Anda di halaman 1dari 3

Legenda Batu Gantung

(Cerita Rakyat Daerah Sumatera Utara)

Pada jaman dahulu kala di sebuah desa kecil di tepi Danau Toba hiduplah sepasang suami-isteri
dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain cantik, Seruni
juga anak yang rajin, ia selalu membantu kedua orang tuanya bekerja di ladang.

Suatu hari, Seruni harus bekerja di ladang seorang diri karena kedua orang tuanya sedang ada
keperluan di desa tetangga.

Ibu seruni : "Seruni pergilah ke ladang terlebih dahulu ibu dan ayahmu akan pergi sebentar ke
desa tetangga, nanti kami akan menyusulmu ke ladang "

Seruni : "Baik Bu "

Kemudian seruni pergi ke ladang bersama anjing kesayangannya yang ia beri nama toki.
Sesampainya di ladang ia menanam padi hingga menjelang senja ia pun akhirnya pulang,
sesampainya di rumah ...

Ayah seruni : "Seruni, kemarilah nak.. ayah ingin berbicara denganmu "

Seruni : "Ada apa yah? Kenapa terlihat serius sekali?" Tanya seruni yang begitu penasaran
melihat raut wajah ayahnya

Ayah seruni : "Begini nak, ayah ingin menjodohkanmu dengan laki-laki dari desa tetangga, ayah
harap kau akan menerimanya Seruni."

Ibu seruni : "Iya nak, kami sudah tua dan kami tidak bisa terus menemanimu, ibu harap kau
menerimanya ya jangan kecewakan kami seruni "

Seruni : "Iya Bu, aku menerima perjodohan ini "

Keesokan harinya di ladang Seruni hanya duduk termenung sambil memandangi indahnya alam
Danau Toba. Sementara anjingnya, Si Toki, ikut duduk disamping sambil menatap wajah
majikannya yang tampak sedang memikirkan masalah perjodohan yang dikatakan oleh orang
tuanya. Dia sangat amat bingung di satu sisi ia tidak mau mengecewakan orang tuanya, namun
di sisi lain ia juga tidak mau berpisah dengan kekasih pujaan hatinya, seketika ia ingat ucapan
sang kekasih yang ingin mengajaknya menikah.

( Flashback )
Dame : "Seruni apa kau mau serius denganku? Maksudku kau mau menikah denganku "

Seruni : "Ya, aku mau tapi aku masih belum berani untuk mengatakannya kepada orang tuaku
dame... "

Dame : "Kau tidak usah memikirkan itu, aku akan datang menemui orang tuamu nanti, kau
tunggu aku saja aku berjanji padamu kita akan segera menikah "

Anjing kesayangannya itu pun menggonggong mengalihkan lamunan seruni yang sedang
memikirkan ucapan sang kekasih.

Seruni : "Aku sudah berdiam diri disini tapi aku tidak menghasilkan apa-ap , apa yang harus ku
lakukan, aku tidak bisa berbuat apa-apa" ucap Seruni sambil berderai air mata pikirannya
kosong ia ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menceburkan dirinya ke danau Toba

Saat berjalan ke arah tebing di tepi Danau Toba, tiba-tiba ia terperosok ke dalam sebuah lubang
batu besar hingga masuk ke dasarnya.

Seruni : "Ahk tolong... siapapun tolong aku, aku terjepit di batu ini" teriak Seruni diiringi
tangisannya.

Dan karena berada di dasar lubang yang sangat gelap, membuat gadis cantik itu menjadi takut
dan berteriak minta tolong kepada anjing kesayangannya. Namun karena Si Toki hanyalah
seekor binatang, maka ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali terus-menerus menggonggong di
sekitar mulut lubang.

Seruni : "Lebih baik aku mati saja" ucap seruni yang sudah sangat berputus asa

Setelah berkata seperti itu, entah mengapa dinding-dinding lubang tersebut mulai merapat.

Seruni : “Parapat…! Parapat batu!” seru Seruni agar dinding batu semakin merapat dan
menghimpit tubuhnya.

Melihat kejadian itu Si Toki langsung berlari ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampainya di
rumah Si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan sudah berada di rumah.
Sambil menggonggong, mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir di sekitar majikannya, Si
Toki berusaha memberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si anjing, orang tua Seruni segera beranjak
menuju ladang. Keduanya berlari mengikuti Si Toki hingga sampai ke tepi lubang tempat anak
gadis mereka terperosok. Ketika mendengar jeritan anaknya dari dalam lubang, Sang Ibu segera
membuat obor sebagai penerang karena hari telah senja. Sementara Sang Ayah berlari kembali
menuju desa untuk meminta bantuan para tetangga.
Tak berapa lama kemudian, sebagian besar tetangga datang bersama dengan ayah Seruni.
Mereka ada yang membawa tangga bambu, tambang, dan obor sebagai penerangan.

Ibu Seruni : “Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus cahaya. Aku hanya mendengar
sayup-sayup suara anak kita yang berkata: parapat, parapat batu…”. (sambil menangis).

Ayah Seruni : “Seruniii…! Serunii…!” (melihat ke dalam lubang).

Ibu Seruni : “Seruni…anakku! Kami akan menolongmu!”

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara
Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu di sekelilingnya untuk merapat dan
menghimpitnya.

Warga yang hadir di tempat itu juga berusaha untuk membantu dengan mengulurkan seutas
tambang hingga ke dasar lubang, namun sama sekali tidak disentuh atau dipegang oleh Seruni.

Merasa khawatir, Sang Ayah memutuskan untuk menyusul puterinya masuk ke dalam lubang.

Ayah Seruni : “Bu, pegang obor ini! Aku akan turun menjemput anak kita!”

Ibu Seruni : “Jangan gegabah, Pak. Lubang ini sangat berbahaya!”

Warga : “Benar Pak, lubang ini sangat dalam dan gelap”

Setelah ayah Seruni mengurungkan niatnya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan bumi pun
bergoncang dahsyat yang membuat lubang secara perlahan merapat dan tertutup dengan
sendirinya. Seruni yang berada di dalam lubang akhirnya terhimpit dan tidak dapat
diselamatkan.

Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah
batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding
tebing di tepi Danau Toba.

Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari
Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”.

Dan, karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga hanyalah “parapat, parapat, dan
parapat”, maka daerah di sekitar Batu Gantung kemudian diberi nama Parapat. Kini Parapat
telah menjelma menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai