Anda di halaman 1dari 8

Suatu hari, ada dua orang pemuda, bernama Rama dan adiknya Laksmana yang sedang

melaksakan misi untuk menumpas para raksasa di. Sampai akhirnya mereka mendengar kabar
bahwa Raja Wideha mengadakan sayembara. Gadis yang cantik sudah saatnya menikah
dengan salah satu pangeran terbaik.

ADEGAN 1
Laksmana : “Kakanda aku dengar kerajaan Wiedha mengadakan sayembara mencari
pangeran untuk putri Wiedha.Kau harus ikut serta, Kakanda.”
Rama : “Astaga, kau ingin kakakmu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah
sayembara? Itu jelas bukan awal kisah cinta sejati.” ( menggeleng)
Laksmana : “Setidaknya Kakanda bersedia melihat dulu puteri itu, menurut kabar,
wangi kulitnya semerbak hingga ratusan meter. Matanya mampu meruntuhkan dinding
kesombongan. Dan hatinya, bahkan bisa menaklukkan senjata paling hebat di dunia. Setelah
dilihat, nanti baru Kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis kisah cinta sejati dari
sebuah sayembara atau bukan. Ayolah, apa salahnya dicoba, bukan ? “
Rama :Baiklah, seperti apa omong kosong kecantikan gadis itu.
Rama mendengus, memasang busur dan anak panah di punggung,berangkat menuju ibukota
Wideha.
ADEGAN 2
Laksamana : “Kita sudah terlambat kakanda.”
Rama : “Ayo kita lewat sini.”
Ketika seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibukota Wideha, Rama justeru salah
memasuki ruangan. Rama terpesona saat melihat Shinta sedang membantu dayang – dayang
yang tidak sengaja menumpahkan nampan berisi buah-buahan.
Dayang1 : “Maafkan kami,tuan Puteri!” ( merasa bersalah)
Dayang 2 : “ Ia tuan Puteri,maafkan kami.”
Shinta : “Tidak usah dipikirkan. Tidak apa -apa.” ( menenangkan dayang – dayang
sambil memunguti buah-buahan yang berserakan di lantai )
Dayang1 : “Kami tiadak sengaja tuan Puteri.”
Rama memperhatikan Shinta.
Rama : “Siapakah gadis itu?” ( berbisik pada Laksmana)
Laksmana : “Gadis itu adalah Shinta Kakanda.”
Shinta dan Dayang sangat terkejut ketika melihat lelaki memasuki bangunan khusus
perempuan.
Rama : “Maaf, sungguh maafkan kami. Kami sedikitpun tidak bermaksud buruk,
kami tidak sengaja, kami salah masuk ruangan.”
Shinta : “Siapa kalian ?”
Rama : “Maaf tuan Putri,kami adalah pemuda yang ingin melihat sayembara.”
Sinta : “Dayang,tolong antarkan pemuda -pemuda ini ketempat sayembara.”
Dayang 1,2 : “Baik tuan Puteri.” Mari (sambil menunjukan jalan )
Shinta : “Pemuda gagah itu pastilah salah-satu petualang seperti banyak
pengunjung yang ikut hadir meramaikan Ibukota.(berbicara sendiri)
Rama : “Ah, andaikata dia bukan puteri seorang Raja, yang harus memperoleh
jodoh melalui sebuah sayembara, akan menyenangkan bisa berpetualang melihat dunia
luas.”(Berbicara dengan Laksamana).
Laksmana : “Kakanda sayembara itu mudah sekaligus rumit.”
Rama : “Mengapa Laksmana?”
Laksmana : “ Mereka hanya diminta menarik busur, pusaka kerajaan Wideha. Busur itu
bukan busur biasa kakanda, busur itu milik Dewa Siwa yang dihadiahkan ke bumi, jangankan
menarik talinya, bahkan mengangkat busur itu saja banyak yang tidak mampu Kakanda.”
Rama : “Jangan kau remehkan kakandamu ini dinda.”
Ketika Rama mulai mengangkat busur itu, ia menoleh ke Laksmana adiknya,Laksmana pun
menjawab lirikan itu dengan anggukn kepala. Rama mulai memanah dan sssssiiiittt tepat jatuh
di tengah lingkaran yang telah di siapkan. Tepuk tangan semarak mengiringi langakah kaki
Rama.
Raja : “Saya umumkan wahai rakyatku bahwa pemenang sayembara ini adalah
Rama.” (sambil mengangkat tangan kanan Rama)
ADEGAN 3
Sayembara telah berakhir, pernikahan antara Rama dan Shinta segera dilangsungkan.Rama
yang tampan berjalan dengan Shinta yang jelita (tersenyum bahagia). Sementara itu Raja dan
Ratu berbincang berdua.
Raja : “ Dinda,bagaimana jika aku mengangkat Rama menjadi penerusku,apakah
kamu menyutujuinya ?”
Ibu tiri : “Tidak Kakanda,Rama hanyalah orang biasa yang hendak mengambil tahta
kerajaan kita.”
Raja : “Itu tidaklah benar Dinda,Rama adalah kesatria yang mulia.”
Ibu tiri : “Kita lihat saja nanti. Brata anakkulah yang lebih pantas menjadi raja
Wiedha. “ (didalam hati)
Raja : (meninggalkan Ibu tiri sendiri dan mendekati Rama dan Sinta)
“Bahagialah kalian anakku.” (merangkul Rama dan Shinta).
Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justeru terusir dan dibuang ke hutan rimba
selama empat belas tahun. Barata, adik tirinya menjadi raja, dan Raja Kosala meninggal dalam
kesedihan panjang.
Shinta : “Kanda Empat belas tahun kita disini.” (Shinta tidur di pangkuan Rama)
Rama : “Bersabarlah engkau Dinda.” (Sambil mengelus rambut istri
tercintanya)
Mereka diuji oleh berbagai godaan dan rintangan.. Dan puncaknya saat Rahwana, Raja
Alengka, berniat menculik Shinta yang jelita. Rahwana adalah raja para raksasa. Kesaktiannya
tiada tara.
Hari naas itu, Shinta melihat seekor anak kijang, begitu lucu, lincah loncat kesana kemari.
Shinta meminta Rama mengejar anak kijang itu. Rama memutuskan mengejar kijang itu,
Shinta : “ Kakanda,lihatlah kijang itu Kakanda. Aku ingin kau menangkapnya.”
Rama : “ Baiklah Dinda. Laksmana,tetaplah kau disini.”
Laksmana : “ Baik kakanda”
Kijang itu bukan kijang biasa, melainkan anak buah Rahwana yang sedang menyamar.
Setelah masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya, dan kijang itu
berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.
Kijang : “Tolong, tolong.”
Mendengar teriakan itu, Shinta panik. Dia cemas suaminya terluka, meminta Laksmana
menyusul.
Shinta : “Laksmana,kau dengar itu ? Susulah Kakandamu.”
Laksmana : “ Tapi ku harus menjagamu Nimas.”
Shinta : “ cepatlah laksmana, jangan khawatirkan aku.”
Laksmana : “ Baiklah.” (membuata lingkaran dari tanah dan beranjak pergi
mininggalkan shinta)
Laksmana meninggalkan Shinta yang berlindung dalam lingkaran.
Tetapi Rahwana cerdik, dia menyamar menjadi seorang pertapa tua, berjalan terbungkuk, yang
kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam lingkaran, tapi dia bisa membujuk Shinta agar
melangkah keluar mengulurkan kendi air minum.
Rahwana : “ Nak, bolehkah kiranya kakek meminta air barang sedikit ? Kakek benar-
benar haus.”
Shinta : “ Tentu boleh kek, tuggu sebentar ! “ (mengambilkan minum) Ini Kek
silahkan. (Menyodorkan kendi air minum)
Shinta tak menyadari bahwa tanganya telah keluar dari lingkaran, Rahwana pun menyambar
tangan Shinta dan membawanya lari.
Rahwana tertawa puas, rencana besarnya telah berhasil.
Rahwana : “Hahahahaha.”(Rahwana tertawa lepas)
Shinta : “Tolong lepaskan aku, Tolong.”
Rama dan Laksmana sedih melihat Shinta telah diculik Rahwana. Karna tidaklah mudah
merebut Shinta dari Rahwana. Rama memutuskan meminta bantuan bangsa Wanara(manusia
kera) dipimpin oleh panglima Hanoman.
Rama : “ Hanoman,bantulah aku merebut kembali Shinta istriku dari Rahwana.”
Hanoman : “ Apa yang akan kamu berikan pada kami,jika kami mau membantu.”
Rama : “ Seperempat kebun pisang Alengka akan jadi milik bangsa wanara.”
Hanoman : “ Baiklah kami bersedia.” (memulai perjalanan)
Masalah pertama menghadang rombongan itu, adalah menyeberangiSungai.
Tidak semua anggota pasukan manusia kera bisa terbang.
B.winara : “ ak ak ak uk uk aaak uuuk.”
Hanoman : “ Tuan, kita tidak mungkin menyebrangi sungai ini. Apakah ada jalan lain?

Rama : “Tidak ini adalah satu –satu nya jalan menuju Alengka.”
Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus air. Baruna menolaknya, karna
dia tidak mau terlibat dalam pertempuran.
Rama : “ Bantu aku untuk melewati sungai ini Baruna.”
Baruna : “ Maaf Rama aku tidak bisa membantumu.”
Rama habis kesabaran, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa marah,
menghadap sungai yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama berseru lantang
Rama : “Jika kau tidak mau membantuku, wahai Baruna, akan aku keringkan seluruh
sungai ini dengan anak panahku.”
Baruna gemetar berpikir, pilihannya terbatas, binasa seluruh air, atau membantu penyerbuan
Rama. Maka Baruna menawarkan membangun sebuah jembatan. Dan dalam waktu singkat,
jembatan itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.
Pasukan manusia kera menyerbu kerajaan Alengka, dan pertempuran besar tidak dapat
dihindarkan lagi.
Panah sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana, dan raja raksasa paling sakti itu
tumbang. Dan Shinta berhasil di rebut kembali.
Namun setelah kembalinya Rama dan Shinta ke Ayodya, entah kenapa Rama kehilangan
kepercayaannya kepada Shinta.
Rama : “Aku tidak bisa mempercayai Shinta begitu saja, Laksmana.”
( mnghembuskan nafas )
Laksmana : “Bagaimana mungkin kau tidak mempercayainya, Kakanda ? Empat belas
tahun Shinta setia menemanimu. Empat belas tahun hidup penuh penderitaan demi mengabdi
padamu. Ditambah berbulan-bulan di tahan oleh Rahwana, berbulan-bulan menanggung
penderitaan di sarang raksasa. Bagaimana mungkin kau tidak mempercayai Shinta?”
Rama : “Karena berbulan-bulan itulah, Laksmana. Siapa yang tahu apa yang telah
terjadi di Alengka? Siapa yang bisa memastikannya?”
Laksmana : “Aku tidak percaya kalimat itu keluar dari mulutmu, Kakanda.”
Saat Rama membawa Shinta kembali ke Kosala, tahta kerajaan Kosala dikembalikan oleh
Barata kepada Rama. Rama menjadi raja Kosala.
Tapi kesenangan itu hanya sebentar, bisik-bisik kotor merasuki penduduk kerajaan Kosala.
Apalagi kalau bukan kabar burung. Shinta sudah tidak suci lagi. Berbulan-bulan ditawan
Rahwana, siapa yang bisa memastikan Shinta tetap mampu menjaga diri.
Rama : “Shinta sudah tak suci lagi Laksmana.”
Laksmana : “Omong kosong semua ini. Aku bersumpah, Shinta tidak akan pernah
berkhianat. Kakanda seharusnya tidak mendengarkan bisik-bisik di luar sana. Di mana mereka
saat Kakanda dan Shinta terusir empat belas tahun. Di mana mereka saat Kakanda memimpin
ribuan pasukan Wanara? Tidak ada satu pun rakyat Kosala yang peduli? Kenapa sekarang
mereka peduli sekali dengan sesuatu yang bukan urusa mereka?”
Rama : “Tetapi mereka rakyatku, Laksmana. Aku tidak bisa menjadi Raja mereka
yang baik, jika mereka tidak mempercayai Ratunya.” ( tatapan kosong )
Laksmana : “Karena Kakanda Raja dan mereka rakyat, maka Kakanda bisa
memerintahkan untuk menghentikan seluruh omong kosong.”
Keputusan besar itu diambil Rama, dia memerintahkan agar ujian kesucian digelar untuk
Shinta. Melewati api yang berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan
ada keraguan lagi.
Rama : “Aku akan mengadakan ujian untuk Shinta Laksmana.”
Laksmana : “Ujiana apa Kakanda?”
Rama : “Ujian api kesucian untuk Shinta, dengan melewati api yang berkobar
tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan ada keraguan lagi Laksmana”
Laksmana : “Apakah Kakanda masih mencintai Shinta?” ( Lirih)
Rama : “Tentu aku mencintainya, Laksmana. Bagaimana mungkin kau bertanya hal
itu?”
Laksmana : “Maka Kakanda telah melakukan kesalahan besar. Kepercayaan adalah
pondasi penting sebuah cinta, Kakanda telah kehilangan pondasi itu. Besok lusa, hal ini akan
terulang kembali. Besok lusa, tanpa pondasi tersebut, Kakanda hanya akan menjadi olok-olok
seluruh penduduk Ayodya.”
Rama : “ Apa maksudmu ? “
Laksmana : “ Bukan, Ujian ini dilakukan hanya untuk menutup resah di hati Kakanda.
Besok, Shinta akan berhasil melewati kobaran api itu, tapi Kakanda, tidak akan pernah
berhasil memadamkan keresahan itu.” ( membungkuk, ijin pamit dan keluar meninggalkan
singgasana )
Pagi itu Shinta berjalan keluar dengan menggunakan baju dan selendang putih. Dengan
disaksikan seluruh rakyat Ayodya, para resi memulai prosesi. Sebuah kidung dinyaniykan.
Puja-puji untuk seorng putri yang akan membuktikan diri.
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan .khianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Setelah lagu dinyanyikan, Laksmana benar, satu menit kemudian Shinta dengan anggunnya
keluar dari kobaran api suci tanpa luka sedikitpun. Rama bernafas dengan lega.
Laksmana : “ Kau lihat itu kakanda? Ia suci tanpa luka sedikitpun.”
Rama : “ Kali ini kau memang benar Laksmana.”
Beberapa bulan sejak prosesi api suci, bisik-bisik kabar kembali terdengar di telinga Rama.
Banyak yang beranggapan bahwa Shinta dapat melewati api suci karena ilmu sihir yang telah
di dapat dari Rahwana.
Rama : “ Laksmana apakah menurutmu,Shinta memiliki ilmu gaib?”
Laksmana : “ Sungguh tega kau Kakanda. Ujian apa lagi yang kau buat agar kau
percaya pada Shinta. ”
Laksmana yang tak tahan dengan situasi di kerajaan memutuskan untuk pergi menjadi pertapa.
Rama : “ Aku akan mengusir Shinta ,Pamanda.”
Hanoman : “Kau tidak akan melakukannya, Paduka Rama.”
Rama : “Tapi bagaimana aku akan menghadapi rakyatku, Pamanda. Dari kota
hingga desa, di setiap sudut, pelosok, mereka berbisik tentang hal itu. Bagaimana aku
meletakkan wajah seorang Raja yang berwibawa jika mereka tidak percaya dengan Ratunya?
Siapa yang bisa bersaksi Shinta tidak sedang menipu kita semua? Siapa?”
Hanoman : “Astaga, Paduka Rama, sungguh tidak ada yang terjadi di taman Asoka.
Bukankah kau sendiri yang menyuruhku berbulan-bulan mengintai kerajaan Alengka selama
pembuatan jembatan itu, memastikan apakah Shinta baik-baik saja. Istrimu adalah perempuan
terhormat, dia tidak akan berkhianat walau di pikiran sekalipun. Akulah saksinya.”
Rama : “(menggeleng)”
Hanoman : “Paduka Rama tidak percaya padaku?”
Rama : “Aku tidak bisa lagi percaya pada siapapun dalam situasi ini,
Pamanda.”(lirih)
Hanoman : “ Jika itu memang keputusanmu,maka aku tidak bisa berbuat apa – apa
Paduka Rama.”
Keputusan kedua diambil. Dan kali ini lebih mengenaskan dari sekadar melewati api suci.
Rama : “Menurut rakyatku,Shinta yang telah menguasai sihir gelap pastilah ia
mampu melewatinya.”
Hanoman : “ Lantas apa yang akan paduka Rama lakukan?”
Rama : “Mudah, akan membuang Shinta dari Ayodya.”
Hanoman : “Kau telah kehilangan akal sehat, Paduka Rama. Kau, kau tidak akan
melakukannya, bukan? itu berlebihan.”
Rama : “ Tidak,pamanda.”
Tapi entah alasan apa yang membuat Rama begitu gelap mata, keputusan Rama sudah bulat.
Duhai, kemanakah cinta mereka selama ini? Empat belas tahun Shinta menemani Rama terusir
dari Ayodya, membuktikan pengabdiannya. Berbulan-bulan Shinta tidak sekalipun lalai
membisikkan nama Rama di penjara taman Asoka, berharap suami tercintanya tiba,
merebutnya kembali.
Hanoman : “Apakah kau masih mencintai Shinta, Paduka Rama?”
Rama : “Tentu saja, Pamanda. Tentu saja. Aku mencintainya. Tapi rakyat Ayodya
membutuhkan bukti bahwa Shinta akan mampu melewati masa pembuangannya.”
Hanoman : “Bukan rakyat Ayodya. Bukan mereka, tapi Padukalah yang membutuhkan
itu semua untuk memadamkan api kecurigaan dalam hati. Camkan ini, Paduka, esok lusa,
Shinta akan berhasil melalui masa terbuangnya, tapi Paduka tidak akan pernah mampu
melewati resah itu.” ( melangkah pergi )
Shinta mendengar perintah pengusiran itu dibacakan sendiri oleh suaminya. Kali ini dia
memang tidak kuasa menahan kesedihan hati, matanya berkaca-kaca, tapi dia mengangguk
patuh. Shinta sedikitpun tidak pernah meragukan cinta Rama. Shinta sedih karena dia tidak
kunjung mampu meyakinkan rakyat Ayodya, Shinta sedih harus berpisah dengan suami
tercinta.
Rama : “ Shinta, kau harus membuktikan kesetiaanmu padaku. Kau harus pergi
jauh dari Ayodya selama sepuluh tahun. Apakah kau sanggup?”
Shinta : “Jangan cemaskan aku, Kakanda. Aku akan baik-baik saja. Masa
pembuangan ini tidak akan lama, apalah arti sepuluh tahun demi membuktikan cinta kita akan
abadi. Jangan cemaskan aku, Kakanda. Sedikit pun jangan terbetik perasaan itu.” ( lirih )
Senja itu, saat gelap mulai menghampiri ibukota Ayodya, prosesi pengusiran Shinta dimulai.
Tidak ada yang boleh menemaninya, tidak ada yang boleh membantunya.
Shinta : “ Aku tak boleh menangis, hanya butuh waktu sepuluh tahun, aku pasti
kuat melewati ujian ini, demi cintaku pada suamiku. “ ( dalam hati )
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Senja itu, disaksikan ribuan rakyat, disaksikan Rama yang berdiri memejamkan mata di kursi
singgasana, sendirian Shinta dilepas meninggalkan istana dan menjalani ujian sepuluh tahun
terbuang..
Shinta : “ Aku akan baik-baik saja. Aku akan kuat” ( menyeka air mata)
Sampai ia melihat seekor beruang yang sedang berlari ke arahnya, dengan sekuat tenaga ia
berlari sampai akhirnya, kaki Shinta tersangkut akar dan terjatuh.
Shinta : “Apakah ini akhir dari segalanya ?”
Tidak, Karna ada seseorang yang telah menolongnya ,dia adalah Resi Walmiki. Resi Walmiki
adalah pertapa yang memiliki kemampuan melihat watak seseorang hanya dengan melihat
wajahnya.
Resi : “ Kisanak tidak apa-apa?”
Shinta : “ Ia,tuan ini siapa ?”
Resi : “ Nanti saya jelaskan,mari ikut saya.”
Berjalan menuju ke padepokan,tempat tinggal para resi.
Shinta : “ (berjalan,dengan rangkulan Resi), Tempat apa ini tuan?”
Resi : “ Ini adalah padepokan kami, kisanak boleh tinggal disini. Mari,masuk.
( mengajak Shinta untuk masuk ke padepokan)
Shinta : “ Terima kasih tuan, kalau boleh tau siapa nama tuan ?”
Resi : “ Kisanak bisa memanggil saya Resi Walmiki.” (sambil mengobati
Shinta ) Luka kisanak tidak terlalu parah,minumlah ramuan ini.”(menyodorkan ramuan)
Shinta : “ (meminum )Terimakasih, Atas kebaikan tuan.”
Resi : “ Kelihatany, kisanak tengah mengandung dua calon kesatria yang hebat
seperti ayahnya.”
Shinta : “ Bagaimana tuan tau?”
Resi : “ Semua telah digariskan oleh sang yang widi.”
Shinta : “(Shinta terdiam,mendengarkan ucapan resi Walmiki)
Resi : “ Sebaiknya kisanak beristirahatlah dahulu.” (Menutup pintu)

Hari demi hari berlalu, perut Shinta semakin membesar, penduduk padepokan itu diliputi
kegembiraan karna penghuni baru mereka akan segera melahirkan. Seorang ibu setengah baya
membantu Shinta melahirkan, dua orang anak kembar, laki-laki, tampan seperti Ayahnya.
Shinta memberi nama kedua anak kembarnya Lawa dan Kusa. Dia dengan air mata berlinang
menciumi dua bayi yang lahir di tanah pembuangan itu.
Delapan tahun kemudian Lawa dan Kusa tumbuh menjadi ksatria yang baik. Sekecil itu,
mereka adalah pemanah terbaik di padepokan, melihat bakat hebat itu, Resi Walmiki
menghadiahkan busur panah kembar dari Dewa Brahma. Itu bukan senjata mematikan
dibanding busur Dewa Siwa milik Ayah mereka, tapi panah itu menyimpan rahasia tersendiri.
Lawa : “ Paman,busur ini adalah busur pertama yang paling indah yang pernah ku
lihat.”
Kusa : “ Terima kasih Paman.”
Resi : “ Gunakanlah busur ini untuk kebaikan putraku.”
Kusa : “ Paman,aku merasa ada yang lain dari busur ini.” (Sambil menarik busur )
Lawa : “ Ia paman, Seperti ada kekuatan lain.”
Paman : “ (tersenyum) Kalian akan mengetahuinya kelak pada watunya.”(pergi
meninggalkan mereka berdua)
Shinta kembali termenung saat mengetahui masa pengusiran itu telah habis,karna Rama tak
kunjung menjemputnya.
Shinta termangu menatap gerbang setiap hari untuk memastikan bahwa suaminya akan
menjemputnya. Tapi sepertinya penantiannya sia-sia, karna sang suami tak pernah datang
menjemputnya.
Shinta menjadi kurus kering karna tak mau di suruh makan.
Sang anak menjadi bingung, apa gerangan yang terjadi pada ibundanya sampai bisa seperti ini.
Sampai akhirnya anak-anaknya tahu bahwa ini semua karna ayahya
Kusa : “ Paman ceritakan pada kami,apa yang sebenarnya terjadi pada biung ku?
Lawa : “ Mengapa biung slalu termenung ketika melihat pintu gerbang padepokan
ini ?”
Resi : “ Biungmu adalah orang yang telah dibuang selama sepuluh tahun oleh
Romomu sendiri hanya karena sebuah prasangka.Tidak hanya itu semua pengorbanan
Biungmu selama ini Tidak cukup untuk menguatkan kepercayaan bopomu pada biungmu,
ujian api suci yang bahkan bisa membakar seorang dewa pendusta, telah di lalui biungmu.
Biungmu juga di buang ke Hutan ini, selama sepuluh tahun untuk meyakinkan bopomu.
Sekarang ini saat masa pembuangan itu telah berlalu, namun bopomu tidak tergerakkah
hatinya untuk datang menjemput biungmu. Rahasia besar ini sudah saatnya kau ketahui
putraku,
Lawa : “ Apa itu,Paman?”
Resi : “ Busur yang ku berikan itu bukanlah busur biasa.”
Kusa : “ Lalu?”
Resi : “ Pusaka busur itu adalah milik Dewa Brahma,putraku. Rahasia besar
busur itu adalaah kebencian. Busur itu akan berlipat-lipat menjadi lebih hebat saat dipegang
oleh orang yang memiliki alasan kebencian yang sah, berhak, dan direstui terbalaskan.”
Lawa dan Kusa berangkat meninggalkan padepokan tanpa diketahui oleh siapapun. Mereka
menyerbu kerajaan Kosala. Mereka menghukum semuanya, menghancur leburkan kerajaan.
Benteng pertahanan kerajaan Kosala berjatuhan.
Mendengar kabar pemberontakan itu, rama memutuskan mengirim pasukan hanoman untuk
menumpas dua anak tersebut.
Lawa : “(memanah para wanara)”
Hanoman : “Hai, siapa kalian ? Hentikan semua ini!”
L&W : “ 1,2,3 (panah mereka menancap dada Hanoman)
Hanoman tumbang seketika saat dua anak itu mengarahkan panahnya.
Shinta bahkan tak menyadari bahwa kedua anaknya pergi untuk memberontak kerajaan
Ayodya.
Shinta : Anakku, anak-anakku Lawa dan Kusa, apa yang telah mereka lakukan?
Kerusakan apa yang telah mereka perbuat? Seberapa besar kebencian itu?
Shinta menyusul ke ibukota ditemani oleh Resi Walmiki. Saat Lawa dan Kusa memasuki
Kerajaan Ayodya. Dua anak kembar itu datang sambil menyanyikan lagu itu, lagu prosesi
ujian milik Ibunya:
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Rama berdiri dari singgasananya. Menyiapkan busur dan anak panah miliknya. Sampai suara
perempuan menghentikan semuanya.
Rama : “ Shinta, benarkah itu kau istriku ? “ ( mendekat )
Shinta : “ Jangan nak, ibu mohon. Jangan lakukan ini ! “ ( menangis )
Lawa : “ Lepaskan kami, bu. Biarkan kami membunuhnya “
Shinta : ” Dia ayah kalian.Ibu mohon. Demi ibu “
Kusa : “ Dia bukan ayah kami ! “
Shinta : “ Ibu mohon jangan ! “ ( menangis )
Lawa : “Kami akan membalaskan sakit hati Ibu. Kami akan menghukum seluruh
Ayodya.”
Rama : “ Apa ? benarkah mereka anakku ? “
Shinta : “ (mengangguk lemah sambil menunduk).
Tapi lagi-lagi Rama tak percaya dengan Shinta. Rama lebih menuruti bisikan rakyatnya
Rama : “ Tidak ! mereka bukan anakku ! “
Shinta : “ (Tertunduk, nafasnya tersengal, dia menangis tersedu)
Oh Ibu, lihatlah, setelah begitu banyak pengorbanan yang kulakukan, setelah begitu besar
harapan yang kubangun, siang ini, disaksikan ribuan orang, suamiku menolak percaya padaku.
Shinta : “Oh Ibu, oh ibu pertiwi, dengarkan anakmu. Dengarkan anakmu. Oh Ibu,
belahlah tanahmu, belahlah perutmu “ (Tersungkur, tak kuat berdiri)
Rama yang menyadari apa yang hendak dilakukan Shinta loncat panik. Shinta tersungkur,
tangannya mencabik-cabik tanah.
Shinta : “Oh Ibu, bukalah pintumu, buktikanlah ke seluruh semesta, jika anakmu ini
memang ternoda, maka tolaklah diriku yang hina, lemparkan aku kembali ke langit tanpa
nyawa. Tapi jika aku memang suci, terimalah anakmu kembali, aku mohon. Aku sungguh
tidak kuat lagi.”
Rama : “ Jangan lakukan ! “ ( berlutut di depan Shinta ) “ Jangan lakukan Shinta,
demi aku “
Shinta : “ Ibu, bukalah pintumu “ ( memukul-mukul tanah )
Rama : “ Dengarkan aku, Shinta. Maafkan aku. Maafkan aku yang tidak
mempercayaimu “
Shinta : “ IBU, aku mohon, aku sudah tak tahan lagi “( merangkak menjauh )
Rama : “Kembalilah padaku, Shinta. Demi anak-anak kita.”
Tangan Rama berusaha menggapai rambut beruban Shinta yang sekarang kotor oleh
debu.Sejengkal lagi tangan itu berhasil menahan Shinta. Bumi lebih dulu merekah. Sempurna
sudah, terbelah dua. Shinta berurai air-mata, tak berpikir panjang langsung melompat.
Resi : “ Putraku mari kita pulang.”(Resi,Lawa,dan Kusa meninggalkan Ayodya
dan kembali ke padepokan.)
. Beberapa minggu kemudian, Rama meninggalkan tahta Ayodya, dia memutuskan menyusul
adiknya Laksmana menjadi pertapa. Lawa dan Kusa yang menyaksikan kalau Ibunya tetap
mencintai Rama hingga detik terakhir, berhasil dibujuk Resi Walmiki kembali ke padepokan.
Mereka tetap membenci Ayahnya, tapi mereka menghentikan berbuat kerusakan. Besok lusa,
mereka menjadi ksatria tiada tanding. Sementara rakyat Ayodya? Mereka tetap sibuk dengan
tabiat buruk bisik-bisik kotor itu.

Anda mungkin juga menyukai