Anda di halaman 1dari 3

Hukum Pengangkutan Di Indonesia

 BAB I
1. Pengantar
Hukum pengangkutan merupakan bagian dari hukum dagang (perusahaan) yang
termasuk dalam bidang keperdataan. Adapun hukum pengangkutan bila dilihat dari segi
keperdataan dapat dilihat sebagai peraturan-peraturan daidalam dan diluar kodifikasi.
Dan apabila dilihat dari segi hukum normatif , bidang hukum keperdataan adalah
subsistem tata hukum nasional.
Menurut Abdul Kadir Muhammad (1998:6) Bahwa hukum pengangkutan adalah
merupakan sistem hukum yang memiliki:
 Subyek hukum, pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan dan pihak yang
berkepentingan dengan pengangkutan.
 Status hukum, pihak pengangkut slalu berstatus perusahaan pengangkutan
 Obyek hukum, alat pengangkut muatan yang diangkut dan biaya angkutan.
 Peristiwa hukum, proses penyelenggaraan pengangkutan
 Hubungan hukum, kewajiban dan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan
dan pihak lain yang berkepentingan.

2. Arti Penting Pengangkutan.


Fungsi pengangkutan adalah untuk memindahkan barang atau orang dari satu tempat
ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Sedangkan
tujuan dari pengangkutan yaitu untuk meningkatkan daya guna dan nilai, ini berarti
bahwa bila daya guna dan nilai di tempat yang baru itu tidak naik, maka lebih baik
pengangkutan perlu ditiadakan. Pengangkutan merupakan kegiatan yang sangat vital
dalam kehidupan masyarakat yang didasari oleh beberapa faktor: kondisi geografis
indonesia, menunjang pembangunan berbagai bidang, mendekatkan jarak desa-kota,
dan perkembangan iptek.

3. Definisi Pengangkutan.
Hukum pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal balik antara pengangkut
dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Pihak
pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan pengirim. Sifat perjanjian
pengangkutan adalah timbal balik. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dengan selamatsedangkan kewajiban pengirim
yaitu membayar uang angkutan.

4. Macam dan Dasar Huku Pengangkutan.


Ada tiga macam pengangkutan yaitu: pengangkutan darat,, pengangkutan laut atau
perairan dan pengangkutan udara.
Sumber hukum ketiga acam pengangkutan tersebut diatur baik didalam KUHD maupun
diluar KUHD (yaitu undang-undang tentang pengangkutan) seperti:
1) Pengangkutan darat, diatur dalam:
a) KUHD, Buku I, Bab V, bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98 (yang mengatur
pengangkutan darat sekaligus pengangkutan perairan darat, tetapi khusus
pengangkutan barang, sedang pengangkutan orang tidak diatur).
b) Peraturan-peraturan khusus lainnya, adalah:
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
menggantikan Stb. No.262 Tahun 1927 tentang Pengangkutan Kereta
Api.
 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan menggantikan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1965 (LN
1965-25) tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya.
 Peraturan tentang Pos dan Telekomunikasi.
2) Pengangkutan Perairan Darat, diatur dalam:
a) KUHD. Buku I Bab V Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98
b) UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
3) Pengangkutan di Laut, diatur dalam:
a) KHUD, Buku II, Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal,
b) KUHD, Buku II, Bab V-A tentang Pengangkutan Barang-barang
c) KUHD, Buku II, Bab V-B tentang pengangkutan orang.
d) PP No.2 tahun 1969 (LN 1969-2) tentang “Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut”.
e) UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran yang menggantikan semua
perundang-undangan Hindia Belanda yang berhubungan dengan pelayaran.
4. Pengangkutan Udara, diatur dalam:
a) S. 1939-100 (Ordonansi Pengangkutan Udara disingkat OPU) bsd. UU No.
83 tahun 1958 (LN 1958-159 dan TLN no. 1687 tentang Penerbangan)
b) UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan menggantikan UU No.83
Tahun 1958 tentang Penerbangan.

5. Asas-Asas Hukum Pengangkutan.


a. Asas Yang Bersifat Publik.
Diatur pada setiap pasal 2 dan penjelasannya dalam UU pengangkutan tahun
1992, UU Perkereta Apian, UU Lalu Lintas Angkutan Jalan, UU Pelayaran, UU
Penerbangan. Yakni menggunakan asas:
 Asas manfaat, setiap pengangkutan harus mempunyai nilai guna bagi
keanusian, peningkatan kesejahteraan rakyat, pengembangan perikehidupan
yang berkeseibangan bagi warga negara.
 Asas usaha bersama dan kekeluargaan, penyelenggaraan usaha
pengangkutan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dn aspirasi bangsa
sehingga dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat.
 Asas adil dan merata, penyelenggaraan pengangkutan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada masyarakat dan biaya
terjangkau.
 Asas keseimbangan, Penyelenggaraan pengangkutan harus dengan
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana.
 Asas kepentingan umum, Penyelenggaraan pengangkutan harus lebih
mengutamakan kepentingan umum bagi masyarakat.
 Asas keterpaduan, Pengangkutan harus merupakan kesatuan yang bulat dan
utuh, terpadu dan saling menunjang.
 Asas kesadaran hukum, mewajibkan kepada pemerintah untuk menegakkan
dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada masyarakat untuk
patuh dan taat kepada hukum dala penyelenggaraan pengangkutan
 Asas percaya pada diri sendiri, pengangkutan harus percaya akan
kemampuan dan kekuatan sendiri.
 Asas keselamatan penumpang, pengangkutan penumpang harus disertai
dengan asuransi kecelakaan.

b. Asas Yang Bersifat Perdata.


Dalam pasal 43 UU Angkutan Jalan Raya, pasal 25 UU Perkereta Apian, pasal
85 UU Pelayaran dan pasal 41 UU Penerbangan, bahwa pengangkutan diadakan
dengan perjanjian antara pihak-pihak. Berikut asas-asas yang bersifat perdata:
 Konsensual, Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk
tertulis, karena dengan adanya kesepakatan para pihak dainggap sudah
cukup.
 Koordinatif, Para pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan yang
sejajar atau setara tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang
lain layaknya hubungan buruh majikan.
 Campuran, Pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian
yakni: perjanjian pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan perjanjian
melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut.
 Retensi, Pengangkutan tidak menggunakan retensi, dslsm hsl ini
pengangkut hanya empunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya
pemiliknya.
 Pembuktian dengan dokumen, Setiap pengangkutan selalu dibuktikan
dengan dokumen angkutan.

 BAB II
Perjanjian Pengangkutan.

Anda mungkin juga menyukai