KESIMPULANNYA:
“Menurut saya, itu dikarenakan budaya dan kegiatan di sana yang tidak mendukung perempuan.
Sehingga memang diperlukan adanya affirmative action.”.
Pemerintah pun diharapkan bisa lebih hadir dalam memajukan perempuan di Indonesia bagian
timur, di antaranya dengan menyediakan beasiswa maupun fasilitas agar mereka lebih
memahami hukum. Selain itu, pendekatan seperti kampanye juga dirasa perlu dilakukan guna
menurunkan ketimpangan berbasis gender.
Sementara itu, aspek yang dinilai paling timpang antara laki-laki dan perempuan ialah
kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.
Masih dalam kesempatan yang sama, Sugeng menekankan bahwa pemerintah perlu
memperhatikan betul alokasi anggaran dan ukuran lapangan kerja bagi masyarakat. Apabila dua
hal itu dapat dipenuhi, Sugeng meyakini persoalan ketimpangan sosial dapat diatasi.
Dana pendidikan yang saat ini dialokasikan pemerintah sebesar 20 persen pun dirasa Sugeng
belum bisa memberikan dampak yang signifikan. “Alokasi anggaran di 2019 harus lebih tajam
dan fokus pada pengembangan SDM, serta mendukung anak muda untuk vokasi,” ujar Sugeng.
Lapangan kerja bagi masyarakat pun harus dibuat berkesinambungan dengan percepatan
pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah pusat. Menurut Sugeng, proyek
pembangunan di berbagai daerah harus bisa memberikan dampak kepada masyarakat di
sekitarnya.
“Selain itu, sebesar 10 persen APBD (Angkatan Pendapatan dan Belanja Negara) juga harus
difokuskan kepada angkatan kerja,” kata Sugeng