Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maulana Yusup Ibrahim Kelas : IX.7 No.

Absen : 18

Jam Kosong
“Kringggg… Kringggg…” Lonceng masuk pun berbunyi.
Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia, sebelum Pak Nadih masuk
kelas, kita semua berdoa. Ada pengumuman dari speaker kelas “Untuk semua
bapak ibu guru beserta staff, dimohon kehadirannya di Laboratorium IPA karena
akan ada rapat.” Perintah Pak Edi.
“Yeayy… Jam Kosong..”, Ucapku sambil berteriak.
“Sttt… Jangan berisik, nanti ada guru yang masuk.”, Tegur Ayu.
Saat jam kosong, Aku, Wahyu, Bayu, Hasti dan Ayu berkumpul untuk
bermain, bercanda, dan mengobrolkan banyak hal. Setelah itu kami merasa lapar.
“Oi, beli makan ke kantin yok laper nih”, Ucap Wahyu.
“Yokk”, Jawab Bayu dan Hasti.
“Eitss bentar, bukannya kita gaboleh ke kantin saat jam pelajaran ya?”,
ucapku mengingatkan.
“Yailah.. Cuma sebentar kok.”, Ucap Wahyu dengan muka santai.
“Yaudah, Yokk.”, Ucapku dengan rasa bimbang.
Akhirnya sampai di kantin. Wahyu, Bayu, Hasti dan Ayu beli jajan. Karena
aku juga merasa haus, akhirnya aku juga beli minum juga. Setelah kami makan
dan minum, kami bergegas menuju kelas. Saat ditangga, aku mendengar suara
Pak Nadih sedang menjelaskan materi, aku merasa takut dan ternyata Pak Nadih
memang sudah masuk ke kelas.
“Woii, Pak Nadih sudah masuk kelas kita”, Ucapku dengan ketakutan.
“Gimana nih?”, Sambut Hasti.
“Yaudah.. Hasti dan Ayu masuk duluan.”, Ucap Bayu sambil bingung.
Hasti dan Ayu masuk sudah memasuki kelas. Tapi, mereka berdua tidak
ditanyai apa-apa oleh Pak Nadih.
“Nah, sekarang giliran kita bertiga yang masuk. Nanti kalau Pak Nadih
nanya bilang saja kalau kita dari ruang guru.”, Ucap Wahyu menyusun strategi.
“Masa kita harus berbohong?” Ucapku
“Ini demi kebaikan kita Bersama.” Ucap Wahyu meyakinkan.
“Yaudah, yok masuk.” Ajakku.
Kami bertiga pun masuk ke kelas.
“Assalamualaikum..”, Ucap kami bertiga sambil menundukan kepala.
“Waalaikumsalam.. Kalian dari mana aja?”, Tanya Pak Nadih.
Dengan gagap kami menjawab “K…k..aaa…miii dari ruang guru buuu..”
sambil menunduk. “Ngapain kalian ke ruang guru? Bertiga lagi.”, tanya Pak
Nadih dingin. “Tadi pak, kami bertiga dipanggil guru.” Sambut Wahyu dengan
ketakutan. “Siapa gurunya??”, tanya Pak Nadih dengan kasar. Kami diam dengan
rasa bersalah. Aku sangat menyesal, aku pun memutuskan untuk jujur ke Pak
Guru.
“Pak, sebenarnya tadi kami bukan dari ruang guru. Tapi tadi kami ke kantin
karena kami merasa lapar.”, ucapku dengan rasa bersalah.
“Bapak sudah menduga, kalian pasti berbohong. Kenapa sih kalian gak
jujur saja ke bapak?” tanya Pak Nadih sambil menatap kami.
“Maaf pak, tadinya kami tidak mau berbohong ke bapak, tapi karena ide
Wahyu untuk berkata bohong ke Bapak kami memutuskan untuk berbohong
karena tadi kami merasa ketakutan.” Ucapku menjelaskan semuanya.
“Kalian harusnya takut sama Tuhan karena membohongi guru kalian.
Kenapa harus takut sama bapak? Kalian takut dihukum kan?” Ucap Pak Nadih
dengan tegas.
Kami mengangguk-angguk. Sementara itu, Hasti dan Ayu sedang duduk
dengan santai, padahal dia juga ikut dalam masalah ini. Bayu pun bilang ke Pak
Nadih kalau Hasti dan Ayu juga ikut ke Kantin. Mereka berdua pun dipanggil
oleh Pak Nadih.
“Hasti, Ayu maju kalian ke depan!!” ucap Pak Nadih dengan keras.
Hasti dan Ayu maju dengan rasa ketakutan.
“Mentang-mentang kalian selamat dari pertanyaan bapak kalian berusaha
menjauh dari masalah ini sedangkan teman kalian sendiri yang menanggung ini
semua. Kalian berlima berdiri di sini sampai pulang.” Perintah Pak Nadih.
Kami berlima pun meminta maaf ke Pak Nadih karena kami merasa
bersalah.
“Yaa.. sebelum kalian minta maaf, bapak sudah memaafkan kalian.
Sebenarnya bapak Cuma mau kejujuran kalian” Ucap Pak Nadih.
“Iya bu, kami merasa bersalah. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi.”
Ucap kami berlima.
“Yasudah.. kalian boleh duduk.” Ucap Pak Nadih.
Kami pun sadar bahwa berbohong adalah perbuatan yang salah. Tidak ada
yang namanya berbohong demi kebaikan, yang ada kebohongan itulah yang dapat
mendatangkan masalah yang baru.

Anda mungkin juga menyukai