jasa ojek (konsumen yang akan megirim barang)
dengan pengemudi ojek.22 Pengemudi ojek akan mengatur atau mengirim
barang milik pengirim dari suatu tempat kepada penerima ditempat tertentu.
Dalam layanan Go-send ini pihak yang melaksanakan kegiatan
pengangkutan adalah pengemudi ojek, sehingga pembayaran sejumlah uang
tertentu sebagai biaya angkut yang harus diserahkan kepada pengemudi ojek.
Sejumlah uang tersebut selanjutnya akan menjadi milik pengemudi ojek.
Namun dengan ketentuan sekian persen akan dibagi dengan PT. GOJEK
Indonesia sebagai komisi telah menghubungkan pengguna jasa ojek dengan
pengemudi ojek melalui aplikasinya. 23
Go-send ini melayani pengiriman jasa antar barang, dokumen dengan
cepat, tanpa batas waktu dan jarak dalam satu wilayah. Go-send sangat
membantu dalam segala urusan pengangkutan barang di satu wilayah. Layanan
Go-send ini real time, maksimal barang yang diangkut adalah 20 kg dan
terdapat jaminan asuransi dari Go-jek sebesar 10 juta.24
Go-send sekarang telah menjadi alternatif oleh berbagai pihak untuk jasa
pengiriman barang. Bahkan e-commerce juga membuat Go-send sebagai
pilihan pengiriman barang di toko onlinenya. Bahkan beberapa Online Shop
membuat promo free ongkir untuk pengguna jasa kirim barang via Go-send.
Kita dapat mengecek terlebih dahulu ongkir sebelum melakukan pemesanan
Go-send, dengan masuk ke aplikasi Go-send lalu memasukkan alamat
pengambilan barang, lalu alamat pengirim barang dan isi detail jenis barang lalu
ongkos kirim akan keluar secara otomatis.

22Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 13 November 2020


23Hasilwawancara dengan M. Imam Setiawan sebagai pengemudi ojek di Salatiga, pada tanggal
14 November 2020
24Dikutip dari https://www.ulihape.com/2017/11/jasa-pengiriman-go-send-go-box.html yang
diakses tanggal 27 November 2020

42
Go-send memiliki beberapa keunggulan yaitu, sebagai berikut:
1. Tarif ongkirnya murah dengan diskon 15% setiap pembayaran
menggunakan gopay
2. Selama barang dalam pengiriman maka konsumen dapat melacak
perjalanan driver
3. Asuransi maksimal 10 juta
4. Tidak ada batas jarak dan waktu
5. Cepat dan aman.
Tidak hanya layanan Go-send saja yang terdapat dalam fitur Go-jek
melainkan ada juga layanan Go-box. Go-box merupakan layanan pengangkutan
barang dengan mobil box, mobil pickup, dan trick engkel. Jasa pengiriman
barang menggunakan kendaraan roda empat untuk pengiriman barang yang
lebih besar. Go-box sangat mempermudah apabila sedang pindahan kos, bisa
juga saat sedang melakukan pindahan rumah, atau dapat juga saat kita sedang
melakukan renovasu rumah dan harus belanja bahan material bangunan bisa
menggunkan fitur Go-box dalam aplikasi Go-jek sesuai dengan kebutuhan
masing-masing. Go-box bukan hanya menerima pesanan personal, melainkan
secara coorporate juga, jadi kalian yang mempunyai bisnis dan belum sampai
tahap logistik bisa terlihat profesional dengan mengandalkan Go-box sebagai
solusi bisnis kalian.
Cara pesannya juga sangat mudah karena masih dalam aplikasi Go-jek,
klik Go-box lalu seperti biasa tentukan alamat penjemputan dan alamat antar
barang, dan kita bisa memilih empat tipe kendaraan bisa yang bak terbuka,
mobil box, truk, atau mobil engkel juga bisa. Harganya juga murah serta
terdapat helper plus asuransinya juga. Estimasi biaya dapat di cek dari website
supaya yakin jika tarif Go-box bersahabat.
Go-box juga memiliki keunggulan, yaitu sebagai berikut:
1. Solusi pindahan rumah dan pengiriman barang besar dalam jumlah banyak
2. Jasa pengiriman barang ukuran 10 kg keatas
3. Ada empat pilihan tipe kendaraan roda empat yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan
4. Asuransi dengan pertanggungan sampai 500 juta

43
5. Cek estimasi ongkos dari website
6. Area pengiriman sampai 15 kota
7. Terdapat shipper/helper
8. Tersedia Go-box bisnis
9. Voucher Go-box yang bisa ditulis sesuai dengan nama sendiri.
Go-send dan Go-box ternyata ada fitur lain yang menyediakan layanan
pengiriman barang oleh aplikasi Go-jek yaitu Go-shop. Fitur Go-shop ini dapat
menyuruh Go-jek belanja barang yang anda inginkan dari sebuah toko. Anda
dapat membayar ongkir dengan tunai dan harga barang langsung ke driver Go-
jek ketika barang sudah sampai dirumah anda. Sangat mudah karena pembeli
tidak perlu transfer uang.
Go-shop dapat juga melayani berbelanja kosmetik, bumbu dapur, barang
elektronik dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Driver siap
mengantarkan segala macam kebutuhan tanpa minimum pembelanjaan dengan
jarak maksimum 25 km. Cara pemesanan dalam Go-shop juga sangat mudah,
dan Go-shop telah didukung fitur chat dalam aplikasi. Saat driver telah
mengambil pesanan kita bisa melihat lokasi keberadaan dan menghubunginya
langsung lewat panggilan telefon atau fitur chat dalam aplikasi. Sekarang kita
tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan dapur, kosmetik, maupun
barang elektronik semua lebih mudah dengan Go-shop25.
Berdasarkan Pasal dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan juga Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun
2014 Tentang Angkutan Jalan yang disebutkan diatas, maka penulis dapat
menganalisis mengenai kegiatan pengangkutan barang yang dilaksanakan
melalui layanan Go-send sebagai berikut:
Pertama, menganalisis terkait pasal-pasal dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 2009. Merujuk pada Pasal 137 ayat (3) yang menentukan bahwa kegiatan
angkutan barang dengan kenadaraan bermotor wajib menggunakan mobil
barang. Dalam hal ini mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang

25Dikutip
dari https://www.gojek.com/blog/gojek/tampilan-baru-go-shop/ yang diakses tanggal 27
November 2020

44
sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.26 Sedangkan layanan Go-
send sebagaimana telah dijelaskan diatas dalam prakteknya melakukan kegiatan
angkutan barang dengan menggunakan sepeda motor dan buka mobil brang.
Dalam Pasal 137 ayat (3) tersebut terdapat kata “wajib” yang jika kita lihat
daalam Kamus Besar Indonesia, wajib memiliki arti harus dilakukan, tidak
boleh dilaksanakan (ditinggalkan). 27 Sedangkan dalam norma hukum kata
“wajib” biasanya mengandung konsekuensi sanksi. Sanksi memperlihakan sisi
hukum yang memaksa (dwingend recht).
Pasal selanjutnya dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 adalah Pasal
138 ayat (3), yang mengatur bahwa “angkutan umum orang dan/atau barang
hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum”. Angkutan umum
merupakan angkutan untuk masyarakat umum. Angkutan umum adalah
angkutan yang diperuntukan untuk masyarakat secara umum yang dilakukan
dengan sistem sewa atau membayar, baik untuk mengangkut penumpang
ataupun barang. Dalam hal ini intinya terjadi pemugutan sejumlah biaya tertentu
yang dijadikan sebagai ongkos angkutan. Jika kita lihat dalam prakteknya
pengemudi ojek melalui layanan Go-send dapat dikatakan melaksanakan
kegiatan angkutan umum yakni angkutan umum barang.
Layanan Go-send dalam prakteknya melakukan kegiatan perpindahan
barang milik pengirim dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas dalan dan tentunya dipungut
bayaran. Penulis dapat menilai bahwa segi kegiatan, layanan Go-send termasuk
kegiatan angkutan umum. Layanan Go-send diperuntukan untuk masyarakat
umum, dan dalam layanan tersebut terjadi pengangkutan barang yang dilakukan
dengan sistem membayar. Sehingga hal yang perlu diperhatikan dalam
menyelenggarakan angkutan umum salah satunya adalah ketentuan kendaraan
atau alat angkutnya. Kendaraan yang harus dipergunakan untuk angkutan
umum adalah kendaraan bermotor umum. Kendaraan bermotor umum adalah

26Lihat penjelasan Pasal 47 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan.
27Dikutip dari http://kbbi.web.id/wajib yang diakses tanggal 13 November 2020

45
setiap kendaraan yang dipergunakan untuk angkutan barang dan/atau orang
dengan dipungut bayaran. 28
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa kendaraan yang digunakan
oleh pengemudi ojek dalam layanan Go-send adalah sepeda motor. Sepeda
motor menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bukanlah
sebagai kendaraan bermotor umum yang dapat berfungsi sebagai transportasi
umum. Jika kita lihat Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009,
tidak mengelompokkan sepeda motor sebagai fungsi kendaraan bermotor
umum.
Dalam Pasal 47 ayat (3) kendaraan yang dikelompokan sebagai fungsi
kendaraan bermotor umum hanyalah mobil penumpang, mobil bus, dan mobil
barang. 29 Sehingga dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan umum
kendaraan yang dapat dipergunakan hanyalah mobil penumpang, mobil bus,
dan mobil barang. Dalam hal ini menurut penulis terjadi penyimpangan. Go-jek
melalui layanannya Go-send melaksanakan angkutan umum tetapi tidak
mengindahkan ketentuan atau syarat dalam melaksanakan angkutan umum,
yakni salah satunya dari segi kendaraan yang digunakan.
Kedua, menganalisis terkait pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah No.
74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Pada Pasal 10 ayat (1) memuat
ketentuan bahwa “Angkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a wajib menggunakan
mobil barang”, hal ini berarti masih sesuai dengan amanat dalam Pasaal 137
ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang menyatakan bahwa “ Angkutan barang dengan kendaraan bermotor
wajib menggunakan mobil barang”. Namun selanjutnya jika kita lihat dalam
Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2014 Tentang Angkutan
Jalan, menyatakan bahwa “Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, angkutan
barang dengan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda motor”. Hal ini berarti,
sepeda motor sebgai kendaraan bermotor dapat diguamakan dalam angkutan

28 Lihat Pasal 1 angka 10 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
29 Lihat Pasal 47 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

46
barang. Dengan memenuhi persyaratan teknis yang telah ditentukan selanjutnya
melalui ayat (4), sepeda motor dapat digunakan untuk kegiatan angkutan
barang.
Persyaratan teknis yang dimaksud adalah muatan memiliki lebar tidak
melebihi stang kemudi, tinggi muatan tidak melebihi 900 (sembilan ratus)
milimeter dari atas tempat duduk pengemudi, barang muatan ditempatkan di
belakang pengemudi. Berdsarkan persyaratan teknis tersebut, apabila melihat
peraturan terkait pengiriman barang yang ditetapkan pleh PT. GOJEK
Indonesia juga sudah cukup baik. Melalui syarat dan ketentuan pada website
resimnya PT. GOJEK Indonesia mengatur bahwa Go-jek tidak memberikan
layanan pengiriman untuk barang-barang sebagai berikut :30
1. Barang yang dilarang pihak berwajib untuk dimiliki dan diedarkan,
pengiriman barang dari dan ke penjara.
2. Pengiriman binatang peliharaan atau binatang lain.
3. Pengiriman barang yang dimensinya lebih dari 70 cm (panjang), 50 cm
(lebar), 50 cm (tinggi) atau barang yang melebihi berat 20kg.
4. Mengngkut barang-barang ilegal atau berbahaya atau barang-barang curian,
termasuk pada barang-barang yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun, obat-obatan atau material terlarang atau ilega.
5. Mengangkut atau mengirimkan barang-barang berharga atau barang yang
bernilai lebih dari Rp. 10.000.000,-
Persyaratan teknis dalam layanan Go-send memang sudah cukup bagus
dan telah mencerminkan persyaratan teknis sebagaimana yang ditentukan
dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014. Namun diperbolehkannya
secara bersyarat penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan untuk angkutan
barang sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 10 ayat (2) Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan tersebut memicu
adanya permasalaha baru. Bahwa dalam hal ini yang dimaksud dengan
angkutan barang yang dapat menggunakan sepeda motor adalah angkutan
barang dalam fungsi seperti apa. Apakah angkutan barang tersebut dalam fungsi
untuk mengangkut barang pribadi saja atau juga termasuk ketika angkutan

30 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms yang diakses tanggal 13 November 2020

47
barang dilaksanakan dalam fungsi untuk menjalankan angkutan umum. Terkait
hal ini dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) juga tidak dijelaskan secara rinci.
Mungkin kegiatan angkutan barang menggunakan sepeda motor
dilaksanakanhanya sebagai fungsi untuk mengangkut barang perseorangan atau
barang pribadi saja dapat diperbolehkan, namun apabila hal ini dilaksanakan
dengan maksud untuk angkutan umum seperti halnya layanan Go-send maka
akan bertentangan dengan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Pasal 138 ayat (3) Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur
bahwa “Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan
kendaraan bermotor umum”.
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan memang tidak ada Pasal yang sevara tegas melarang
beroperasinya angkutan umum dan beroda dua seperti sepeda motor. Namun
dalam Pasal 138 ayat (3) telah dengan jelas menentukan bahwa angkutan umum
orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan kendaraan bermotor umum.
Penggunaan kata “hanya” dalam pasal tersebut bermakna bahwa tidak ada
pilihan kendaraan lain selain menggunakan bermotor umum. Undang-Undang
telah dengan tegas mengatur bahwa jenis kendaraan yang dapat dipergunakan
untuk angkutan ummum orang dan/atau barang hanyalah jenis kendaraan yang
tolonh sebagai kendaraan umum. Sehingga apabila angkutan umum barang
tidak menggunakan kendaraan bermotor umum dapat dianggap melakukan
pelanggaran terhadap pasal tersebut.
Berdasarkan penelitian, sampai saat ini juga masih belum ada aturan tegas
dari pemerintah yang melarang dan memberikan sanksi terkait adanya
pelaksanaan angkutan umum orang dan/atau barang sepeda motor. Tidak
adanya aturan tegas yang mengatur tentang pelaksanaan angkutan umum
dengan menggunakan sepeda motor tersebut menjadikan eksistensi layanan
angkutan umum barang seperti halnya Go-send ini terus ada. Walaupun dalam
hal ini pelaksanaan angkutan umum menggunakan sepeda motor bertentangan
dengan hukum, karena sepeda motor bukanlah kendaraan untuk angkutan
umum orang dan/atau barang.

48
Sejauh ini terkait maraknya transportasi berbasis online, pemerintah baru
mengeluarkan aturan yang mengatur mengenai pelaksanaan angkutan umum
orang. Aturan tersebut adalah melalui Peraturan Menteri Perhubungan
Angkutan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 32 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan kendaraan bermotor umum tidak
dalam trayek. 31 Aturan ini hanya terkait angkutan orang dengan menggunakan
kendaraan bermotor umum seperti mobil penumpang umum atau bus dengan
tidak mempunyai lintasan dan waktu tetap. Ruang lingkup dari aturan ini juga
telah meliputi pengawasan, sanksi administratif dan peran serta masyarakat.

2. Bentuk Ganti Kerugian Yang Diberikan Oleh Pihak Gojek Atas


Klaim Kehilangan Barang Yang Terjadi Pada Jasa Gosend
Yang Di Tawarkan.
Berkaitan dengan tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam
pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan
Go-send dalam aplikasi Go-jek ini akan menjawab siapa pihak yang dibebani
tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian. Maka mendapatkan jawaban
terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian. Maka
untuk mendapatkan jawaban terkait pihak yang harus bertanggung jawab apabila
terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang melakukan layanan
Go-send adalah pertama-tama penulis mengkaji tentang kedudukan pihak PT.
GOJEK Indonesia sebagai pemilik dan penyedia aplikasi Go-jek dalam
penyelenggaraann pengangkutan ini.
Melalui website resminya PT.GOJEK Indonesia menyatakan bahwa PT.
GOJEK Indonesia adalah suatu perseroan yang yang didirikan berdasarkan
hukum Negara Republik Indonesia. PT.GOJEK Indonesia adalah perusahaan
teknologi dan bukanlah perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak
memberikan layanan transportasi atau kurir. PT.GOJEK Indonesia tidak
memperkerjakan penyedia layanan sehingga tidak bertanggung jawab atas setiap
tindakan dan/atau kelalaian penyedia layanan. Penyedia layanan yang dimaksud
adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan jasa pelayanan

31Lihat
Peraturan Meteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek.

49
dan selanjutnya bekerja sama dengan PT.GOJEK Indonesia. 32 Penyedia layanan
misalnya pengemudi ojek atau bisa disebut driver Go-jek. Dengan kata lain PT.
GOJEK Indonesia merupakan perusahaan jasa berbasis teknologi aplikasi yang
berfungsi untuk mempertemukan masyrakat sebagai pembeli dan penjual.
Merujuk pada pernyataan resmi tersebut dimana PT. GOJEK Indonesia
menyatakan bahwa PT. GOJEK Indonesia tidak memperkerjakan penyedia
layanan (pengemudi ojek), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan
yang terjadi antara PT. GOJEK Indonesia dengan pengemudi ojek bukanlah
hubungan kerja sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan mendefinisikan “Hubungan kerja adalah hubungan
antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang
mempunyai unsur pekerja, upah, dan pemerintah”.
Dengan tidak terpenuhinya unsur-unsur tersebut maka hubungan yang
terjadi antara PT. GOJEK Indonesia dengan pengemudi ojek sudah jelas
bukanlah hubungan kerja. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah
kemitraan. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung
maupun tidak langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,
memperkuat, dam menguntungkan yang melibatkanpelaku usaha mikro, kecil,
menegah dengan usaha besar. 33
Hafsah dalam bukunya mendefinisikan kemitraan adalah strategi bisnis
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. 34 Sehingga oleh karena hubungan yang terjadi adalah hubungan
kemitraan, maka tidak ada kewajiban bagi pengusaha untuk bertanggung jawab
atas kelalaian atau kesalahan dari pekerjanya, sebagaimana yang ada dalam
hubungan kerja. Dalam hubungan kemitraan berarti setiap pelaku usaha
memiliki tanggung jawab masing-masing, begitupun halnya dengan PT. GOJEK
Indonesia dan pengemudi ojek. Masing-masing begitupun halnya dengan PT.
GOJEK Indonesia dan pengemudi ojek, masing-masing memiliki tanggung

32 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 13 November 2020.


33 Lihat Pasal 1 angka 13 UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
34 Hafsah. Kemitraan Usaha Konsepsi Dan Strategis, (Jakarta : Penebar swadaya, 2000), hlm 43.

50
jawab terhadap kegiatan usaha yang dijalankan. PT. GOJEK Indonesia dalam
hal ini juga tidak diwajibkan untuk bertanggung jawab atas kelalaian atau
kesalahan pengemudi.
Melihat status PT. GOJEK Indonesia yang merupakan perusahaan aplikasi
maka tanggung jawabnya yang di embannya berbeda dengan tanggung jawab
perusahaan transportasi pada umumnya begitupun dengan izin. Perusahaan
aplikasi tidak wajib memiliki izin usaha seperti perusahaan transportasi. Untuk
mengetahui lebih rinci perbedaannya, berikut uraian perbandingan antara bentuk
dan tanggung jawab hukum perusahaan penyedia aplikasi transportasi dengan
perusahaan penyedia transportasi umum. 35

Perbandingan Antara Bentuk Dan Tanggung Jawab Hukum


Perusahaan Penyedia Aplikasi Transportasi Dengan Penyedia
Transportasi Umum
No. Ruang Perusahaan Aplikasi Perusahaan
Lingkup (Go-jek, Grab) Transportasi Umum
(Taksi, Rental Mobil)
1. Bentuk Perseroan Terbatas (PT) Perseroan Terbatas (PT)
Badan
Hukum
2. Perizinan 1. Tanda Daftar 1. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) Perusahaan (TDP)
2. Surat Ket. Domisili 2. Surat Ket. Domisili
Perusahaan (SKDP) Perusahaan (SKDP)
3. Surat Izin Usaha 3. Surat Izin Usaha Jasa
Perdagangan (SIUP) Transportasi (SIUJT)
4. Izin Prinsip/Izin 4. Nomor Pokok Wajib
Usaha dari BKPM Pajak (NPWP)
(untuk 5. Izin Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dalam

35Bimo Prasetio dan Sekar Ayu Primandani, Menyibak Tanggung Jawab Hukum Penyedia
Aplikasi Transportasi, Strategi Hukum : 23 Desember 2015, dikases melalui
http://strategihukum.net/di-balik-gojek-grabtaxi-dan-uber-menyibak-tanggung-jawab-
hukumpenyedia-aplikasi-transportasi pada tanggal 14 November 2020.

51
PMA/perusahaan modal Trayek atau Tidak
asing) Dalam Trayek
5. Nomor Pokok Wajib 6. Izin Penyelenggaraan
Pajak (NPWP) Angkutan Barang
Khusus dan Alat Berat
7. Sertifikasi Uji Tipe
Kenderan Bermotor
8. Pengesahan Rancang
Bangun dan Rekayasa
Kendaraan Bermotor
3. Tanggung 1. Terhadap 1. Terhadap
Jawab Penggunaan aplikasi penyelenggaraan jasa
yang digunakan untuk transportasi umum yang
memesan jasa diberikan kepada
transportasi konsumen
2. Tunduk pada 2. Tunduk pada
ketentuan yang ada tanggung jawab yang
pada UU ITE ada pada UU Lalu
3. Tunduk pada Lintas dan Angkutan
tanggung jawab yang Jalan, serta peraturan
ada pada UU terkait lainnya.
perlindungan 3. Tunduk pada
Konsumen tanggung jawab yang
ada pada UU
Perlindungan
Konsumen
4. Pelaku Usaha Perusahaan atau badan Perusahaan atau badan
Pesaing usaha yang usaha yang
menjalankan dan menyediakan jasa
mengembangkan transportasi umum
teknologi aplikasi
sejenis

52
5. Hubungan Hubungan kemitraan Hubungan Kerja, dalam
Perusahaan beberapa perusahaan
dan ada yang hubungan
Pengemudi mitra bedasarkan
perjanjian

Berdasarkan uraian tabel diatas dapat memperjelas bahwa PT. GOJEK


Indonesia sebagai perusahaan penyedia aplikasi ternyata memiliki perbedaan
dengan perusahaan transportasi umum. Begitupun dengan tanggung jawab yang
dimilikinya, dimana perusahaan penyedia aplikasi sepeti PT. GOJEK Indonesia
hanya bertanggung jawab pada pengguna teknologi aplikasi yang disediakan,
misalnya tanggung jawab atas data dan informasi pribadi konsumen yang
menggunakan aplikasi tersebut. Bukan pada penyelenggaraan angkutan
umumnya. Perbedaan pola tanggung jawab ini memiliki potensi terjadi masalah
di masyarakat, karena terlihat bahwa penyedia aplikasi memiliki ttanggung
jawab terbatas.
Berdasarkan penjelasan penulis diatas jadi PT. GOJEK Indonesia tidak
dapat dimintai tanggung jawab terkait pelaksanaan pengangkutan barang. PT.
GOJEK Indonesia hanya dapat dimintai pertanggung jawaban terkait
penggunaan aplikasi yang disediakan untuk mnenghubungkan penyediaan jasa
transportasi (pengemudi ojek) dengan pengguna jasa transportasi (penumpang
atau pengirim). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, para pihak
dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send ini antara lain
adalah PT. GOJEK Indonesia sebagai pihak penghubung, pengemudi ojek
sebagai pihak pengangkut, dan konsumen sebagai pihak pengirim dan/atau
penerima. Ketika PT. GOJEK Indonesia sebagai pihak penghubung dapat
dimintai pertanggung jawaban terkait penyelenggaraan angkutannya, maka
pihak selanjutnya yang memungkinkan untuk dimintai pertanggung jawaban
adalah pengangkut.
Pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan barang mulai dari tempat
pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Ada dua kemungkinan yang
akan terjadi apabila barang yang dikirim tidak selamat yaitu barang samapi pada

53
tujuan dalam keadaan musnah atau barang sampai pada tujuan dalam keadaan
rusak. Barang musnah artinya barang telah terbakar, tenggelam, atau dicuri.
Barang rusak artinya meskipun barangnya ada tetapi barang tersebut tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya. Keadaan tidak selamat menjadi tanggung
jawab pengangkut sehingga harus memberilkan ganti rugi atas barang yang
musnah atau rusak. Hal tersebut dikecualikan apabila kerugian tersebut terjadi
atas sebab-sebab cacat pada barang itu sendiri, karena kesalahan atau kelalaian
pengirim sendiri.
Cacat pada barang artinya memang adanya sifat pembawaan dari barang
itu sendiri yang menyebabkan rusak atau terbakarnya dalam perjalanan,
misalnya sifat barangnya yang mudah pecah atau terbakar. Sehingga dari sifat
bawaan inilah yang memudahkan terjadinya cacat pada barang. Lain halnya
apabila kerusakan atau terbakarnya barang disebabkan karena salah penempatan
atau kelalaian pengangkut, maka kerugiannya dapat dibebankan pada
pengangkut.
Kelalaian dari pengirim sendiri misalnya seperti pengirim mengirim
barang dengan pengepakan yang kurang baik, artinya mudah untuk terjadi
kerusakan pada saat dalam perjalanan. Dalam hal pengangkut mengetahui
kelalaian atau kesalahan pengirim itu maka pengangkut harus menolak atau
memperingatkan atau dapat mencatatnya dalam surat muatan bahwa pengepakan
kurang sempurna.
Sebab lain yang menjadi alasan pengangkut untuk tidak bertanggung
jawab adalah karena keadaan yang memaksa. Keadaan memaksa ada dua jenis
yaitu keadaan memaksa objektif dan keadaan memaksa subjektif. Keadaan
memaksa objektif adalah keadaaan yang benar-benar sama sekali tidak dapat
dihindari oleh pengangkut, sedangkan keadaan memaksa subjektif adalah
adanya keadaan dimana pengangkutan sudah berusaha sebisa mungkin untuk
mencegah adanya kerugian namun juga tidak berhasil.
Pengemudi ojek sebagai pengangkut yakni sebagai penyelenggara
pengangkutan barang dapat diminta pertanggung jawaban secara perseorangan,
karena pengemudi ojek dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan
sepeda motor melalui layanan Go-send dalam aplikasi Go-jek tidak dalam

54
naungan sebuah perusahaan angkutan umum. Apabila melihat Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Jalan maka tanggung jawab yang
ada dalam Undang-Undang tersebut sebagian besar lebih diperuntukkan kepada
perusahaan angkutan umum yang menjalankan kegiatan usaha pengangkutan.
Tanggung jawab perusahaan angkutan umum dalam Undang-Undang No.
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Jalan yang dimaksud diantaranya
sebagai berikut:
1. Pasal 188, mengatur bahwa: “Perusahaan angkutan umum wajib mengganti
kerugian yang di derita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai
dalam melaksanakan pelayanan angkutan”.
2. Pasal 189, mengatur bahwa: “ Perusahaan angkutan umum wajib
mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
188”.
3. Pasal 191, mengatur bahwa: “Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat
menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat
pemberhentian terdekat jika penumpang dan/atau barang yang diangkut
dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan”.
4. Pasal 193, mengatur bahwa:
1) Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang atau rusak
akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah,
hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang dapat
dicegah atau di hindari atau kesalahan pengirim.
2) Kerugian sebagaimana dimaksud ayat (1) dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata-nyata dialami.
3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dpada ayat (1) dimulai sejak
barang diangkut sampai barang diserahkan ditempat tujuan yang
disepakati.
4) Perusahaan angkutan umum tidak bertanggung jawab jika kerugian
disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan
surat muatan angkutan barang.

55
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerygian diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
5. Pasal 194, mengatur bahwa:
1) Perusahaan angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali pihak ketiga dapat membuktikan
bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan
angkutan umum.
2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak
ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud ayat
(1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung
mulai tanggal terjadinya kerugian.
6. Pasal 195, mengatur bahwa:
1) Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang
diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam
batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan.
2) Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas
barang yang disimpan dan tidak diambil dengan sesuai dengan
kesepakatan.
3) Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang diangkut secara
lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika
pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan
kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send, satu-


satunya pihak yang dapat dimintai pertanggung jawaban apabila terjadi kerugian
adalah pengemudi ojek, karena pengemudi ojek adalah pihak yang
melaksanakan pengangkutan barang milik pengirim. Pengemudi ojek dalam hal
ini disebut sebagai pengangkut, sehingga apabila terjadi kerugian maka pengirim
dapat meminta ganti rugi kepada pengangkut.
Pelaksanaan pengangkutan barang melalui layanan Go-send dalam
aplikasi Go-jek jika dikaji berdasarkan perspektif hukum perjanjian, maka pasa
dasarnya telah terjadi perjanjian antara pengemudi ojek dalam hal ini sebagai
pihak pengangkut dengan konsumen sebagai pihak pengirim barang. Menurut

56
H.N.M Purwosujipto, perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik
antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu
tempat ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri
untuk membayar uang angkutan.
Terjadinya perjanjian pengangkutan didahului oleh serangkaian perbuatan
penawaran (offer) dan penerimaaan (acceptance) yang dilakukan oleh
pengangkut dan pengirim atau penumpang secara timbal balik. Cara terjadinya
perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara pengangkut dan pengirim
atau penumpang, yakni dengan adanya penawaran dari salah satu pihak baik
pengangkut maupun pengirim atau penumpang. Selain itu dapat secara tidak
langsung dengan menggunakan jasa perantara yaitu ekspeditur atau agen
perjalanan. 36
Suatu perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat pada para pihak
biasanya dibuktikan oleh dokumen angkutan, melalui dokumen angkutan
tersebut dapat diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan yakni berdasarkan
tempat, tinggal, tanda tangan yang tertulis pada dokumen angkutan. 37 Pada
angkutan kendaraan umum, karcis penumpang atau surat angkutan barang
merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian pengangkutan dan
pembayaran biaya angkutan. Dokumen pengangkutan pada dasarnya terbentuk
karena adanya perjanjian pengangkutan, meskipun perjanjian pengangkutan itu
sendiri pada asanya tidak mengharuskan dalam bentuk tertulis (dokumen
angkutan), karena perjanjian pengangkutan dapat terjadi dengan lisan.
Berikut dapat penulis jelaskan sistem pemesanan dalam aplikasi Go-jek
yang menentukan terjadinya perjanjian pengangkutan antara pengemudi ojek
dengan pengirim. Dalam layanan Go-send, hal pertama adalah calon pengirim
barang mengirimkan permintaan untuk memesan layanan kepada penyedia
layanan (pengemudi ojek), setelah itu sistem dalam aplikasi akan mendeteksi
lokasi dari pengirim barang dan menginformasikan lokasi tersebut kepada
pengemudi ojek terdekat. Pengemudi ojek memiliki kebijakan sendiri dan

36 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 90.


37 Ibid., hlm 91.

57
menyeluruh untuk menerima atau menolak setiap permintaan barang atas
layanan Go-send. Jika pengemudi ojek menerima permintaan tersebut, aplikasi
Go-jek akan memberitahu pengirim barang dan memberikan informasi
mengenai pengemudi ojek yang akan mengirim barang, termasuk nama
pengemudi ojek, nomor polisi kendaraannya, dan nomer telepon yang dapat
dihubungi. Dalam aplikasi Go-jek ini juga memungkinkan pengirim barang
untuk melihat perkembangan pengemudi ojek menuju titik penjemputan barang
secara langsung dan nyata.38
Berdasarkan sistem yang berlaku dalam aplikasi Go-jek tersebut maka
ketika pengirim barang telah meminta untuk barangnya diangkut ke tempat
tertentu dan pengangkut (pengemudi ojek) menerima serta menyanggupi
permintaannya maka disinilah telah terjadi perjanjian pengangkutan. Perjanjian
pengangkutan tersebut terjadi dalam bentuk transaksi elektronik. Sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam perjanjian pengangkutan pada asasnya
tidak mewajibkan perjanjian tersebut dibuat dalam bentuk tertulis, karena
perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan, begitupun juga dapat dalam
bentuk transaksi elektronik seperti halnya dalam sistem pemesanan layanan Go-
send dalam aplikasi Go-jek. Selama perjanjian tersebut sesuai dengan syarat sah
dari suatu perjanjian maka perjanjian tersebut tetaplah sah.
Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah akan mengikat kedua
belah pihak yaitu pengangkutan dengan pengirim. Berdasarkan perjanjian
tersebut maka akan melahirkan kewajiban dan hak yang perlu direalisasikan
melaluui penyelenggaraan pengangkutan yang aman dan selamat serta ikut
pembayaran biaya angkut. Dengan adanya kewajiban dan hak inilah yang
kemudian menimbulkan tanggung jawab bagi para pihak. Dari kewajiban
tersebut timbulah tanggung jawab pengangkut, maka segala sesuatu yang
mengganggu keselamatan barang menjadi tanggung jawab pengangkut. Dengan
demikian, berarti pengangkutan kewajiban menanggung segala kerugian yang
diderita oleh pengirim barang yang diangkutnya tersebut. Wujud tanggung
jawab tersebut dapat ganti rugi (kompensasi). 39

38Dikutip dari website resmi PT. GO-JEK Indonesia melalui https://www.go-jek.com/terms, pada
tanggal 15 November 2020.
39 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377.

58
Bagi pengangkut wajib bertanggung jawab sejak diterimanya barang yang
dimintakan kepadanya untuk dikirim sampai terlaksananya tujuan perjanjian
pengangkutan tersebut, yaitu telah sampainya barang ke alamat penerima dengan
selamat sesuai dengan keadaan semula pada saat diterimanya barang barang
tersebut oleh pengangkut. Pada dasarnya pengangkut bertanggung jawab atas
kerugian yang timbul akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan
sejak pemuatan, pengantaran, sampai penyerahan barang kepada penerima,
kecuali dalam perjanjiannya diperjanjikan sejak pemuatan, pengantaran, sampai
penyerahan barang kepada penerima, kecuali dalam perjanjiannya diperjanjikan
lain.
Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang
menggunakan sepeda motor melalui layanan Go-send maka upaya hukum yang
dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi
maupun non litigasi. Melalui jalur non litigasi para pihak dapat terlebih dahulu
untuk melakukan negosiasi dan/atau mediasi untuk mendapatkan ganti kerugian
sehingga tercapai keadilan satu sama lain. Opsi kedua adalah melalui jalur
pengadilan atau litigasi. Bagi pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan
gugatan secara perdata baik perbuatan melawan hukum maupun wanprestasi
terkait perjanjian pengangkutan yang dibuat para pihak.
Membahas soal tanggung jawab maka akan ada pula wujud atau bentuk
tanggung jawabnya. PT. GOJEK Indonesia dalam website resminya menyatakan
bersedia untuk memberikan bantuan keuangan jika pengguna mengalami
kecelakaan, menderita cidera atau meninggal saat dijemput oleh pengemudi
ojek. Jumlah bantuan keuangan akan ditentukan berdasarkan kebijakan PT.
GOJEK Indonesia juga memberikan biaya ganti rugi untuk kehilangan barang
dalam layanan Go-send sampai dengan Rp. 10.000.000, selama barang tersebut
sesuai dengan informasi yang diberikan san sesuai dengan syarat yang
ditentukan dalam pengiriman barang melalui layanan Go-send. Nominal
penggantian akan berdasarkan struk pembelian dan/atau mengacu kepada nilai
wajar harga barang. PT. GOJEK Indonesia juga telah menyatakan bahwa tidak
memiliki asuransi untuk barang yang dikirimkan dan oleh karena jika pengirim

59
barang ingin barang tersebut diasuransikan selama pengiriman, silahkan
menyediakan asuransi sendiri. 40
Langkah yang diambil oleh PT. GOJEK Indonesia ini menurut penulis
sangatlah bagus. Walaupun pada dasarnya PT. GOJEK Indonesia tidak wajib
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengangkutan, namun PT. GOJEK
Indonesia tetap bersedia memberikan bantuan dan santunan terhadap
penumpang maupun pengirim barang yang mengalami kerugian. Dalam hal ini
PT. GOJEK Indonesia hanya memiliki tanggung jawab hukum terbatas yaitu
hanya pada pengguna aplikasi yang disediakan. Bentuk dari ganti kerugian ini
penulis merupakan langkah yang tepat bagi PT. GOJEK Indonesia untuk
menjaga brand dan citra baik perusahaan serta sebagai bentuk kepeduliannya
terhadap pengguna aplikasi.

40Dikutipdari penjelasan syarat dan ketentuan serta tanggung jawab PT. GO-JEK Indonesia, yang
diakses melalui https://www.go-jek.com/terms pada tanggal 15 November 2020

60

Anda mungkin juga menyukai