PERTEMUAN VI
HUKUM PENGANGKUTAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Sumber: http//blog.bersiap.com
Pengangkutan dari asal istilah angkutan. Pengertian angkutan dari asal istilah
angkut yang berarti mengangkut atau membawa, memuat serta membawa, atau
mengirim. Mengangkut berarti mengangkat dan membawa, memuat, membawa atau
mengirim. Pengangkutan berarti pengangkatan atau pembawaan barang atau orang,
pemuatan serta pengiriman barang atau orang, barang atau orang yg diangkut.
Pengangkutan diartikan menjadi suatu kegiatan memuat barang atau mengangkut
orang yg biasa diklaim penumpang, membawa barang atau penumpang ke kawasan
yg lain. apabila dirumuskan pada satu kalimat, yg dimaksud angkutan merupakan
proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam indera daerah
pemuatan ke tempat tujuan serta menurunkan penumpang serta/atau barang asal
indera angkut ke tempat yang telah ditetapkan.
Hukum Pengangkutan pada awalnya diatur pada buku undang-undang aturan
Dagang (KUHD), tetapi sekarang diatur menggunakan aturan-aturan secara spesifik.
KUHD tidak memberikan pengertian mengenai pengangkutan, namun berdasarkan
KUHD dalam kitab II Bab VA Pasal 466 wacana pengangkut adalah orang yg
mengikat diri, baik dengan carter dari ketika atau carter menurut perjalanan, juga
menggunakan suatu perjanjian lain buat menyelenggarakan pengangkutan barang
yg seluruhnya atau sebagian melalui bahari. Sedangkan pengangkutan menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang kemudian Lintas dan Angkutan
Jalan adalah perpindahan orang serta/atau barang asal suatu kawasan ke kawasan
lain menggunakan memakai tunggangan pada ruang lalu lintas jalan.
Pengangkutan artinya perjanjian timbal pulang antara pengangkut dengan
pengirim, di mana pengangkut mengikatkan diri buat menyelenggarakan
pengangkutan barang dan /atau orang asal suatu kawasan ke tempat tujuan
eksklusif dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri buat membayar
uang angkutan. Adapun tujuan dari pengangkutan adalah memindahkan barang
atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan selamat yang dimana hal
tersebut juga dimkasud untuk meningkatnya daya guna dan nilai. Pengertian
pengangkutan sendiri tidak diatur dalam KUHD, tetapi mengenai hal ini Abdul Kadir
Muhammad merumuskan sebagai berikut “ proses kegiatan memuat barang atau
penumpang ke dalama alat pengangkutan membawa barang atau penumpang dari
tempat pemuatan ketempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari
alat pengangkut ke tempat yang ditentukan”. Sedangkan Purwosucipto memberikan
pegertian sebagai berikut :
Perjanjian timbal balik antara pengangkutan dan pengiriman dimana
pengangkutan mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
atau orang di suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sedangkan
pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Dari beberapa definisi
tersebut dapat diketahui berbagai aspek pengangkutan. Menurut Abdul Kadir
Muhammad dalam definisi pengangkutan aspek-aspeknya meliputi :
a. Pelaku yaitu orang yang emlakukan pengangkutan berupa badan usaha seperti
perusahaan pengangkutan.
b. Alat pengangkutan yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan seperti kendaraan bermotor, kapal laut dan lain-lain.
c. Barang yaitu muatan yang diangkut. Barang perdagangan yang sah menurut
Undang-undang.
Adapun arti aturan pengangkutan Bila ditinjau berasal segi keperdataan, bisa
dikatakan sebagai keseluruhannya peraturan-peraturan, pada dalam serta di luar
kodifikasi (KUHD serta KUH Perdata) yang berdasarkan atas serta bertujuan buat
mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit sebab keperluan pemindahan
barangbarang serta/atau orang-orang berasal suatu daerah ke lain kawasan buat
memenuhi perikatan-perikatan yg lahir berasal perjanjian-perjanjian tertentu,
termasuk juga perjanjian-perjanjian buat menyampaikan perantaraan mendapatkan
pengangkutan/ekspedisi.Pengangkutan sangat dibutuhkan baik dalam kegiatan
sehari-hari maupun kegiatan bisnis maka perlu ada hukum yang
mengatur. Hukum pengangkutan di Indonesia mengatur tentang jenis-jenis
pengangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkutan darat dengan kereta api diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b. Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Pengangkutan perairan dengan kapal diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Buku II KUHD Indonesia;
d. Pengangkutan udara dengan pesawat udara diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
2. UNSUR-UNSUR PENGANGKUTAN
3. ASPEK-ASPEK PENGANGKUTAN
4. PERJANJIAN PENGANGKUTAN
b. Pengirim
Pengirim adalah pihak yang membuat perjanjian pengangkutan dengan
pihak pengangkut untuk menyelenggarakan pengangkutan dengan selamat,
sesuai dengan perjanjian, dan sebagai kontra prestasinya pengirim membayar
biaya pengangkutan.
c. Penerima
Penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan terhadap diterimanya
barang kiriman. Penerima disini mungkin si pengirim yang telah mengadakan
perjanjian pengangkutan deagn pengangkut, mungkin juga pihak ketiga yang
tidak ikut di dalam perjanjian.
Kedudukan penerima:
a. Bisa sekaligus pengirim, yaitu pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan
dengan pengangkut atau
b. Orang lain yang ditunjuk oleh pengirim untuk menerima barang-barang yang
dikirimnya.
5. PENGANGKUTAN DARAT
6. PENGANGKUTAN BARANG
d. Hak Pengangkut
1) Menerima pembayaran dari biaya pengangkutan yang sudah diselenggarakan;
2) Apabila terjadi sengketa tentang biaya pengangkutan maka dapat diajukan ke
Pengadilan Negeri setempat.
e. Tanggung Jawab Pengangkut
1) Menyelenggarakan pengangkutan barang dari tempat asal sampai ke tempat
tujuan dengan selamat.
2) Berdasarkan Pasal 91 KUHD pengangkut harus mengganti kerugian yang
diderita oleh para pihak yang dirugikan. Namun pengangkut dapat mengelak
dari sanksi tersebut dengan membuktikan bahwa ketidaksempurnaan prestasi
tersebut disebabkan oleh:
a) Cacat yang melekat pada barang itu sendiri.
b) Kesalahan dan atau kelalaian sendiri pada pengirim/ ekspeditur.
c) Keadaan memaksa (overmacht)
3) Luas batas tanggung jawab pengangkut
a) Kerugian yang nyata-nyata sudah diderita
b) Keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh apabila prestasi pengangkut
sempurna.
c) Kerugian terbatas pada kerugian yang layak dapat diperkirakan pada saat
perjanjian diadakan dan merupakan akibat langsung dan seketika dan tidak
terlaksananya perjanjian pengangkutan.
7. PENGANGKUTAN ORANG
b. Pengertian
Pengangkutan melalui jalan umum adalah pengangkutan yang dilakukan dengan
mengunakan kendaraan sebagai suatu alat angkut di jalan yang terdiri dari
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan bermotor dikelompokkan menjadi:
1) Sepeda motor
Adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik
dengan atau tanpa kereta samping.
2) Mobil penumpang
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya
delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan
maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
3) Mobil Bus
Adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari delapan tempat
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
4) Mobil barang
Adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda
motor, mobil penumpang dan Bus.
5) Kendaraan khusus
Adalah kendaraan yang selain disebutkan diatas misalnya caravan,
Ambulance, dan Narapidana.
c. Tujuan pengangkutan darat melalui jalan umum
Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain yang mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.
d. Asas Angkutan Jalan Umum
Pasal 2 UU No. 22 Tahun 2009 menyebutkan:
1) Asas transparan
Transparan artinya ada keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang
D. REFERENSI