Oleh :
Kelompok 2
1. Achmad Rama Irhamdi
2. Annisa Mufidah
3. Dian Islamiati
4. Khoirunnisyak
5. Mira Miranda
6. Rani Rusmiati
7. Syesa Aishania
Kelas : XI IPS 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Guru Pembimbing : Siti Markona, M.Pd.
Pengenalan Tokoh
Khoirunniysak (Nisak)
bersyukur
Mira Miranda dan Rani Rusmiati : Teman Khoirunniysak. Anak orang kaya yang suka
pamer
Syesa Aishania
Annisa
Dian Islamiati
: Eh, liat.. aku punya jam baru, ini dibeliin papaku di Singapura kemarin. (sambil
menunjukkan jam tangannya)
Mira
: Itu sih jam biasa, liat jam tanganku.. belinya di Paris, limited edition lagi.
Rani
Nisak : Eh., itu. Aku gak suka pake jam. Sebenernya aku punya banyak tapi gak pernah
aku pake.
Mira
: Ohya, papa kamu lagi di Jepang kan ? kalo di pulang, minta beliin jam aja, biar
kita samaan.
Nisak : Hehe, iya deh. Nanti aku minta jam yang paling mahal. Terus kalian mau nitip
apalagi ? aku beliin semuanya.
Mira dan rani : Asiikk.. kamu emang temen sejati kami.
Sepulang sekolah, nisak melihat bajunya belum dicuci. Ia pun marah-marah kepada ibu
dan adiknya.
Nisak : Ibuuuukk.. ibuuuukk...
Annisa : Kakak kenapa teriak-teriak ? Ibu lagi sholat kak
Nisak : Gimana sih, masak jam segini pakaian belum dicuci semua, besok kan mau aku
pake!
Annisa : Astaghfirullah. Kenapa gak kakak cuci sendiri ? ibuk tuh capek, udah kerja
seharian.
Nisak : Alah kamu sok tau. Anak kecil tuh diem aja. Ibuuuukkk... Aku laper, mau
makan.
Syesa : Kalian kenapa ribut-ribut ? ini nak, makanlah. Ibu udah masak.
Nisak : Haaah!! Apaan nih ?! tahu, tempe, tahu, tempeeee terus tiap hari. Aku bosen buk
! Aku mau makan daging kayak orang kaya! (sambil membanting piring ke
lantai)
Syesa : Kamu gak boleh ngomong gitu nak, kamu harusnya bersyukur. Masih banyak
orang diluar sana yang gak bisa makan nak.
Annisa : Ya Allah kak. Kenapa kakak begitu ?
Nisak : Udahlah! Dari pada makan sampah kayak gitu, lebih baik aku mati kelaparan.
Sini, kasih aku duit. Aku mau beli buku baru dan makanan yang enak.
Syesa : Ibuk gak punya uang nak. Kemarin kan kamu baru beli buku, kenapa sekarang
mau beli lagi?
Nisak : Ibuk tuh jangan cerewet ya. Mana uangnya ?! (mengambil paksa uang dalam
dompet ibunya)
Syesa : Jangan, Nak. Itu uang buat bayar spp adek kamu.
Nisak : Udah, lepasin ! (mendorong ibunya hingga terjatuh)
Annisa : Buk, ibu gak apa-apa kan ?
Kata nisak dalam hati : hahaha.. dengan uang ini aku bisa beli barang mahal buat
dipamerin ke mira dan rani.
Syesa : Ya Allah.. sadarkanlah anak hamba ya allah, semoga dia kembali ke jalan yang
benar. (sambil mengusap dada)
Dua hari kemudian, Rani, Mira, dan Nisak kembali mengobrol bersama. Mereka
berencana untuk menonton film, tetapi Nisak menolaknya dengan alasan kalau dia bisa
melakukan semuanya dirumah.
Rani
Mira
: Kamu tuh ya, tiap kali diajak jalan pasti gak bisa. Emang kenapa sih ? kamu kan
banyak uang.
Nisak : Bukannya gitu mir, aku Cuma capek aja. Lagian kalo mau nonton dirumah juga
bisa, kalo mau berenang ada kolam renang. Bagi aku, gak ada yang gak bisa
dilakuin.
Rani
: Hai, Nisak.
Mira
Rani
Mereka pun jalan berdua dan mengobrol tentang banyak hal. Sampai akhirnya mereka
sampai di sebuah taman, dan kemudian duduk berdua disana.
Iam
: Aku mau, kamu jadi pacarku. Kamu mau kan ? (mengeluarkan sebuah bunga,
dan menyerahkannya kepada Nisak)
: Tapi apa, Nis ? kamu kan dari kelurga terpandang, sama kayak aku. Kita itu
cocok. Kalo kita nikah, kita bisa melanjutkan bisnis papaku.
: Kalo gitu, kamu pake cincin ini. (sambil menyerahkan sebuah cincin berlian)
Nisak : Makasih ya, Am. Aku seneng banget. (memakai cincin tersebut sambil tak
berhenti tersenyum)
Iam
Beberapa saat kemudian, Ibu dan adik Nisak yang sedang memungut sampah di jalan
melintas di depan Nisak dan Iam, ibunya pun menegur nisak karena dia berduaan dengan
lelaki yang bukan muhrimnya.
Syesa : Nak, kamu ngapain disini, berdua-duaan sama cowok ? Itu kan dilarang agama.
Nisak : Gak, kamu jangan percaya sama pemulung ini. Udahlah kita pergi aja dari sini
Iam
: Hm.. iya.
Nisak : Gak usah, gak usah repot-repot. Aku bisa pulang sendiri kok.
Tanpa diketuahui nisak, iam membuntuti nisak dari belakang sampai tiba di rumahnya.
Disana, Iam melihat dua orang pemulung tadi menegur Nisak.
Annisa : Sudahlah, Buk. Sabar aja ya.
Syesa : Iya, Nak.
Nisak pun sampai dirumahnya.
Annisa : Kak, kenapa kak kayak gitu tadi ? kenapa kakak gak ngakuin ibu dan aku, kak ?
Nisak : ... (Memalingkan mukanya dan segera masuk ke kamar)
Akhirnya, Iam mengetahui kebenarannya, dia pun mengajak Nisak untuk ngobrol di
tempat kemarin.
Iam
Nisak
Iam
: Aku udah tau kebenarannya. Kamu gak usah bohong lagi ! (berdiri dan marah
pada Nisak)
Nisak : Enggak, Am. Kamu salah paham. Aku gak kenal siapa mereka.
Iam
: Kemarin aku ngikutin kamu pulang. Ternyata, itu benar Ibu dan Adik kandung
kamu. Udahlah, kita gak cocok. Aku nyesel pernah kenal sama kamu. Mulai
sekarang kita putus, balikin cincin aku.
Nisak : Iam.. Am...! Tunggu aku, Am. Aku bisa jelasin semuanya.
Iam
Keesokan harinya, gosip tentang Nisak yang hanya seorang anak tukang sampah
menyebar luas, Rani dan Mira pun tidak mau berteman dengannya lagi.
Mira
: Eh, aku masih gak nyangka, ternyata Nisak itu anak tukang sampah
Rani
: Iya, selama ini dia bohong sama kita. Orang kayak gitu gak pantes ditemenin
Nisak pun datang, dan menyapa mereka berdua. Tetapi keduanya hanya diam dan
memasang ekspresi tidak senang.
Nisak : Hai, Mir, Ran.
Mira dan rani hanya diam.
Nisak : Hei, kalian kok diem aja ? kalian marah ya sama aku. Tenang aja, papaku udah
pulang dari jepang, hari ini dia bawa oleh2 buat kalian.
Mira
: Haahh ?? oleh2. Sudahlah, Nis. Kamu gak usah pura-pura lagi. Kami sudah tau
semuanya.
Rani
Mira
Nisak
: Enggak, enggak gitu Mir, Ran. Aku gak pernah bohong. Kalian harus dengerin
aku dulu.
Rani
: Kamu tuh ya, udah pembohong penghianat lagi. Syukurin kamu diputusin sama
iam, dasar penghianat.
: Hubungannya apa ? Kamu tega-teganya nerima cinta Iam kemarin, padahal aku
suka sama iam.
Nisak : Heh buk, ibuk tau gak ? Gara-gara ibuk, hidup aku jadi hancur! Aku diputusin
pacarku dan ditinggalin sama temenku.
Syesa : Memangnya salah ibu ap, Nak ?
Nisak : Salah ibu apa ? salah ibu adalah ibu orang miskin. Kalo aja ibu gak nikah sama
laki-laki miskin kayak almarhum bapak, pasti kita gak akan susah kayak gini.
Syesa
Annisa : (menampar nisak) Cukup, kak ! kenapa kakak jadi kayak gini ?! Memang apa
salahnya kalo kita gak punya harta yang banyak ?
Nisak : Kamu berani-beraninya nampar aku! Kamu tuh sama aja kayak ibuk, gak ada
gunyanya. Sok tau, sok alim kalian. Kenapa Tuhan gak adil bu ?! Aku udah capek
hidup begini. Aku udah bosen hidup miskin!
Nisak kemudian berlari meninggalkan rumahnya.
Annisa : kakak mau kemana ?
Syesa
Ibu dan adik Nisak terus mencarinya. Tiba-tiba, sebuah sepeda motor melaju dengan
kecepatan tinggi hendak menabrak Nisak. Tetapi ibunya segera berlari ke arah Nisak dan
mendorongnya, sehingga yang ditabrak adalah ibunya.
Annisa : Bu, itu kayak kakak.
Syesa : Iya, Nak. Itu kakak kamu. Masyaallah, Nisak! Awas, nanti kamu ditabrak
(segera berlari dan mendorong Nisak ke tepi jalan)
Nisak : (segera bangun dan menuju ke arah ibunya yang sedang kritis) Hah ? Ibuk ?
Annisa : Buk, ibuk gak apa-apa kan ?
Nisak : Ibuuk..
Syesa : Maafin ibu, nak.
Nisak : Enggak, ini bukan salah ibu. Maafin aku, buk.
Syesa : La ilaha illalah.. (menghembuskan nafas terakhir, dan segera menutup mata)
Annisa : Ibuk, buk jangan pergi buk.
Nisak : Ibuk jangan tinggalin aku, buk. Aku janji akan jadi anak yang baik. Aku akan
nurut sama ibuk. Bangun, buk, bangun. (berusaha membangunkan ibunya yang
sudah meninggal).
Semuanya sudah terlambat. Mereka berdua memeluk Ibunya sambil menangis. Setelah
kejadian itu, Nisak pun bertaubat kepada Allah SWT., dan berubah menjadi orang yang
lebih baik lagi.
Hikmah
Jadi, hikmah dari cerita ini adalah kita haru selalu bersyukur dengan apa yang kita terima
dalam hidup ini. Kita tidak boleh menganggap harta itu adalah segala-galanya. Kita juga
harus hormat dan berbakti kepada orang tua yang telah membesarkan kita dengan susah
payah. Jangan sampai, ketika semuanya sudah terlambat, kita baru sadar akan semua
kesalahan kita, karena semuanya sudah tak ada gunanya lagi.