Anda di halaman 1dari 19

Hukum Pengangkutan (video pengantar)

Jenis jenis pengangkutan

1. Pengangkutan melalui darat


2. Pengangkutan melalui laut
3. Pengangkutan melalui udara

Arti penting dari pada pengangkutan itu sendiri

a. Keadaan geografis Indonesia (letak geografis negara Indonesia terdiri dari beribu
pulau, untuk menjangkau keseluruh wilayah Indonesia peran pengangkutan sangat
penting dan menentukan)
b. Untuk menunjang pembangunan dari berbagai sector
- sector perhubungan, maka fungsi pengangkutan untuk mempelancar arus baik
untuk perpindahan barang, manusia, dan jasa, dan informasi informasi lain
- sector pariwisata, memungkinkan para wisatawan untuk menjangkau obyek obyek
wisata di wilayah negara Indonesia
- sekto perdagangan, karena mempercepat perdagangan kebutuhan barang pokok
sehari hari
- sector Pendidikan, karena menunjang penyebaran sarana Pendidikan dan tenaga
Pendidikan keseluruh wilayah
c. dilihat dari keselarasan antar kehidupan desa dan kota (adanya keselarasan arus
informasi dari kota ke desa, akibatnya perkembangan desa meningkat, dan kemajuan
keahliah ketrampilan warga desa juga tumbuh lebih cepat)
d. pengembangan ilmu dan tekhnologi (mendorong pengembangan ilmu dan tekhnologi,
terutama perkembangan dari perundang-undangan)

Sumber dan Unsur Hukum Pengangkutan

1. yang berada dalam kodifikasi : KUHPerdata, KUHD


2. diluar kodifikasi : UU, PP, perjanjian dan kebiasaan

Secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut

pengangkutan darat diatur dalam


a. KUHD buku 1 bab 5, bagian 2 dan 3 mulai Pasal 90-98, diatur sekaligus
pengangkutan darat dan perairan darat tetapi hanya khusus mengenai pengangkutan
barang
b. peraturan khusus lainnya
i. UU No 13 Tahun 1993 tentang Perkeretaapian diubah dengan UU 23 Tahun
2007
ii. UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkatan jalan diubah dengan
UU No 22 Tahun 2009
iii. UU No 6 Tahun 1984 tentang POS diubah dengan UU No 38 Tahun 2009
iv. PP No 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda

Pengankutan Laut diatur dengan (didalam KUHD diatur secara lengkap)

- KUHD buku 2, Bab 5 tentang Perjanjian Charter kapal


- KUHD buku 2 Bab 5-A tentang pengangkutan barang
- KUHD buku 2 Bab 5-B tentang pengangkutan orang
- UU No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diubah dengan UU No 17 Tahun 2008

Pengangkutan Udara yang diatur dalam

- Statblat 1939_100 (Luchtverordonnantie)


- UU No 83 Tahun 1958 diubah dengan UU N0 15 Tahun 1992 tentang
Penerbangan dan diubah lagi dengan UU No 1 Tahun 2009

Pertanyaan: mengapa pengaturan sumber hukum pengangkutan baik darat laut dan udara
kenapa semuanya tidak diatur dalam KUHD/KUHPerdata (ada latar belakangnya karena
beragamnya peralatan pengangkutan)

1. Sejarah pembentukan KUHD, ketika KUHD dibuat pengangkutan pada saat itu yang
berkembang adalah pengangkutan laut. Ada sebagian kecil diatur pengangkutan darat,
karena saat itu sebagian besar pengangkutan dilakukan melalui laut
2. Perkembangan masyarakat, dengan berkembangnya masyarakat maka berkembang
pula alat alat transportasi atau dibidang pengangkutan. Akibatnya dengan
perkembangnya pengangkutan darat maka berkembang pula peraturan di bidang
pengangkutan
3. Kemajuan ilmu dan tekhnologi
Yang dimaksud dengan kebiasaan dalam pengangkutan (contoh kebiasaan: untuk
pengangkutan orang, dokumen yang diperlukan adalah tiket (sebagai tanda bukti), saat naik
angkutan kota tidak diperlukan tiket, tetapi bisa diterima karena logis)

1. Tidak tertulis namun hidup di dalam praktek perjanjian pengangkutan


2. Tidak bertentangngan dengan UU, kepatutan dan kesusilaan
3. Diterima oleh para pihak karena dianggap logis

Unsur:

- Alat pengangkutnya itu sendiri (sesuai dengan jenis pengangkutannya)


- Fasilitas yang akan dilalui oleh alat pengangkutan
- Tempat persiapan pengangkutan

Hukum Pengangkutan (video definisi)

Definisi pengangkutan menurut Abdulkadir Muhammad)

Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang/ penumpang ke dalam alat


pengangkutan, membawa barang/ penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan
menurunkan barang/ penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.

Dari definisi tadi dapat diambil apa yang disebut perjanjian pengangkutan

Perjanjian timbal balik antar pengangkut dengan pengirim/ penumpang, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau orang dari suatu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim/ penumpang
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

Terdapat beberapa aspek dalam definisi perjanjian pengangkutan tersebut

1. Pelaku: penyelenggara pengangkutan (pengangkut) bisa berupa badan hukum atau


berupa manusia pribadi atau perseorangan
2. Alat pengangkutan: adalah alat yang digunakan untuk menyelengarakan
pengangkutan (sesuai dengan jenis pengangkutannya)
3. Barang/ penumpang: muatan yang diangkut. Barang disini bisa termasuk hewan dan
barang yang bisa dikirim sesuai undang-undang
4. Perbuatan: kegiatan mengangkut barang/ penumpang sejak pemuatan sampai
penurunan di tempat tujuan (maknanya adanya perpindahan)
5. Fungsi pengangkutan: untuk meningkatkan nilai kegunaan (place utility, time utility)
6. Tujuan pengangkutan: sampai ketempat tujuan dengan selamat dan biaya
pengangkutan yang lunas

Sifat Hukum perjanjian pengangkutan

a. Pelayanan berkala (Polak, Molengraaff n Soekardono), (pasal 1601-b KUHPerdata).


Maknanya terjadinya perjanjian pengangkutan adalah kadang kala saja kalau
dibutuhkan
b. Pemborong (Pasal 1917 KUHPerdata). Harus ada hal yang baru, tetapi dalam
perjanjian pengangkutan tidak boleh menimbulkan hal hal yang baru hanya
memindahkan saja
c. Campuran
- Unsur pelayanan berkala
- Unsur penyimpanan
- Unsur pemberian kuasa

Hukum Pengangkutan (video subyek)

Subyek Pengangkutan adalah semua pihak yang berkepentingan baik yang secara langsung
maupun tidak langsung di dalam perjanjian pengangkutan.

1. Secara langsung :
- pengangkut (bisa sebagai penyelenggara pengangkutan, bisa juga sebagai alat
untuk menyelenggarakan pengangkutan. Secara umum yang paling lengkap ada di
dalam KUHD untuk pengangkutan laut (pasal 466 dan 521 KUHD). Dapat
ditafsirkan dari beberapa UU dilihat dari kriteria pengangkut:
a. Perusahaan penyelenggara angkutan
b. Menggunakan alat pengangkutan
c. Menerbitkan dokumen angkutan

Dari kriteria maka dapat ditafsirkan missal dalam UU lalu lintas UU No 22 Tahun
2009 pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa perusahaan pengangkutan umum
adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang
dengan kendaraan bermotor umum.
Prinsip pengertian secara umum bisa dilihat dari perjanjian pengangkutan, maka
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang atau orang dengan selamat.

- Pengirim (kriteria pengirim adalah pemilik barang sekaligus sebagai pihak dalam
perjanjian pengangkutan bayar, membayar biaya pengangkutan, dan memperoleh
dokumen angkutan. Secara garis besar bahwa yang dimaksud pengirim adalah
pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Ada 2
kemungkinan kedudukan dari pengirim yaitu sebagai penerima dan sebagai
pengirim.
- Penumpang (penumpang adalah pengguna jasa, kriteria penumpang adalah orang
yang berstatus atau pihak dialam perjanjian pengangkutan. Biasanya penumpang
membayar biaya pengangkutan dan memegang dokumen pengangkutan. Jadi
kriterianya adalah mempunyai 2 kedudukan bisa sebagai pihak dalam perjanjian
pengangkutan (sebagai subyek) bisa juga sebagai muatan yang diangkut (sebagai
obyek)
- Penerima, kriteria penerima bisa perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak
dan bisa juga perseorangan yang memperoleh hak menerima dari pihak pengirim
barang, membayar atau tidak membayar biaya pengangkutan
Obyek dalam pengangkutan adalah muatan bisa orang bisa barang. Barang tentu saja
barang yang diperbolehkan dalam per UUan, biaya pengangkutan sesuai dengan alat
transportasi dan fasilitasnya.
Fungsi pengangkutan: memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
2. Secara tidak langsung : penerima, ekspeditur, biro/agen perjalanan, pengatur muatan,
dll
Perantara dalam pengangkutan
a. Ekspeditur (diatur di dalam pasal 86-90 KUHD) adalah orang yang pekerjaannya
menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang barang
dagangan dan barang barang lainnya melalui daratan atau perairan. Kedudukan
ekspeditur dapat berupa (sebagai pemegang kuasa atas nama pengirim, sebagai
komisioner atas nama sendiri, sebagai penyimpan barang, sebagai penyelenggara
urusan, sebagai register atau surat pemuat, memiliki hak retensi (hak untuk
menahan barang) dalam perjanjian pengangkutan tidak boleh hak retensi tanpa
alasan yang jelas.
b. Pengusaha transport, didalam hukum kebiasaan biasanya merupakan pengusaha
atau orang yang bersedia menyelenggarakan pengangkutan dengan satu jumlah
uang angkutan yang didtetapkan sekaligus untuk semua perjalanan perjanjian
pengangkutan, jadi memungut biaya sekaligus baik untuk proyek sendiri maupun
proyek orang lain
c. Agen atau biro perjalanan sebagai orang atau badan usaha yang sangat
menentukan
d. Makelar kapal adalah jual beli kapal atau sewa menyewa kapal
e. Agen duane tugasnya adalah mengusahakan kapal masuk dalam rombongan kapal
atau konvoi, namun agen duane juga memiliki fungsi lain mengurusi surat surat
lain
f. Pengatur muatan tugasnya menetapkan tempat dimana barang disimpang didalam
kapal agar stabil
g. Perveeman dan ekspedisi muatan adalah pengurusan dokumen, penyerahan,
penerimaan, penyimpanan, menyortir dan lainlain.

Asas Hukum Pengangkutan

Ada 2 macam azas di hukum pengangkutan

1. Perdata
- Azas konsensual (sifatnya consensus atau kata sepakat, namun biasanya
dibuktikan dengan adanya dokumen pengangkutan)
- Azas koordinatif (kedudukan para pihak adalah sejajar)
- Azas campuran (terdiri dari pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan
melalukan pekerjaan atau berkala)
- Azas hak retensi (hak untuk menahan barang)
2. Public
- Azas manfaat (mempunyai manfaat bagi kemanusiaan, bagi kesejahteraan rakyat,
dan bagi semua warga negara)
- Azas usaha bersama dan kekeluargaan (berarti penyelenggraan pengangkutan
dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara kekeluargaan)
- Azas adil dan merata (penyelenggaraan pengangkutan harus adil dan merata
keseluruh lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau)
- Azas keseimbangan (adanya keseimbangan baik sarana maupun prasaran, baik
untuk kepentingan individu mapun masyarakat, baik untuk pengguna jasa atau
penyedia jasa, baik untuk kepentingan nasional atau kepentingan internasional
- Azas kepentingan umum (didalam penyelenggaraan pengangkutan dilakukan
untuk kepentingan umum atau kepentingan masyarakat luas)

Untuk membedakan azas yang bersifat perdata dan bersifat public, untuk perdata
hanya berlaku dan berguna bagi para pihak dalam perjanjian pengangkutan (secara
langsung), untuk public tidak hanya berlaku bagi para pihak yang mengadakan
perjanjian pengangkutan itu sendiri tetapi berlaku untuk pihak ketiga dan pemerintah.

Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut


1. Berdasarkan kesalahan (falut ability) setiap pengangkut yang melakukan
kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggungjawab
membayar semua kerugian yang timbul akibat kesalahan
2. Berdasarkan praduga (Presumption liability) pengangkut dianggap selalu
bertanggungjawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang
diselenggarakannya
3. Berdasarkan kemutlakan (absolute liability) pengangkut harus bertanggungjawab
atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakan tanpa
keharusan pembuktin ada tidaknya pengangkut.

Pada prinsipnya untuk tanggung jawab berdasarkan kesalahan yang wajib


membuktikan kesalahan adalah mereka yang mengalami kerugian. Untuk prinsiip
praduga, beban pembuktian ada pada pihak pengangkut. Prinsip tanggung jawab
mutlak sebetulnya tidak ada beban pembuktian, maka setiap kerugian yang
diakibatkan oleh penyelenggaraan pengangkutan maka pengangkutan harus
bertanggung jawab.

Terjadinya perjanjian pengangkutan baik orang atau barang cukup ada kata sepakat
(konsesnsus) namun biasanya disertai dengan adanya dokumen. Selain sepakat juga
bisa terjadi karena adanya penawaran secara umum (melalui web), bisa juga karena
adanya perantara pihak ketiga.
Pengangkutan darat secara umum (pengangkutan barang pasal 90-98 KUHD)

- Pengertian pengangkut adalah mereka yang bertanggung jawab terhadap


penyelenggaraan pengangkutan dan mereka yang langsung mengadakan
perjanjian pengangkut. Jadi mereka lah yang langsung menanggung resiko
terhadap penyelenggaraan pengangkutan
- Surat muatan (pasal 90 KUHD) adalah sebagai tanda bukti telah ada perjanjian
pengangkutan. Di dalam pasal ini tidak ada sanksi kalau tidak ada surat muatan,
berarti disini kalau di dalam pengangkutan barat cukup ada kata sepakat.
- Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari
tempat asal sampai tujuan dengan selamat.
- hak pengangkut adalah memperoleh pembayaran
- tanggung jawab pengangkut bahwa pengangkut harus menyelenggarakan
pengangkutan barang dari asal sampai tujuan dengan selamat, jika tidak selamat
harus bertanggung jawab, namun dalam pasal 91 pengangkut dapat mengelak dari
tanggung jawab asal ada beberapa hal yaitu cacat dari barang itu sendiri, kealpaan
atau kesalahan pengirim, keadaan memaksa yang subyektif (overmaaght). Juga
dalam pasal 95 KUHD yaitu tentang tenggang waktu

Pengangkutan melaui jalan Umum

Pengaturan : UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diubah
dengan UU No 22 Tahun 2009 (terdiri dari 22 bab dan 326 Pasal).

“Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan “ pasal 1 angka 3 UU No 22
Tahun 2009.

Banyak peraturan pelaksana di dalam UU No 22 Tahun 2009

1. PP No 74 Tahun 2014 tentang angkutan jalan (mengatur angkutan orang,


angkutan barang, kewajiban penyediaan angkutan umum, angkutan orang dan
kendaraan bermotor umum, angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum,
dokumen angkutan orang dan barang dengan kendaraan bermotor umum,
pengawasan muatan angkutan barang, pengusaha angkutan, tarif angkutan,
industry jasa angkutan umum, dsb)
2. PP No 80 Tahun 2012 tentang tata cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Angkutan Jalan (mengatur mengenai
persyaratan teknis dan light jalan kendaraan bermotor, kelengkapan dokumen
(identitas pengemudi), kelengkapan kendaraan bermotor, dokumen perijinan,
pengungkapan perkara tindak pidana dibidang lalu lintas, terciptanya kepatuhan
atau budaya keamanan (keselamatan lalu lintas)
3. PP No 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (mengatur
perlengkapan jalan (lampu lalin, ada arah), tentang terminal, parkir)
4. PP No 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan (mengatur kendaraan harus memenuhi
syarat seperti ijin dll)
5. UU No 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang dan PP No 17 Tahun 1965
6. UU No 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan PP No 18
Tahun 1965
7. UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Pengertian tentang:

- Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan


mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
- Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang di gerakan oleh tenaga
manusia atau hewan
- Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk
angkutang barang atau orang dengan dipungut bayaran
- Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa
angkutan orang atau barang dengan kendaraan bermotor
- Pengguna jasa adalah perseorang atau badan hukum yang menggunakan
perusahaan jasa angkutan umum
- Penumpang adalah orang yang berada dalam kendaraan selain pengemudi dan
awak kendaraan

Jenis kendaraan

1. Kendaraan bermotor terdiri dari


- Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah
rumah, dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor beroda
tiga tanpa rumah rumah (UU NO 22 Tahun 2009 Pasal 1 angka 20)
- Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 orang termasuk untuk pengemudi
- Mobil bus adalah kendaraan bermotor untuk angkutan orang yang memiliki
tempat duduk lebih dari 8 orang termasuk pengemudi
- Mobil barang adalah mobil yang khusus digunakan untuk mengangkut barang
- Kendaraan khusus (kendaraan TNI, Kepolisian, Crene, Buldozer, untuk pengguna
disabilitas) adalah kendaraan yang diperuntukan untuk instansi instansi tertentu
2. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang di gerakan oleh orang atau
binatang (becak, dokar).

Azas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

a. Azas Transparan
b. Azas Akuntabel
c. Azas Berkelanjutan
d. Azas Partisipatif
e. Azas Bermanfaat
f. Azas Efisien dan Efektif
g. Azas Seimbang
h. Azas Terpadu dan
i. Azas Mandiri

Tujuan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

- Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa
- Terwujudnya etika ber lalu lintas dan budaya bangsa
- Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat

Tanggung Jawab angkutan umum di dalam pasal 186-196


1. Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang atau barang setelah
disepakati perjanjian pengangkutan, biasanya dilakukan dengan pembayaran biaya
angkutan baik oleh penumpang maupun oleh pengirim barang (dibuktikan dengan
dokumen pengangkutan)
2. Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang dibayar
apabila terjadi pembatalan keberangkatan pengangkutan
3. Perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang di derita oleh
penumpang atau pengirim barang karena kelalaian atau kesalahannya
4. Perusahaan wajib mengasuransikan tanggung jawab tersebut
5. Bertanggung jawab terhadap kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan
orang yang di pekerjakan dalam pengangkutan
6. Khusus angkutan orang (pengangkut wajib bertanggung jawab terhadap kerugian
kerugian yang di tanggung penumpang (karena penumpang meninggla dunia,
mengalai cacat tetap, maupun mengalami luka) kecuali apabila kejadian yang
tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan penumpang itu sendiri).
Pengangkut tidak bertanggung jawab terhadap barang barang bawaan penumpang
jika penumpang tidak dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut karena
kesalahan atau kelalaian pengangkut
7. Khusus pengangkutan barang (bertanggung jawab terhadap barang barang),

Isi dari UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

Didalam UU No 22 Tahun 2009 disana diatur tentang angkutan yang terdiri dari 2 macam

1. Angkutan orang adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kendaraan


bermotor umum adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang di pungut
biaya pengangkutan, karena di pungut biaya pengangkutan maka inilah yang
berhubungan dengan perjanjian pengangkutan. Kendaraan bermotor umum secara
garis besar ada mobil penumpang dan mobil bus.
Kendaaran bermotor umum dibagi menjadi 3 :
a. Dalam trayek tetap dan teratur, terdiri dari bermacam macam
1) Angkutan lintas batas negara
2) Angkutan antar kota antar provinsi
3) Angkutan antar kota dalam provinsi
4) Angkutan perkotaan
5) Angkutan pedesaan
b. Tidak dalam trayek, dibagi menjadi 4
1) Angkutan dengan taksi (ciri khas nya di pungut dengan argo)
2) Angkutan dengan tujuan tertentu (travel, angkutan antar jemput sekolah)
3) Angkutan pariwisara
4) Angkutan Kawasan tertentu
c. Angkutan massal, berdasarkan pasal 158 berada di Kawasan perkotaan, biasanya
mempunyai jalur khusus dan dapat membawa penumpang dengan jumlah yang
banyak (Tranjakarta, BRT, Transjateng)
2. Angkutan barang juga menggunakan kendaraan bermotor umum dan wajib
menggunakan mobil barang. Ada bermacam macam
1. Barang umum
2. Barang khusus (barang yang mudah meledak, gas cair, bahan beracun, dll)
pengangkutannya menggunakan alat alat yang bersifat khusus
3. Angkutan multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit
2 moda angkutan yang berbeda namun dilakukan dengan 1 kontrak atau perjanjian
(pengangkutan moda truk berpindah ke moda kereta api)

Pertanggungan atau asuransi (UU N0 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang dan PP No 17 1965. UU No 34 Tahun 1964 tentang dana kecelakaan
lalu lintas jalan dan PP No 18 Tahun 1965) kedua UU tsb berhubungan dengan tanggung
jawab pengangkut.

Latar belakang mengapa pemerintah mengerluarkan UU No 33 Tahun 1964 juga UU No 34


Tahun 1964, pada saat ini perkembangan pengangkutan sangat pesat, maka otomatis
timbulnya kecelakaan yang diakibatkan karena pengangkutan juga semakin banyak, sehingga
diperlukan bantuan bagi mereka yang mengalami kecelakaan dibidang pengangkutan.
Pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk menanggung kecelakaan yang terjadi dibidang
pengangkutan oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kedua UU tersebut, tujuannya untuk
sedekar memberikan bantuan untuk mereka yang mengalami kecelakaan dibidang
pengangkutan.

UU No 33 Tahun 1964 (pada saat seseorang menjadi penumpang yang sah pada kendaraan
bermotor umum, maka penumpang tersebut wajib membayar premi yang dilakukan pada saat
membayar biaya angkutan, setelah premi tersebut dikumpulkan oleh pengangkut, maka setiap
bulan pengangkut akan menyetor premi tersebut ke pada PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja.
Setelah dana itu terkumpul dana tersebut digunakan pada penumpang apabila mengalami
kecelakaan)

UU No 34 Tahun 1964 (diberikan atau dipungut dari mereka mereka yang mempunyai
kendaraan bermotor, dana tersebut digunakan untuk mereka yang mengalami kecelakaan
diluar alat angkut)

Besarnya santunan berdasarkan UU 33 maupun 34. Dasar hukum di UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan UU No 22 Tahun 2009 pasal 188 yang menyebutkan bahwa perusahaan
angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim
barang karena lalai dalam melaksanakan layananan angkutan. Pasal 189 bahwa perusahaan
angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 188 tersebut.

Pasal 237 ayat 1, perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan
sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan. Ayat 2
perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak
kendaraan.

Besarnya santuanan yang diperoleh dari Jasa Raharja

- Berdasarkan peraturan menteri keuangan No 15 dan 16 PMK No 10 Tahun 2017


Besarnya santunan untuk angkutan darat dan laut menjadi 50 Juta. Untuk
angkutan udara 50 Juta. Untuk cacat tetap akan memeperoleh 50 Juta maksimum,
Untuk pengangkutan udara 50 Juta. Untuk biaya perawatan maksimum sebesar 20
Juta. Untuk pengangkutan udara 25 Juta. Penguburan tanpa ahli waris sebesar 4
Juta. Untuk pengangkutan udara sebesar 4 Juta. Manfaat tambahan biaya P3K
sebesar 1 Juta. Untuk Udara juga 1 Juta. Manfaat tambahan penggganti biaya
ambulan baik untuk pengangkutan darat dan laut sebesar 500 ribu. Dan untuk
udara sebesar 500 ribu
- Sebelum peraturan Menteri keuangan No 15 dan 16 PMK No 10 Tahun 2017
Besarnya santunan untuk angkutan darat dan laut bagi mereka yang meninggal
dunia, maka memperoleh santunan sebesar 25 Juta. Untuk angkutan Udara bagi
mereka yang meninggal dunia memperoleh 50 Juta Rupiah. Untuk cacat tetap atau
maksimum, maka akan memperoleh santunan sebesar 25 Juta (maksimum). Untuk
angkutan udara memperoleh santunan 50 Juta. Untuk biaya perawatan maksimum
sebesar 10 Juta. Untuk pengangkutan udara 25 Juta. Penguburan tanpa ahli waris
sebesar 2 Juta. Untuk pengangkutan Udara 2 Juta. Manfaat tambahan biaya P3K
tidak ada. Untuk udara juga tidak ada. Manfaat tambahan pengganti biaya
ambulan tidak ada. Untuk pengangkutan udara juga tidak ada.

Yang meninggal dunia yang memperoleh santunan adalah ahli warisnya,


penjelasan tentang cacat tetap dan biaya perawatan terdapat kata maksimum.
Untuk cacat tetap terdapat peraturan tersendiri, terdapat prosentasenya untuk
perawatan juga terdapat kata maksimum.

Pengangkutan dengan Kereta Api

- Diatur dengan UU No 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian dan diganti dengan


UU No 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian
- PP No 56 tahun 2009 tentang penyelenggaraan perkeretaapian dirubah dengan PP
No. 6 Tahun 2017 (juncto)
- PP No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dirubah
dengan PP No 61 Tahun 2016 (juncto)

Azas Pengangkutan dengan Kereta Api

1. Azas Manfaat
2. Azas Keadilan
3. Azas keseimbangan
4. Azas kepentingan umum
5. Azas keterpaduan
6. Azas kemandirian
7. Azas transparansi
8. Azas akuntabilitas dan berkelanjutan

Badan usaha pereketaapian akan dimulai setelah kemerdekaan RI yaitu tahun 1945.

- Pada tahun 1945-1950 perusahaan perkerata apian Indonesia berbentuk jawatan


kereta api
- Pada 1950-1963 berubah menjadi jawatan kereta api republic Indonesia (DKARI)
- Pada 1963-1971 berubah menjadi PNKA (perusahaan Negara Kereta Api)
- Pada 1971-1991 berubah menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)
- Pada 1991-1998 berubah menjadi Perumka (Perusahaan Umum Kereta Api)
- Pada 1998-2010 berubah menjadi PT. Kereta Api
- Pada 2010-sekarang berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia

Pengertian

Perkeretaapian satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumberdaya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi KA.

KA adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkai dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak
di jalan rel yang terkait dengan perjalanan KA.

Pengangkutan orang

- Pengangkutan orang dengan KA di lakukan dengan menggunakan kereta. Yang


dimaksud dengan kereta karena ini pengangkutan orang maka harus ada tempat
duduk, ac, toilet, dan fasilitas fasilitas lainnya
- Penyelanggaran wajib mengangkut orang yang telah memiliki karcis, sesuai
dengan tingkat pelayanan yang dipilih. Karcis sebagai tanda bukti terjadinya
perjanjian pengankutan orang.

Kewajiban penyelenggara

- Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang


- Mengutamakan pelayanan kepentingan umum
- Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan
- Mengutamakan jadwal perjalanan KA dan tarif angkutan kepada masyarakat dan
- Mematuhi jadwal keberangkatan KA

Wewenang penyelenggara

- Memeriksa karcis
- Menindak pengguna jasa yang tidak mempunyai karcis
- Menertibkan pengguna jasa KA atau masyarakat yang mengganggu perjalanan
KA
- Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat yang berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap perjalanan KA

Pengangkutan Barang

1. Alat angkut yang digunakan berupa gerbong. Angkutan terdiri dari:


a. Barang umum
b. Barang khusus
c. Bahan berbahaya dan beracun
d. Limbah bahan berbahaya dan beracun
2. Penyelenggara wajib mengangkut barang setelah biaya pengangkutan dibayar.
Surat angkutan barang sebagai tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan
barang
3. Wewenang penyelenggara
a. Memeriksa kesesuaikan barang dengan surat angkutan barang
b. Menolak barang yang tidak sesuai dengan surat angkutan barang
c. Melapor kepada yang berwajib, seperti barang terlarang.

Angkutan Multimoda

- Angkutan yang menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda
atas dasar perjanjian angkutan multimoda dengan menggunakan satu dokumen
- Diatur dalam PP No.8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda

Jenis Pengangkutan dengan Kereta Api

1. Kereta Api Umum, perkeretaapian yang digunakan untuk melayani angkutan orang
dan/atau barang dengan dipungut biaya
2. Kereta Api Khusus, perkeretaapian yang hanya digunakan untuk menunjang kegiatan
pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk melayani masyarakat umum

Tanggung Jawab Penyelenggara

1. Pengangkutan orang terdapat dalam Pasal 157-160


2. Penyelenggara bertanggung jawab terhadap pengguna jasa apabila
- Mengalami luka luka
- Mengalami cacat
- Meninggal dunia
3. Tanggung jawab dimulai dari stasiun awal sampai dengan stasiun tujuan
4. Pengangkutan barang
5. Penyelenggara bertanggung jawab terhadap pengiriman barang bersama:
- Barang hilang
- Barang rusak
- Barang musnah
6. Tanggung jawab dimulai sejak barang diterima sampai dengan barang diserahkan
pada penerima.

Asuransi dan Ganti Rugi diatur dalam Pasal 166-171

1. Penyelenggara wajib mengasuransikan tanggung jawabnya kepada pengguna jasa,


awak sarana perkeretaapian dan orang yang dipekerjakan oleh pihak penyelenggara
serta kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Pengangkutan POS

1. Diatur dalam
- UU No 6 Tahun 1984 tentang POS diganti dengan UU No 38 Tahun 2009 tentang
POS
- PP No 15 Tahun 2013 tentang pelaksanaan UU No 38 tahun 2009 tentang Pos
2. Badan Hukum
- Tahun 1945 : Jawatan PTT
- PP No 240 tahun 1961 Jawatan PTT berubah menjadi PN Pos & Telekomunikasi
(PN Postel)
- Pp No 29 Tahun 1965 & PP No 30 Tahun 1965 PN Postel pecah menjadi 2 yaitu
a. PN Pos dan Giro
b. PN Telekomunikasi
- PP No 9 Tahun 1978 PN Pos dan Giro berubah menjadi Perum Pos dan Giro
- PP No 5 Tahun 1995 Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT Pos Indonesia
(Persero)
3. Pengertian
- Pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket,
layanan logistic, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan Pos untuk
kepentingan umum
- Penyelenggara Pos dilakukan oleh Badan Usaha yang berbadan Hukum Indonesia
- Badan Usaha tersebut (Badan Usaha Negara, Badan Usaha daerah, Badan Usaha
Swasta, koperasi)
4. Azas
- Kemanfaatan
- Kepastian Hukum
- Kebangsaan
- Keamanan dan keselamatan
- Kerahasiaan
- Perlindungan
- Kemandirian
- Kemitraan
- Keadilan
- Persatuan
- Kesejahteraan
5. Tanggung jawab PT Pos
- Pasal 26 samapai dengan 28 UU Pos
- Setiap orang berhak mendapatkan layanan pos
- Hak milik atas kiriman tetap merupakan hak milik pengguna layanan pos selama
belum diserahkan kepada penerima
- Pengguna layanan pos berhak atas jaminan kerahasiaan, keamanan dan
keselamatan kiriman.
- Pengguna layanan pos berhak mendapatkan ganti rugi apabila terjadi:
a. Kehilangan kiriman
b. Kerusakan isi paket
c. Keterlambatan kiriman
d. Ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima
6. Biaya pengiriman surat menggunakan perangko, sedangkan biaya pengiriman paket
seperti pengiriman paket pada umumnya, seperti di timbang dan di cek apakah barang
tersebut sesuai yang di tentukan atau diperbolehkan oleh PT Pos Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai