Anda di halaman 1dari 13

Universitas Pamulang S-1 Manajemen

PERTEMUAN VI
HUKUM PENGANGKUTAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah Pertemuan 6 Tentang Hukum Pengangkutan ini usai maka kemampuan


yang diharapkan ada pada diri Mahasiswa/i yang mempelajari Hukum Bisnis, adalah :
1. Memiliki Kemampuan Menganalisis Penggunaan Konsep Dasar Pengaplikasian
Hukum Bisnis dalam konteks Hukum PEngangkutan sebagai factor penunjang
dalam Bisnis.
2. Memiliki Kemampuan Dan Memahami Fenomena Hukum Dari Realita Hukum
Pengangkutan sebagai tantangan modern sebagai bentuk dari persaingan global.

B. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN PENGANGKUTAN DAN HUKUM PENGANGKUTAN

Bidang pengangkutan kini semakin maju terutama di bidang pengangkutan,


kalau jaman tradisional pengangkutan darat menggunakan becak, delman, atau
sepeda. Kini semua itu telah tersingkir dengan adanya transportasi yang
menggunakan mesin motor seperti sepeda motor, mobil, taxi, bis, dan lain-lain yang
banyak kita temui di jalan umum, begitu juga dengan perkereta apian, jika dulu
kereta api menggunakan mesin uap kini semakin modern dan modifikasi bahkan ada
kereta api super cepat yang bisa kita temui di negara-negara maju. Ada tiga jenis
pengangkutan yaitu pengangkutan darat, pengangkutan laut, dan pengangkutan
udara yang semuanya itu diatur didalam Undang-Undang.

Pengantar Hukum Bisnis 83


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Sumber: http//blog.bersiap.com

Gambar 1 Ilustrasi dari jenis-jenis angkutan umum

Pengangkutan dari asal istilah angkutan. Pengertian angkutan dari asal istilah
angkut yang berarti mengangkut atau membawa, memuat serta membawa, atau
mengirim. Mengangkut berarti mengangkat dan membawa, memuat, membawa atau
mengirim. Pengangkutan berarti pengangkatan atau pembawaan barang atau orang,
pemuatan serta pengiriman barang atau orang, barang atau orang yg diangkut.
Pengangkutan diartikan menjadi suatu kegiatan memuat barang atau mengangkut
orang yg biasa diklaim penumpang, membawa barang atau penumpang ke kawasan
yg lain. apabila dirumuskan pada satu kalimat, yg dimaksud angkutan merupakan
proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam indera daerah
pemuatan ke tempat tujuan serta menurunkan penumpang serta/atau barang asal
indera angkut ke tempat yang telah ditetapkan.
Hukum Pengangkutan pada awalnya diatur pada buku undang-undang aturan
Dagang (KUHD), tetapi sekarang diatur menggunakan aturan-aturan secara spesifik.
KUHD tidak memberikan pengertian mengenai pengangkutan, namun berdasarkan

Pengantar Hukum Bisnis 84


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

KUHD dalam kitab II Bab VA Pasal 466 wacana pengangkut adalah orang yg
mengikat diri, baik dengan carter dari ketika atau carter menurut perjalanan, juga
menggunakan suatu perjanjian lain buat menyelenggarakan pengangkutan barang
yg seluruhnya atau sebagian melalui bahari. Sedangkan pengangkutan menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang kemudian Lintas dan Angkutan
Jalan adalah perpindahan orang serta/atau barang asal suatu kawasan ke kawasan
lain menggunakan memakai tunggangan pada ruang lalu lintas jalan.
Pengangkutan artinya perjanjian timbal pulang antara pengangkut dengan
pengirim, di mana pengangkut mengikatkan diri buat menyelenggarakan
pengangkutan barang dan /atau orang asal suatu kawasan ke tempat tujuan
eksklusif dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri buat membayar
uang angkutan. Adapun tujuan dari pengangkutan adalah memindahkan barang
atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan selamat yang dimana hal
tersebut juga dimkasud untuk meningkatnya daya guna dan nilai. Pengertian
pengangkutan sendiri tidak diatur dalam KUHD, tetapi mengenai hal ini Abdul Kadir
Muhammad merumuskan sebagai berikut “ proses kegiatan memuat barang atau
penumpang ke dalama alat pengangkutan membawa barang atau penumpang dari
tempat pemuatan ketempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari
alat pengangkut ke tempat yang ditentukan”. Sedangkan Purwosucipto memberikan
pegertian sebagai berikut :
Perjanjian timbal balik antara pengangkutan dan pengiriman dimana
pengangkutan mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
atau orang di suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sedangkan
pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Dari beberapa definisi
tersebut dapat diketahui berbagai aspek pengangkutan. Menurut Abdul Kadir
Muhammad dalam definisi pengangkutan aspek-aspeknya meliputi :
a. Pelaku yaitu orang yang emlakukan pengangkutan berupa badan usaha seperti
perusahaan pengangkutan.
b. Alat pengangkutan yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan seperti kendaraan bermotor, kapal laut dan lain-lain.
c. Barang yaitu muatan yang diangkut. Barang perdagangan yang sah menurut
Undang-undang.

Pengantar Hukum Bisnis 85


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

d. Perbuatan yaitu kegiatan pengangkutan barang atau orang sejak pemuatan


sampai penurunan ditempat tujuan.
e. Fungsi pegangkutan meningkatkan kegunaan dan nilai barang .
f. Tujuan pengangkutan yaitu sampai ditempat tujuan yang ditentukan dengan
selamat.

Adapun arti aturan pengangkutan Bila ditinjau berasal segi keperdataan, bisa
dikatakan sebagai keseluruhannya peraturan-peraturan, pada dalam serta di luar
kodifikasi (KUHD serta KUH Perdata) yang berdasarkan atas serta bertujuan buat
mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit sebab keperluan pemindahan
barangbarang serta/atau orang-orang berasal suatu daerah ke lain kawasan buat
memenuhi perikatan-perikatan yg lahir berasal perjanjian-perjanjian tertentu,
termasuk juga perjanjian-perjanjian buat menyampaikan perantaraan mendapatkan
pengangkutan/ekspedisi.Pengangkutan sangat dibutuhkan baik dalam kegiatan
sehari-hari maupun kegiatan bisnis maka perlu ada hukum yang
mengatur. Hukum pengangkutan di Indonesia mengatur tentang jenis-jenis
pengangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkutan darat dengan kereta api diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b. Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Pengangkutan perairan dengan kapal diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Buku II KUHD Indonesia;
d. Pengangkutan udara dengan pesawat udara diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

2. UNSUR-UNSUR PENGANGKUTAN

Dalam pengangkutan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:


a. Alat angkutnya itu sendiri
Alat angkutan disini bisa diberikan contoh Keretaapi, bus, kapal laut dan pesawat
yang digunakan untuk memindahkan orang atau benda dari tempat yang satu
ketempat yang lain.

Pengantar Hukum Bisnis 86


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

b. Fasilitas yang akan dilalui oleh alat pengangkutan


Fasiliatas yang akan dilalui dalam angkutan jalan misalnya jalan itu sendiri, untuk
kereta api yaitu rel kereta api dan untuk laut bisa berupa pelabuhan serta untuk
bandara untuk lalu lintas udara.
c. Tempat persiapan pengangkutan.
Tempat persiapan pengangkutan dapat diberikan contoh misalnya terminal,
pelabuhan, bandara, gudang-gudang atau tempat tertentu yang digunakan
sebagai persiapan pengangkutan.

3. ASPEK-ASPEK PENGANGKUTAN

Dalam pengangkutan setidaknya terdapat tiga aspek yang harus diketahui.


a. Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan;
b. Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan;
c. Objek pengangkutan, yaitu muatan yang diangkut baik barang ataupun
penumpang/orang.

4. PERJANJIAN PENGANGKUTAN

Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut


dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan dengan kata lain perjanjian pengangkutan adalah perjanjian dimana
satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari
suatu tempat kelain tempat, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar
ongkosnya. Dasar hukum Perjanjian Pengangkutan dalam Buku III Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1313 yang berbunyi “Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih”.
Asas-asas Perjanjian Penganguktan terdiri atas:
a. Asas kebebasan berkontrak
Pengantar Hukum Bisnis 87
Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang bebas mengadakan


suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam UU maupun
belum diatur dalam UU.
b. Asas Pacta Sunt Servanda
Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka
yang membuatnya seperti undang-undang.
Unsur-unsur Perjanjian Pengangkutan:
a. Perjanjian timbal balik yaitu suatu perjanjian dimana para pihak mempunyai hak
dan kewajiban sama.
b. Para pihak adalah pengangkut, penumpang, pengirim, walaupun dimungkinkan
adanya pihak ketiga yang berkepentingan.
c. Objek pengangkutan adalah barang dan atau orang.
d. Kewajiban pengangkutan menyelenggarakan pengangkutan dengan selamat.
e. Kewajiban pengirim dan/atau penumpang membayar biaya pengangkutan.

Syarat sahnya Perjanjian Pengangkutan. Perjanjian pengangkutan sah jika


memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata sebagaimana syarat sah perjanjian
pada umunya yaitu :
a. Adanya kesepakatan para pihak,
b. Kecakapan bertindak,
c. Suatu hal tertentu,
d. Suatu sebab yang halal.
Pihak-pihak dalam Pengangkutan terdiri atas:
a. Pengangkut
adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu
dengan selamat atau mereka yang mempunyai wewenang mengadakan
perjanjian pengangkutan dan memikul beban resiko tentang keselamatan barang-
barang yang diangkut. Bisa dikatakan pula pengangkut aadalah yang bertugas
dan berkewajiban mengangkut dan yang bertanggungjawab terhadap semua
kerugian yang diderita dalam pengangkutan.

Pengantar Hukum Bisnis 88


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

b. Pengirim
Pengirim adalah pihak yang membuat perjanjian pengangkutan dengan
pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan dengan selamat,
sesuai dengan perjanjian, dan sebagai kontra prestasinya pengirim membayar
biaya pengangkutan.
c. Penerima
Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan terhadap diterimanya
barang kiriman. Penerima disini mungkin si pengirim yang telah mengadakan
perjanjian pengangkutan deagn pengangkut, mungkin juga pihak ketiga yang
tidak ikut di dalam perjanjian.

Kedudukan penerima:
a. Bisa sekaligus pengirim, yaitu pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan
dengan pengangkut atau
b. Orang lain yang ditunjuk oleh pengirim untuk menerima barang-barang yang
dikirimnya.

Beberapa pendapat tentang kedudukan penerima:


a. Penerima sebagai pihak ketiga yang berkepentingan seperti yang dimaksud
dalam Pasal 1317 KUHPerdata yang berbunyi: “ Lagi pula diperbolehkan untuk
minta ditetapkan janji khusus, yang dibuat guna kepentingan pihak ketiga, apabila
suatu penetapan janji yang dibuat oleh seseorang untuk dirinya sendiri atau suatu
pemberian yang dilakukan kepada orang lain mengandung suatu janji seperti itu.”
Pasal 1317 ayat (2) “Orang Yang membuat janji khusus itu tidak boleh mencabut
janji nya, kalau pihak ketiga sudah menyatakan akan memanfaatkan janji khusus
itu”.
b. Penerima sebagai cessionaris diam-diam.
c. Penerima sebagai pemegang kuasa atau penyelenggara urusan si pengirim.

Pengantar Hukum Bisnis 89


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

5. PENGANGKUTAN DARAT

Pengangkutan darat diatur dalam:


a. KUHD Buku I BAB V bagian 2 dan 3 pasal 90-98 Dalam bagian ini diatur
sekaligus pengangkutan darat dan perairan darat tetapi khusus pengangkutan
barang.
b. UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeratapian;
c. UU No. 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
d. UU No. 6 Tahun 1984 tentang Pos
e. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
f. Undang-undang No.36 Tahun 1999 dan PP No.52 Tahun 2000 tentang
Telekomunikasi
Pengangkutan darat terdiri dari pengangkutan orang dan pengangkutan
barang dengan melalui jalan umum atau dengan kereta api maupun dengan Pos
atau TELKOM.

6. PENGANGKUTAN BARANG

a. Perjanjian Pengangkutan Barang


Terletak dalam bagian II buku 1 KUHD tentang Ekspeditur yang menentukan
bahwa perjanjian pengangkutan tidak bersifat konsensual tetapi tertulis. Namun
apabila surat muatan tidak ada perjanjian tidak batal dan tidak ada sanksi
sehingga surat muatan disini hanya sebagai tanda bukti telah ada perjanjian
pengangkutan. Surat muatan hanya ditandatangani oleh pengirim/ ekspeditur.
b. Pengangkut
Pengangkut adalah pihak yang langsung mengadakan perjanjian pengangkutan.
Jadi dialah yang bertanggungjawab secara langsung terhadap pengirim.
c. Kewajiban Pengangkut
1) Menyelenggarakan pengangkutan dengan sebaik-baiknya dari tempat
pemberangkatan sampai ke tempat tujuan;
2) Mengusahakan agar barang-barang yang diangkut tetap dalam keadaan
lengkap tidak rusak untuk diserahkan pada pihak yang dialamati.

Pengantar Hukum Bisnis 90


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

d. Hak Pengangkut
1) Menerima pembayaran dari biaya pengangkutan yang sudah diselenggarakan;
2) Apabila terjadi sengketa tentang biaya pengangkutan maka dapat diajukan ke
Pengadilan Negeri setempat.
e. Tanggung Jawab Pengangkut
1) Menyelenggarakan pengangkutan barang dari tempat asal sampai ke tempat
tujuan dengan selamat.
2) Berdasarkan Pasal 91 KUHD pengangkut harus mengganti kerugian yang
diderita oleh para pihak yang dirugikan. Namun pengangkut dapat mengelak
dari sanksi tersebut dengan membuktikan bahwa ketidaksempurnaan prestasi
tersebut disebabkan oleh:
a) Cacat yang melekat pada barang itu sendiri.
b) Kesalahan dan atau kelalaian sendiri pada pengirim/ ekspeditur.
c) Keadaan memaksa (overmacht)
3) Luas batas tanggung jawab pengangkut
a) Kerugian yang nyata-nyata sudah diderita
b) Keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh apabila prestasi pengangkut
sempurna.
c) Kerugian terbatas pada kerugian yang layak dapat diperkirakan pada saat
perjanjian diadakan dan merupakan akibat langsung dan seketika dan tidak
terlaksananya perjanjian pengangkutan.

7. PENGANGKUTAN ORANG

Dalam KUHD maupun KUHPerdata tidak diatur tentang pengangkutan orang


melalui darat dan perairan darat sehingga ketentuan tentang perjanjian
pengangkutan di darat dapat didasarkan pada ketentuan umum tentang perjanjian
pada umumnya yaitu Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata.
8. PENGANGKUTAN MELALUI JALAN UMUM
a. Dasar Hukum
1) UU No. 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
2) PP No. 41 tahun 1993 tentang angkutan jalan
3) PP No. 42 Tahun 1993 tentang pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan

Pengantar Hukum Bisnis 91


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

b. Pengertian
Pengangkutan melalui jalan umum adalah pengangkutan yang dilakukan dengan
mengunakan kendaraan sebagai suatu alat angkut di jalan yang terdiri dari
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan bermotor dikelompokkan menjadi:
1) Sepeda motor
Adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik
dengan atau tanpa kereta samping.
2) Mobil penumpang
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya
delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan
maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
3) Mobil Bus
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari delapan tempat
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
4) Mobil barang
Adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda
motor, mobil penumpang dan Bus.
5) Kendaraan khusus
Adalah kendaraan yang selain disebutkan diatas misalnya caravan,
Ambulance, dan Narapidana.
c. Tujuan pengangkutan darat melalui jalan umum
Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain yang mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.
d. Asas Angkutan Jalan Umum
Pasal 2 UU No. 22 Tahun 2009 menyebutkan:
1) Asas transparan
Transparan artinya ada keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang

Pengantar Hukum Bisnis 92


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat punya kesempatan berpartisipasi


bagi perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan.
2) Asas akuntabel
Dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dapat
dipertanggungjawabkan.
3) Asas berkelanjutan
Penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui peraturan persyaratan teknis,
laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan lalu
lintas dan angkutan jalan.
4) Asas partisipasi
Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, penanganan
kecelakaan dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan
angkutan jalan.
5) Asas manfaat
Semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat
memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
6) Asas efisien dan efektif
Pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang
dilakukan oleh setiap Pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
7) Asas seimbang
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas
dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan
kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara.
8) Asas terpadu
Penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan
dengan mengutamakan keserasian dan kesalingtergantungan, kewenangan
dan tanggungjawab antar instansi Pembina.
9) Asas mandiri
Upaya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan melalui pengembangan
dan pemberdayaan sumber daya nasional.

Pengantar Hukum Bisnis 93


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Tanggung jawab Pengangkut melalui jalan umum


1) Pengusaha angkutan umum wajib mengangkut orang/atau barang setelah
adanya perjanjian pengankutan/ pembayaran biaya angkutan.
2) Karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan tanda bukti telah
terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan.
3) Pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oleh penumpang pengirim barang atau pihak ketiga karena kelalaiannya.
4) Besarnya ganti rugi adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh
penumpang/ pengirim barang atau pihak ketiga.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS

Dari penjelasan-penjalasan yang telah disebutkan diatas maka, terdapat bebrapa


hal yang harus di pecahkan oleh mahasiswa/I yakni :
1. Jelaskan makna dan lingkup dari Pengangkut, pengirim dan Penerima?
2. JElaskan tentang makna kebebasan berkontrak dan Asas Pacta Sunt Servanda?
3. Sebutkan dan Jelaskan tentang Asas Efisien dan Efektif?

D. REFERENSI

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta, Kencana, Jakarta,


2004.
Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Cetakan
Keempat, Jakarta, Sinar Grafika, 2008.
Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional
(WTO), Bandung, Refika Aditama, 2004.
Khalimi, K., & Susanto, S. (2017). KEDUDUKAN AKUNTAN PUBLIK UNTUK
MELAKUKAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP KEKAYAAN BADAN
USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PERSERO DALAM RANGKA
MENGHITUNG KERUGIAN NEGARA. JURNAL HUKUM
STAATRECHTS, 1(1).

Pengantar Hukum Bisnis 94


Universitas Pamulang S-1 Manajemen

Susanto. (2018). Position of Investigative Audit Results on State Owned Enterprises'


Property in the Criminal Proof of Law in Indonesia. JURNAL CITA HUKUM-
INDONESIAN LAW JOURNAL, 6(1), 139-162.
SUSANTO, S., Sarwani, S., & Afandi, S. (2018). ANALISIS KINERJA KEUANGAN
UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN, PERTUMBUHAN DAN
PROSPEK USAHA PADA UNIT USAHA KOPERASI (Studi Kasus Koperasi
Awak Pesawat Garuda Indonesia di Tangerang). INOVASI, 1(1).

Pengantar Hukum Bisnis 95

Anda mungkin juga menyukai