Diceritakan, di sebuah perkampungan yang tampak tenang, hiduplah seorang pemuda
durhaka bernama Joko Tulus. Dia seringkali berbuat onar dan mabuk-mabukan. Suatu hari saat ia sedang berpesta dengan teman-temannya, orang tuanya datang dan mengacaukan segalanya. karena tak tahan dengan sikap anaknya selama ini, orang tua Joko Tulus murka padanya.
(Adegan 1 : latar rumah Joko Tulus)
(para penari muncul dengan tarian bernuansa ceria, kemudian dikacaukan dengan segerombolan orang-orang yang mabuk-mabukan) Ayah : “Hei, Joko…!!! Ngapain kamu?! Apa ini…?!!! Buang!” (marah besar membanting miras) Ibu : (terkejut) “Astaghfirullah, Nak. Sudah berapa tahun kamu seperti ini, malu nak ibu sama bapakmu ini. Apa kata orang nantinya…” (berkata dengan getir) Joko T : “Halah…!!! Ibu bapak ini sama saja! Cuma peduli omongan tetangganya itu, loh!!! Ini loh anaknya ini loh, kapan… kapan anaknya diurusin, Bu, Pak?! Aku begini ini bukan salahku, salah Ibu Bapak yang cuma mengurus omong kosong tetangga itu…!” Ibu : “Astaghfirullah… Gak gitu, Nak. Istighfar—“ Joko T : “Omong kosong!!! Hei Bu, kalo sandiwara, di panggung sana! Cocok banget buat Ibu!!!” PLAKKK. Ayah menampar Joko. Ayah : “Kukutuk kamu menjadi kerbau…!!! Keluar sana keluar! Jangan harap kamu menginjakkan kaki lagi di rumah ini!!!” (mengusir Joko keluar dari rumah, yang berusaha ditenangkan oleh ibu) Joko : “Baik, aku tidak akan menginjakkan kaki lagi disini lagi!” Ibu : (berusaha mengejar Joko) “jangan Joko, jangan pergi, Nak…! Joko…!” Ayah mengejar ibu. Semua pemain keluar panggung.
(Adegan 2 : latar pemukiman + warkop)
Dua teman Joko masuk panggung, serta warga yang menggosip di pojok panggung. Kemudian Joko masuk panggung dengan bernyanyi. Joko : “Halo, teman-teman. Wah! Nongkrong di sini kok nggak ada info?” Teman 1 : “aduh sori nih emang tadi mendadak. Tapi kok kamu tumben ikut ngumpul jam segini? Jangan-jangan kamu diusir dari rumah?” (bicara sambil memainkan hp) Joko : “ya biasalah orang tua cerewet kayak mereka, lagian siapa juga yang butuh orang tua kayak mereka kalau ada kalian di sini, ya nggak?” Teman 2 : “wah wah durhaka kamu sama orang tuamu, kena karma kamu nanti.” Joko : “Hah…? Doain aku ga bener kamu ya?” Teman 1 : “ya, mau gimana lagi—“ (menoleh) “loh, ke-kepalamu?” Joko : “hah?! Ada apa dengan kepalaku?” (meraba-raba) Teman 1 :”Nyoh” (sambil menunjukkan kameranya ke arah Joko) Joko :”Hah! Kepalaku, loh!” (ih serem) Teman 2 : (terkejut) “ke-kepalamu kok ada tanduknya, sih? Ih, kok ngeri gitu sih. Karma itu. Teman 3 : “hei hei, lihat Joko! Pffttt, kasian sekali. akhirnya kena karma juga! Kamu ya” (menahan tawa) Teman 1 : “iya benar, lucu sekali. Bahkan kena kutukan kepalanya jadi kerbau. Bukankah dia pantas dengan sebutan ‘Kebo Kicak’?” (tertawa mengejek) Teman 2 :”Wah bagus! Cocok sekali dengannya, hahahaha!!!” (tawa semua orang makin keras) Teman 3: "Yok yok lah, cabut aja kita.” (kedua temannya pergi ketakutan) Joko : “Hei, teman-teman jangan lari! Hah” Kebo Kicak : (menutup telinga erat-erat) (Joko tertegun, dan tak kuasa mencegah saking terkejutnya dengan sikap orang yang selama ini ia anggap teman. Ia juga tak menyadari sepeninggal ketiga temannya, orang-orang mulai berkerumun, berbisik mencemooh Joko.) (Kebo Kicak benar-benar kacau. Dia kebingungan dengan keadaannya yang diusir oleh orang tuanya. Disaat orang orang heboh membicarakan joko,joko merasa emosi, dia meluapkan emosinya dengan expresi menggeram, Tiba-tiba ada seorang Kyai datang menghampiri) Kyai :”Hei, Nak. Kenapa kamu marah-marah?” Kebo Kicak :”Hah! Saya? Saya habis diusir dari rumah, Pak. Sekarang saya tidak punya tujuan” Kyai : "Ada apa dengan kepalamu itu nak?" Kebo Kicak: (memegang kepalanya) "dikutuk pak" Kyai :”Tanduk itu pasti hasil dari kutukan kedua orang tuamu, ya?” Kebo Kicak :” Hah! Bapak kok tahu?” Kyai :”Ya, ada asap ada api, ada akibat pasti ada sebabnya dan juga pasti ada penyelesaiannya.” Kebo Kicak : “lalu apa penyelesaiannya, Pak?” Kyai : “kamu sudah keluar dari jalan yang benar, nak. Mari kita sama-sama kembali ke jalan yang benar.” Kebo Kicak : “bagaimana caranya, pak?” Kyai : “ikut saya ke pesantren milik saya.” Kebo Kicak : “baiklah.”
(Adegan 3 : latar pesantren)
Dan setelah itu, Joko pergi mengikuti Kyai dan menimba ilmu di sana. Setelah beberapa lama waktu berlalu, Joko berhasil menjadi lebih baik daripada sebelumnya, dan Joko pun sangat berterimakasih kepada sang Kyai. Kicak : “Assalamu’alaikum, Kyai.” (memasuki ruangan) Kyai : “Wa’alaikum salam, sini duduk disebelah saya, nak Joko.” Kicak : “siap.” (duduk) “a- anu, begini Pak, Alhamdulillah. Selama saya belajar bersama anda, saya merasa lebih baik daripada saya beberapa tahun yang lalu.” Kyai : “syukurlah nak kalau begitu, saya juga sangat senang nak Joko berhasil keluar dari jalan sesat itu.” Kicak : “Iya, kyai. Saya bisa sejauh ini, ah… apa itu namanya, Pak? Ah… ya, membanggakan. Demi membanggakan sekaligus menebus dosa-dosa kepada kedua orang tua saya.” Kyai : “Alhamdulillah. Oh, iya, ini Kyai dapat amanah dari warga di desa kamu. Tolong kamu dengarkan baik-baik.” (memberikan hp) Kicak : “Baik, Pak.” [Pesan : “Kyai, Kyai…! Gawat…!!! Tolong sampaikan pada Joko, rumah dan kampong kami sedang diserang oleh Surontanu, semua sedang kacau! Dan orang tua Joko juga dalam bahaya!”] Kicak : “Hah?! Surontanu? Siapa itu Pak? Ah… kalau begitu saya pergi dulu, Pak. Assalamualaikum.” (bergegas pergi) Kyai : “Wa’alaikumsalam.”
(Adegan 4 : latar tengah pemukiman)
Ayah : “Arrrgghhhhh, aarrggghhhh.” (kesakitan menahan perih dari tusukan di perut) Kicak : “Pak, bapak,maaf in joko pak,siapa yang membuat bapak jadi seperti ini?!!” Ayah : “su… ron… ta… nu…” (kehabisan napas kemudian meninggal) Kicak : “Surontanu siapa, pak? Pak, bapak, pak…!! Jangan pergi, pak. Bapak… Bapak… pak jangan pergi jangan tinggalin aku… bapak…” Kicak : “Surontanu…!!!!!!!” (marah besar, dan langsung mencabut pedang yang tertancap di tubuh ayah Kebo Kicak, menyerang) Surontanu : “Haahaha, akhirnya kamu datang juga!” Kicak : “siapa kamu?” Surontanu : “akulah yang membunuh kedua orang tuamu, aku adalah Surontanu…!!! Hahahahha…!!!” Kicak : “oh jadi kamu Surontanu! Argh, Surontanu….!!!” (menyerang) Awalnya kedua pemain menyerang dengan bercanda (suit). Kemudian menyerang dengan serius. Surontanu ; “serius dek!” Kicak : “siap, bang!” Surontanu; "jangan lama lama pegel" Kicak:"ahsiyapppp" Akibat pertarungan yang sangat sengit, hingga memunculkan kilatan warna hijau dan merah. Dan dari pertarungan tersebut lahirlah kata Jombang. PENOKOHAN DAN KOSTUM Ayah = daffa Ibu = ita Joko / Kicak = woyo Surontanu = aditt Teman 1 = zaskya Teman 2 = jeni Teman 3 = Naila Kyai =zidan Narrator =Zasky.
PROPERTI - Tanduk + bando (3) - Pedang (2) - Kursi + meja .