Anda di halaman 1dari 4

ASAL USUL TANJUNG MENANGIS DI HALMAHERA

Dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar di Pulau Halmahera. Ada seorang Raja yang hidup bahagia dengan Ratu dan
kedua anaknya. Sang istri bernama Sri Baginda Ratu, dan kedua anaknya bernama Putra Baginda Binaut dan Putri
Baginda Nuri. Raja tersebut sangatlah disegani oleh rakyatnya karena sifatnya yang adil dan bijaksana.

Pada suatu hari, Raja dan Ratu sedang berjalan di taman privat yang tidak boleh ada seorangpun dayang istana
menginjakkan kaki disana.

Pas Erfin baca ini, Rudi lagi mondar mandir di taman istana privat bareng Dian. Ngobrol apa gitu, improvisasi ya. Nah trus
tiba-tiba Rudi jantungnya sakit gitu, sampe berlutut di tanah (ambruk maksudnya tapi belum mati) Dian panik banget.

“Apa yang terjadi padamu, Baginda Raja?” (sambil megang tangannya Rudi atau pundaknya terserahlah bagusnya
gimana, yang penting panik, buat sedramatis mungkin, kan hidup kita tiap hari udah penuh drama)

“Ti-tidak tahu, Ratu. Jantungku rasanya sakit sekali.” (ngomong ini sambal tersendat-sendat gitu ya, kan mau mati
ceritanya)

“Bertahanlah, Baginda Raja. Aku akan memanggil tabib untuk menyembuhkanmu.” (disini ga akan ditampilin dayang
soalnya kita kurang personel beib, makanya kubikin taman privat yang gaboleh ada dayangnya)

Nah trus Dian ceritanya mbawa Rudi ke istana. Di dudukin di kamar gitu. Trus Rama sama Gisel datangin trus kaget
ngeliat keadaan Rudi kaya gitu.

“Ibu, apa yang terjadi pada Ayahanda?” (Gisel sambil megang tangan Dian dengan ekspresi cemas)

“Ibu juga tidak tahu, Nak. Sejak tadi jantungnya sakit, berdoa saja Ayahmu tidak apa-apa.”

“Sebaiknya segera panggilkan tabib, Bu.” Ini Gisel yang ngomong.

“Ti-tidak perlu. Mungkin memang ini sudah saatnya.” Rudi ini yang ngomong (mau mati maksudnya)

“Apa maksud Ayahanda bicara demikian?” Ishom.

“Waktuku sudah tidak lama lagiii..” (sambil batuk batuk + sesak napas)

“Jangan bicara seperti itu, Baginda Raja. Engkau akan baik-baik saja.” Dian.

Rudi gelengin kepala. “Aku harap kalian akan hidup dengan baik. Binaut, jagalah Ibu dan Adikmu.” (Raja mati)

Dian sama Gisel nangis, tapi Ishom biasa aja. Dia justru senang karena pengen gantiin ayahnya jadi Raja. Tapi tidak
semudah itu ferguso!

Setelah Raja meninggal, menurut hukum kerajaan Sri Baginda Ratu lah yang menjadi pemimpin Kerajaan tersebut. Akan
tetapi, Putra Baginda Binaut sangat menginginkan kedudukan sebagai raja untuk menggantikan ayahnya. Keinginan itu
disampaikannya kepada patih kerajaan.

“Patih, kemarilah kau!” ishom sambal sedekep gitu biar keliatan sombong.

“Ada perihal apa Putra Baginda memanggil saya?” Rama rada nunduk gitu.

“Aku harus menggantikan kedudukan ayahku.” Kata Ishom ke Rama dengan penuh keyakinan.

Rama kaget dong, kok enak enaknya Ishom bilang gitu. Kan hukum kerajaan yang gantiin jadi Raja ya Ibunya dia sendiri.
“Tidak bisa, Putra Baginda. Menurut hukum kerajaan, Sri Baginda Ratu lah yang menjadi pemimpin karena Putra Baginda
belum menikah.”

“Aku tidak ingin menikah! Aku akan lakukan apapun untuk bisa menjadi Raja.”

“Ampuni saya, Putra Baginda. Tapi kita harus tunduk dengan hukum kerajaan.”

Agar sang Patih ikut mendukung rencana tersebut, maka Binaut memberi janji bahwa jabatan sang Patih akan tetap
dipertahankan, dan ia akan diberi hadiah emas berlian.

“Hukum kerajaan ya? Menurut hukum kerajaan pula, seorang Patih yang setia kepada Rajanya, akan musnah pula
jabatannya apabila Tuannya telah mati.” Rama ngedelengin ishom, mikir.

“Kuberikan sebuah penawaran. Aku janjikan kau tetap menjadi Patih dan akan kuberikan kau emas berlian yang tidak
akan habis hingga tujuh turunan, dengan syarat kau bantu aku menjadi Raja. Bagaimana?” Ishom senyum sinis, bisa kan
Som?

“Baik, Putra Baginda. Saya setuju.”

Sang Patih segera mengatur para pengawal kerajaan untuk menangkap Sri Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri. Setelah
ditangkap, mereka dijebloskan di penjara bawah tanah.

Ceritanya Gisel sama Dian udah dipenjara ini. Kita kan ga ada pengawal, jadi ya diskip aja lah yang ini. Langsung masuk
penjara aja dah.

“Kanda Binaut benar-benar kejam! Tamak! Tak tahu diri!” umpat Putri Baginda Nuri dengan penuh emosi. Namun, Sri
Baginda Ratu meminta agar Nuri bersabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan ini.

“Ibu juga tidak tahu mengapa kakakmu berlaku sedemikian teganya.” Dian pasrah aja pas ini.

“Lihat saja nanti, Kanda Binaut! Hukum sebab-akibat itu ada. Kau pasti akan mendapatkan balasannya!” yang galak ya Sel
pas ngomong ini.

“Yang benar akan tampak benar dan yang salah akan tampak salah. Dan yang salah itu, kelak akan mendapatkan hukuman
yang setimpal,” kata Sri Baginda Ratu menghibur dengan penuh keibuan, betapapun sangat sakit hati melihat kekejaman
putra kandungnya.

Binaut merasa gembira setelah menjebloskan ibu dan saudara kandungnya ke penjara.

Ishom ketawa jahat. “Akhirnya aku akan menjadi Raja. Aku akan hidup bahagia selamanya!”

“Putra Baginda Binaut, lebih baik Baginda segera mengumumkan bahwa Sri Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri terkena
musibah agar Baginda segera dinobatkan menjadi Raja.”

“Baiklah! Persiapkan semuanya!”

“Baik, Baginda.”

Putra Baginda Binaut mengumumkan kepada rakyat kerajaan bahwa Sri Baginda Ratu dan putra-putrinya mengalami
musibah di laut.

Rama bawa kertas bacain pengumuman.

“PENGUMUMAN! Tiba berita duka di keluarga kerajaan. Sri Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri mengalami musibah
ketika melakukan perjalanan menuju Pulau Seberang. Oleh karena itu saat ini posisi Raja sedang kosong. Dengan
demikian, para pembesar istana telah melakukan musyawarah dan hasil musyawarah menyebutkan bahwa para
pembesar istana menyetujui untuk melakukan penobatan Putra Baginda Binaut sebagai Raja. Kedudukan Putra Baginda
Binaut sebagai Raja efektif mulai besok. Sekian.” (Rama ngumumin)

“Akhirnya aku resmi menjadi Raja! Ha ha ha…”

“Dan kau! Kau akan menjadi Patih yang setia padaku! Kau harus turuti semua yang kusuruh! Mengerti?” Ishom

“Mengerti, Baginda Raja.” Rama atut.

Demi kepentingan dirinya, Binaut memerintahkan kepada seluruh rakyat kerajaan agar bekerja giat untuk membangun
istana megah. Selain itu, diberlakukan berbagai pungutan pajak, diantaranya pajak hasil bumi, pajak hewan, pajak tanah
yang menyengsarakan rakyatnya.

Melihat kondisi yang demikian, ada seorang pelayan istana raja bernama Bijak. Ia melarikan diri dari istana dan
membentuk sebuah pasukan tangguh melawan raja Binaut. Paling tidak, mereka dapat membebaskan Sri Baginda Ratu
dan putra-putrinya.

“Aku harus segera bertindak menyelamatkan Sri Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri agar rakyat tidak menderita lagi
akibat kekejaman Raja Binaut.” kata Bijak (Rudi) dengan penuh harap.

Waktu itu, banyak para pegawai istana yang telah membelot bergabung dengan Bijak. Bijak pun telah mempelajari
bagaimana mengadakan penyelamatan itu. Bila penyelamatan berhasil, direncanakan mengadakan penyerangan ke
istana Raja Binaut. Berkat kepemimpinan Bijak, dalam sekejap mereka berhasil menyelamatkan Sri Baginda Ratu dan
putrinya yang dipenjara Binaut. Mereka langsung dibawa ke hutan.

“Sri Baginda Ratu, Putri Baginda Nuri.” Rudi ngomong ini didepan penjara.

“Bijak. Ada perlu apa kau kemari?” Dian tanya.

“Hamba datang untuk membebaskan Baginda.”

“Bagaimana caranya kau datang kemari Tuan Bijak? Diluar pengawalannya sangat ketat.” Gisel yang nanya.

“Hamba merencanakan ini dengan para pengawal secara diam-diam. Kami sudah tidak tahan dengan Raja Binaut yang
sudah bertindak semena-mena pada rakyat.”

Dian kaget dong kok Ishom kayak gitu. “Memangnya apa yang telah dilakukannya selama memerintah sebagai Raja?”

“Raja Binaut memaksa rakyat untuk membangun istana megah dan memberlakukan pajak yang sangat menyengsarakan
rakyat.”

“Beraninya ia!” Dian marah.

“Hamba berencana menyelamatkan Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri dan mengajak para petinggi kerajaan untuk
melengserkan Raja Binaut.” Emang kurang ajar sih disini Rudi, emangnya dia siapa kok mau melengserkan Raja? tapi ya
masih kurang ajaran Ishom kok. Makanya Dian setuju aja soalnya dia juga udah gedeg banget sama Ishom.

“Jadi, kau akan mengadakan pemberontakan untuk melawan Binaut?” Kata Dian.

“Kurang lebih seperti itu, Baginda Ratu.” Rudi.

“Aku setuju. Kita harus merencanakannya dengan baik.” Dian. Gisel diem bae ya, gapapa kan sel?

Rudi trus ngeluarin Dian sama Gisel dari penjara.

“Kuucapkan terima kasih tak terhingga,” ucap Gisel dengan tersendat.


Sri Baginda Ratu dan Putri Baginda Nuri tampak kurus kering karena selama dipenjara di bawah tanah jarang makan
dan minum. Bijak pun menyampaikan kepada Sri Baginda Ratu akan mengadakan penyerangan ke istana. Tetapi, Sri
Baginda Ratu tidak setuju.

“Baginda Ratu, bagaimana jika kita melakukan penyerangan ke istana?” Rudi

“Setelah ku pikirkan, akan lebih baik jika kita tidak melakukan penyerangan. Aku tidak ingin ada pertumpahan darah di
bangsaku sendiri. Aku percaya bahwa ketamakan, kebengisan, iri dan dengki akan kalah dengan doa yang selama ini ku
sampaikan pada Tuhan.” Dian tobat pemirsa, pertamanya dia setuju mau berontak tapi akhirnya engga. alhamdulillah

“Baiklah, Baginda Ratu.” Rudi kecewa gajadi perang wkwk

Raja Binaut berlaku semena-mena terhadap rakyatnya. Sang Patih yang selalu mendukung keputusan Raja Binaut lama-
kelamaan tidak senang dengan perilaku Raja. Tetapi ia tidak berani mengeluarkan sikap yang melawan. (cemen amat
Rama) Kalau itu dilakukan pasti ia langsung dipecat dan dijebloskan penjara.

“Aku sudah geram dengan perilaku Raja yang semena-mena ini. Ingin rasanya aku membantah semua perintahnya yang
hanya menyengsarakan rakyat. Tapi aku tidak ingin melawan perintahnya karena aku akan berakhir di penjara.” Monolog
Rama.

Dilain tempat…

“Siapa yang melawan Raja, hukuman penjaralah tempatnya.” Itulah kesombongan Raja Binaut. Karena ia merasa yang
paling berkuasa dan paling tinggi.

Namun tak disangka, sebuah bencana alam terjadi. Sebuah gunung meletus dengan sangat dahsyat. Lahar panas
mengalir ke segala penjuru. Istana Raja Binaut pun menjadi sasaran lahar panas. Ternyata sebagian besar lahar panas
telah meluluh lantakkan bangunan istana yang baru saja selesai dibangun dari hasil keringat rakyat. Raja Binaut
kebingungan mencari perlindungan. Ia lari pontang-panting tak tahu arah tujuan.

Anehnya, lahar seolah-olah mengejar kemanapun Raja Binaut lari.

“Tolong-tolong!” teriak Binaut. (rama ntar pake selendang warna merah atau orange gitu pake selendang merah trus dia
ngejar ngejar ishom trus akhirnya meluk ishom)

Lahar panas itu sedikit demi sedikit menempel di kaki Binaut. Seketika itu juga kakinya melepuh dan kulitnya terkelupas.
Ia berusaha untuk tidak berhenti berlari. Lahar panas mulai menjalar ke tubuhnya. Ia sangat tersiksa. (pas aku ngomong
ini, ishom teriak teriak lah intinya kan kepanasan)

Ketika ia mengalami siksaan lahar panas itu ia ingat ibunya.

Ia mohon ampun. “Ampunilah aku, Bu! Maafkanlah aku, Bu! Aku sudah tidak kuat menanggung penderitaan ini! Aku tidak
akan mengkhianati ibu dan adik Nuri lagi. Maafkanlah aku! Ibu! Ibu!” teriak Binaut karena kesakitan. (yang dramatis ya
shom)

Teriakan Binaut itu hilang perlahan-lahan dan akhirnya ia meninggal.

Jasad Binaut terdampar di sebuah pantai. Seketika itu juga tempat itu berubah menjadi sebuah Tanjung. Konon, tanjung
itu sering terdengar orang menangis minta belas kasihan karena mengalami siksaan yang amat sangat. Kini tempat
terdamparnya Binaut itu dinamakan Tanjung Menangis.

Moral : Sifat iri, dengki dan tamak akan membawa celaka dan pembalasan setimpal. Karenanya jauhilah sifat-sifat
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai