Anda di halaman 1dari 12

RAMA DAN SHINTA

SUTRADARA : Riana Kurnia NingTiyas


KAMERAMEN : Diah Nila Puspita
Ardyan Taruna Nagara
Imam Syafi’i
KOSTUM : Sevi Cahya Wardani
Ika Kasani
PENULIS NASKAH :Riana Kurnia NingTiyas
HUMAS :Riana Kurnia NingTiyas
KONSUMSI :Diah Nila Puspita
PROPERTI :Ardyan Taruna Nagara
Dadang Destiawan
TATA BUSANA :Imam Syafi’i
TATA RIAS :Sevi Cahya Wardani
TOKOH POKOK :
 Rama : Ardyan Taruna Nagara
 Shinta : Diah Nila Puspita
 Laksmana : Ahmad Wildan Mubarok
 Hanoman : Dadang Destiawan
 Rahwana : Imam Syafi’i
 Resi Walmiki : Riana Kurnia NingTiyas
 Kursa : Sevi Cahya Wardani
 Lawa : Ika Kasani
TOKOH CADANGAN :
 Raja : Imam Syafi’i
 Ratu : Riana Kurnia Ning Tiyas
 Baruna : Imam syafi’i
 Dayang 1 : Ika Kasani
 Dayang 2 : Sevi Cahya Wardani

Suatu hari, ada dua orang pemuda, bernama Rama dan adiknya Laksmana yang
sedang melaksakan misi untuk menumpas para raksasa di. Sampai akhirnya mereka
mendengar kabar bahwa Raja Wideha mengadakan sayembara. Gadis yang cantik sudah
saatnya menikah dengan salah satu pangeran terbaik.

ADEGAN 1
Laksmana : “Kakanda aku dengar kerajaan Wiedha mengadakan sayembara
mencari pangeran untuk putri Wiedha.Kau harus ikut serta, Kakanda.”
Rama : “Astaga, kau ingin kakakmu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah
sayembara? Itu jelas bukan awal kisah cinta sejati.” ( menggeleng)
Laksmana : “Setidaknya Kakanda bersedia melihat dulu puteri itu, menurut
kabar, wangi kulitnya semerbak hingga ratusan meter. Matanya
mampu meruntuhkan dinding kesombongan. Dan hatinya, bahkan bisa
menaklukkan senjata paling hebat di dunia. Setelah dilihat, nanti baru
Kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis kisah cinta sejati dari
sebuah sayembara atau bukan. Ayolah, apa salahnya dicoba, bukan ? “
Rama :Baiklah, seperti apa omong kosong kecantikan gadis itu.
Rama mendengus, memasang busur dan anak panah di punggung,berangkat
menuju ibukota Wideha.
ADEGAN 2
Laksamana : “Kita sudah terlambat kakanda.”
Rama : “Ayo kita lewat sini.”
Ketika seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibukota Wideha, Rama
justeru salah memasuki ruangan. Rama terpesona saat melihat Shinta sedang membantu
dayang – dayang yang tidak sengaja menumpahkan nampan berisi buah-buahan.
Dayang1 : “Maafkan kami,tuan Puteri!” ( merasa bersalah)
Dayang 2 : “ Ia tuan Puteri,maafkan kami.”
Shinta : “Tidak usah dipikirkan. Tidak apa -apa.” ( menenangkan dayang –
dayang sambil memunguti buah-buahan yang berserakan di lantai )
Dayang1 : “Kami tiadak sengaja tuan Puteri.”
Rama memperhatikan Shinta.
Rama : “Siapakah gadis itu?” ( berbisik pada Laksmana)
Laksmana : “Gadis itu adalah Shinta Kakanda.”
Shinta dan Dayang sangat terkejut ketika melihat lelaki memasuki bangunan
khusus perempuan.
Rama : “Maaf, sungguh maafkan kami. Kami sedikitpun tidak bermaksud
buruk, kami tidak sengaja, kami salah masuk ruangan.”
Shinta : “Siapa kalian ?”
Rama : “Maaf tuan Putri,kami adalah pemuda yang ingin melihat
sayembara.”
Sinta : “Dayang,tolong antarkan pemuda -pemuda ini ketempat sayembara.”
Dayang 1,2 : “Baik tuan Puteri.” Mari (sambil menunjukan jalan )
Shinta : “Pemuda gagah itu pastilah salah-satu petualang seperti banyak
pengunjung yang ikut hadir meramaikan Ibukota.(berbicara sendiri)
Rama : “Ah, andaikata dia bukan puteri seorang Raja, yang harus
memperoleh jodoh melalui sebuah sayembara, akan menyenangkan
bisa berpetualang melihat dunia luas.”(Berbicara dengan Laksamana).
Laksmana : “Kakanda sayembara itu mudah sekaligus rumit.”
Rama : “Mengapa Laksmana?”
Laksmana : “ Mereka hanya diminta menarik busur, pusaka kerajaan Wideha.
Busur itu bukan busur biasa kakanda, busur itu milik Dewa Siwa yang
dihadiahkan ke bumi, jangankan menarik talinya, bahkan mengangkat
busur itu saja banyak yang tidak mampu Kakanda.”
Rama : “Jangan kau remehkan kakandamu ini dinda.”
Ketika Rama mulai mengangkat busur itu, ia menoleh ke Laksmana
adiknya,Laksmana pun menjawab lirikan itu dengan anggukn kepala. Rama mulai
memanah dan sssssiiiittt tepat jatuh di tengah lingkaran yang telah di siapkan. Tepuk
tangan semarak mengiringi langakah kaki Rama.
Raja : “Saya umumkan wahai rakyatku bahwa pemenang sayembara ini
adalah Rama.” (sambil mengangkat tangan kanan Rama)
ADEGAN 3
Sayembara telah berakhir, pernikahan antara Rama dan Shinta segera
dilangsungkan.Rama yang tampan berjalan dengan Shinta yang jelita (tersenyum
bahagia). Sementara itu Raja dan Ratu berbincang berdua.
Raja : “ Dinda,bagaimana jika aku mengangkat Rama menjadi
penerusku,apakah kamu menyutujuinya ?”
Ibu tiri : “Tidak Kakanda,Rama hanyalah orang biasa yang hendak
mengambil tahta kerajaan kita.”
Raja : “Itu tidaklah benar Dinda,Rama adalah kesatria yang mulia.”
Ibu tiri : “Kita lihat saja nanti. Brata anakkulah yang lebih pantas menjadi raja
Wiedha. “ (didalam hati)
Raja : (meninggalkan Ibu tiri sendiri dan mendekati Rama dan Sinta)
“Bahagialah kalian anakku.” (merangkul Rama dan Shinta).
Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justeru terusir dan dibuang ke
hutan rimba selama empat belas tahun. Barata, adik tirinya menjadi raja, dan Raja Kosala
meninggal dalam kesedihan panjang.
Shinta : “Kanda Empat belas tahun kita disini.” (Shinta tidur di pangkuan
Rama)
Rama : “Bersabarlah engkau Dinda.” (Sambil mengelus rambut istri
tercintanya)
Mereka diuji oleh berbagai godaan dan rintangan.. Dan puncaknya saat Rahwana,
Raja Alengka, berniat menculik Shinta yang jelita. Rahwana adalah raja para raksasa.
Kesaktiannya tiada tara.
Hari naas itu, Shinta melihat seekor anak kijang, begitu lucu, lincah loncat kesana
kemari. Shinta meminta Rama mengejar anak kijang itu. Rama memutuskan mengejar
kijang itu,
Shinta : “ Kakanda,lihatlah kijang itu Kakanda. Aku ingin kau
menangkapnya.”
Rama : “ Baiklah Dinda. Laksmana,tetaplah kau disini.”
Laksmana : “ Baik kakanda”
Kijang itu bukan kijang biasa, melainkan anak buah Rahwana yang sedang
menyamar.
Setelah masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya, dan kijang
itu berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.
Kijang : “Tolong, tolong.”
Mendengar teriakan itu, Shinta panik. Dia cemas suaminya terluka, meminta
Laksmana menyusul.
Shinta : “Laksmana,kau dengar itu ? Susulah Kakandamu.”
Laksmana : “ Tapi ku harus menjagamu Nimas.”
Shinta : “ cepatlah laksmana, jangan khawatirkan aku.”
Laksmana : “ Baiklah.” (membuata lingkaran dari tanah dan beranjak pergi
mininggalkan shinta)
Laksmana meninggalkan Shinta yang berlindung dalam lingkaran.
Tetapi Rahwana cerdik, dia menyamar menjadi seorang pertapa tua, berjalan terbungkuk,
yang kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam lingkaran, tapi dia bisa membujuk
Shinta agar melangkah keluar mengulurkan kendi air minum.
Rahwana : “ Nak, bolehkah kiranya kakek meminta air barang sedikit ? Kakek
benar-benar haus.”
Shinta : “ Tentu boleh kek, tuggu sebentar ! “ (mengambilkan minum) Ini
Kek silahkan. (Menyodorkan kendi air minum)
Shinta tak menyadari bahwa tanganya telah keluar dari lingkaran, Rahwana pun
menyambar tangan Shinta dan membawanya lari.
Rahwana tertawa puas, rencana besarnya telah berhasil.
Rahwana : “Hahahahaha.”(Rahwana tertawa lepas)
Shinta : “Tolong lepaskan aku, Tolong.”
Rama dan Laksmana sedih melihat Shinta telah diculik Rahwana. Karna tidaklah
mudah merebut Shinta dari Rahwana. Rama memutuskan meminta bantuan bangsa
Wanara(manusia kera) dipimpin oleh panglima Hanoman.
Rama : “ Hanoman,bantulah aku merebut kembali Shinta istriku dari
Rahwana.”
Hanoman : “ Apa yang akan kamu berikan pada kami,jika kami mau
membantu.”
Rama : “ Seperempat kebun pisang Alengka akan jadi milik bangsa
wanara.”
Hanoman : “ Baiklah kami bersedia.” (memulai perjalanan)
Masalah pertama menghadang rombongan itu, adalah menyeberangiSungai.
Tidak semua anggota pasukan manusia kera bisa terbang.
B.winara : “ ak ak ak uk uk aaak uuuk.”
Hanoman : “ Tuan, kita tidak mungkin menyebrangi sungai ini. Apakah ada
jalan lain? “
Rama : “Tidak ini adalah satu –satu nya jalan menuju Alengka.”
Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus air. Baruna menolaknya,
karna dia tidak mau terlibat dalam pertempuran.
Rama : “ Bantu aku untuk melewati sungai ini Baruna.”
Baruna : “ Maaf Rama aku tidak bisa membantumu.”
Rama habis kesabaran, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa
marah, menghadap sungai yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama
berseru lantang
Rama : “Jika kau tidak mau membantuku, wahai Baruna, akan aku keringkan
seluruh sungai ini dengan anak panahku.”
Baruna gemetar berpikir, pilihannya terbatas, binasa seluruh air, atau membantu
penyerbuan Rama. Maka Baruna menawarkan membangun sebuah jembatan. Dan dalam
waktu singkat, jembatan itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.
Pasukan manusia kera menyerbu kerajaan Alengka, dan pertempuran besar tidak dapat
dihindarkan lagi.
Panah sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana, dan raja raksasa
paling sakti itu tumbang. Dan Shinta berhasil di rebut kembali.
Namun setelah kembalinya Rama dan Shinta ke Ayodya, entah kenapa Rama
kehilangan kepercayaannya kepada Shinta.

Rama : “Aku tidak bisa mempercayai Shinta begitu saja, Laksmana.”


( mnghembuskan nafas )

Laksmana : “Bagaimana mungkin kau tidak mempercayainya, Kakanda ? Empat


belas tahun Shinta setia menemanimu. Empat belas tahun hidup penuh
penderitaan demi mengabdi padamu. Ditambah berbulan-bulan di
tahan oleh Rahwana, berbulan-bulan menanggung penderitaan di
sarang raksasa. Bagaimana mungkin kau tidak mempercayai Shinta?”

Rama : “Karena berbulan-bulan itulah, Laksmana. Siapa yang tahu apa yang
telah terjadi di Alengka? Siapa yang bisa memastikannya?”
Laksmana : “Aku tidak percaya kalimat itu keluar dari mulutmu, Kakanda.”
Saat Rama membawa Shinta kembali ke Kosala, tahta kerajaan Kosala
dikembalikan oleh Barata kepada Rama. Rama menjadi raja Kosala.
Tapi kesenangan itu hanya sebentar, bisik-bisik kotor merasuki penduduk kerajaan
Kosala. Apalagi kalau bukan kabar burung. Shinta sudah tidak suci lagi. Berbulan-bulan
ditawan Rahwana, siapa yang bisa memastikan Shinta tetap mampu menjaga diri.
Rama : “Shinta sudah tak suci lagi Laksmana.”
Laksmana : “Omong kosong semua ini. Aku bersumpah, Shinta tidak akan
pernah berkhianat. Kakanda seharusnya tidak mendengarkan bisik-
bisik di luar sana. Di mana mereka saat Kakanda dan Shinta terusir
empat belas tahun. Di mana mereka saat Kakanda memimpin ribuan
pasukan Wanara? Tidak ada satu pun rakyat Kosala yang peduli?
Kenapa sekarang mereka peduli sekali dengan sesuatu yang bukan
urusa mereka?”
Rama : “Tetapi mereka rakyatku, Laksmana. Aku tidak bisa menjadi Raja
mereka yang baik, jika mereka tidak mempercayai Ratunya.” ( tatapan
kosong )
Laksmana : “Karena Kakanda Raja dan mereka rakyat, maka Kakanda bisa
memerintahkan untuk menghentikan seluruh omong kosong.”
Keputusan besar itu diambil Rama, dia memerintahkan agar ujian kesucian digelar
untuk Shinta. Melewati api yang berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka
tidak akan ada keraguan lagi.
Rama : “Aku akan mengadakan ujian untuk Shinta Laksmana.”
Laksmana : “Ujiana apa Kakanda?”
Rama : “Ujian api kesucian untuk Shinta, dengan melewati api yang
berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan ada
keraguan lagi Laksmana”
Laksmana : “Apakah Kakanda masih mencintai Shinta?” ( Lirih)
Rama : “Tentu aku mencintainya, Laksmana. Bagaimana mungkin kau
bertanya hal itu?”
Laksmana : “Maka Kakanda telah melakukan kesalahan besar. Kepercayaan
adalah pondasi penting sebuah cinta, Kakanda telah kehilangan
pondasi itu. Besok lusa, hal ini akan terulang kembali. Besok lusa,
tanpa pondasi tersebut, Kakanda hanya akan menjadi olok-olok
seluruh penduduk Ayodya.”
Rama : “ Apa maksudmu ? “
Laksmana : “ Bukan, Ujian ini dilakukan hanya untuk menutup resah di hati
Kakanda. Besok, Shinta akan berhasil melewati kobaran api itu, tapi
Kakanda, tidak akan pernah berhasil memadamkan keresahan itu.”
( membungkuk, ijin pamit dan keluar meninggalkan singgasana )
Pagi itu Shinta berjalan keluar dengan menggunakan baju dan selendang putih.
Dengan disaksikan seluruh rakyat Ayodya, para resi memulai prosesi. Sebuah kidung
dinyaniykan. Puja-puji untuk seorng putri yang akan membuktikan diri.
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
 Kebaikan takkan bercampur dengan .khianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Setelah lagu dinyanyikan, Laksmana benar, satu menit kemudian Shinta dengan
anggunnya keluar dari kobaran api suci tanpa luka sedikitpun. Rama bernafas dengan
lega.
Laksmana : “ Kau lihat itu kakanda? Ia suci tanpa luka sedikitpun.”
Rama : “ Kali ini kau memang benar Laksmana.”
Beberapa bulan sejak prosesi api suci, bisik-bisik kabar kembali terdengar di
telinga Rama. Banyak yang beranggapan bahwa Shinta dapat melewati api suci karena
ilmu sihir yang telah di dapat dari Rahwana.
Rama : “ Laksmana apakah menurutmu,Shinta memiliki ilmu gaib?”
Laksmana : “ Sungguh tega kau Kakanda. Ujian apa lagi yang kau buat agar kau
percaya pada Shinta. ”
Laksmana yang tak tahan dengan situasi di kerajaan memutuskan untuk pergi
menjadi pertapa.
Rama : “ Aku akan mengusir Shinta ,Pamanda.”
Hanoman : “Kau tidak akan melakukannya, Paduka Rama.”
Rama : “Tapi bagaimana aku akan menghadapi rakyatku, Pamanda. Dari
kota hingga desa, di setiap sudut, pelosok, mereka berbisik tentang hal
itu. Bagaimana aku meletakkan wajah seorang Raja yang berwibawa
jika mereka tidak percaya dengan Ratunya? Siapa yang bisa bersaksi
Shinta tidak sedang menipu kita semua? Siapa?”
Hanoman : “Astaga, Paduka Rama, sungguh tidak ada yang terjadi di taman
Asoka. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku berbulan-bulan
mengintai kerajaan Alengka selama pembuatan jembatan itu,
memastikan apakah Shinta baik-baik saja. Istrimu adalah perempuan
terhormat, dia tidak akan berkhianat walau di pikiran sekalipun.
Akulah saksinya.”
Rama : “(menggeleng)”
Hanoman : “Paduka Rama tidak percaya padaku?”
Rama : “Aku tidak bisa lagi percaya pada siapapun dalam situasi ini,
Pamanda.”(lirih)
Hanoman : “ Jika itu memang keputusanmu,maka aku tidak bisa berbuat apa –
apa Paduka Rama.”
Keputusan kedua diambil. Dan kali ini lebih mengenaskan dari sekadar melewati
api suci.
Rama : “Menurut rakyatku,Shinta yang telah menguasai sihir gelap pastilah
ia mampu melewatinya.”
Hanoman : “ Lantas apa yang akan paduka Rama lakukan?”
Rama : “Mudah, akan membuang Shinta dari Ayodya.”
Hanoman : “Kau telah kehilangan akal sehat, Paduka Rama. Kau, kau tidak akan
melakukannya, bukan? itu berlebihan.”
Rama : “ Tidak,pamanda.”
Tapi entah alasan apa yang membuat Rama begitu gelap mata, keputusan Rama
sudah bulat. Duhai, kemanakah cinta mereka selama ini? Empat belas tahun Shinta
menemani Rama terusir dari Ayodya, membuktikan pengabdiannya. Berbulan-bulan
Shinta tidak sekalipun lalai membisikkan nama Rama di penjara taman Asoka, berharap
suami tercintanya tiba, merebutnya kembali.
Hanoman : “Apakah kau masih mencintai Shinta, Paduka Rama?”
Rama : “Tentu saja, Pamanda. Tentu saja. Aku mencintainya. Tapi rakyat
Ayodya membutuhkan bukti bahwa Shinta akan mampu melewati
masa pembuangannya.”
Hanoman : “Bukan rakyat Ayodya. Bukan mereka, tapi Padukalah yang
membutuhkan itu semua untuk memadamkan api kecurigaan dalam
hati. Camkan ini, Paduka, esok lusa, Shinta akan berhasil melalui
masa terbuangnya, tapi Paduka tidak akan pernah mampu melewati
resah itu.” ( melangkah pergi )
Shinta mendengar perintah pengusiran itu dibacakan sendiri oleh suaminya. Kali
ini dia memang tidak kuasa menahan kesedihan hati, matanya berkaca-kaca, tapi dia
mengangguk patuh. Shinta sedikitpun tidak pernah meragukan cinta Rama. Shinta sedih
karena dia tidak kunjung mampu meyakinkan rakyat Ayodya, Shinta sedih harus berpisah
dengan suami tercinta.
Rama : “ Shinta, kau harus membuktikan kesetiaanmu padaku. Kau harus
pergi jauh dari Ayodya selama sepuluh tahun. Apakah kau sanggup?”
Shinta : “Jangan cemaskan aku, Kakanda. Aku akan baik-baik saja. Masa
pembuangan ini tidak akan lama, apalah arti sepuluh tahun demi
membuktikan cinta kita akan abadi. Jangan cemaskan aku, Kakanda.
Sedikit pun jangan terbetik perasaan itu.” ( lirih )
Senja itu, saat gelap mulai menghampiri ibukota Ayodya, prosesi pengusiran
Shinta dimulai. Tidak ada yang boleh menemaninya, tidak ada yang boleh membantunya.
Shinta : “ Aku tak boleh menangis, hanya butuh waktu sepuluh tahun, aku
pasti kuat melewati ujian ini, demi cintaku pada suamiku. “ ( dalam
hati )
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
 Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Senja itu, disaksikan ribuan rakyat, disaksikan Rama yang berdiri memejamkan
mata di kursi singgasana, sendirian Shinta dilepas meninggalkan istana dan menjalani
ujian sepuluh tahun terbuang..
Shinta : “ Aku akan baik-baik saja. Aku akan kuat” ( menyeka air mata)
Sampai ia melihat seekor beruang yang sedang berlari ke arahnya, dengan sekuat
tenaga ia berlari sampai akhirnya, kaki Shinta tersangkut akar dan terjatuh.
Shinta : “Apakah ini akhir dari segalanya ?”
Tidak, Karna ada seseorang yang telah menolongnya ,dia adalah Resi Walmiki.
Resi Walmiki adalah pertapa yang memiliki kemampuan melihat watak seseorang hanya
dengan melihat wajahnya.
Resi : “ Kisanak tidak apa-apa?”
Shinta : “ Ia,tuan ini siapa ?”
Resi : “ Nanti saya jelaskan,mari ikut saya.”
Berjalan menuju ke padepokan,tempat tinggal para resi.
Shinta : “ (berjalan,dengan rangkulan Resi), Tempat apa ini tuan?”
Resi : “ Ini adalah padepokan kami, kisanak boleh tinggal disini.
Mari,masuk.( mengajak Shinta untuk masuk ke padepokan)
Shinta : “ Terima kasih tuan, kalau boleh tau siapa nama tuan ?”
Resi : “ Kisanak bisa memanggil saya Resi Walmiki.” (sambil mengobati
Shinta ) Luka kisanak tidak terlalu parah,minumlah ramuan
ini.”(menyodorkan ramuan)
Shinta : “ (meminum )Terimakasih, Atas kebaikan tuan.”
Resi : “ Kelihatany, kisanak tengah mengandung dua calon kesatria yang
hebat seperti ayahnya.”
Shinta : “ Bagaimana tuan tau?”
Resi : “ Semua telah digariskan oleh sang yang widi.”
Shinta : “(Shinta terdiam,mendengarkan ucapan resi Walmiki)
Resi : “ Sebaiknya kisanak beristirahatlah dahulu.” (Menutup pintu)

Hari demi hari berlalu, perut Shinta semakin membesar, penduduk padepokan itu
diliputi kegembiraan karna penghuni baru mereka akan segera melahirkan. Seorang ibu
setengah baya membantu Shinta melahirkan, dua orang anak kembar, laki-laki, tampan
seperti Ayahnya.
Shinta memberi nama kedua anak kembarnya Lawa dan Kusa. Dia dengan air mata
berlinang menciumi dua bayi yang lahir di tanah pembuangan itu.
Delapan tahun kemudian Lawa dan Kusa tumbuh menjadi ksatria yang baik.
Sekecil itu, mereka adalah pemanah terbaik di padepokan, melihat bakat hebat itu, Resi
Walmiki menghadiahkan busur panah kembar dari Dewa Brahma. Itu bukan senjata
mematikan dibanding busur Dewa Siwa milik Ayah mereka, tapi panah itu menyimpan
rahasia tersendiri.
Lawa : “ Paman,busur ini adalah busur pertama yang paling indah yang
pernah ku lihat.”
Kusa : “ Terima kasih Paman.”
Resi : “ Gunakanlah busur ini untuk kebaikan putraku.”
Kusa : “ Paman,aku merasa ada yang lain dari busur ini.” (Sambil menarik
busur )
Lawa : “ Ia paman, Seperti ada kekuatan lain.”
Paman : “ (tersenyum) Kalian akan mengetahuinya kelak pada
watunya.”(pergi meninggalkan mereka berdua)
Shinta kembali termenung saat mengetahui masa pengusiran itu telah habis,karna
Rama tak kunjung menjemputnya.
Shinta termangu menatap gerbang setiap hari untuk memastikan bahwa suaminya akan
menjemputnya. Tapi sepertinya penantiannya sia-sia, karna sang suami tak pernah datang
menjemputnya.
Shinta menjadi kurus kering karna tak mau di suruh makan.
Sang anak menjadi bingung, apa gerangan yang terjadi pada ibundanya sampai bisa
seperti ini. Sampai akhirnya anak-anaknya tahu bahwa ini semua karna ayahya
Kusa : “ Paman ceritakan pada kami,apa yang sebenarnya terjadi pada
biung ku?
Lawa : “ Mengapa biung slalu termenung ketika melihat pintu gerbang
padepokan ini ?”
Resi : “ Biungmu adalah orang yang telah dibuang selama sepuluh tahun
oleh Romomu sendiri hanya karena sebuah prasangka.Tidak hanya itu
semua pengorbanan Biungmu selama ini Tidak cukup untuk
menguatkan kepercayaan bopomu pada biungmu, ujian api suci yang
bahkan bisa membakar seorang dewa pendusta, telah di lalui
biungmu. Biungmu juga di buang ke Hutan ini, selama sepuluh tahun
untuk meyakinkan bopomu. Sekarang ini saat masa pembuangan itu
telah berlalu, namun bopomu tidak tergerakkah hatinya untuk datang
menjemput biungmu. Rahasia besar ini sudah saatnya kau ketahui
putraku,
Lawa : “ Apa itu,Paman?”
Resi : “ Busur yang ku berikan itu bukanlah busur biasa.”
Kusa : “ Lalu?”
Resi : “ Pusaka busur itu adalah milik Dewa Brahma,putraku. Rahasia
besar busur itu adalaah kebencian. Busur itu akan berlipat-lipat
menjadi lebih hebat saat dipegang oleh orang yang memiliki alasan
kebencian yang sah, berhak, dan direstui terbalaskan.”
Lawa dan Kusa berangkat meninggalkan padepokan tanpa diketahui oleh siapapun.
Mereka menyerbu kerajaan Kosala. Mereka menghukum semuanya, menghancur
leburkan kerajaan. Benteng pertahanan kerajaan Kosala berjatuhan.
Mendengar kabar pemberontakan itu, rama memutuskan mengirim pasukan
hanoman untuk menumpas dua anak tersebut.
Lawa : “(memanah para wanara)”
Hanoman : “Hai, siapa kalian ? Hentikan semua ini!”
L&W : “ 1,2,3 (panah mereka menancap dada Hanoman)
Hanoman tumbang seketika saat dua anak itu mengarahkan panahnya.
Shinta bahkan tak menyadari bahwa kedua anaknya pergi untuk memberontak kerajaan
Ayodya.
Shinta : Anakku, anak-anakku Lawa dan Kusa, apa yang telah mereka
lakukan? Kerusakan apa yang telah mereka perbuat? Seberapa besar
kebencian itu?
Shinta menyusul ke ibukota ditemani oleh Resi Walmiki. Saat Lawa dan Kusa
memasuki Kerajaan Ayodya. Dua anak kembar itu datang sambil menyanyikan lagu itu,
lagu prosesi ujian milik Ibunya:
 “Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
 Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Rama berdiri dari singgasananya. Menyiapkan busur dan anak panah miliknya.
Sampai suara perempuan menghentikan semuanya.
Rama : “ Shinta, benarkah itu kau istriku ? “ ( mendekat )
Shinta : “ Jangan nak, ibu mohon. Jangan lakukan ini ! “ ( menangis )
Lawa : “ Lepaskan kami, bu. Biarkan kami membunuhnya “
Shinta : ” Dia ayah kalian.Ibu mohon. Demi ibu “
Kusa : “ Dia bukan ayah kami ! “
Shinta : “ Ibu mohon jangan ! “ ( menangis )
Lawa : “Kami akan membalaskan sakit hati Ibu. Kami akan menghukum
seluruh Ayodya.”
Rama : “ Apa ? benarkah mereka anakku ? “
Shinta : “ (mengangguk lemah sambil menunduk).
Tapi lagi-lagi Rama tak percaya dengan Shinta. Rama lebih menuruti bisikan
rakyatnya
Rama : “ Tidak ! mereka bukan anakku ! “
Shinta : “ (Tertunduk, nafasnya tersengal, dia menangis tersedu)
Oh Ibu, lihatlah, setelah begitu banyak pengorbanan yang kulakukan,
setelah begitu besar harapan yang kubangun, siang ini, disaksikan
ribuan orang, suamiku menolak percaya padaku.
Shinta : “Oh Ibu, oh ibu pertiwi, dengarkan anakmu. Dengarkan anakmu. Oh
Ibu, belahlah tanahmu, belahlah perutmu “ (Tersungkur, tak kuat
berdiri)
Rama yang menyadari apa yang hendak dilakukan Shinta loncat panik. Shinta
tersungkur, tangannya mencabik-cabik tanah.
Shinta : “Oh Ibu, bukalah pintumu, buktikanlah ke seluruh semesta, jika
anakmu ini memang ternoda, maka tolaklah diriku yang hina,
lemparkan aku kembali ke langit tanpa nyawa. Tapi jika aku memang
suci, terimalah anakmu kembali, aku mohon. Aku sungguh tidak kuat
lagi.”
Rama : “ Jangan lakukan ! “ ( berlutut di depan Shinta ) “ Jangan lakukan
Shinta, demi aku “
Shinta : “ Ibu, bukalah pintumu “ ( memukul-mukul tanah )
Rama : “ Dengarkan aku, Shinta. Maafkan aku. Maafkan aku yang tidak
mempercayaimu “
Shinta : “ IBU, aku mohon, aku sudah tak tahan lagi “( merangkak menjauh )
Rama : “Kembalilah padaku, Shinta. Demi anak-anak kita.”
Tangan Rama berusaha menggapai rambut beruban Shinta yang sekarang kotor
oleh debu.Sejengkal lagi tangan itu berhasil menahan Shinta. Bumi lebih dulu merekah.
Sempurna sudah, terbelah dua. Shinta berurai air-mata, tak berpikir panjang langsung
melompat.

Resi : “ Putraku mari kita pulang.”(Resi,Lawa,dan Kusa meninggalkan


Ayodya dan kembali ke padepokan.)

. Beberapa minggu kemudian, Rama meninggalkan tahta Ayodya, dia memutuskan


menyusul adiknya Laksmana menjadi pertapa. Lawa dan Kusa yang menyaksikan kalau
Ibunya tetap mencintai Rama hingga detik terakhir, berhasil dibujuk Resi Walmiki
kembali ke padepokan. Mereka tetap membenci Ayahnya, tapi mereka menghentikan
berbuat kerusakan. Besok lusa, mereka menjadi ksatria tiada tanding. Sementara rakyat
Ayodya? Mereka tetap sibuk dengan tabiat buruk bisik-bisik kotor itu.

-Tamat-

Anda mungkin juga menyukai