Anda di halaman 1dari 15

PEMERAN NASKAH AA II UU

I. PEMERAN UTAMA II PEMERAN PEMBANTU


1. Rustam (bapak) 1. Ketua Kelas
2. Ibu 2. Si Tegal
3. Oom 3. Si Berlin
4. Tante 4. Seseorang 1
5. AA 5. Seseorang 2
6. II 6. Seseorang 3
7. UU 7. Seseorang 4
8. Pembantu 8. Seseorang 5

INTERIOR RUMAH RUSTAM (KAMAR - MALAM).


(UU SEDANG MEMBERESKAN BUKU – BUKUNYA. SEMENTARA IBUNYA SEDANG
MENYIAPKAN TEMPAT TIDURNYA. MALAM SUDAH LEWAT JAM DUA BELAS)
1. UU : Mama tahu nggak kapan kira-kira perang dunia ke tiga akan
meletus?
2. IBU : Bagaimana Mama tahu, UU?
3. UU : Dan kira-kira penyebab langsungnya perang dunia ke-3 itu
menurut Mama apa? (IBUNYA MASIH DIAM KAYA MURID
YANG BODOH)
4. UU : Atau cobalah sedikit mengkhayal. Apakah mungkin
pertempuran pertama akan meletus di sebuah desa kecil di
sebuah negeri kecil di benua Afrika.
5. IBU : Siapapun tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan itu UU.
6. UU : UU bisa.
7. IBU : Kamu?
8. UU : Ya. Suatu hari kalau UU sudah jadi ahli sejarah. Sebab itu
besok UU akan ujian baik-baik. Dan begitu UU lulus akan
masuk jurusan sejarah. (IBUNYA LALU MENDEKAPNYA)
9. IBU : Sekarang tidurlah dulu. Kamu belajar terlalu capek. Kamu
sehat kan?
10. UU : Mama.
11. IBU : Oya. Tentu kamu sehat. Mama cuma khawatir. Nah,
sekarang tidurlah.(LALU IBU MELANGKAH KE PINTU)
12 IBU : Kamu bilang apa tadi? Ahli sejarah?
13. UU : Mama tidak suka?
14. IBU : Kalau kerja nanti di kantor apa?
15. UU : Yang pasti bukan di kantor dagang seperti Papa. (KALIMAT

2
ITU DIUCAPKAN SAMBIL MENUTUP PINTU KAMAR. SEMENTARA
UU MEMADAMKAN LAMPU RUANGAN DAN MUNCULLAH JUDUL
LAKON INI)
INTERIOR RUMAH RUSTAM, RUANG TENGAH, MALAM. (BAPAK
DAN IBU RUSTAM, MEREKA SUDAH MAKAN MALAM. MEREKA
SEDANG MINUM KOPI)
16. RUSTAM : Mau jadi ahli sejarah?
17. IBU : Ya, kan sama sama doktorandanya kalau selesai kelak.
18. RUSTAM : Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang.
Doktoranda apapun memang sama tapi nilai komersialnya
berbeda-beda. Insinyur juga macam-macam dan boleh
dikatakan sama tingkatannya satu sama lain tapi masing-
masing memiliki nilai komersial yang berbeda-beda.
19. IBU : UU kan perempuan. Sudah untung dia mau sekolah sampai
tinggi. Jadi biarkan saja dia maunya apa.
20. RUSTAM : Jaman sekarang tidak ada bedanya lagi mana perempuan
mana laki-laki, apalagi dalam soal pendidikan. Jangan
berpikiran kolot dong!
21. IBU : Saya kira saya tidak kolot. Coba saja misalnya UU jadi ahli
sejarah yang kata Papa tidak komersil itu, yang tidak
menghasilkan uang itu akan merubah nasibnya sebagai
seorang istri kelak.
22. RUSTAM : Makin banyak kamu bicara makin kelihatan kamu bodoh Maa
(IBU MATANYA MELOTOT)
23. RUSTAM : Jangan melotot dulu. Saya bisa mempertanggung jawabkan
kata-kata saya.
24. IBU : Ngomong hati-hati dong !
25. RUSTAM : Papa tidak asal ngomong Ma. Berpikirpun papa sangat hati-
hati. Bagaimana?.Boleh papa teruskan?(IBU CUMA MENARIK
NAFAS)
26. RUSTAM : Maa, ini masa depan anak-anak kita. Cobalah mulai sekarang
kita pikirkan bagaimana kira-kira susunan keluarga yang baik
pada jaman yang akan datang.(SAAT ITU MUNCUL II DAN AA
KAKAKNYA)
27. RUSTAM : Kebetulan sekali. Benih-benih masa depan muncul pada
saatnya.(II DAN AA CUMA BENGONG)
28. RUSTAM : AA II duduk. Kalian boleh menyumbangkan pikiran atau
menyatakan sikap kalian dalam diskusi ini.
29. AA : Diskusi apaan nih? Kok resmi amat bicaranya?
30. RUSTAM : Sebagai calon seorang sarjana ekonomi kamu boleh
mengemukakan pendapat kamu .Prinsip-prinsip ekonomi
kamu barangkali akan memperkuat tesis bapak. Juga kamu II
sekalipun tidak langsung, sebagai seorang apoteker kamu
pasti akan bisa juga membuat mamamu melek akan

3
kenyataaan kenyataan sekarang. (SAMBIL SALING
BERPANDANGAN MEREKA DUDUK)
31. IBU : Mama dan papa sedang mendiskusikan UU yang mau jadi
ahli sejarah. Eee.. tiba tiba papa ngotot.
32. RUSTAM : Ayo jangan emosional. Dalam diskusi sehat tidak boleh
emosi-emosian. Lebih baik kita lanjutkan perdebatan kita
dengan cara bertanya langsung kepada yang bersangkutan.
AA, coba jawab secara jujur, ukuran-ukuran apa yang
menyebabkan kamu memilih Sigit sebagai calon suami kamu.
33. AA : Pertama karena sigit ganteng Pa.
34. RUSTAM : Bagus. Jawaban jujur.
35. AA : Kedua karena Sigit pintar Pa.
36. RUSTAM : Kamu mencintainya?
37. AA : Ya tentu dong Pa...
38. RUSTAM : Kenapa?
39. AA : Ya, karena ukuran-ukuran tadi.
40. RUSTAM : Karena ukuran-ukuran yang menguntungkan. Tepat ! Karena
kepintaran Sigit secara ekonomis menguntungkan atau
diharapkan akan bisa menguntungkan untuk rumah tangga
kalian. Begitu kan?
41. AA : Saya kira begitulah Pa.
42. RUSTAM : Kamu betul-betul seorang realis yang mengagumkan. Tidak
sia-sia kamu jadi anak papa. Sekarang II.
43. II : Sayakan belum punya calon suami Pa.
44. RUSTAM : Semuapun tahu itu, II. Dan papa tidak menanyakan soal itu.
Pertanyaan papa sederhana saja. Kenapa kamu memilih
lapangan farmasi?
45. II : Karena II suka Pa.
46. RUSTAM : Ya, kenapa suka?
47. II : Karena II pikir, II punya bakat Pa.
48. RUSTAM : Jawablah lebih mendasar dan lebih jujur II. Apakah kamu
tahu, bahwa lapangan farmasi akan lebih memberikan
penghasilan yang bagus?
49. II : Oh……..tentu saja II tahu Pa.
50. RUSTAM : Luar biasa. Kalian betul-betul benih masa depan yang siap
pakai. Nah, Ma, kamu sudah dengar pernyataan mereka
tentang jaman mereka nanti. Kalau diusut secara logis dasar
dan cara berpikir, mereka jelas-jelas mencerminkan bentuk
dan sifat hubungan keluarga masa depan. Karena hubungan
keluarga masa depan adalah hubungan yang dingin yang
selalu dilandasi ukuran-ukuran yang komersial.
4
51. IBU : Pokoknya dagang seperti Papa !
52. RUSTAM : Ya! zaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan
zaman yang akan datang….
53. IBU : ……… Zamannya robot robboot dan angka angka.
Menjijikkan sekali !
54. RUSTAM : Kamu boleh bilang menjijikkan tapi yang pasti bukan
jamannya pengkhayal-pengkhayal.
55. IBU : Mulai ngaco. Bagaimana papa bisa menyebutkan ahli sejarah
sebagai pengkhayal ?
56. RUSTAM : Karena buat papa, ahli sejarah itu orang yang bekerja sia-sia,
yang tidak menghasilkan uang itu berarti pengkhayal-
pengkhayal konyol. Boleh saja orang semacam itu hidup
kalau mereka bisa hidup tanpa usus dan perut besar.
57. IBU : Terserah kamu mau ngomong apa tapi saya tetap berpihak
kepada UU !
58. RUSTAM : Artinya membiarkan UU jatuh kepada pilihan yang keliru?!
Semua orang mengejar uang dan kamu membiarkan UU
mengejar angin yang bernama lamunan sejarah. Sebagai Ibu
seharusnya kamu menyadarkan UU yang baru tahu a i u e o
itu, bahwa sejarah tidak akan pernah menyelesaikan hidup
ini. Hanya uang yang punya kemampuan tidak terbatas untuk
menyelesaikan apa saja.
59. IBU : UU berhak memilih dan saya juga punya hak untuk berpihak.
60. RUSTAM : Keras kepala ! (TIBA TIBA UU MASUK)
61. UU : Brengseeeeek !
62. IBU : Kok brengsek
63. UU : Semua sudah menjadi pedagang! (RUSTAM MELIHAT KEDUA
ANAKNYA YANG LAIN)
64. UU : Masa mereka ngetawain UU.
65. IBU : Kenapa memangnya?
66. UU : UU ditanya sama si Candra, mau daftar ke mana ? Lalu UU
bilang ke jurusan sejarah. EE… semua temen-temen UU
pada ngetawain UU.
ADEGAN FLASH BACK
67. SI TEGAL : Memilih kok jurusan sejarah. Kok tidak ke jurusan silat saja.
(KEMBALI KAWAN-KAWANNYA MENERTAWAKAN UU)
68. UU : Kalau saya mau milih jurusan silat . Emangnya kenapa?
69. BERLIN : Mau sih boleh saja. Saya juga banyak maunya.
70. KETUA : Sebentar. UU bagaimanapun juga saya akan tetap selalu
menjadi bekas ketua kelas kalian. Jadi sedikit banyak saya

5
punya saran yang pasti dan berharga.
71. SESEORANG : Mudah mudahan dia insaf.
72. YANG LAIN 1 : Milih kok daerah gersang.
73. YANG LAIN 2 : Tenang! Ketua mau ngasih nasihat.
74. YANG LAIN 3 : Kenapa nggak ngambil jurusan Gebog aja. Sekalian ngeceng
di matahari.
75. YANG LAIN 4 : Mau jadi apa, jadi seniman ya?
76. YANG LAIN 5 : Ngga ada duitnya!
77. YANG LAIN 6 : Bisa tenang nggak sih, Ketua lagi ngasih nasehat tuh.
78. KETUA : Betul kamu mau masuk jurusan sejarah?
79. UU : Iya!
80. KETUA : Kamu tahu kenapa kita ketawa?
81. UU : Nggak.
82. KETUA : Karena kita nggak setuju. Kita semua nggak rela, kamu
sebagai kawan, hanya akan meningkatkan jumlah orang-
orang miskin di negeri ini.
83. UU : Kok?
84. KETUA : Memasuki jurusan sejarah atau jurusan lain atau fakultas-
fakultas lainnya yang sejenis adalah sia-sia. Karena ditinjau
dari segi lapangan kerja sangat sempit. Di republik ini tidak
perlu banyak-banyak ahli sejarah. Cukup seorang saja untuk
mengepalai departemen dengan seorang pelayan sebagai
pembantunya. Nah, jelas? Sekarang, yang dibutuhkan adalah
tenaga-tenaga yang terampil laksana komputer untuk
perputaran roda ekonomi.
85. BERLIN : Sebagai penutup marilah kita berdoa agar Tuhan memberi
petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini. Berdoa dimulai !
86. SEMUA : Amiiiiiin.
KEMBALI KE ADEGAN SEMULA
87. RUSTAM : Tuhan, selamatkanlah masa depan anak saya. Amiiiiin.
88. UU : Gila gilaan semua.
89. IBU : Biar saja mereka. Orang kan lain-lain. Yang penting kamu
harus teguh dan tabah.
90. RUSTAM : Ma, berhenti bicara dulu. UU dekat ke sini.(LALU UU DUDUK
DEKAT BAPAKNYA)
91. RUSTAM : UU umurnya berapa?
92. UU : (HERAN) delapan belas jalan, papa kan tahu.
93. RUSTAM : UU suka dongeng-dongeng?
94. UU : Suka. Papa kan tahu, sejak dulu, UU suka sekali baca buku-
6
buku cerita.
95. RUSTAM : Itulah sebabnya kenapa UU ingin masuk jurusan sejarah. UU
sangat dipengaruhi dongeng-dongeng. Otak UU bagaikan
diliputi kabut yang menggelapi istana-istana jaman dahulu.
96. IBU : Pa!
97. RUSTAM : Ma, lama-lama UU juga akan insaf. Dengar UU.
98. UU : Kalau semua tidak setuju UU akan mengunci diri dalam
kamar dan mogok makan. (UU LARI MASUK KE KAMAR DAN IBU
MENGEJARNYA)
99. RUSTAM : UU ! (BAPAK KESAL LALU MENYALAKAN ROKOKNYA)
100. RUSTAM : Kalian jangan seperti memedi sawah. Apa saran kalian?
101. AA : Kan, kita mesti lembut pa.
102. II : Kita tidak boleh menekan, apalagi bersikap keras.
103. AA : Ini semata-mata masalah approach Pa.
104. II : Kita semua tahu, UU sangat manja dan sakit-sakitan sejak
kecil.
105. AA : Jadi satu-satunya yang paling efektif adalah cara persuasif.
106. II : Saya akan coba membujuknya pertama kali. Sebagai
seorang kakak langsung barangkali saya akan mendapat
tempat yang istimewa di hatinya.
107. AA : Saya juga akan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan
masa depan UU. Karena UU adalah adikku yang lemah.
108. RUSTAM : Papa bangga karena kalian penuh tanggung jawab akan
keluarga. Tapi Papa kira ada baiknya juga Om kalian
dihubungi karena mereka juga sangat mencintai UU.
109. II : Oke, dech Pa!
INTERIOR. RUMAH RUSTAM, DEPAN KAMAR, MALAM.
(IBU MEMPERHATIKAN II YANG TERUS MENGETUK-NGETUK
PINTU KAMAR DAN AA IKUT-IKUTAN JUGA)
110. AA : Gawat Pa, UU benar benar mengunci diri.
111. RUSTAM : Keras kepala seperti Mamanya. (LALU BAPAK MENGETUK
PINTU ITU)
112. RUSTAM : UU ini Papa. Papa yang mengetuk UU. (TIDAK ADA SUARA
KECUALI MUSIK YANG SEMAKIN KERAS)
113. RUSTAM : U ini suara papa, dengar tidak UU?
114. UU : Dengar!
115. RUSTAM : Kalau begitu buka pintunya dong.
116. UU : Tidak mau. Kecuali kalau papa setuju UU masuk jurusan
sejarah.
117. RUSTAM : Kita berunding dulu sayang.
7
118. UU : Tidak ada perundingan. Tidak ada genjatan senjata, soalnya
kita sama sama keras kepala.
119. RUSTAM : Betul-betul kartu mati dia. Penyakit keras kepala itu betul-
betul gampang menular. Ngomong -ngomong sudah makan
apa belum dia?
120. AA : Di pesta perpisahan kelasnya pasti dia makan.
121. RUSTAM : Jadi untuk satu malam ini nggak apa-apa kan?
122. UU : Di pesta perpisahan UU cuma minum, dan UU belum makan
malam. Tadi siang juga UU nggak sempat makan.
123. RUSTAM : Cilaka dua belas.
124. UU : Perut sudah mulai sakit sedikit asam sudah naik
ketenggorokan. Sudah terasa agak kembung !
125. AA : Pura-pura. Serangan mental.
126. II : Tapi jangan lupa lho kalau UU punya gejala penyakkit maag.
127. RUSTAM : Cilaka. Kita mesti mendapat akal segera. Kalau begitu kita
bongkar saja pintu ini.
128. UU : Di sini ada gunting. Kalu pintu dibongkar UU akan bunuh diri.
(TERDENGAR BUNYI BEL PINTU. ADA TAMU)
129. RUSTAM : Itu pasti Om Bahar.
130. AA : Biar saya jemput.
131. RUSTAM : Antar langsung kesini AA
132. UU : Papa!
133. RUSTAM : Iya sayang.
134. UU : UU haus.
135. RUSTAM : Segera papa bawa minum sayang. Buka dulu pintunya dong.
136. UU : Nggak mau.
137. RUSTAM : Nanti UU mati kehausan sayang.
138. UU : Biar. (LANGSUNG TANTE DAN OM KETUK PINTU .MEREKA CEMAS
SEKALI)
139. TANTE : UU…UU…sayang….
140. OM : UU…sayang…..UU….
141. TANTE : Permataku…… bungaku……jangan mogok dong…..
142. RUSTAM : UU, Tante dan Om datang sayang.
143. TANTE : Sebaiknya kita siapkan satu tabung besar zat asam murni.
Udara dalam kamarnya lama- lama pasti kotor dan UU pasti
kepayahan.
144. OM : Ambulans …..ambulans !

8
145. RUSTAM : Kalian jangan menambah gugup dong. Kalian kuminta datang
supaya mengendorkan ketegangan dan bukan menambah
kepanikan. Berpikir…berpikir. Cari akal dong. Buat sesuatu.
146. TANTE : Sama sekali dia tidak menyahut. Jangan-jangan dia sudah
pingsan.
147. OM : Tenang , tenang sebentar. Kita dengarkan, setidak-tidaknya
kita akan dapat mendengar nafasnya. (LALU SEMUA
MENEMPELKAN TELINGA MASING-MASING KEDAUN PINTU DAN
LAIN-LAINNYA IBU DAN II MUNCUL)
148. RUSTAM : Ssst ….(IBU TIDAK JADI NGOMONG.LALU IKUT MELAKUKAN
YANG SAMA.JUGA II)
149. RUSTAM : Dengar? (TANTE GELENG KEPALA LALU DENGAN MATANYA
BAPAK NANYA YANG LAINNYA SATU DEMI SATU DAN SEMUA
MENGGELENGKAN KEPALA)
150. IBU : Dengar apa?
151. RUSTAM : Suaara nafasnya.
152. IBU : Nggak .
153. TANTE : Pasti dia pingsan (MENANGIS )
154. RUSTAM : Kamu yang harus bertanggung jawab kalau ada apa-apa.
155. IBU : Kok saya.
156. RUSTAM : Lalu siapa? saya? atau AA, II? Kamu sebagai mamanya yang
seharusnya bertindak bijaksana. (KEDENGARAN BUNYI PINTU
DIKETOK DARI DALAM)
157. UU : Ma …..
158. TANTE : Itu dia. Selamat…..selamat……
159. UU : Kuncinya hilang.
160. RUSTAM : Cilaka…….cilaka…..
161. IBU : Betul UU?
162. UU : Sudah pasti bohong dong . masak tiba-tiba kunci bisa hilang.
163. TANTE : UU sayang.
164. UU : Iya tante.
165. TANTE : Keluar dong sayang.
166. UU : Setuju dulu dong UU masuk jurusan sejarah.
167. TANTE : Dillema….dilema…… itu tidak mungkin sayang.itu akan
mencelakakan masa depan kamu.
168. UU : Kalau begitu tidak mungkin kita berjumpa untuk selama-
lamanya.
169. BAPAK : Dia sudah mulai mempermainkan kita. Kita tidak mempunyai
waktu banyak. Ini masalah nyawa dan masa depan.

9
170. UU : Ini masalah hak asasi.
171. BAPAK : Kamu harus tanggung jawab Ma . kita perlu dan harus
diskusi.
172. OM : Saya kira ya.
173. TANTE : Betul betul buah sima-simasi-mala-kama (LALU BAPAK, IBU,
OM, TANTE DISKUSI)
174. BAPAK : AA, II jaga dan lanjutkan usaha-usaha persuasif.
175. AA, II : Siap Pa ! (LALU II NGETUK PINTU, DAN UU MEMBALAS
MENGETUK. KEMBALI II, KEMBALI UU, LALU AA IKUT IKUTAN
.LALU TERCIPTALAH MUSIK KOMPOSISI KETOK KETOKAN. DAN
MALAH NYANYIAN-NYANYIAN)
INTERIOR RUMAH RUSTAM, RUANG TENGAH. MALAM.
176. OOM : Kalau usaha pertama gagal harus dilanjutkan usaha kedua.
Kalau usaha kedua gagal harus dilanjutkan usaha ketiga.dan
begitu seterusnya. Kalau usaha pertama gagal dan sama
sekali usaha berhenti, maka yang namanya usaha sama
sekali kehilangan makna nilainya sebagai usaha dan kita tak
patut lagi sebagai kita.
177. RUSTAM : Bahar kita dalam keadaan terdesak. Kita hanya tinggal
menghitung detik saja. Kata-kata huruf-huruf harus terbatas.
Kalau perlu tidak usah pakai titik koma. Singkat saja apa
bagaimana dan seterusnya.
178. TANTE : (KETOK KETOK MEJA) UU … UU … sayang ….
179. RUSTAM : Apa pula itu?
180. TANTE : Ini usaha dengan cara telepati.
181. RUSTAM : Terserah kalianlah. Pokoknya saya maunya beres.
183. OM : Bagus. Itu namanya memberi ruang kepada saya.
184. TANTE : Dilema … Dilema …
185. OM : Untuk secara penuh membantu usaha-usaha rumah ini dalam
memecahkan problem-problem serta hambatan hambatan
yang merongrong program yang telah dipatrikan atau dan lain
sebagainya.
186. TANTE : Kalian juga harus rela tulus pasrah kami turut campur dalam
persoalan.
187. OM : Koreksi ! Bukan dalam persoalan tapi dalam memecahkan
persoalan.
188. TANTE : Dalam memecahkan persoalan gawat yang melibatkan
nyawa dan masa depan? (IBU SEBEL MENANGIS)
189. TANTE : Kalau begitu intervensi dimulai !
190. OM : Dasar filasafatnya adalah, kebenaran rupanya lebih betah di
rumah tetangga. Karena kita sendiri pada dasarnya lebih

10
betah di rumah tetangga (SEBENTAR, MENELAN OBAT) Lalu
apakah pertanyaannya?. Dasar apakah yang akan kita
gunakan sebagai landasan kita dalam pemecahan persoalan
ini. Perasaankah, pikirankah?
191. TANTE : Dilema …. Dilema …
192. RUSTAM : Pikiran tentu saja.
193. IBU : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan !
194. TANTE : Dilema … Dilema ….
195. OM : Menarik sekali. Dua zaman sedang berbenturan. Kita harap
saja ini komedi, bukan tragedi farce alias banyolan. Juga kita
harapkan bukan perang solusinya, melainkan ….Shanti …
Shanti … peace … peace … damai … damai …(BARIS BARIS
TERAKHIR DIUCAPKAN TANTE LEBIH BAIK. BAPAK DAN IBU SAMA
SAMA TERSENYUM DAN KETIKA AKAN BERPELUKAN )
196. RUSTAM : Jangan dulu. Pelukan mendadak selalu penuh ranjau dan
bukan tidak mungkin pelukan akan berubah tiba-tiba jadi
tikaman karena perdamaian kalian masih bersifat semu
kekanak-kanakan.
197. TANTE : Untuk sementara forum resmi ditutup. Sekarang forum tidak
resmi.(TIBA-TIBA OM MEMBAWA BAPAK KE SATU SUDUT)
198. OM : Langkah kita sudah betul. Siapapun akan sia-sia mendekati
UU kecuali ibunya. Jadi persoalan kita adalah menggarap
ibunya.
199. RUSTAM : Tapi UU dan ibunya satu nyawa.
200. OM : Untuk sementara kita anggap saja ibunya yang punya nyawa.
Dan untuk sementara juga dalam forum nanti kita coba saja
mengikuti kemauan ibunya (BAPAK BEREAKSI) Tenang.
(SEMENTARA TANTE SEDANG MELUNAKKAN IBUNYA)
201. TANTE : Jelaskan ? Siapapun akan sependapat bahwa adalah benar
sekali kalau ini masalah perasaan.
202. IBU : Tapi bapaknya memang keras kepala.
203. TANTE : Tapi jangan lupa bahwa manusia itu patung tanah liat yang
tidak pernah rampung. Menyadari hal ini berarti kita harus
bersikap optimis bahwa kita akan berhasil merubah bentuk
kepalanya sesuai dengan kemauan kita.
204. OM : (TIBA TIBA) Demi masa depan dan perdamaian ! (MEREKA
MINUM BERSAMA, KEMUDIAN BABAK MENDEKATI IBU DENGAN
WAJAH MINTA MAAF)
205. RUSTAM : Maafkan saya karena sikap kasar saya tapi percayalah
kekasaran saya hanyalah topeng seorang lelaki kikuk yang
selalu gagal menyatakan cintanya.
206. IBU : Dia lunak !

11
207. TANTE : Apa kata saya? Kita semua pematung-pematung sekaligus
juga patung-patung.
208. OM : Waktu terbatas. Forum resmi kita lanjutkan. (SEPERTI
SEBELUMNYA TANTE MENGETOKAN KIPASNYA UNTUK TANDA
RAPAT)
209. TANTE : Dilema …. Dilema ….
210. OM : Tak ada lagi itu.
211. TANTE : Alhamdulillah …. Alhamdulillah …..
212. OM : Siapapun akan sependapat bahwa dua landasan itu bisa
sama-sama digunakan. Tetapi sesuai dengan sikap saling
menghormati kaum wanita, maka landasan yang pertama-
tama kita akan coba, kita gunakan adalan landasan perasaan
dalam mendekati serta memecahkan persoalan kita. Setuju !
(BAPAK AKAN BICARA)
213. OM : Terima kasih. Sekalipun huruf-huruf baru sampai
ditenggorokan tapi jelas huruf-huruf itu membentuk kata
setuju.
214. TANTE : UU sayang…. (MENANGIS)
215. OM : Kita sudah mulai. Perasaan sedang bicara
216. RUSTAM : Nasibmu sayang, sedang diolah di perundingan. (IBU LALU
IKUT MENANGIS, DAN OM JUGA SEKALIPUN SELANJUTNYA IA
AKAN TERUS BEKOMENTAR BAGAIKAN SEORANG REPORTER
OLAH RAGA)
217. OM : Dengan perasaan, kita lepaskan UU keluar rumah dan
memasuki jurusan sejarah.
218. IBU : UU ….
219. OM : Seperti juga AA dan II, UU keluar rumah dan memasuki
jurusan sejarah.
220. IBU : UU …
221. OM : Susah payah namun dengan tabah UU menempuh badai
tentamen demi tentamen. Dia memang srikandinya kampus.
222. IBU : UU … UU …. Benih waktuku ….
223. OM : Pada suatu hari matahari bersinar dalam warna ungu pucat.
224. IBU : Kok !
225. OM : Siapa tahu ? Hari itu adalah hari dalam lima atau enam tahun
yang akan datang.
226. IBU : OO …. UU …
227. OM : Pada suatu hari.
228. TANTE : Matahari bersinar dalam warna ungu pucat.
229. OM : Dan UU berubah cantik parasnya. Dia baru saja diwisuda
sebagai sarjana sejarah.
12
230. IBU : UU sayang kebanggaanku.
231. OM : Dengan perasaan iba kita kagumi dia dan kita bangga-
banggakan dia. Dan UU tiba tiba naik ke puncak gedung
paling tinggi, lalu secara tiba tiba dia menerjunkan dirinya.
232. IBU : Tidak pakai payung dia?
233. OM : Tidak .
234. IBU : Kenapa dia lakukan perbuatan bodoh itu ?
235. OM : Dia putus asa. (KALIMAT ITU DIIKUTI OLEH TANTE DAN BAPAK
SECARA MENGHIBA PULA)
236. IBU : Kenapa ?
237. OM : Karena ia sudah menafsirkan zamannya.
238. IBU : Ohh ….
239. OM : Lima tahun atau tepatnya seribu delapan ratus dua puluh lima
hari UU memasuki kantor demi kantor namun tidak satupun
kantor yang sudi membuka pintunya.
240. RUSTAM : Bahkan jendelanyapun tidak.
241. TANTE : Bahkan pintu pagarnya sekalipun, pintu belakangnya, pintu
WC-nya?
242. OM : Semua pintu ! Ahli sejarah dan sejenisnya telah dianggap
penderita sampar dan dijauhkan dari masyarakat.
243. IBU : UU … Nasibmu ……(MENANGIS SEMUA)
244. IBU : Tapi tidak adakah seorang kesatria yang mendekati
jendelanya dan melemparkan bunga kepadanya?
245. OM : Pada hari itu semua kesatria dan kuda-kudanya telah
berubah menjadi pedagang keliling. Semua!!!
246. IBU : Begitu?
247. RUSTAM : Ya sayang.
248. IBU : Lalu bagaimana solusinya?
249. OM : Bunuh diri dan mayatnya yang terkapar di jalan Ahmad Yani
itu sama sekali tidak disentuh orang. Dan dalam satu jam
sudah rata dengan aspal jalan, dilindas oleh kendaraan-
kendaraan yang lewat tak putus-putus.
250. IBU : Bahkan, mayatnya tidak berharga?
251. OM : Sama sekali tidak !
252. IBU : Tidak ! Tidak boleh itu terjadi ! Kita harus mencegah, sebelum
peristiwa naas itu, betul-betul terjadi. Kita tidak boleh diam.
253. OM : Tenang ! Tenang ! Jangan grusa-grusu. Kita semua harus
akan melakukan sesuatu. Kita semua akan bersama-sama
mencegahnya.

13
254. IBU : Saya akan meyakinkan, bahwa jalannya keliru.
255. OM : Tentu saja. Hanya kamu yang mampu membujuk UU.
256. RUSTAM : UU suka dongeng-dongeng, pengaruhilah dia dengan
dongeng-dongeng itu.
257. IBU : Saya akan lakukan, saya mesti melakukannya, demi masa
depan UU (PERGI)
258. TANTE : Untung belum terlambat !
259. OM : Kita harus bersyukur, karena ternyata sandiwara ini,
sandiwara komedi. (MEREKA TERTAWA)
260. SEMUA : Alhamdulillah
: INTERIOR KAMAR UU
261. IBU : UU sayang ………..
262. UU : (TERBANGUN) Iyaaaaaaaa ?
263. IBU : Ini mama UU !
264. UU : Betul mama ?
265. IBU : Iya sayang ……… buka segera pintunya !
. (UU MEMBUKA PINTU KAMARNYA, DAN BEGITU IBU MASUK,
SEGERA UU MENUTUP KEMBALI PINTU KAMAR, DAN
MENGUNCINYA)
266. IBU : UU sayang….
267. UU : (SETENGAH TERTIDUR) Iya ma
268. IBU : Mama mau mendongeng, UU mau dengar tidak ?
269. UU : Mau ma
270. IBU : Pada suatu hari, ada seorang gadis kecil yang sangat manis,
ia sangat patuh kepada ibunya. Gadis kecil itu, selalu
bertambah manis, setiap kali mengatakan iya maa, pada
mamanya. Ia bahkan sangat berbahagia hidupnya, karena
selalu berkata iya, dan ibunya-pun demikian juga.
271. UU : Betul gadis itu bahagia, karena selalu berkata - iya maa?
272. IBU : Iya sayang.
273. UU : Ingin benar saya seperti gadis itu.
274. IBU : Kamu seperti gadis itu sayang, kamulah dia.
275. UU : Iya ma?
276. IBU : Kamu manis seperti gadis itu.
277. UU : Iya ma?
278. IBU : Kamu akan bahagia seperti gadis itu.
279. UU : Iya ma?

14
280. IBU : Kamu akan selalu patuh kepada mama.
281. UU : Iya ma!
282 IBU : Kamu tidak akan masuk jurusan sejarah
283. UU : Iya ma!
284. IBU : Kamu akan lupakan jurusan sejarah
285. UU : Iya ma!
286. IBU : Pintu kamar tidak usah dikunci
287. UU : Iya ma!
288. IBU : Berikan kunci itu!
289. UU : Iya ma!
290. IBU : Sekarang tidur dan mimpilah bersama kata-kata - “iya” ma.
291. UU : Iya ma!
292. RUSTAM : Bagaimana?
293. IBU : Beres! Iya sudah dengan rela melupakan jurusan sejarah.
294. SEMUA : Alhamdulillah…….. Shanti………Shanti……..
. INTERIOR RUANG MAKAN – SIANG
295. PEMBANTU : Hanya karena persoalan sejarah, semua kegiatan jadi
terganggu. Tidak! Makan tidak boleh terganggu. Makanlah
banyak-banyak, siapa tahu perang dunia ke-3 bakal betul-
betul meletus. Coba, apa kalian pikir sekarang gampang
memperoleh gudeg di sini? Di sini peluru lebih banyak, dari
pada buah pepaya. Maka dari itu, makanlah pada saat kita
lapar!!!

Abbbissssssssss

> Direproduksi untuk pentas keliling sekolah


Oleh Sanggar poentoen’ - Kudus
Kudus,Juni 2005 *****

15

Anda mungkin juga menyukai