Anda di halaman 1dari 2

Nama : A.

Bukhori
Kelas : XI MIPA 5

“Pohon Tanpa Akar”

Hamparan tanah yang berantakan. Dua sosok mayat bersandar di gundukan bebatuan. Suara-
suara kematian berhamburan dari segala arah.

“Sejarah negeri ini selalu mencatat orang-orang yang berani mempertahankan hak miliknya
sebagai pahlawan.
Keberanian itulah yang hendak aku tunjukkan pada dunia.
Apakah kalian akan meninggalkan tempat ini kaarena milik kalian telah hilang?
Apakah kalian menyerah hanya karena suara-suara dan bayangan yang tidak nyata itu?
Jawab…
Nah, itu, ketakutan itulah yang membuat kalian kalah. Aku akan tetap di sini. Akan aku rebut
kembali segala milikku yang dirampas olehnya. Kalau kalian mau pergi, pergilah…”

Seorang lelaki menggunakan tongkat dengan menyandang senjata tertatih menuju hamparan
tanah kosong. Ia menahan sakit yang dalam.
“Terserah kalian menyebut aku gila.tanah ini adalah nafasku. Negeri ini adalah darahku.siapa
(tertawa). Kalaupun dia datang lagi akan aku peluk dengan dadaku yang terbuka.
Oh…tidak.tidak!!!
Kalian bukan pajurit-prajuritku lagi, bukan orang-orang kepercayaanku lagi.
Pergi kalian.pergi.pergi!!!
Pergi!!! Pengecut! Pecundang! Penghianat! Pergi! Pergi!!!”

Hening sejenak.
“Akulah lelaki yang kehilangan.
Belum sempat aku menimang matahri yang beru keluar dari rahimmu. Belum sempat
tunjukkan keringat kita yang berubah menjadi emas kepadanya,kasihku.”

Tertawa getir, tanpa suara.


“Pagi yang seharusnya menyejukkan jiwa , tapi gerhana malah menebar luka. Kegelapan
menutupi jalan. Tanah kita meleleh. Kita tidak bisa maju. Kita terpaksa mundur ke masa lalu.
Jabatan yang aku raih, lenyap.
Kekayaan yang bertahun-tahun aku kumpulkan,musnah.
Dan rumah megah ini kini tinggal harapan kosong.
Air mataku habis.semuanya habis.
Yang tersisa tinggal cintaku, sayang.”

Menangis
“Sujud bagaimana lagi yang belum aku persembahkan padamu, tuhan?
Kenapa kematian begitu kejamnya menghancurkan surga kami?”
Duduk di samping mayat

Anda mungkin juga menyukai