Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Kerajaan Pajajaran

Letak
Menurut peta Portugis, letak Kerajaan Pajajaran berada
di sebuah kota yang sekarang dikenal dengan nama
Bogor atau yang dulunya disebut Pakuan. Wilayah
Kerajaan Padjajaran sendiri terbagi menjadi 2 wilayah
berupa wilayah Sunda dan Galuh.
Kondisi Geografis
Menurut kisah Bujangga Malik, letak Kerajaan Pajajaran
dibatasi oleh Sungai Cimapali. Bagian barat dari kerajaan
ini adalah Selat Sunda, bagian utara dibatasi Pantai Utara
Jawa sampai Brebes, dan bagian selatan dibatasi oleh
Laut Selatan atau Samudera Hindia
Silsilah Raja

1. Raja Sri Baduga Maharaja (1482–1521)


Dia dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang memegang tahta di Pakuan. Masa
pemerintahannya merupakan masa kejayaan.
2. Raja Surawisesa (1521–1535)
Dalam masa pemerintahannya, tidak terdapat prestasi yang diraihnya. Namun, tidak
mengalami kemunduran juga.
3. Ratu Dewata (1535 –1543)
Pada masa pemerintahannya selama delapan tahun, terjadi banyak kekacauan.
Hal ini disebabkan karena ketidakcakapannya sebagai pemimpin sehingga dia
menanggalkan jabatannya.
Silsilah Raja
4. Ratu Sakti (1543–1551)
Sama seperti pemimpim sebelumnya, Ratu Sakti hanya menjabat selama delapan
tahun. Dalam pemerintahannya, tidak ada kemajuan dan dia tidak disukai rakyat
karena sifat borosnya.
5. Ratu Nilakendra (1551–1567)
Awal kemunduran Kerajaan Pajajaran dimulai saat masa pemerintahannya.
Ketika terjadi penyerangan oleh Hassanuddin dari kerajaan Banten, Ratu Nilakendra
malah melarikan diri dan melepas jabatannya
6. Raga Mulya (1567–1579)
Tidak jauh dengan kepemimpinan dari sebelumnya, Raga Mulya juga tidak cakap dan

menimbulkan banyak kemunduran. Dia berkuasa selama 12 tahun di Pandeglang


Kehidupan Politik
Kerajaan
Pajajaran
Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran sistem politik yang digunakan adalah
feudal. Dimana susunannya terdiri atas puncak tertinggi dipegang oleh seorang
dengan gelar Prabu atau raja. Kemudian di posisi kedua diduduki oleh seorang yang
bergelar Putra Mahkota. Sedangkan pada lapisan politik pemerintahan selanjutnya
ditempati oleh golongan mangkubumi, disusul mantra, Wado, dan Syahbandar.

Pada proses pengelolaan dan pengaturan pemerintahannya dilakukan dengan


penunjukkan seorang kepala daerah oleh Raja yang berkuasa pada saat itu. Dimana
tugasnya yaitu mengurusi segala keperluan dan juga kendala yang terjadi pada
tataran daerah-daerah di bawah kekuasaannya. Pertanggungjawaban akan kinerja
dari kepala daerah yang telah ditunjuk disampaikan kepada golongan Mangkubumi
serta Raja.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian dan perladangan. Selain itu
Pajajaran juga mengembangkan pelayaran serta perdagangan. Kerajaan
Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, diantaranya Pelabuhan
Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Batavia) serta Cimanuk
(Pamanukan).
Kehidupan Sosial Budaya
Kerajaan Pajajaran
Kehidupan sosial masyarakat Sunda dan Pakwan Pajajaran secara garis besar dapat
digolongkan ke dalam golongan seniman, peladang (pecocok tanam), pedagang. Dari
bukti-bukti sejarah diketahui, umumnya masyarakat Pajajaran hidup dari hasil
perladangan. Seperti masyarakat Tarumanagara dan Galuh, mereka umumnya selalu
berpindah-pindah. Hal ini berpengaruh pada bentuk rumah tempat tinggal mereka yang
sederhana. Dalam hal tenaga kerja, yang menjadi anggota militer diambil dari rakyat
jelata dan sebagian anak bangsawan. Mereka dibiayai oleh negara.
Masa Kejayaan
Kerajaan Pajajaran meraih masa keemasan atau kejayaan pada era
pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Untuk
menyejahterakan kerajaan dan rakyatnya, Prabu Siliwangi
memberikan perhatian lebih pada pemuka agama.

Selain itu, Prabu Siliwangi juga membuat ulang sistem pemungutan


upeti memperkuat kekuatan armada perang. Dia juga membangun
dan memperkuat sistem pertahanan Ibu Kota dengan membuat parit
pertahanan sehingga tidak mudah diserang Kerajaan lain.
Masa Keruntuhan
Atas politik adu domba yang dilakukan Portugis kepada kerajaan-
kerajaan di nusantara, terjadi perebutan wilayah kekuasaan kerajan
Sunda (Padjajaran) oleh Kesultanan Cirebon (Wilayah Padjajaran
yang dipimpin oleh cucu Prabu Siliwangi) yang mendapat dukungan
dari Demak di antaranya Banten dan Sunda Kelapa.

Pakuan Pajajaran hancur pada tahun 1579 akibat serangan


Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Kerajaan Sunda ditandai
dengan dirampasnya Palangka Sriman Sriwacana (batu penobatan
tempat seorang calon raja dari trah kerajaan Sunda duduk untuk
dinobatkan menjadi raja pada tradisi monarki di Tatar Pasundan),
dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Babad Padjajaran
Merupakan naskah kuno. Berisi cerita
tentang cikal bakal Kerajaan Pajajaran
dan memuat cerita tentang keseharian
masyarakat serta kearifan budaya
Sunda pada zamannya.

Rosa García
Merupakan salah satu peninggalan dari
Kerajaan Pajajaran yang menceritakan
tentang Hyang Wuni Sora, dia menjadi
pengganti Raja Sri Baduga setelah
gugur dalam Perang Bubat.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Prasasti Batutulis
Ditemukan di Kelurahan Batu Tulis,
Kecamatan Bogor Selatan. Peninggalan ini
diperkirakan berasal dari abad ke-11
hingga abad-16 pada masa pemerintahan
Prabu Surawisesa, setelah kematian
Prasasti
ayahnya, yaituSanghyang
Prabu Siliwangi.

Tapak
Merupakan tanda terima kasih raja
kepada pasukan Kerajaan Pajajaran
karena telah memenangkan perang
melawan pasukan Swarna-Bhumi.
Prasasti ini diketahui sudah ada sejak
1030 Masehi dan dibuat atas perintah
Maharaja Jayabhupati.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Prasasti Kawali
Berasal dari daerah Ciamis, Jawa Barat.
Berisi tentang dipindahkannya pusat
kerajaan dari Pakuan Pajajaran ke Kawali.
Dibuat pada abad ke-14 dan dijadikan tugu
peringatan mengenang kejayaan Prabu
Niskala Wastu Kancana.
Prasasti Rakryan Juru
Pangambat
Ditemukan di Bogor, sudah ada sejak
923 Masehi. Prasasti ini ditulis
menggunakan bahasa Jawa Kuno dan
Melayu dan menceritakan tentang
pengembalian kekuasaan raja
Kerajaan Pajajaran.
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Prasasti
Perjanjian sunda-
Portugal
Berbentuk monumen batu. Prasasti yang
ditemukan pada 1918 ini menggambarkan
perjanjian antara Kerajaan Sunda dengan
Kerajaan Portugal.

Kidung Sundayana
Merupakan kitab berisi tentang kekalahan
pasukan Pajajaran dalam pertempuran
Bubat yang saat itu melawan Majapahit.
Selain itu, dalam kitab ini menceritakan
tewasnya Raja Sri Baduga beserta
putrinya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai