Anda di halaman 1dari 18

HUKUM PENGANGKUTAN

PENGANTAR

Pengertian

Abdulkadir Muhammad mendefenisikan Pengangkutan sebagai proses kegiatan  pemindahan


penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan  menggunakan berbagai jenis
alat pengangkut mekanik yang diakui dan diatur undangundang

Pengangkutan sebagai suatu proses mengandung makna sebagai serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju tempat yang telah ditentukan, dan
pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan

Fungsi Pengangkutan

Fungsi pengangkutan adalah memindahkan objek yang diangkut sedangkan tujuan dari pada
pengangkutan adalah meningkatkan nilai dan daya guna sesuatu yang dipindahkan, dengan
demikian dapat dikatakan tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan yang bersifat ekonomis.4

Perjanjian pengagkutan apakah termasuk perjanjian pemborangan

- perjanjian pemborangan adalah melakukan sesuatu untuk menciptakan sesuatu benda yang
baru
- Perjanjian pengangkutan sama sekali tidak menciptakan benda yang baru tapi hanya
memindahkan

Tujuan:

- menaikan nilai guna( contoh sayur di cangar jika dibawa ke surabyaa harganya lebih mhal)

Peran transportasi

- Penunjang , pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi namun
belum berkembang maximal guna meningkatan serta memeratakan hasil hasil
pembangunan yang telah dicapai.

Fungsi Transportasi

Fungsi dari pengangkutan itu sendiri yaitu adanya perpindahan orang atau barang dari1 tempat
ketempat yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan atau meninggikan nilai daya guna dan nilai
serta efisiensi dan efektifitas suatu barang Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan pembinaan
di bidang pengakutan yang meliputi pengaturan, pengendalian dan pengawasan

Selain itu pengakutan mempunyai dua nilai kegunaan

1. Kegunaan tempat
Dengan adanya pengangkutan berarti terjadi perpindahan brang dari suatu tempat dimana
barang tadi dirasakan kurang bermanfaat , ketempat lain menjadi bermanfaat
2. Keguanaan waktu
Dengan adanya pengangkutan berarti dapat memungkinkan terjadinya suatu perpindahan
barang dari sautu tempat ketempat lain dimana barang itu lebih diperlukan tepat pada
waktunya
Unsur Pengangkutan

a. Pelaku maksudnya adalah orang yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini dapat berupa
badan usaha demikian pula manusia pribadi.
b. Alat pengangkutan antara lain : kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut.
c. Barang/penumpang, barang ini dapat berupa meja atau almari, hewan sebagai muatan,
manusia sebagai penumpang.
d. Perbuatan : yaitu kegiatan mengangkut barang, penumpang atau muatan sejak berada pada
alat angkut sampai di tempat tujuan.
e. Fungsi pengangkutan, penumpang atau muatan sampai di tempat tujuan dengan selamat.
f. Tujuan : muatan atau penumpang sampai di tempat tujuan, nilai dan daya gunanya semakin
baik atau meningkat demikian pula jasa angkutan terlunasi.

Sifat perjanjian pengangkutan

1. Konsensus
Bahwa setiap perjanjian pengangkutan timbul dari kata sepakat tanpa harus ada tiket,
2. Resiprsitas/timbal balik
Setalah sepakat untuk membeli tiket maka dari situ membayatr tiket tersebut sebaliknya
pihak transportasi memiliki kewajiban untuk mengantarkan

Subjek hukum

1. Pihak pengngkut
2. Pihak penumpang

Tanggung jawab

Dalam hukum pengangkutan isitlahnya adalah tanggung jawab bukan tanggung gugat, baru jika
terdapat gugatan maka istilah tanggung gugat (hal ini merujuk pada ketentuan ketenuan yang
terapat dalam undang undang yang menyatakan bertanggung jawab)

Kasus sumber kencono

- Keperdataan : pts umber kencono bertanggung jawab atas penumpang


- Jika meninggal yang dituntut pidana adlaah supir

Perjnajian pengangkutan termasuk perjnajian riil

Perjanjian riil adalah perjanjian yang mengikat jika disertai dengan perbuatan/tindakan nyata.
Perjanjian tersebut belum mengikat kedua belah pihak dengan kata sepakat

perjanjian riil yaitu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata atau kontan.

Perjnajian pengakutan tidak harus ada hitam diatas putih , namunn hitam diatas putih merupakan
bukti atau memiliki 4 fungsi yaitu:

- Bukti pejanjain pengangkutan


- Sebagai bukti telah terlaksana perjnaian pengakgutan
- Sebagai bukti penghitungkan ganti rugi
- Sebagai bukti tuntutan ganti rugi
ASAS ASAS HUKUM PENGANGKUTAN

Bersifat Perdata

Asas-asas hukum pengangkutan yang bersifat perdata menurut Abdulkadir Muhammad (1998: 18-
19) adalah sebagai berikut:

a. Konsensual, Pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan
kesepakatan pihak-pihak. Tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau
sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen angkutan.
b. Koordinatif, Pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar,
tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Walaupun pengangkut
menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang/pengirim barang, pengangkut
bukan bawahan penumpang/pengirim barang. Pengangkutan adalah perjanjian pemberian
kuasa.
c. Campuran, Pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian
kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut.
Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain
dalam perjanjian pengangkutan.
d. Retensi, Pengangkutan tidak menggunakan hak retensi. Penggunaan hak retensi
bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkutan hanya mempunyai
kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
e. Pembuktian dengan dokumen, Setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen
angkutan. Tidak ada dokumen angkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali
jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan dengan angkutan kota
(angkot) tanpa karcis/tiket penumpang.

Bersifat Publik

1. Asas manfaat yaitu, bahwa pengangkutan harus dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan
perikehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara, serta upaya peningkatan
pertahanan dan keamanan negara;

Contoh : Adanya angkutan Umum Bus Way di jakarta. Salah satu solusi efektif dalam
mengatasi kemacetan di jakarta. Dimana dengan adanya Busway, masyarakat jauh lebih
mudah dalam hal mengatasi macet di jakarta sehingga perekonomian juga bisa bergerak
lebih cepat.

2. Asas usaha bersama dan kekeluargaan Yaitu, bahwa penyelenggaraan usaha di bidang\\
pengangkutan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa yang dalam
kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat
kekeluargaan;

Contoh : Pengiriman uang melalui WESTERN UNION. Dimana dengan western union,
pengiriman uang dapat di laksanakan hampir di seluruh wilayah indonesia guna mendukung
kemakmuran masyarakat indonesia melalui kerjasama PT. POS INDONESIA, Bank di seluruh
Indonesia, dan jasa Pengangkutan darat, laut, maupun udara.

3. Asas adil dan merata yaitu, bahwa penyelenggaraan penegangkutan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat;

Contoh : Merpati Airlines memiliki beberapa pesawat perintis di seluruh indonesia. Tetapi
rute terbanyak di tujukan kepada rute ke pulau jawa. Dimana, mereka memberikan pelayan
terbaik bagi penumpangnya dengan harga terjangkau.

4. Asas keseimbanga yaitu, bahwa pengangkutan harus diselenggarakan sedemikian rupa


sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara
kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat,
serta antara kepentingan nasional dan internasional;

Contoh : Restruksi pelayanan Perkereta Apian dewasa ini,  dimana mereka menaikkan harga
tiket kereta api dengan peningkatan pelayanan di bidang fasilitas gerbong, stasiun, dan
ticketing guna kenyamanan dan keamanan pengguna jasa kereta api.

5. Asas kepentingan umum yaitu, bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus


mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas;

Contoh : PT. POS INDONESIA memiliki cabang di seluruh wilayah negara indonesia guna
melayani pengiriman barang dan jasa demi kepentingan bersama masyarakat indonesia.

6. Asas keterpaduan yaitu, bahwa penerbangan Pengangkutan harus merupakan kesatuan


yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi baik intra maupun antar
moda transportasi;

Contoh : Di dalam dunia penerbangan, setiap pesawat maskapai penerbangan wajib di cek
oleh petugas bandara, pilot harus berkomunikasi dengan pihak terminal bandara,dan pihak
terminal menentukan jalur penerbangan, dimana dari setiap elemen dalam penerbangan
harus selaras dan berkesinambungan guna meminimalisirkan setiap resiko sekecil mungkin.

7. Asas kesadaran hukum yaitu, bahwa mewajibkan kepada pemerintah untuk menegakkan
dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia
untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan.

Contoh : Truk pasir yang membawa pasir gunung ketika melewati jembatan timbang selalu
menimbangkan berat beban kendaraannya dan mengijinkan petugas mengecek barang
bawaannya.

8. Asas percaya pada diri sendiri yaitu, bahwa Pengangkutan harus berlandaskan pada
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa;

Contoh : Prima Taxi merupakan badan usaha yang di ijinkan memonopoli jalur taxi di
bandara juanda dimana badan usaha tersebut berbentuk koperasi PRIMKOPAL.
9. Asas keselamatan Penumpang, yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan
penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan[1].
Contoh : PT. Lion Air mengasuransikan penumpangnya kepada PT. Sinar Mas sebagai
Perusahaan Asuransi dimana dengan tujuan menjamin keselamatan penumpang
penerbangan udara yang memakai Maskapai Lion Air.

Dalam UU Lalu Lintas

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 maka asas-asas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Asas transparan adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur sehingga
masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan
angkutan jalan.
2. Asas akuntabel adalah penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Asas berkelanjutan adalah penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan
persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.
4. Asas partisipatif adalah pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan
kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan dan
pelapor atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.
5. Asas bermanfaat adalah semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
6. Asas efisien dan efektif adalah pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan yang dilakukan oleh setiap Pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna
dan berhasil guna.
7. Asas seimbang adalah penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus
dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak
dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggaraan. 8. Asas terpadu Asas terpadu adalah
penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan
mengutamakan keserasian dan kesalingbergantungan kewajiban dan tanggung jawab antar
instansi pembina. 36 9. Asas mandiri Asas mandiri adalah upaya penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya nasional.

SIFAT PERJANJIAN PENGANGKUTAN


Bentuk

Perjnajian pengangkutan termasuk perjnajian riil

Perjanjian riil adalah perjanjian yang mengikat jika disertai dengan perbuatan/tindakan nyata.
Perjanjian tersebut belum mengikat kedua belah pihak dengan kata sepakat

perjanjian riil yaitu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata atau kontan.

Perjnajian pengakutan tidak harus ada hitam diatas putih , namunn hitam diatas putih merupakan
bukti atau memiliki 4 fungsi yaitu:

- Bukti pejanjain pengangkutan


- Sebagai bukti telah terlaksana perjnaian pengakgutan
- Sebagai bukti penghitungkan ganti rugi
- Sebagai bukti tuntutan ganti rugi

Sifat

1. Perjnajian Timbal Balik

Adapun sifat perjanjian pengangkutan adalah timbal balik, artinya kedua belah pihak, baik
pengangkut maupun pengirim masing-masing mempunyai kewajiban. Kewajiban pengangkut adalah
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan
tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim adalah membayar uang angkutan sebagai
kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim, dimana 

 pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau


orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat,
 sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan

Perjnajian pengagukatan harus ada unsur pengangkutan ditambah dengna keperantaraanya


(perusahaan ekspedisi)

2. Pelayanan Berkala
Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan itu, hubungan kerja antara pengirim dengan
pengangkut tidak terus menerus, tetapi hanya kadang kala, kalau pengirim membutuhkan
pengangkutan untuk mengirim barang. Hubungan semacam ini disebut “pelayanan berkala” sebab
pelayanan itu tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja, sebab pengirim membutuhkan
pengangkutan. Perjanjian yang bersifat “pelayanan berkala” ini disinggung dalam pasal 1601
KUHPerdata. (Ibid.)

3. Tidak Bersifat Pemborongan


Sifat hukum perjanjian pengangkutan bukan pelayanan berkala tapi pemborongan sebagaimana
dimaksud pasal 1601 B KUH Perdata. Pendapat ini didasarkan atas ketentuan Pasal 1617 KUH
Perdata (Pasal penutup dari bab VII A tentang pekerjaan pemborongan). Namun pada waktu
pembentuk undang-undang menetapkan pasal-pasal ini tidak memikirkan adanya “perjanjian
pengangkutan”. Ketentuan pasal 1608, 1647, dan 1648 tidak bisa diterapkan pada perjanjian
pengangkutan. Kecuali sifat “pekerjaan” yang dilakukan oleh pemborong. Pembentuk undang-
undang menghendaki pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong itu “dapat diraba” (tastbaar) yaitu
yang tadinya tidak ada menjadi ada. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan oleh pengangkut adalah
suatu jasa dan tidak menimbulkan barang baru. Dengan penjelasan ini maka dapat disimpulkan
bahwa perjanjian pengangkutan tidak bersifat pemborongan. (Ibid, hal. 8-9.)

4. Campuran
Perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian campuran karena mempunyai unsur pelayanan
berkal (pasal 1601 –b KUHPerdata), unsur penyimpanan (bewargeving), dan unsur pemberian kuasa
(lastgeving). (Ibid, hal. 9.) R. Subekti mengatakan yang dimaksud dengan perjanjian pengangkutan
yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang/barang
dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar ongkosnya. (R.
Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya, Bandung 1995, hal. 69.)

Pembentukan Perjanjian Pengangkutan

Definisi
Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dengan mana pengangkut menyediakan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau penumpang dari satu tempat ketempat tujuan
dengan selamat, dan pengirim atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan. (Abdul Kadir Muhammad )

Esensi

Esensi dari perjanjian pengangkutan adalah adanya hubungan hukum secara timbal balik antara
pengangkut (penyedia jasa angkutan) dengan penumpang dan/atau pengirim barang (pengguna jasa
angkutan) dimana masingmasing pihak mempunyai kewajiban dan hak

Kedudukan Para pihak

Menurut perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak, yaitu pengangkut dan pengirim sama
tinggi

Catatan

Surat angkutoan / dokumen muatan itu bukan merupakan perjanjian pengankutan, tetapi
merupakan pelaksaanaan dari perajnjian pengakutran yang isinya hak dan kewajiban

Pada dasarsnya surat angkutan adalah

1. Sebagai dasar pelaksanan perjanjian pengangkutan


2. Sebagai tuntutan Ganti Rugi bagi pengirim barang apabila terjadi kerugian selama
pengangkutan
3. Sebagai penghitungan ganti rugi apabila terjadi kerugian selama pengakutan

Bentuk

Umumnya Lisan

Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis), tetapi selalu didukung oleh
dokumen pengangkutan

Dokumen Pengangkutan /tertulis

Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib
dilaksanakan oleh pihak-pihak.

Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat muatan, sedangkan dokumen pengangkutan
penumpang lazim disebut karcis penumpang

Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter (charter party),
seperti carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji ataupun carter kapal untuk
mengangkut barang dagangan.

Alasan para pihak menginginkan agar perjanjian pengangkutan dibuat secara tertulis, ialah sebagai
berikut:

1. Kedua pihak ingin memperoleh kepastian mengenai kewajiban dan hak.


2. Kejelasan perincian mengenai objek, tujuan, dan beban risiko pihak-pihak.
3. Kepastian dan kejelasan cara pembayaran dan penyerahan barang.
4. Menghindari berbagai macam tafsiran arti kata dan isi perjanjian.
5. Kepastian mengenai kapan, dimana, dan alasan apa perjanjian berakhir.
6. Menghindari konflik pelaksanaan perjanjian akibat ketidakjelasan maksud yang dikehendaki
pihak-pihak.

Surat angkutan (pasal 90 KUHD)

- Dokumen angkutan orang


- Dookumen angkutan barang (pasal 506 KUHD)

Terjadinya perjanjian pengangkutan

1. Penawaran dari pihak pengangkut


Dapat secara langsung dari pihak pihak /tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara
(ekspedisi, biro perjalanan)

Cara tejadinya perjanjian pengangkutan dapat secara langsung dari pihak-pihak, atau tidak
langsung dengan menggunakan jasa perantara (ekspedisi, biro perjalanan). Apabila
pembuatan perjanjian pengangkutan dilakukan secara langsung, maka penawaran pihak
pengangkutan dilakukan dengan menghubungi langsung pihak pengirim atau penumpang,
atau melalui media masa.ini berarti pengangkut mencari sendiri muatan atau penumpang
untuk diangkut. Jika penawaran pihak pengangkut dilakukan melalui media masa,
pengangkut hanya menunggu permintaan dari pengirim atau penumpang.

2. Penawaran dari Pihak Pengirim


Penumpang Apabila pembuatan perjanjian pengangkutan  dilakukan secara langsung,  maka 
penawaran  pihak pengirim  atau penumpang diiakukan dengan menghubungi langsung
pihak pengangkut.Ini berarti pengirim atau penumpang mencari sendiri pengangkut
untuknya. Hal ini terjadi setelah pengirim atau penumpang    mendengar atau membaca
pengumuman dari pengangkut. Jika penawaran melalui perantara (ekspedisi, biro
perjalanan), maka perantara, menghubungi pengangkut atas nama pengirim atau
penumpang, pengirim menyerahkan barang pada  perantara (ekspeditur) untuk   diangkut.
Penumpang  pada biro perjalanan yang menyiapkan pemberangkatannya.

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK


Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum pengangkutan adalah
pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihakpihak yang
terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.
Pihak-pihak yang yang terlibat di dalam perjanjian pengangkutan antara lain:

a. Pihak pengangkut, Secara umum, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD)
tidak dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut. Akan tetapi, dilihat
dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) dan/atau barang.
b. Pihak Penumpang, Peraturan pengangkutan di Indonesia menggunakan istilah “orang”
untuk pengangkutan penumpang. Akan tetapi, rumusan mengenai “orang” secara umum
tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah
orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia
berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan.
c. Pihak Pengirim, Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) Indonesia juga tidak
mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan
barang dari pengangkut. Dalam bahasa inggris, pengirim disebut consigner, khusu pada
pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.

Pengangkut

- Hak
1. Menerima Pembayaran
2. Sebagai pemegang kuasa, pengangkut melakukan perbuatan hukum atas nama
pengirim. Dengan ini maka dia tunduk pada ketentuanketentuan mengenai pemberian
kuasa pasal 1792-1819 KUH Perdata.
3. Hak Retensi, berdasarkan fungsi-fungsi atau sifat-sifat perjanjian pengangkutan tersebut
diatas, maka menjadi persoalan apakah pengangkutan mempunyai hak retensi. Sebagai
yang telah diketahui, pemegang kuasa mempunyai hak retensi pasal 85 KUHD,
penyimpan barang pasal 1729 KUH Perdata, penyelenggara urusan maka pada hemat
pengangkutpun mempunyai hak retensi

- Kewajiban
1. Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan .
2. Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/ atau barang yang diangkutnya. Dengan
demikian maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/ atau barang yang
akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (Pasal
1235 KUHPerdata).

3. Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi: 81 Ibid, hlm. 59. 82
Ibid, hlm. 60. 83 H.M.N Purwosutjipto, op.cit, hlm. 21-22. a. Mengusahakan
pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat pengangkutnya; b.
Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan
pengangkutan menurut persetujuan; c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan
penjagaan atas muatan yang diangkut.
4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
dalam perjanjian.

Penumpang

- Hak
1. Diantar ketempat tujuan dengan selamat

- Kewajiban
1. Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak penumpang dalam perjanjian
pengangkutan adalah membayar biaya pengangkutan. Setelah membayar biaya
pengangkutan kepada pihak pengangkut maka secara otomatis pihak penumpang
berhak atas pelayanan pengangkutan dari pihak pengangkut.

Pengirim

- Hak
1. hak-hak yang dimiliki oleh pihak pengirim barang antara lain menerima barang dengan
selamat di tempat yang dituju, menerima barang pada saat yang sesuai dengan yang
ditunjuk oleh perjanjian pengangkutan, dan berhak atas pelayanan pengangkutan
barangnya
- Kewajiban
1. Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak pengirim dalam perjanjian pengangkutan
adalah membayar biaya pengangkutan (Pasal 491 KUHD),86 selain itu pihak pengirim
berkewajiban untuk memberitahukan tentang sifat, macam, dan harga barang yang akan
diangkut (Pasal 469, 470 ayat (2), 479 ayat (1) KUHD), menyerahkan surat-surat yang
diperlukan untuk pengangkutan barang tersebut (Pasal 478 ayat (1) KUHD)

PERANTARA PENGANGKUTAN

Pengertian
Penggunaan jasa perantara dalam pengangkutan bukan merupakan keharusan artinya pengirim
dapat secara langsung mengadakan perjanjian pengangkutan dengan pihak penagnkut namun
seringkali jasa perantara sering diperlukan oleh pemilik barang /pengirim barang

Perantara pengangkutan adalah ekspeditur yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan. Mengenai ekspeditur ini diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Buku I, Bab V, Bagian II, Pasal 86 sampai dengan 90.

Kedudukan perantra

Disini jelas bahwa ekspeditur menurut undang-undang hanya seorang perantara yang bersedia
mencarikan pengangkut bagi pengirim dan tidak mengangkut sendiri barangbarang yang telah
diserahkan kepadanya itu.

Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama
pengirim untuk mencarikan moda transportasi pengangkutan barang

Mengapa perantara diperlukan

- Dalam memilik perusahana angkutan mana yang mampu bertanggung jawab untuk
penyelegaaraan pengankutan barangnya
- Dalam memilih alat angkut yang mana yang sesuai dengan sifat /keadaan barang yang akan
diangkut
- Dalam membandingkan syarat umum dari pengangkut dari masing masing perusahaan
angkutan mana yang paling baik bagi pengirim

Perantara dalam pengangkutan dalam artian sesunghungnya

• Ekspeditur, namun ada bbrp yg lainnya yaitu :

• Pengusaha pengangkutan (Transport Ondernemers), Makelar kapal (sheep makelar) ahli


bongkar muat (stevedore), perusahaan pergudangan (veem), freigt forwading

Keterlibatan

Bertindak untuk dan atas nama kepentingan pemilik brg

Bukan spt keterlibatan makelar dlm Jual beli

Perjanjiannya

Jika barang rusak di ekspeditur antara bertanggung jawab dulu, namun ganti ruginya ke pengangkut
Perantara dalam pengangkutan tidak dapat menggunakan alas an atas dasar keadaan barang yang
diserahkan kepadanya untuk dikirm

Karakteristik

• Ada 2 sifat hk dlm diri ekspeditur :


-pelayanan berkala (psl 1601 BW)

- Pemberian kuasa (psl 1792 BW)

• Sbg perantara utk mencarikan alat angkutan bg pengirim brg, shg berhak mendptkan provisi
yg telah diperjanjikan sblmnya

• Kedudukan hk ekspeditur sejajar dgn kedudukan pengirim brg (gecoordinerd)

• Dlm melakukan kegiatannya ekspeditur mpy batas tanggung jwb yg diatur dlm psl 87-89
KUHD

Hak dan Kewajiban dalam perjnajian Expeditur

Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dan pengirim disebut perjanjian ekspedisi, sedangkan
perjanjian yang dibuat antara ekspeditur atas nama pengirim dengan pengangkut disebut perjanjian
pengangkutan. - Kewajiban dan hak ekspeditur adalah :

a. sebagai pemegang kuasa. Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas nama pengirim
diatur dalam Pasal 1792-1819 BW Tentang Pemberian Kuasa.
b. sebagai Komisioner diatur dalam Pasal 76 KUHD.
c. sebagai penyimpan barang diatur dalam Pasal 1694 KUHD.
d. sebagai penyelenggara urusan diatur dalam Pasal 1354 BW. e. register dan surat muatan f.
hak Retensi

Tugas dan tanggung jawab ekspeditur adalah :

a. mencarikan pengangkut yang baik bagi si pengirim.


b. menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dengan rapi pada barang-barang yang telah
diterimanya.
c. menjamin keselamatan barang.

Tanggung Jawab Ekspeditur

Pasal 87 KUHD menetapkan tanggung jawab pengaangkut terhadap barang-barang yang telah
diserahkan pengirim kepadanya untuk :

a. Menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dengan rapi pada barang-barang yang telah


diterimanya dari pengirim
b. Mengindahkan segala upaya untuk menjamin keselamatan barangbarang tersebut. Kecuali
tanggung jawab seperti tersebut diatas, juga hal-hal dibawah ini menjadi tanggung
jawabnya.
c. Pengambilan barang-barang dari gudang pengirim.
d. Bila perlu penyimpanan digudang pengangkutan.
e. Pengambilan barang-barang muatan dari tempat tujuan untuk diserahkan kepada penerima
yang berhak atau kepada pengangkut selanjutnya

Unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian perjanjian ekspedisi

1. ada pihak-pihak Pihak-pihak yang ada di dalam perjanjian ekspedisi adalah ekspeditur dan
pengirim
2. Ada persetujuan diantara para pihak Pihak-pihak yang ada di dalam perjanjian ekspedisi
menyetujui dalam rangka pengiriman barang
3. Ada tujuan yang hendak dicapai Tujuan pihak ekspeditur dalam perjanjian ekspedisi adalah
mendapatkan keuntungan dari pengiriman barang dan dikenal oleh masyarakat. Bagi pihak
pengirim ialah barang yang dikirim melalui ekspeditur tersebut selamat sampai diterima oleh
penerima barang.
4. Ada prestasi yang dilaksanakan Kewajiban ekspeditur adalah mencarikan moda transportasi
yang baik dalam rangka pengiriman barang. Hak ekspeditur adalah menerima pembayaran
jasa dalam rangka pengiriman barang. Kewajiban pengirim adalah membayar jasa
pengiriman barang kepada ekspeditur. Hak pengirim adalah mendapatkan angkutan yang
baik untuk barang yang dikirim melalui ekspeditur.
5. Ada bentuk perjanjian tertentu Bentuk perjanjian ekspedisi yang banyak digunakan ialah
bentuk perjanjian yang tertulis

Contoh Hubungan Hukum

Hubungan Hukum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan Perusahaan Ekspedisi

Pengertian pengangkut dalam pasal 466 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) ialah orang
yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan. Pengangkut disini yang dimaksud
adalah PT. Kereta Api Indonesia karena sebagai alat pengangkut barang.

Hubungan Hukum Perusahaan Ekspedisi dengan Pengirim Barang

Ekspeditur memberikan jasa dalam pengiriman barang saja dan pada hakikatnya hanya memberikan
keperantaraan antara pihak yang hendak mengirimkan barang dan pihak yang mengangkut barang
tersebut. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak
atas nama pengirim untuk mencarikan moda transportasi pengangkutan barang.Ekspeditur
mengikatkan diri kepada pengirim untuk mencarikan moda transportasi yang baik untuk
mengangkut barangnya dan pengirim mengikatkan diri kepada perusahaan ekspedisi untuk
membayar jasa pengiriman barang. Ekspeditur mengikatkan diri kepada pengirim untuk mencarikan
moda transportasi yang baik untuk mengangkut barangnya dan pengirim mengikatkan diri kepada
perusahaan ekspedisi untuk membayar jasa pengiriman barang.

Freight Forwader

badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan/pengurusan atas seluruh kegiatan
yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman,

dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut, dan
atau udara

Freight Forwading

•Seseorang atau perusahaan yang melakukan pekerjaan atau nama kapal atau eksportir dan
memberikan perincian secara mendetail tentang pengiriman barang tereebut,

• pengapalan, asuransi dan pengurusan dokumen-dokumen barang tsb,

• pengiriman barang dari pelabuhan kedaerah yang di tuju,

• pelayanan jasa termasuk pajak bea cukai,


• mencarter tempat untuk barang tersebut, mempersiapkan LC,

• membuat invoice dan seluruh surat- surat yang berkaitan dengan barang yang akan dikirim

• Freight Forwarding harus bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan - kerusakan barang
bilamana ia bertindak sebagai wakil pemilik barang.

• Ketentuan hukum nasional dan internasional mengatur kegiatan, tugas dan tanggung jawab
freight forwarder terhadap pemilik barang.

Ketentuan yg diterapkan dalam pengiriman barang umum apbl freight forwarder Indonesia
memasuki pasar Internasional.

1. Konvensi terhadap pengiriman barang dengan melalui jalan darat

2. Konvensi Internasional terhadap pengiriman barang melalui kereta api,

3. Konvensi Internasional terhadap pengiriman barang melalui laut. ( Konvensi Hague den
Hamburg)

4. Konvensi Warsawa tentang pengiriman barang melalui udara

Contoh Kasus Grab (bukan perantara)

Disini tidak ada perantara tapi pengangkutnya tetap grab

Contoh perantra: ada perjanjian pengangkutan dengan pihak lain seperti jne melakuakn perjanjain
pengangkutan dengan peswawat terbang lion parcel nah disinilah ada peratanara

Beda halnya jika grab itu karena yang mengangkut hanya grab
PRINSIP TANGGUNG JAWAB PENGANGGKUT

Dalam Pnegangkurtan mengenal tanggungn jawab dulu karean belum ada gugatan

Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dalam Pengangkutan Prinsip-prinsip tanggung jawab merupakan


salah satu unsur penting dari segi perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan. Prinsip-prinsip
tanggung jawab tersebut antara lain :

a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga bersalah (presumption of liability) Menurut


prinsip ini setiap pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Tetapi jika pihak pengangkut dapat
membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, maka ia dapat dibebaskan dari kewajiban
membayar ganti rugi kerugian tersebut Yang dimaksud dengan tidak bersalah adalah tidak
melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian,
atau peristiwa yang msenimbulkan kerugian itu tidak mungkin dapat dihindari. Beban
pembuktian (onus of proof) diberikan kepada pihak pengangkut, bukan kepada yang
dirugikan dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.
b. Prinsip tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata Menurut prinsip ini, setiap
pengangkut harus bertanggung jawab atas kesalahannya dalam penyelenggaraan
pengangkutan dan membayar ganti rugi atas segala kerugian yang timbul akibat
kesalahannya itu. Menurut prinsip ini, beban pembuktian diberikan kepada pihak yang
dirugikan dan bukan kepada pengangkut.
c. Prinsip tanggung jawab mutlak Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab
atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakan tanpa
keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini menitikberatkan pada
penyebab bukan kesalahannya.
d. Prinsip pembatasan tanggung jawab Prinsip pembatasan tanggung jawab adalah prinsip
yang membatasi tanggung jawab pengangkut sampai jumlah tertentu. Prinsip ini mempunyai
2 (dua) variasi, yaitu:
1. Variasi mungkin dilampaui Variasi ini memberikan kemungkinan bahwa batas ganti rugi
dilampaui apabila pihak yang dirugikan dapat membuktikan bahwa kerugian ditimbulkan
karena perbuatan sengaja atau kesalahan atau kelalaian berat dari pihak pengangkut.
2. Variasi tidak mungkin dilampaui Variasi ini tidak memberikan kemungkinan batas ganti
rugi dilampaui, karena dianggap bahwa batas tanggung jawab pengangkut ditetapkan
sudah cukup tinggi yakni US. $. 100.000 (seratus ribu dolar amerika) untuk setiap
penumpang.
Menurut H.M.N Purwosutjipto, prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga tak
bersalah (presumption of liability) memiliki 3 (tiga) variasi, yakni sebagai berikut:
1. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat
membuktikan bahwa kerugian ditimbulkan oleh hal-hal di luar kekuasaannya (Pasal
522 KUHD untuk angkutan laut).
2. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat
membuktikan bahwa ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
menghindarkan timbulnya kerugian (Pasal 24 jo Pasal 30 Ordonansi Pengangkutan
Udara).
3. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat
membuktikan bahwa kerugian bukan timbul karena kesalahannya (Pasal 24 UU Lalu
Lintas dan angkutan Jalan Raya).
Tanggung Jawab Pengangkut

PREVENTIF :

- Pengangkut mengupayakan pencegahan / pengurangan kemungkinan terjadinya kerugian


atas barang/-orang yang diangkutnya.
- Apbl Pengangkut tdk melaksanakan kewajiban ini dan oleh karenanya menimbulkan
kerugian pada barang /orang yang diangkutnya maka Penangkut bertanggung jawab atas
kerugian yang ditimbulkannya.
- Kewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan secara utuh berarti :
- Pengangkut harus berusaha mencegah / menghindari /terjadinya bahaya selama
pengangkutan/ memperkecil terjadinya kerugian bg pengirim atau pemilik barang.

Represif

Apabila P sudah berusaha sedemikian rupa tapi masih juga terjadi kerugian pada barang/orang yang
diangkut , maka ini bisa dipertimbangkan diluar tanggung jawab P

- Kalo laut ada di KUHD

Anda mungkin juga menyukai