a. Keadaan geografis Indonesia (letak geografis negara Indonesia terdiri dari beribu
pulau, untuk menjangkau keseluruh wilayah Indonesia peran pengangkutan sangat
penting dan menentukan)
b. Untuk menunjang pembangunan dari berbagai sector
- sector perhubungan, maka fungsi pengangkutan untuk mempelancar arus baik
untuk perpindahan barang, manusia, dan jasa, dan informasi informasi lain
- sector pariwisata, memungkinkan para wisatawan untuk menjangkau obyek obyek
wisata di wilayah negara Indonesia
- sekto perdagangan, karena mempercepat perdagangan kebutuhan barang pokok
sehari hari
- sector Pendidikan, karena menunjang penyebaran sarana Pendidikan dan tenaga
Pendidikan keseluruh wilayah
c. dilihat dari keselarasan antar kehidupan desa dan kota (adanya keselarasan arus
informasi dari kota ke desa, akibatnya perkembangan desa meningkat, dan kemajuan
keahliah ketrampilan warga desa juga tumbuh lebih cepat)
d. pengembangan ilmu dan tekhnologi (mendorong pengembangan ilmu dan tekhnologi,
terutama perkembangan dari perundang-undangan)
Pertanyaan: mengapa pengaturan sumber hukum pengangkutan baik darat laut dan udara
kenapa semuanya tidak diatur dalam KUHD/KUHPerdata (ada latar belakangnya karena
beragamnya peralatan pengangkutan)
1. Sejarah pembentukan KUHD, ketika KUHD dibuat pengangkutan pada saat itu yang
berkembang adalah pengangkutan laut. Ada sebagian kecil diatur pengangkutan darat,
karena saat itu sebagian besar pengangkutan dilakukan melalui laut
2. Perkembangan masyarakat, dengan berkembangnya masyarakat maka berkembang
pula alat alat transportasi atau dibidang pengangkutan. Akibatnya dengan
perkembangnya pengangkutan darat maka berkembang pula peraturan di bidang
pengangkutan
3. Kemajuan ilmu dan tekhnologi
Yang dimaksud dengan kebiasaan dalam pengangkutan (contoh kebiasaan: untuk
pengangkutan orang, dokumen yang diperlukan adalah tiket (sebagai tanda bukti), saat naik
angkutan kota tidak diperlukan tiket, tetapi bisa diterima karena logis)
Unsur:
Dari definisi tadi dapat diambil apa yang disebut perjanjian pengangkutan
Perjanjian timbal balik antar pengangkut dengan pengirim/ penumpang, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau orang dari suatu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim/ penumpang
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.
Subyek Pengangkutan adalah semua pihak yang berkepentingan baik yang secara langsung
maupun tidak langsung di dalam perjanjian pengangkutan.
1. Secara langsung :
- pengangkut (bisa sebagai penyelenggara pengangkutan, bisa juga sebagai alat
untuk menyelenggarakan pengangkutan. Secara umum yang paling lengkap ada di
dalam KUHD untuk pengangkutan laut (pasal 466 dan 521 KUHD). Dapat
ditafsirkan dari beberapa UU dilihat dari kriteria pengangkut:
a. Perusahaan penyelenggara angkutan
b. Menggunakan alat pengangkutan
c. Menerbitkan dokumen angkutan
Dari kriteria maka dapat ditafsirkan missal dalam UU lalu lintas UU No 22 Tahun
2009 pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa perusahaan pengangkutan umum
adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang
dengan kendaraan bermotor umum.
Prinsip pengertian secara umum bisa dilihat dari perjanjian pengangkutan, maka
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang atau orang dengan selamat.
- Pengirim (kriteria pengirim adalah pemilik barang sekaligus sebagai pihak dalam
perjanjian pengangkutan bayar, membayar biaya pengangkutan, dan memperoleh
dokumen angkutan. Secara garis besar bahwa yang dimaksud pengirim adalah
pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Ada 2
kemungkinan kedudukan dari pengirim yaitu sebagai penerima dan sebagai
pengirim.
- Penumpang (penumpang adalah pengguna jasa, kriteria penumpang adalah orang
yang berstatus atau pihak dialam perjanjian pengangkutan. Biasanya penumpang
membayar biaya pengangkutan dan memegang dokumen pengangkutan. Jadi
kriterianya adalah mempunyai 2 kedudukan bisa sebagai pihak dalam perjanjian
pengangkutan (sebagai subyek) bisa juga sebagai muatan yang diangkut (sebagai
obyek)
- Penerima, kriteria penerima bisa perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak
dan bisa juga perseorangan yang memperoleh hak menerima dari pihak pengirim
barang, membayar atau tidak membayar biaya pengangkutan
Obyek dalam pengangkutan adalah muatan bisa orang bisa barang. Barang tentu saja
barang yang diperbolehkan dalam per UUan, biaya pengangkutan sesuai dengan alat
transportasi dan fasilitasnya.
Fungsi pengangkutan: memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
2. Secara tidak langsung : penerima, ekspeditur, biro/agen perjalanan, pengatur muatan,
dll
Perantara dalam pengangkutan
a. Ekspeditur (diatur di dalam pasal 86-90 KUHD) adalah orang yang pekerjaannya
menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang barang
dagangan dan barang barang lainnya melalui daratan atau perairan. Kedudukan
ekspeditur dapat berupa (sebagai pemegang kuasa atas nama pengirim, sebagai
komisioner atas nama sendiri, sebagai penyimpan barang, sebagai penyelenggara
urusan, sebagai register atau surat pemuat, memiliki hak retensi (hak untuk
menahan barang) dalam perjanjian pengangkutan tidak boleh hak retensi tanpa
alasan yang jelas.
b. Pengusaha transport, didalam hukum kebiasaan biasanya merupakan pengusaha
atau orang yang bersedia menyelenggarakan pengangkutan dengan satu jumlah
uang angkutan yang didtetapkan sekaligus untuk semua perjalanan perjanjian
pengangkutan, jadi memungut biaya sekaligus baik untuk proyek sendiri maupun
proyek orang lain
c. Agen atau biro perjalanan sebagai orang atau badan usaha yang sangat
menentukan
d. Makelar kapal adalah jual beli kapal atau sewa menyewa kapal
e. Agen duane tugasnya adalah mengusahakan kapal masuk dalam rombongan kapal
atau konvoi, namun agen duane juga memiliki fungsi lain mengurusi surat surat
lain
f. Pengatur muatan tugasnya menetapkan tempat dimana barang disimpang didalam
kapal agar stabil
g. Perveeman dan ekspedisi muatan adalah pengurusan dokumen, penyerahan,
penerimaan, penyimpanan, menyortir dan lainlain.
1. Perdata
- Azas konsensual (sifatnya consensus atau kata sepakat, namun biasanya
dibuktikan dengan adanya dokumen pengangkutan)
- Azas koordinatif (kedudukan para pihak adalah sejajar)
- Azas campuran (terdiri dari pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan
melalukan pekerjaan atau berkala)
- Azas hak retensi (hak untuk menahan barang)
2. Public
- Azas manfaat (mempunyai manfaat bagi kemanusiaan, bagi kesejahteraan rakyat,
dan bagi semua warga negara)
- Azas usaha bersama dan kekeluargaan (berarti penyelenggraan pengangkutan
dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara kekeluargaan)
- Azas adil dan merata (penyelenggaraan pengangkutan harus adil dan merata
keseluruh lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau)
- Azas keseimbangan (adanya keseimbangan baik sarana maupun prasaran, baik
untuk kepentingan individu mapun masyarakat, baik untuk pengguna jasa atau
penyedia jasa, baik untuk kepentingan nasional atau kepentingan internasional
- Azas kepentingan umum (didalam penyelenggaraan pengangkutan dilakukan
untuk kepentingan umum atau kepentingan masyarakat luas)
Untuk membedakan azas yang bersifat perdata dan bersifat public, untuk perdata
hanya berlaku dan berguna bagi para pihak dalam perjanjian pengangkutan (secara
langsung), untuk public tidak hanya berlaku bagi para pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan itu sendiri tetapi berlaku untuk pihak ketiga dan pemerintah.
Terjadinya perjanjian pengangkutan baik orang atau barang cukup ada kata sepakat
(konsesnsus) namun biasanya disertai dengan adanya dokumen. Selain sepakat juga
bisa terjadi karena adanya penawaran secara umum (melalui web), bisa juga karena
adanya perantara pihak ketiga.
Pengangkutan darat secara umum (pengangkutan barang pasal 90-98 KUHD)
Pengaturan : UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diubah
dengan UU No 22 Tahun 2009 (terdiri dari 22 bab dan 326 Pasal).
“Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan “ pasal 1 angka 3 UU No 22
Tahun 2009.
Pengertian tentang:
Jenis kendaraan
a. Azas Transparan
b. Azas Akuntabel
c. Azas Berkelanjutan
d. Azas Partisipatif
e. Azas Bermanfaat
f. Azas Efisien dan Efektif
g. Azas Seimbang
h. Azas Terpadu dan
i. Azas Mandiri
- Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa
- Terwujudnya etika ber lalu lintas dan budaya bangsa
- Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat
Isi dari UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
Didalam UU No 22 Tahun 2009 disana diatur tentang angkutan yang terdiri dari 2 macam
Pertanggungan atau asuransi (UU N0 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang dan PP No 17 1965. UU No 34 Tahun 1964 tentang dana kecelakaan
lalu lintas jalan dan PP No 18 Tahun 1965) kedua UU tsb berhubungan dengan tanggung
jawab pengangkut.
UU No 33 Tahun 1964 (pada saat seseorang menjadi penumpang yang sah pada kendaraan
bermotor umum, maka penumpang tersebut wajib membayar premi yang dilakukan pada saat
membayar biaya angkutan, setelah premi tersebut dikumpulkan oleh pengangkut, maka setiap
bulan pengangkut akan menyetor premi tersebut ke pada PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja.
Setelah dana itu terkumpul dana tersebut digunakan pada penumpang apabila mengalami
kecelakaan)
UU No 34 Tahun 1964 (diberikan atau dipungut dari mereka mereka yang mempunyai
kendaraan bermotor, dana tersebut digunakan untuk mereka yang mengalami kecelakaan
diluar alat angkut)
Besarnya santunan berdasarkan UU 33 maupun 34. Dasar hukum di UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan UU No 22 Tahun 2009 pasal 188 yang menyebutkan bahwa perusahaan
angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim
barang karena lalai dalam melaksanakan layananan angkutan. Pasal 189 bahwa perusahaan
angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 188 tersebut.
Pasal 237 ayat 1, perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan
sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan. Ayat 2
perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak
kendaraan.
1. Azas Manfaat
2. Azas Keadilan
3. Azas keseimbangan
4. Azas kepentingan umum
5. Azas keterpaduan
6. Azas kemandirian
7. Azas transparansi
8. Azas akuntabilitas dan berkelanjutan
Badan usaha pereketaapian akan dimulai setelah kemerdekaan RI yaitu tahun 1945.
Pengertian
Perkeretaapian satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumberdaya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi KA.
KA adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkai dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak
di jalan rel yang terkait dengan perjalanan KA.
Pengangkutan orang
Kewajiban penyelenggara
Wewenang penyelenggara
- Memeriksa karcis
- Menindak pengguna jasa yang tidak mempunyai karcis
- Menertibkan pengguna jasa KA atau masyarakat yang mengganggu perjalanan
KA
- Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat yang berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap perjalanan KA
Pengangkutan Barang
Angkutan Multimoda
- Angkutan yang menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda
atas dasar perjanjian angkutan multimoda dengan menggunakan satu dokumen
- Diatur dalam PP No.8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda
1. Kereta Api Umum, perkeretaapian yang digunakan untuk melayani angkutan orang
dan/atau barang dengan dipungut biaya
2. Kereta Api Khusus, perkeretaapian yang hanya digunakan untuk menunjang kegiatan
pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk melayani masyarakat umum
Pengangkutan POS
1. Diatur dalam
- UU No 6 Tahun 1984 tentang POS diganti dengan UU No 38 Tahun 2009 tentang
POS
- PP No 15 Tahun 2013 tentang pelaksanaan UU No 38 tahun 2009 tentang Pos
2. Badan Hukum
- Tahun 1945 : Jawatan PTT
- PP No 240 tahun 1961 Jawatan PTT berubah menjadi PN Pos & Telekomunikasi
(PN Postel)
- Pp No 29 Tahun 1965 & PP No 30 Tahun 1965 PN Postel pecah menjadi 2 yaitu
a. PN Pos dan Giro
b. PN Telekomunikasi
- PP No 9 Tahun 1978 PN Pos dan Giro berubah menjadi Perum Pos dan Giro
- PP No 5 Tahun 1995 Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT Pos Indonesia
(Persero)
3. Pengertian
- Pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket,
layanan logistic, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan Pos untuk
kepentingan umum
- Penyelenggara Pos dilakukan oleh Badan Usaha yang berbadan Hukum Indonesia
- Badan Usaha tersebut (Badan Usaha Negara, Badan Usaha daerah, Badan Usaha
Swasta, koperasi)
4. Azas
- Kemanfaatan
- Kepastian Hukum
- Kebangsaan
- Keamanan dan keselamatan
- Kerahasiaan
- Perlindungan
- Kemandirian
- Kemitraan
- Keadilan
- Persatuan
- Kesejahteraan
5. Tanggung jawab PT Pos
- Pasal 26 samapai dengan 28 UU Pos
- Setiap orang berhak mendapatkan layanan pos
- Hak milik atas kiriman tetap merupakan hak milik pengguna layanan pos selama
belum diserahkan kepada penerima
- Pengguna layanan pos berhak atas jaminan kerahasiaan, keamanan dan
keselamatan kiriman.
- Pengguna layanan pos berhak mendapatkan ganti rugi apabila terjadi:
a. Kehilangan kiriman
b. Kerusakan isi paket
c. Keterlambatan kiriman
d. Ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima
6. Biaya pengiriman surat menggunakan perangko, sedangkan biaya pengiriman paket
seperti pengiriman paket pada umumnya, seperti di timbang dan di cek apakah barang
tersebut sesuai yang di tentukan atau diperbolehkan oleh PT Pos Indonesia.