Strombolian
Sementara itu, Wahyudi yang juga peneliti Gunung Api UGM mengatakan letusan
Gunung Semeru juga bertipe strombolian, yang biasanya diikuti dengan pembentukan
kubah dan lidah lava baru. Masih mengutip artikel Tempo.co, pada saat terjadinya
letusan eksplosif biasanya akan diikuti terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke
lembah-lembah yang lebih rendah dan alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan
lembah-lembah di Gunung Semeru.
Sebut Wahyudi, bukaan kawah Gunung Semeru saat ini mengarah ke tenggaran atau
ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan.
Mirzam mengatakan meletusnya gunung api dapat diakibatkan tiga faktor, pertama
karena volume dapur magma sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur
magma yang disebabkan pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur
magma.
“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru,” ujar Mirzam seperti dikutip
Tempo.co dari itb.ac.id pada Selasa, 7 Desember 2021.
Hal tersebut dikatakan Mirzam karena ketika curah hujan cukup tinggi, abu
vulkanik yang menahan di puncak berasal dari akumulasi letusan sebelumnya terkikis
oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur
magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan atau hanya bisa
dideteksi dengan alat, Gunung Semeru tetap bisa meletus.