Anda di halaman 1dari 18

Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)

Oleh Kelompok :
Anggota :
1. Mazaya Putri Ramadhani
2. Lemuel Hiureka De Hunsam
3. Muhammad Handika
4. Lalu M. Rifqi Diva Hardani
5. Muhamad Zamri Hariadi
6. Muhammad Azzamar Gandhi
7. Muhammad Ikhsan Saputre

ADEGAN I

Setting : Halaman belakang kerajaan, malam hari


Pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang
bernamaTonjang Beru. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan
kearifan dankebijaksanaannya. Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya
DewiSeranting. Mereka mempunyai seorang putri yang amat elok parasnya serta sangat
anggundan jelita, yang bernama Putri Mandalika. Di samping anggun dan cantik ia terkenal
ramahdan sopan. Semua orang tahu tentang keindahan dan kebaikan Putri Mandalika,
bahkanorang-orang dari kerajaan lain di sekitar pulau.Disuatu malam terjadi perbincangan
antara raja Tonjang Beru dan permainsuri DewiSeranting mengenai putri tunggalnya,
Mandalika.

R. Tojang Beru :
“Permainsuri ku, mengapa engkau di luar sana? Ini sudah larut, marimasuklah.”
(Sambil melihat permainsuri yang duduk di halaman belakang rumahnya)

P. Dewi Seranting :
“Iya kakanda,”
(Berjalan menuju Raja Tojang Beru)

R. Tojang Beru :
(Melihat wajah permainsuri Dewi Seranting) “Tunggu dulu adinda,
kakanda perhatikan mengapa wajah adinda seperti itu? Bak sinar rembulan yang
takmemancarkan cahayanya.”

P. Dewi Seranting :
“Ah, kakanda. Adinda lagi memikirkan sesuatu kanda.”

R. Tojang Beru :
“Apa yang kau pikirkan adinda? Ceritalah dengan kakanda, kakanda
selalu ada disampingmu”

P. Dewi Seranting :
“Baiklah, Hm… Adinda berfikir, sudah saatnya bagi Mandalika
memiliki pendamping hidup,”

R. Tojang Beru :
“Ya benaar adinda, kakanda juga berfikir begitu. Mungkin jika
kakanda membuka lamaran pinangan untuk putri cantik kita akan banyak yang
menginginkanya,”

P. Dewi Seranting :
“Adinda setuju kakanda. Tentu saja banyak. Siapa yang tak kenal
dengan putri cantik kita, dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok banyak lelaki
yang menginkanya”.

R. Tojang Beru :
“Baiklah adinda, jangan terlalu difikirkan. Pasti putri cantik kita akan
mendaptkan pasangan yang tepat,”

P. Dewi Seranting :
“Iya kakanda, terimaksih ya,”
R. Tojang Beru :
“Iya adinda, mari kita masuk,”

P. Dewi Seranting :
“Mari kakanda,”

ADEGAN II
Setting : Kerajaan, Pagi hariKeesokan harinya, putri Mandalika yang sedang menari di ruang
utama kerajaan dikejutkanoleh datangnya para pangeran yang membagi habis bumi Sasak
(Lombok) untuk melamar putri Mandalika. Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane,
Kuripan, Daha, dankerajaan Beru.(Putri Mandalika menari dengan nikmatanya, kemudian
bingung dengan datangnya para panggeran).
Panggeran Datu Teruna:
“Aku datang putri Mandalika,”
(Putri Mandalika terkejut mendengar sapaan sang panggeran, lalu berlari ke sudut lain)

Panggeran Maliawang :
“Aku di sini putri”
(Putri Mandalika pun kembali terkejut dan berlari ke arah sudut yang lain dan menemukan
pangeran dari kerajaan pane)(Putri pun semakin bingung dan berlari ke sudut yang lain, lalu
menemukan pangeran darikerajaan Kuripan)(Putri pun berlari ke arah sudut yang lain dan
menemukan lagi pangeran dari kerajaan Daha)(Putri Mandalika pun terkejut lagi dan berlari
ke arah sudut yang sama, tapi tetap sajamenemukan pangeran yang lainnya yaitu dari
kerajaan Beru)(Putri pun terkapar)

Putri Mandalika :
“Ayahanda.. Ibunda? Ada apa ini? Siapa mereka?”
(Raja Tojang Beru berjalan menuju ruang utama kerajaan)

R. Tojang Beru :
“Oh ruapanya para panggeran sudah datang. Putri ku ini adalah para
pangeran yang datang untuk melamarmu,”
Putri Mandalika :
“Maksud ayahanda?”

P. Dewi Seranting :
“Ya, mereka melamar mu dan kau harus memilih salah satunya untukmenjadi pendamping
hidup mu putri ku,”
(Wajah putri Mandalika yang nampak kebingunagan)

R. Tojang Beru :
“Terimakasih atas kedatangan kalian”
(Para pangeran pun menunduk depan raja Tojang Beru, memberikan penghormatan)

R. Tojang Beru :
“ Silahkan jelaskan maksud kalian,”
(Pangeran Datu Teruna pun berdiri)

Pangeran Datu Teruna:


“Aku di sini dating melamarmu adindaku, kau pasti mau dengan
ku!”
(Pangeran Maliawang pun berdiri)

Pangeran Maliawang:
“Tidak, mana mau dia dengan kau! yang pantas dengan mu itu aku putri,”
(Panggeran dari kerajaan Pane pun berdiri)

Kerajaan Pane :
“Heh, apa yang kau kata? Putri akulah pangeran impian mu,”
(Panggeran dari kerajaan Kuripan pun berdiri)

Kerajaan Kuripan :
“Kau, kau dan kau tak pantas untuknya, akulah sumai idaman,”
(Panggeran dari kerajaan Daha pun berdiri).

Kerajaan Daha :
“Tak waras kalian, kalian hanya bermimpi mendaptkannya! Lihatlah
aku, hanya aku yang pantas mendapatkannya”
(Panggeran dari kerajaan Beru pun berdiri)

Kerajaan Beru :
“Jangan dengarkan mereka! Putri, maukah engkau menikah denganku?”

P. Dewi Seranting :
“Sudah, sudah. Lebih baik kalian bertarung sportif untuk memikatanakku,”

R. Tojang Beru :
“Benar sekali, silahkan siapa yang ingin mulai duluan,”
(Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor pun maju mendekati sang putri)

Panggeran Datu Teruna:


“Ehm.. ehm.. menurut adinda KERA aja apa yang harus
dimusnahkan?”

Putri Mandalika :
“Adinda tidak tau kakanda. KERA apa itu?”

Pangeran Datu Teruna:


“KERAguan untuk melamarmu adindaku sayang J”
(Sambil memberikan mawar merah)

Putri Mandalika
: “Terimakasih kakanda”
(Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur pun maju dan menyuruh kerajaan Johor mundur)

Pangeran Malawaang:
“Adinda ku nan cantik jelita… Kakanda mau bilang sesuatu,”

Putri Mandalika :
“Apa kakanda Lipur?

Pangeran Maliawaang
: “Kakanda sudah siap kalo Senin harus bangun pagi, apalagi kalau
bangun rumah tangga sama kamu adindaku” (Sambil memberikan cincin berlian)

Kerajaan Pane :
“Adinda Mandalika, Kakanda tak ingin daftar jadi boyband yangsedang tenar sekarang,”

Putri Mandalika :
“Mengapa kakanda? Kan boyband keren,”

Kerajaan Pane :
“Daripada daftar jadi Boyband mending aku daftar jadi Boyfriendkamu aja adinda ku,”
(sambil menyanyikan salah satu reff lagu boyband)
(Keraajaan Kuripan pun maju)

Kerajaan Kuripan :
“Adinda jangan dengarkan rayuan mereka,”

Putri Mandalika :
“Mengapa kakanda? Apakah ada yang salah?”

Kerajaan Kuripan
: “Tidak adinda, bukan begitu. Buat kakanda, semua hari itu selasadinda,”

Putri Mandalika :
“Selasa?”

Kerajaan Kuripan :
“Ya SELASA ada di sulga kalo baleng kamu,” (Sambil merasa
terbang tinggi)

Kerajaan Daha :
“Adinda, punya lem gak?”

Putri Mandalika :
“Ada kakanda, emang untuk apa?”

Kerajaan Daha :

“Buat ngelem hati kita biar menyatu,”

Kerajaan Beru :
“Minggir kau Daha, aku ingin memberikan kue donnat buat adinda,”

Putri Mandalika :
“Terimakasih kakanda,”

Kerajaan Beru :
“Tapi coba adinda perhatikan setiap kue donnat pasti bolong,tau gak kenapa?”

Putri Mandalika :
“Memangnya kenapa kakanda?”
Kerajaan Beru :
“Biar kakanda bisa lihat wajah cantik adinda, hahaii” (Sambil bergayakonyol melihat wajah
putri mandalika dari bolongan donnat”
Putri Mandalika :
“Terimakaih atas semuanya para pangeran tapi saya… tidak akanmemilih siapapun dari
kalian,”

Para pangeran :
“Kenapa?” (Secara serentak)

Putri Mandalika :
“Karena saya tak ingin menyakiti hati para pangeran jika sayamemilih salah satu dari kalian,”

Panggeran Maliawang:
“Tapi aku sungguh mencintaimu, putri Mandalika”

Putri Mandalika :
“Aku tetap tidak bisa menerimamu panggeran,”

Pangeran Maliawaang:
“Bila kau menjadi permaisuriku, tentunya aku dapat
menggabungkan dua buah kerajaan besar, sehingga kekuasaanku tak akan bisa ditaklukkan
oleh kerajaan manapun di jagat ini,”

Puteri Mandalika:
“Oh… sungguh pemikiran yang picik!”

Pangeran Maliawang:
“Apa maksud perkataanmu Adinda?”

Puteri Mandalika:
“Apakah semua laki-laki begitu terobsesi dengan kekuasaan? Cintasesungguhnya tidak
memiliki hubungan dengan penaklukan. Cinta adalah kehidupan,sehingga ia menghidupkan
manusia yang mengalaminya, bukan untuk menaklukan, apalagiuntuk
saling memusnahkan!”

Pangeran Maliawang:
“Aku tidak bermaksud menaklukkanmu Adinda Putri, justru saat iniakulah yang takluk
dihadapanmu.

Putri Mandalika :
“Lalu apa maksud Kanda Pangeran dengan memiliki kekuasaan yanglebih besar, tanpa dapat
ditaklukkan oleh kerajaan lainnya?”
(Panggeran Maliawang pun terdiam tak mampu untuk menjawab)

Pangeran Datu Teruna:


“Aku tidak terima dengan keputusan mu putri!

Putri Mandalika :
“Kamu egois pangeran Teruna,”

Pangeran Datu Teruna:


“Hebat sekali kau mengatakan aku egois,”

Putri Mandalika :
“Maafkan aku jika aku mengatakan dirimu egois. Saat aku memintamu untuk memikirkan
rakyat, kau justru memikirkan kepentinganmu sendiri.Dimana kelayakanmu menjadi seorang
pemimpin sebuah negeri, bila kau hanya memikirkan keinginanmu sendiri?”

Pangeran Datu Teruna:


“Terserah apa yang kau kata putri, aku hanya menginginkan mu!
Lihat saja nanti kerajaan Tojang Beru, saya tidak akan diam!”
(Menatap sang putri dengan penuh kemarahan)
Pangeran Maliawang:
“Hum, aku kecewa dengan semua ini mari kita pergi, tak adagunanya semua ini,”

P. Dewi Seranting:
“Tunggu dulu pangeran,”
(Sambil melihat para panggeran yang berlalu meningglkan kerjaaan)

ADEGAN III
Setting : Kerajaan Tojang Beru, sore hariDua pangeran amat murka menerima kenyataan itu.
Mereka adalah Pangeran Datu Terunadari kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari
kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutusArya Bawal untuk melamar, dengan ancaman
hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaranitu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim
Arya Bumbang dengan hajat dan ancamanyang serupa.Arya Bawal dan Arya Bumbang
berangkat meuju Kerjaan Tonjang Beru. Mereka tiba diKerjaan Tojang Beru bersam-sama
lalu langsung menghadap sang raja.

R. Tojang Beru :
“Apa maksud kedatangan kalian ke sini?”
(Arya Bawal dan Arya Bumbang saling menatap).

Arya Bawal :
“Kamu saja duluan ,” (Sambil berbisik ke Arya Bumbang)

Arya Bumbang :
“Tidak, tidak. Aku takut, kamu saja kan kamu yang duluan tiba disini”

Arya Bawal :
“Kamu yang duluan sampai di sini, bukan aku. Kamu yang duluan!”

Arya Bumbang :
“Aku tidak mau, kamu duluan!”
Arya Bawal :
“Kalau begitu kitaa swit saja. Ok?”

Arya Bumbang :
“Oke, gunting batu kertas!”
(Sambil swith di hadapan raja)

R. Tojang Beru :
“Mengapa kalian bertengkar dihadapan ku! Ayo cepat jawab, jangan bermain-
main dengan ku,”

Arya Bawal :
“Ehm, hamba ke sini diutus oleh panggeran Datu Teruna dariKerajaan Johor untuk melamar
putri anda tuan, putri Mandalika”.

R. Tojang Beru :
“Hum, begitu rupanya. Terus kau apa? (sambil menujuk AryaBumbang)

Arya Bumbang :
“Sama seperti dia tuan, tapi saya datang atas perintah panggeranMaliawang dari Kerajaan
Lipur,”

R. Tojang Beru :
“Oh yaya, tapi putri saya tak ingin menerima siapa
pun. Dia menolak
seluruh lamaran yang datang,”

Arya Bawal :
“Kalau putri Mandalika menolak lamaran ini, maka tak segan - segan
Kerajaan Johor akan menghancurkan Kerjaan Tojaung Beru!”
Arya Bumbang :
“Ya, Kerajaan Lipur pun akan mengahancurkan Kerajaan Tonjeng Beru
sampai rata dengan tanah, jika menolak lamaran ini!”

R. Tojang Beru :
“Tapi anakku tidak akan bisa memilih salah satu diantara raja kalain,”

Arya Beru :
“Pesan pangeran dia akan mengadakan perang adu kekuatan,”

Arya Bumbang :
“Ya, Siapa yang menang itulah yang berhak medapatkan putriMandalika,”
(Putri Mandalika yang dari tadi mendengar pembicaraan merka pun berjalan menuju
parautusaan panggeran).

Putri Mandalika :
“Sampaikan maafku atas sikapku tadi kepada raja-raja kalian”.

ADEGAN IV
Setting: Lapangan, pagi hariKeesokn harinya, dua panggeran dari kerajaan Johor dan
kerajaan Lipur bertemu untuk adukekuatan. Rakyat pun berdatangan untuk menyaksikan
pertandingan. Mereka adu kekuatandengan Presean, yaitu pertarungan 2 lelaki sasak
bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai (ende) kulit kerbau tebal dan keras.

Pangeran Datu Terun:


“Hai kau Maliawang ! sudah kau siapkan mental untuk melawan ku
hah?

Pangeran Maliawang:
“Tak perlu aku siapkan mental untuk melawan semut seperti kau!”
Pangeran Datu Teruna:
“Sini kau kalau berani, serang aku!” (Sambil menyiapkan tokat dan
prisainya dibantu oleh Arya Beru)

Pangeran Maliawang:
“Oh, rupanya kau menantang ku? Berani juga kau,” (sambil
menyiapkan tongkat dan prisainya Arya Bumbang).

Arya Beru :
“Ayo tuan, pasti menang,”

Arya Bumbang :
“Kalahkan ia tuan!”

Sang wasit pun memberikan aba-aba untuk memulai pertandingan. Dan pertandingan
punmulai.(BERTANDING)Setelah sekian lama bertanding pangeran Datu Teruna dan
pangeran Maliawang, ternyata takada yang menang. Rakyat yang mendukung dua kerajaan
ini pun ikut berkelahi,menimbulkan kekacauan di daerah Tojang Beru.

ADEGAN V
Setting: Kamar Putri Mandalika, siang hariSudah beberapa haari yang lalu putri mengurung
diri dikamar. Tampaknya dia memikirkansesuatu yang menjadi beban yang berat dikepalanya.
Seperti biasa dayang-dayang pribadinyamenuju kamarnya untuk mengantarkan makan siang.

Dayang Tuna dan Dayang Tebuik :


“Putri, bolehkah kami masuk?” (Sambil mengetok
pintuu putri)

Putri Mandalika :
“Silahkan masuklah,”
(Dyang-dayang pun masuk dan langsung mendekati putri).
Dayang Tuna :
“Ini makan siangnya putri,”

Dayang Tebuik :
“Dan ini minumnya putri,”

Putri Mandalika :
“Terimakasih, tapi saya tak nafsu makan,”

Dayang Tuna :
“Mengapa putri?
Sudah beberapa hari ini putri tak makan hanya
meminum air ini saja,”

Putri Mandalika :
“Tidak ada, saya hanya memikirkan tentang kesejahteraan rakyatsaja,”

Dayang Tuna :
“Apakah gara - gara itu putri tak nafsu makan? Janganlah di fikirkan
putri, nanti putri akan sakit,”

Dayang Tabuik :
“Iya, kalau putri sakit rakyat akan sedih, lihatlah badan putri terlihatkurus tak seperti biasa,”

Putri Mandalika :
“Saya merasa senang memiliki dayang seperti kalian, kalian sungguh perhatian,”

Dayang Tebuik :
“Oh ya putri, Apakah putri telah mendengar bahwa di negeri ini akanterjadi malapetaka
besar,”
Putri Mandalika :
“Malapetaka besar?”

Dayang Tuna
: “Ya putri, seluruh pangeran yang pernah datang melamarmu akanmengadakan perang.
Mereka bersepakat, siapa yang menang dalam perang itu, dialah yang
akan menjadi suamimu,”

Putri Mandalika :
“Saya sudah mendengar berita itu,”

Dayang Tuna :
“Kami khawatir itu akan terjadi putri,”

Putri Mandalika :
“Tenang itu tidak akan terjadi.”

Ddayang Tebuik :
“Baiklah, kami percaya kepada putri, putri pasti bisa mengurusnya,’’
(P. Dewi Seranting pun masuk dan mendekati putrinya)

P. Dewi Seranting :
“Anakku?”

Putri Mandalika :
“Iya Ibunda?”

P. Dewi Seranting :
“Bisa kah kalian keluar dari sini?”
Dayang Tuna dan Ddayang Tebuik
: “Iya bagginda ratu,” (Sambil memberikan
penghormatan)

Putri Mandalika :
“Ada apa ibunda?”

P. Dewi Seranting :
“Kau sudah mendengar tentang peperangan itu kan?

Putri Mandalika :
“Iya ibunda,”

P. Dewi Seranting :
“Lalu apa yang akan kau lakukan?

Putri Mandalika :
“Maafkan Putri, Ibunda! Ini semua salah Putri, karena telah menolak
semua lamaran mereka. Jika Ibunda berkenan, izinkanlah Putri yang menyelesaikan masalah
ini,”

P. Dewi Seranting :
“Ya, tentu saja. I think you know the the best thing for this, and the best one for you!” Ibunda
pikir putri tahu hal terbaik untuk ini, dan yang ter
baik untuk putri!
” (Sambil memeluk Putrri Mandalika)

ADEGAN VI

Setting: Pantai Seger Kuta, subuh


Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam
pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak), bertempat di Pantai Seger Kuta,
LombokTengah. Semua pangeran yang diundang harus disertai oleh seluruh rakyatnya
masing-masing. Mereka harus datang ke tempat itu sebelum matahari memancarkan sinarnya
di ufukTimur.Hari yang ditunggu telah tiba, pantai Seger Kuta berubah menjadi snagat ramai
dengankedatangan para rakyat. Tak berapa lama, sang Putri yang sudah tersohor
kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan diusung menggunakan usungan yang
berlapiskan emas. Seluruhundangan serentak memberi hormat kepada sang Putri yang
didampingi oleh Ayahanda danIbundanya serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang
tadinya hiruk-pikuk berubahmenjadi tenang.

Putri Mandalika :
“Aku tidak akan memilih siapapun,”

R. Tonjang Beru :
“Mengapa seperti itu putriku?”

Putri Mandalika :
“Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran maafkan aku,
kuharap kalian bisa menjadi pemimpin yang bijak, tanpa harus menaklukkan satu
samalainnya. Maafkan aku rakyat negeri Tojang Beru bila aku pergi meninggalkan kalian saat
ini.

P. Dewi Seranting :
“Apa maksud mu putriku?”

Putri Mandalika :
“Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalain nikmati
bersama, aku akan hadir setiap tahunnya, karena aku bukan untuk satu pangeran semata,
akuadalah untuk kalian semua, aku adalah
untuk rakyatku, untuk negeriku…”
(Tiba-tiba Putri Mandalika menceburkan diri ke dalam laut dan langsung ditelan
gelombang.Bersamaan dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun
menggelegar. Suasanadi pantai itu menjadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di mana-
mana. Sesekali terdengarsuara pekikan minta tolong. Namun, suasana itu berlangsung tidak
lama)
R. Tojang Beru :
“Mandalika”
mandalika, dimana kamu putri ku?”

P. Dewi Seranting :
“Anakku? Mengapa kau pergi meninggalkan ibumu ini?”

Rakyat :
“Lihatlah binatang ini cacing laut, indah sekali. Warnanya puncantik,”
(Para rakyat pun mengambil cacing laut tersebut)

PROLOG
Itulah kisah Bau Nyale.Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun - temurun di pulau
Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini,
merekasejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi
acaradengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai
keseniantradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata
kepadakekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar
dramakolosal Putri Mandalika di pantai Seger.

Anda mungkin juga menyukai