Anda di halaman 1dari 28

BERSAMA WAJAH SETAN

KARYA: YUSEF MULDIANA

BABAK I
Adegan I
Panggung menggambarkan interior ruang tamu dan ruang keluarga pada rumah yang
terbilang mewah di sebuah kota besar. Dekat ruang keluarga terlihat sebuah tangga
yang menuju lantai atas. Salah satu ruang di lantai atas yaitu ruang tidur utama,
terlihat jelas dengan berbagai perabotannya. Model-model perabotan di rumah itu
mengisyaratkan bahwa penghuninya cukup mempunyai jiwa seni yang tinggi dan
berselera eksentrik. Bentuk sofa, kursi dan mejanya sangat unik, tidak akan bisa
ditemukan di rumah-rumah yang lain. Belum lagi benda-benda di sekitarnya.
Semuanya serba aneh memang. Malam itu rumah dalam keadaan sepi karena telah
ditinggal para penghuninya sejak tadi siang. Hujan besar di luar dan ledakan-ledakan
petir terus terdengar. Dari atas langit-langit rumah tersebut muncullah sosok manusia
yang terbang melayang sebelum akhirnya menginjak lantai. Kemudian sosok itu
berbicara kepada penonton.
RIRIWA
: Saudara-saudara, jika nanti dari balik pintu itu muncul sepasang
suami istri, maka pada saat itulah sandiwara ini benar-benar dimulai saya akan
menguraikan sedikit pengantar pertujukkan kepada hadirin. Hujan turun sejak tadi
sore. Mujib Bin Jabbar dan Kasih Mustikaiddah sepasang suami istri yang tinggal di
rumah ini, belum juga pulang. Kasihan mereka mencari-cari Abah Jabar yang pergi
meninggalkan rumah sejak tiga hari yang lalu. Tetangga-tetangga telah membantu
mencarikan, bahkan berita kepergiannya tersiar di surat kabar dan radio tapi Abah
Jabar belum juga ditemukan. Abah Jabar itu adalah bapaknya si Mujib alias
mertuanya si Kasih. Mujib itu anak semata wayang yang sangat dicintai oleh Abah
Jabar. Itulah sebabnya Mujib membawa ayahnya itu tinggal di rumahnya walau
istrinya tidak begitu setuju. Abah Jabar pertama kali menikah ketika berumur empat
puluh tahun. Jadi berapakah usia Abah Jabar sekarang?
SUARA
: (TERIAK) Hei, Ririwa! Kamu mau ngasih kata pengantar
pertunjukkan atau mau teka-teki?
RIRIWA
: (TERIAK) Sudah, kamu jangan ikut campur, Jurig! Oh maaf saudarasaurdara, perlu saudara ketahui bahwa dalam lakon sandiwara ini selain berfungsi
sebagai narator saya juga berperan sebagai de han of the tu alias hantu. Hantu yang
menghuni rumah ini. Nama saya ialah the ririw of the wa, alias ririwa. Sedangkan
yang teriak barusan itu adalah sundel bolong yang sering nangkring di pohon jambu
milik Ustad Hendrick. Saudara-saudara, sebelum saudara-saudara merasa tersinggung
karena dipanggil saudara oleh hantu alias ririwa, maka saya tidak akan lagi
memanggil saudara dengan kata saudara. Begini musuh-musuhku, sekali lagi saya

beritahu bahwa sandiwara ini baru dimulai ketika dari balik pintu itu muncul sepasang
suami istri. Siapakah suami istri itu musuh-musuhku? Mujib Bin Jabbar dan Kasih
Mustikaida.
(KUNTILANAK ATAU SUNDEL BOLONG MUNCUL SAMBIL MEMBAWA
PENTUNGAN YANG SANGAT BESAR MENGHAMPIRI RIRIWA)
BOLONG
: Teka-teki lagi, teka-teki lagi! Memangnya ulangan umum? Nih
rasakan bangsat! (MEMUKUL RIRIWA DENGAN PENTUNGAN KEMUDIAN
LARI KE LUAR PANGGUNG)
RIRIWA
: Aduh! Dasar kuntilanak! Untung saya hantu, kalau bukan, sudah
pingsan saya. Musuh-musuhku kalian tak usah kaget ataupun risi jika nanti dalam
sandiwara ini ada beberapa kali terdengar dialog-dialog yang berbau sex alias tujuh
belas tahun ke atas, karena ucapan-ucapan tentang seksual itu sangat diperlukan
dalam cerita ini. Dan jangan kalian lantas mencap bahwa sandiwara ini adalah
sandiwara porno atau stensilan. Anggap saja semuanya sebagai sebuah pelajaran.
Suatu saat ketika sudah berumah tangga semua manusia akan menyadari bahwa sex
itu adalah suatu kebutuhan dan suatu kewajiban. Dan jangan sekali-kali melakukan
perbuatan sex di luar pernikahan. Karena itu adalah suatu dosa besar, sebagai pemeran
setan saya memperingatkan anda. (TERDENGAR SUARA LANGKAH DI TERAS
RUMAH YANG AKAN MENDEKATI PINTU). Dengarlah mereka telah datang.
Lakon ini akan segera dimulai. (TERDENGAR SUARA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN SEDANG BERNYANYI-NYANYI). Mereka bernyanyi. Mereka
nampak bahagia.
(PINTU TERBUKA. LALU DARI BALIK PINTU ITU MUNCUL DUA SOSOK
MAKHLUK HIDUP, PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG SANGAT
MENYERAMKAN. MEREKA BERNYANYI SAMBIL BERJALAN KE ARAH
TANGGA).
RIRIWA
: Saudara eh musuh-musuhku, sandiwara ini belum dimulai karena
mereka bukan Mujib dan Kasih melainkan hantu dari rumah tetangga yang sedang
berpacaran dengan jurig jarian. Memang rumah ini sering didatangi makhluk-makhluk
seperti seperti itu eh seperti saya eh seperti kami. (MELIHAT KEPADA DUA
MAKLUK SERAM YANG TELAH BERADA DI KAMAR ATAS) Hei kalian jangan
pacaran di tempat tidur manusia! Kemasukan tahu rasa! (DUA MAKHLUK SERAM;
DISINGKAT DUMARAM, MALAH BERNYANYI DUET).
DUMARAM : (MENYANYI) Cobalah kalian terka
Apakah kami setan atau manusia
Jika kalian bilang kami setan
Biasa saja manusia yang sedang kesetanan
Jika kalian bilang kami orang
Belum tentu kami orang
Bisa jadi setan berwajah orang
Ada orang di mana-mana
Ada setan di mana-mana
Cobalah kalian terka
Apakah kami setan atau manusia
PENONTON : Orang yang sedan memerankan setan.
(SEMENTARA DUMARAM ASYIK BERNYANYI SEBUAH POCONG TAMPAK
MELOMPAT-LOMPAT DARI ARAH KANAN MENUJU ARAH KIRI DAN
MENGHILANG).
RIRIWA
: Ini apalagi! Perasaan dalam latihan tadi tidak ada adegan ini? Janganjangan pocong beneran?

(POCONG YANG MELOMPAT-LOMPAT ITU KEMBALI MUNCUL, MASIH


DARI ARAH KANAN MENUJU ARAH KIRI).
RIRIWA
: Hei kamu pocong beneran atau pocong-pocongan?
POCONG
: Kenapa engkau bertanya demikian terhadap diriku?
RIRIWA
: Soalnya dalam latihan tidak ada adegan kamu.
POCONG
: Maenya kieu-kieu wae kudu latihan? (POCONG KEMBALI
MELOMPAT-LOMPAT).
RIRIWA
: Nama kamu siapa, Cong?
POCONG
: Dikau mau tahu nama diriku?
RIRIWA
: Ho-oh.
POCONG
; Namaku The Mus After Prim.
RIRIWA
: The Mus After Prim? Musprim?
POCONG
: Bukan. Primus! (POCONGNYA PERGI)
(KEMBALI TERDENGAR LANGKAH KAKI DI TERAS RUMAH)
RIRIWA
: Kali ini pasti mereka. Tak salah lagi. Saya telah mencium baunya.
(KEPADA DUMARAM). Kalian cepat turun dan lekas pulang. Mujib dan kasih telah
datang.
DUMARAM : Tidak apa-apa kami di sini. Mereka kan tidak bisa melihat kita?
RIRIWA
; Bukan begitu, panggung kamar itu tidak cukup untuk empat orang.
Kalau suami istri itu masuk ke kemar ketika kalian masih di situ, panggung itu bakal
runtuh.
DUMARAM : Oh, alasan teknis. Mari Sadi, kita pergi dari sini. Kita mencari tempat
lain.
DUMARAM : Di mana tempat lain teh Sakang?
DUMARAM : Bagaimana kalau kita pacaran di tempat penonton?
DUMARAM : Embung ah sieun disurakan.
RIRWA
: Cepat kalian pergi jangan banyak diskusi! Sandiwara akan dimulai!
(DUMARAM TIBA-TIBA MENGHILANG. LANTAS KASIH MUNCUL DARI
BALIK PINTU RUMAHNYA DIIKUTI MUJIB YANG MEMBAWA PAYUNG.
SUARA HUJAN MASIH TERDENGAR). Lakon telah dimulai.
KASIH
: Kemana perginya orang tua itu? Bikin repot saja! Dicari dari pagi
sampai malam begini, sehelai rambutnya pun tidak kita jumpai. Kemana lagi kita
mesti mencarinya? Apa mungkin dia sembunyi di selokan?
MUJIB
: Sudahlah Mih, Mamih istirahat dulu. Besok kita cari lagi sampai
ketemu. Kita datangi rumah teman-teman lamanya.
KASIH
: Papih saja besok yang pergi. Saya sudah betul-betul cape!? (BARU
SADAR BAHWA PINTU TELAH TERBUKA). Pap!? Kok pintu ini tidak dikunci?
MUJIB
: Mungkin Mamih lupa menguncinya waktu berangkat tadi?
KASIH
: Tidak mungkin. Saya betul-betul yakin saya telah menguncinya.
(MEMPERLIHATKAN KUNCI). Ini kuncinya saya bawa. Jangan-jangan ada maling
masuk?
MUJIB
: Atau barangkali Abah sudah pulang?
KASIH
: Coba lihat di kamarnya.
MUJIB
: (TERIAK) Baaaah!
KASIH
: Jangan teriak-teriak! Ayo lekas cari!
(MUJIB PERGI KE ARAH KAMAR ABAH JABAR SEMENTARA KASIH
DUDUK DI SOFA SAMBIL MENGUPAS JERUK YANG TERSEDIA DI MEJA).
RIRIWA
: Ini gara-gara kelakuan setan-setan tadi. Masuk tanpa mengunci lagi
pintunya. Dasar The Tol End The Lol. Alias tolol!
DUMARAM : (MUNCUL TIBA-TIBA). Apa lu bilang? Sembarangan!

RIRIWA
: Itu. Gara-gara kalian masuk tidak menutup pintunya lagi, kalian telah
membuat masalah di rumah ini.
DUMARAM : Biarkan saja. Kita bikin mereka stres.
RIRIWA
: Heh!? Kalian tadi kan sudah pergi? Kenapa tiba-tiba muncul lagi?
DUMARAM : Habis kamu bilang tolol sama aku?
RIRIWA
: Kenapa kamu bisa dengar?
DUMARAM : His. Jurig tea. Hebat bisa terbang. Hayu Sadi kita pergi lagi. Kita
teruskan perjuangan.
DUMARAM : Hayu lah. (KEDUANYA PERGI)
(MUJIB TELAH BERADA LAGI DI RUANGAN ITU DAN LANGSUNG
MENDEKATI KASIH).
MUJIB
: Ternyata Abah tidak ada.Dia belum pulang.
KASIH
: Jadi siapa yang buka pintu? Hantu?
RIRIWA
: Iya. Memang hantu.
MUJIB
: Sejak kapan kamu mulai percaya pada hantu?
KASIH
: Pasti ada pencuri atau rampok yang masuk rumah kita.
MUJIB
: Tidak. Papih sudah periksa tidak ada barang yang hilang. Pasti kamu
yang lupa mengunci.
KASIH
: Saya menguncinya. Sungguh!
MUJIB
: Dalam keadaan terburu-buru dan hati yang sedang gelisah orang
cenderung lalai dan tidak hati-hati dalam melakukan pekerjaan. Ketika Mamih
mengunci pintu hati Mamih sedang gundah karena kepergian Abah. Jadi Mamih
merasa bahwa Mamih telah mengunci pintu padahal pintu itu belum terkunci karena
Mamih tergesa-gesa dan sedikit kehilangan konsentrasi.
KASIH
: Saya mengunci. Bahkan saya ingat lubang kunci itu saya kunci dua
putaran. Daya ingat saya tajam Papih. Papih malah bilang saya tidak konsentrasi
segala.
RIRIWA
: Nah, kalau sudah mulai seru begini, saya selalu tergiur untuk
bercanda dan menggodanya. Akan saya kerjain mereka.
(RIRWA MENGHAMPIRI MUJIB DAN KASIH YANG MASIH BERTENGKAR
TENTANG PINTU RUMAH. TENTU SAJA MUJIB DAN KASIH TIDAK
MELIHAT KEBERADAAN RIRIWA. RIRIWA LALU MENEPUK PANTAT KASIH
KERAS-KERAS).
KASIH
: Aduh! Jangan kurang ajar dong Pih. Sakit nih!
MUJIB
: Ada apa Mih?
KASIH
: Ada apa Mih? Ada apa Mih? Tidak sopan!
MUJIB
: Mamih kenapa marah-marah? Papih ini salah apa sama Mamih?
KASIH
: Tidak lucu!
MUJIB
: Apa yang tid ak lucu?
(KEMBALI RIRIWA MENEPUK PANTAT KASIH, KALI INI PAKAI
MENGUWEK-NGUWEKNYA SEGALA).
KASIH
: (TAMBAH MARAH). Sekarang bukan waktunya bercanda Mujib?!
Kalau sudah tidak tahan kepingin gituan, ngomong! Bukan nguwel-nguwel pantat
saya!
MUJIB
: (MARAH). Siapa yang nguwel-nguwel pantat kamu Kasih!?
KASIH
: (LEBIH MARAH). Ente Mujib, ente!!
MUJIB
:
(MENYABARKAN
SAMBIL
BERUSAHA
HENDAK
MENGGANDENG KASIH). Papih rasa mamih terlalu cape, perlu istirahat. Mari
Papih antar ke kamar.
KASIH
: (MERONTA). Teuing siah Mujib!!

MUJIB
: Kunaon ari sia, Kasih?
KASIH
: (MENANGIS DAN DUDUK DI SOFA).
MUJIB
; (MENENANGKAN). Sudahlah Mamih. Kenapa Mamih menangis?
Kesedihan apa yang ada di dalam hati Mamih? Kalau saya salah saya minta maaf
sejuta maaf. Tapi saya tidak merasa salah apa-apa.
KASIH
: Nguwel-nguwel pantat, tidak ngaku.
MUJIB
; Betul tadi ada yang nguwel-nguwel pantat kamu?
KASIH
: Betul tadi ada yang nguwel-nguwel pantat kamu? Tidak lucu! Heran
saya, semenjak ditinggal Abah kelakuan kamu jadi menyebalkan. Cunihin. Mungkin
kamu stres Pih. Periksa ke dokter, ya? (MENEGANG KENING MUJIB). Sudah saya
bilang kalau tidak tahan, bilang. Bukannya nguwel-nguwel.
MUJIB
: Dengar. Saya tidak menyentuh pantat kamu sedikitpun! Berarti
hantulah yang sudah melakukan tindakan yang tidak terpuji itu.
KASIH
: Oh begitu? Sejak kapan kamu percaya pada hantu?
MUJIB
: Sejak hantu itu ngobel-ngobel bokongmu. Sudahlah Mamih. Itu
hanya perasaan Mamih saja. Kegelisahan Mamihlah yang membuat pikiran Mamih
jadi tak menentu sehingga menyebabkan pantat serasa dikobel-kobel. Sebaiknya kita
sama-sama istirahat agar pikiran kita menjadi jernih dan hati jadi tenang. (MUJIB
BERHASIL MEMBUJUK KASIH UNTUK BERDIRI DAN SAMA-SAMA PERGI
KE KAMAR. PADA SAAT ITU RIRIWA KEMBALI MENDEKATI MEREKA.
RIRIWA KINI MENCUBIT PINGGANG MUJIB). Nah, begitu dong Mih.
RIRIWA
: ( MENEPUK PANTAT MUJIB DAN MENGUWELNGUWELNYA).
MUJIB
: Nah, begitu dong Mih.
RIRIWA
: (MENEPUK DAN MENGOBEL CELANA MUJIB TEPET DI
TEMPAT KEDUA BIJI SENJATANYA).
MUJIB
: Wah! Dahsyat!
KASIH
: Apanya yang dahsyat Pih?
MUJIB
: Sentuhannya.
KASIH
: Sentuhannya? Sentuhan apa?
(RIRIWA KEMBALI MENEPUK BAGIAN VITAL KEPUNYAAN MUJIB).
MUJIB
: Nah itu.
(RIRIWA BERSEMBUNYI DISUATU SUDUT KETIKA MUJIB SERENTAK
MENGANGKAT TUBUH KASIH DAN MENGGENDONGNYA UNTUK
KEMUDIAN DIBAWA KE TANGGA. SAAT ITU PULA TERDENGAR SUARA
BEL).
MUJIB
: (MELEPASKAN GENDONGAN). Siapa tamu yang datang malammalam begini?
KASIH
: Mungkin Abah pulang.
(MUJIB DAN KASIH KEMBALI MENURUNI TANGGA DAN BERJALAN
MENUJU PINTU DEPAN UNTUK MENGETAHUI SIAPA YANG DATANG. DARI
LUAR MUNCUL SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG PEREMPUAN
HAMIL).
MUJIB
: Oh Mas Busro. Silakan masuk Mas.
KASIH
: Eh Bu Busro. Silakan masuk. Lho? Bu Busro ini sedang hamil? Kok
saya baru tahu? Berapa bulan?
BU BUSRO : Hampir tujuh.
MUJIB
: Silakan duduk Mas Busro.
KASIH
: Silakan duduk Bu Busro.
MUJIB
: Ada apa kok datang malam-malam begini?

PAK BUSRO : Begini, ah Ibunda saja yang bicara.


BU BUSRO : Ayahanda dong. Kan Ayahanda yang tahu persis segalanya.
PAK BUSRO : Baiklah. Begini Pak Mujib, Bu Mujib. Kami merasa satu nasib dan
satu penderitaan dengan keluarga Pak Mujib.
MUJIB/KASIH: Maksudnya apa Mas?
BU BUSRO : Eh bareng?
PAK BUSRO : Itu namanya Pak Mujib dan Bu Mujib sudah sehati. Orang kalau
sudah sehati dan sejiwa memang bisa ngomong bareng. Bukan begitu Pak Mujib, Bu
Mujib?
MUJIB/KASIH : Ah Mas Busro ini bisa saja. Ini kan hanya kebetulan saja. (PAUSE.
PAK BUSRO DAN BU BUSRO SALING PANDANG. MUJIB DAN KASIH
MELANJUTKAN PEMBICARAAN). Oh, iya Mas, apa maksud kata-kata Mas tadi?
Satu nasib dan satu penderitaan?
PAK BUSRO : Begini Pak Mujib, Bu Mujib. Saya merasa prihatin melihat kalian
belum punya anak. Kami kepingin mengajak kalian untuk pergi ke Gunung Tilu.
Banyak orang yang datang ke sana karena ingin punya anak. Mereka semuanya
berhasil. Lihat istri saya. Sepuluh tahun kami menantikan kehadiran seorang anak.
Tapi baru sekarang hal itu kesampaian, karena kami pergi ke Gunung Tilu menemui
Pak Odoy.
BU BUSRO : Betul Bu Mujib, sebaiknya pergilah besok atau lusa. Pak Odoy itu
jampi-jampinya sangat mujarab dan ajaib.
MUJIB
: Gunung Tilu itu di mana?
PAK/IBU BUSRO : Di Sumedang, dekat Ranca Kalong.
KASIH
: Eh bareng?
(KEMBALI TERDENGAR SUARA BEL. MUJIB BERDIRI DAN BERJALAN KE
ARAH PINTU. KINI RUMAH ITU KEDATANGAN TIGA ORANG LAKI-LAKI.
SALAH SEORANG DIANTARANYA MEMAKAI PAKAIAN INDIA).
ASENG
: Haya. Selamat malam. Apa kabarl semuanya?
MUJIB
: Baik koh baik.
ASENG
: Syukurl ari kitu mah. Eh si Busrlo ada di sini. Lagi ngapain kamu
Busrlo?
PAK BUSRO : Biasa Seng, ada urusan. Kamu sendiri ada apa datang ke sini Seng?
ASENG
: Owe mah tidak sendirli owe mah berltiga datang ke sini. Owe juga
ada urlusan sama Si Mujib oge sama Si Kasih. Sebetulnya owe datang berlempat
sama supirl tapi dia lebih suka duduk di teras.
KASIH
: Kenapa tidak di suruh masuk?
ASENG
: (MEMANGGIL). Togar! (BELUM MENYAHUT). Togar!
TOGAR
: Kenapa pula kau panggil-panggil aku Bos! Aku sedang asyik
memandang lampu. Bagus Bos. Banyak siraru bercengkrama di atasnya.
ASENG
: Masuklah kau.
TOGAR
: Tidak lah Bos. Bos saja yang di dalam Aku di sini saja. Di sini
hawanya segar dan tenang. Kalau di dalam ada secangkir kopi bawalah kemari.
RIRIWA
: Sekarang saya akan diam di luar. Akan saya ganggu Si Togar. (DIA
KELUAR).
MUJIB
: Ini siapa koh?
ASENG
: Perlkenalkan ini teman owe baru datang dari Bombay. Namanya
Vijay Kumarl Rlatapsing. Sengaja owe bawa ke sini untuk diperlkenalakan sama
kamu Mujib, sama Maneh kasih.
MUJIB
: Yang satu ini siapa?

ASENG
: Ah ini mah bukan siapa-siapa. Si Dadang ini mah. Hayang mimilu we
ka panggung cenah. Hayang ngasaan milu sandiwarla tapi tong dibere dialog cenah
sok ngadegdeg.
MUJIB
: Jadi tujuan kedatangan engkoh itu?
ASENG
: Sebelumnya saya minta maaf karlena datang malam-malam.
PAK BUSRO : Sama sya juga minta maaf.
ASENG
: Soalnya tadi sorle owe datang ke sini tapi rlumah ini kosong.
PAK BUSRO : Persis. Tadi sya berkali-kali datang ke sini, tapi di sini sepi.
ASENG
: Ah pipilueun wae Si Busrlo mah.
(TIBA-TIBA SI TOGAR MASUK SAMBIL NGOMEL-NGOMEL. RIRIWA
MENGIKUTINYA).
TOGAR
: Jangan-jangan di rumah ini ada setan gentayangan.
ASENG
: Kenapa Togar?
TOGAR
: Aku sedang enak-enak duduk sambil memandang air hujan yang
terkena bias lampu. Tiba-tiba ada yang melempar mukaku dengan kerikil. Aku pikir
orang iseng yang sengaja mempermainkanku. Tapi kutengok tidak ada orangnya.
Terus aku duduk lagi eh dilemparnya lagi mukaku hampir kena mata. Terus kucari dan
kutengok tak ada siapa-siapa di sana. Terus merindinglah aku. Setelah merinding
larilah aku ke dalam. Rupanya ada hantu di rumah ini?
KASIH
: Itu hanya perasaan Abang saja. Mungkin hati Bang Togar sedang
kalut dan gelisah. Hati yang sedang kusut dan gelisah sangat mudah dibayang-bayangi
oleh hal yang tidak-tidak. Misalnya merasa diganggu atau merasa dilempar setan.
Padahal itu hanya ilusi.
TOGAR
: Ah. Persetan pula dengan ilusi. Memang aku merasa dilempar dan
betul-betul kerasa sakit di mukaku.
ASENG
: Stop atuh stop. Jangan bicara saja. Sekarang kamu duduk saja Togar.
(TOGAR DUDUK). Sok Vijay gera ngomong atuh.
VIJAY
: Begini saudara Mujib. Saya karena datang ini sehingga untuk
membawa ada sebagai pertolongan. Saya mempunyai pendengaran anda dan istri anda
sampai belum punya anak selalu setelah ada itu perkawinan terhadap tujuh tahun
kelamaan. Saya ini ada kepunyaan obat betapa mujarab ini yang sangat saya sengaja
bawa dari pada negeri begitu kejauhan yaitu India tersebut.
ASENG
: Ngomong naon maneh itu Vijay? Kalau bicara yang betul tata
bahasanya.
VIJAY
: Kalau dimungkinkan Saudara Mujib punya itu kurang ada bagaikan
kejantanan waktu menaiki istri anda di ranjang tersebut, maka perlu anda sebaik pun
ini obat kekuatan sehingga ditelan dan menuju kelamaan tiga bulan pada istri sudah
ada punya kecelakaan yakni adanya suatu peristiwa penghamilan. Kejadian anda
mempunyai itu suatu anak dan tidak ada lagi namanya rasa kemaluan pada anda untuk
kehadapan orang.
PAK BUSRO : Sebentar. Jadi Saudara Vijay itu mau jual obat terhadap Pak Mujib
supaya Pak Mujib punya anak?
VIJAY
: Itu bagaikan ada kebetulan tersebut.
ASENG
: Betul we kituh. Ngomong teu pararuguh!
PAK BUSRO : Tidk bisa! Saudara tidk bisa menjual obat tersebut pada Pak Mujib.
Saya akan membawa Pak Mujib dan Bu Mujib ke Gunung Tilu. Di sana ada orangnya
yang pasti sanggup menolong. Sudah banyak buktinya. Tapi obat dari Tuan Vijay ini
belum tentu bisa menolong.
(MAKA TERJADILAH PERTENGKARAN ANTARA ASENG DAN VIJAY
MELAWAN PAK BUSRO DAN BU BUSRO SEHINGGA MEMBUAT PARA

TETANGGA TERUS BERMUNCULAN KE RUMAH ITU TERMASUK HANSIP.


ADEGAN INI SANGAT DIHARAPKAN KETANGGUHAN KESIAPAN PARA
AKTOR UNTUK BERIMPROVISASI. MUJIB DAN KASIH MERASA KESAL
DENGAN KELAKUAN TAMU-TAMUNYA).
KASIH
: Stop! Kalian jangan bertengkar di rumah saya!
MUJIB
: Betul! Kalau mau bertengkar menjauh sana!
KASIH
: Pergi kalian dari rumahku! Pergi! Pergi semua!
ASENG
: Eh! Kamu mengusir owe Kasih?
KASIH
: Bukan hanya kamu yang yang diusir! Tapi semua! (PADA PARA
TETANGGA). Kalian juga pergi. Ini bukan tontonan.
MUJIB
: Hansip! Kamu jangan bengong saja! Suruh mereka pergi.
HANSIP
: Siap. Kalian jangan bikin onar. Cepat pulanh ke rumah masingmasing. Sebelum kami melakukan tindakan kekerasan.
ASENG
: Aduh-aduh eta Si Ujang Hansip wanian rek ngusir owe. Entong borlo
Hansip tentara oge dikuntaw ku owe mah.
(RIRIWA MENGAMBIL KULIT JERUK YANG ADA DI ATAS SEBUAH MEJA
LALU DILEMPARKANNYA KE WAJAH ASENG).
ASENG
: Kurlang ajar kamu Kasih. Kamu melempar muka owe!?
KASIH
: Siapa yang melempar? Ngaco!?
ASENG
: Owe dilempar dari arah situ. Siapa lagi yang berdiri di situ kalau
bukan kamu!?
(RIRIWA LALU ME[EMPAR MUKA BU BUSRO).
BU BUSRO : (MENJERIT). Aduh sialan!
PAK BUSRO : Mujib! Kamu melempar muka istriku!? (MELEMPAR MUKA
MUJIB). Nih rasakan balasanku!
MUJIB
: Bangsat! Setan!
(LALU TEJADILAH ADEGAN SLING LEMPAR MELEMPAR DENGAN BENDA
APA SAJA YANG DITEMUKAN. HANSIP JUGA TAK URUNG TERKENA
LEMPARAN. RIRIWA TERTAWA-TAWA SAMBIL TURUT MELEMPARLEMPAR. SETAN-SETAN LAIN BERDATANGAN UNTUK IKUT NIMBRUNG
DALAM TAWURAN ITU. MUJIB MASUK KE DALAM DAN MUNCUL LAGI
SAMBIL MEMBAWA SAMURAI. KETIKA MELIHAT KEDATANGAN MUJIB
DENGAN SMURAI DITANGAN MAKA ORANG-ORANG ITU SEGERA
BERLARIAN KE LUAR RUMAH. KINI DI RUMAH TINGGAL KASIH, MUJIB
DAN SETAN-SETAN YANG SEDANG TERTAWA).
RIRIWA
: Kalian juga pergilah. (SETAN-SETAN PERGI KECUALI RIRIWA).
KASIH
: Ya Tuhan, kenapa akhir-akhir ini kejadian yang tidak diinginkan
selalu menyertai kehidupan kami. Kepergian Abah, kedatangan orang-orang yang
menyebalkan dan suami yang mendadak jadi gombal.
MUJIB
: Di mana Abah sekarang? Sedang apa dia? Apa mungkin dia diculik?
Mudah-mudahan dia dlam keadaan sehat dan tidak terjadi suatu apa pun yang
menyakitinya.
KASIH
: (MENANGIS).
RIRIWA
: Sandiwara ini telah mulai melankolis.
MUJIB
: (MENYANYI) Marilah kita tidur, Kasih
Ranjang malam telah menanti
Bercanda di dalam mimpi
Menuai kasih abadi.
KASIH
: (MENYANYI) Tuhan beri kami mimpi yang indah
Jangan biarkan setan selalu menggoda

Biaskan cahayamu pada kami malam ini


Sebagai pelita kasih abadi.
MUJIB/KASIH : (MENYANYI) Lalala lala lala, la la
Lala lala lala lalala
Lalala lala lala lala
La lala lala lalala.
(BABAK INI DIAKHIRI DENGAN MELINTASNYA POCONG DARI ARAH
KANAN. LALU LAMPU REDUP).

BABAK I

Adegan 2
(RUMAH ITU DALAM KEADAAN SUNYI. MUJIB DAN KASIH TELAH
TERTIDUR PULAS DI KAMARNYA. SUARA BEL TERDENGAR BERKALIKALI. TAPI MUJIB DAN KASIH TAK MENDENGAR. MEREKA TELAH
LELAP).
RIRIWA
: Mujib dan Kasih sedang asyik bertualang di alam mimpi. Mereka
sama sekali tidak mendengar kalau bel itu terus-terusan berbunyi. Biar saya yang
membukakannya.
(RIRIWA BERJALAN MENDEKATI PINTU DAN MEMBUKANYA
BERSAMAAN TERDENGARNYA SUARA ORANG BERSIN DI LUAR.
SETELAH PINTU ITU TERBUKA TAMPAK ABAH JABAR MASUK MEMBAWA
SEORANG PEREMPUAN YANG SEDANG HAMIL).
ABAH
: Masuklah Ayum.
AYUM; Takut Bah.
ABAH
: Tidak ada yang perlu ditakutkan. Ayo masuk. Anggap saja rumah
sendiri. (AYUM MASUK.) Jangan berdiri saja. Duduk. (AYUM DUDUK). Sebentar
Yum, Abah baru sadar kalau Abah tiba-tiba punya kesaktian. Tadi waktu Abah bersin
tiba-tiba pintu itu Membuka sendiri? (ABAH MENCOBA BERSIN LAGI DAN
KETIKA IA BERSIN RIRIWA MENUTUP PINTUNYA). Lihat Yum? Abah punya
kesaktian.
RIRIWA
: Setan itu terkadang suka mengganggu dan terkadang suka membantu.
Nah musuh-musuhku silakan saksikan kejadian-kejadian selanjutnya. Saya mau jalanjalan dulu. Maka Ririwa pun menghilang sset! (HILANG).
ABAH
: Kamu haus Yum? Sebentar Abah ambilkan minum. (ABAH PERGI
KE DAPUR).
(KASIH BANGUN DARI TIDURNYA KEMUDIAN BANGKIT DARI
RANJANGNYA LALU KE LUAR DAN MENURUNI TANGGA. BETAPA
KAGETNYA KETIKA IA MELIHAT AYUMSEDANG DUDUK DI KURSINYA).
KASIH
: Siapa kamu?
AYUM: Nama saya Ayum, Nyonya.
KASIH
: Mau apa di sini? (ABAH MUNCUL).
ABAH
: Tenang Yum, tenang.
KASIH
: Abah?
ABAH
: Abah yang membawa Ayum ke sini.
KASIH
: Kenapa Abah bawa perempuan ini? Dan Abah darimana saja?
ABAH
: Suruh ke sini suamimu. Nanti akan kujelaskan segalanya.
KASIH
: (TERIAK). Papiiiiiih!
ABAH
: Hus! Jangan teriak-teriak begitu. Tidak baik. Kamu harus datangi
suamimu terus ajak turun. (KASIH PERGI. ABAH MEMBERI SEGELAS AIR
MINUM PADA AYUM). Minumlah Yum.
AYUM: Saya takut. Saya mau pulang saja.
ABAH
: Hus. Jangan begitu. Diam di sini.
(KASIH DAN MUJIB TAMPAK MENURUNI TANGGA KEMUDIAN
MENGHAMPIRI ABAH).

MUJIB
: Abah ini bikin repot saja. Kami telah keliling-keliling kota mencaricari Abah. Dari mana Bah?
ABAH
: Begini, Jib. Eh Yum kenalkan dulu ini Mujib dan ini Kasih istrinya.
(AYUM MEMPERKENALKAN DIRI). Kemarin sore saya pergi jalan-jalan cari
angin biar otak dingin. Jenuh Abah di rumah terus. Apalagi mendengar kalian selalu
bertengkar. Abah pergi dari satu mesjid ke mesjid lain dari satu taman ke taman yang
lain. Banyak perempuan liar menjual diri tengah malam. Gara-gara tempat lokalisasi
ditutup para pelacur kini berkeliaran di jalan. Beberapa kali Abah sempat memergoki
laki-laki dan perempuan sedang main kuda-kudaan di pinggir pohon. Masya Allah.
Malah ada yang laki-laki sama laki-laki ada yang perempuan sama perempuan. Tobat.
Ini zaman sudah lebih dari gila sudah lebih dari kejam. Setan-setan berpesta pora
melihat manusia bertaburan dosa. Siang tadi di tengah perjalanan Abah bertemu
dengan Ayum. Kasihan dia diusir oleh suaminya dan tidak diakui lagi oleh
keluarganya. Dia kini tidak punya siapa-siapa lagi kecuali bayi yang ada di dalam
kandungannya. Maka tanpa persetujuan kalian Abah memberanikan diri membawa
Ayum ke sini untuk membantu kita. Abah sangat yakin kalian bakal setuju. Bukankah
sudah lama kita tidak punya pembantu di rumah ini. Jadi kasih kamu tidak perlu lagi
ngomel karena bertumpuknya pekerjaan. Kalian setuju kan? (KASIH DAN MUJIB
TIDAK MENJAWAB). Kenapa kalian diam? Diam apa kalian? Diam setuju atau
diam tidak menyetujui? Baik kalau kalian tidak setuju. Abah akan pergi saja dari
rumah ini.
MUJIB
: Saya setuju Bah.
ABAH
: (PADA KASIH). Bagaimana dengan kamu?
KASIH
: Kalau suami saya sudah setuju saya juga setuju.
ABAH
: Bagus kalau begitu. Nah Ayum, sekarang ceritakan pengalamanmu
yang menyakitkan itu agar tuan dan nyonyamu ini faham tentang segala kegetiran,
kepahitan dan kenelangsaan yang membuat hidupmu sangat menderita.
KASIH
: Ya. Ceritakanlah.
MUJIB
: Ayo ceritakan.
AYUM: Ceritakan semua?
ABAH
: Iya. Semuanya. Ceritakan pengalamanmu semebjak kamu masih
gadis.
KASIH/MUJIB : Ayolah jangan ragu-ragu. Kami mau mendengarkan.
AYUM: (TERTAWA).
MUJIB
: Malah tertawa?
KASIH
: Ada yang lucu?
AYUM: (TERTAWA LAGI).
ABAH
: Kenapa Yum?
AYUM: (MENANGIS).
ABAH
: Hentikan dulu tangismu Yum. Segera ceritakanlah kisahmu.
AYUM: Begini Tuan, Nyonya, Abah. Saya ini orang tak punya. Saya merasa saya ini
orang termiskin di dunia. Orang tua saya orang tak mampu. Maka untuk meringankan
beban orang tua, saya bekerja sebagai pembantu di rumah orang kaya. Rumahnya
besar. Lebih besar dari ini, Nyonya. Ini cerita ketika saya masih gadis, Tuan. Majikan
saya punya enam orang anak. Setelah kurang lebih satu tahun tanpa saya sangkasangka anak laki-lakinya yang paling tampan jatuh cinta pada saya. Mungkin karena
saya cantik, Nyonya. Pemuda itu namanya Gomdi. Dia bilang bahwa saya ini selain
cantik juga manis dan seksi.
KASIH
: Kamu mau sama pemuda itu?

AYUM: Mau Nyonya. Habis ganteng sih. Lagi pula dia sangat baik pada saya. Lalu
kami menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi karena takut kethuan majikan saya.
Setelah Mas Gomdi menyelesaikan kuliahnya, ia pun bertekad untuk menikahi saya.
Semula orang tuanya menolak keinginan Mas Gomdi. Tapi Mas Gomdi bilang sama
orang tuanya bahwa dia akan bunuh diri kalau tidak jadi nikah sama saya. Maka orang
tuanya pun setuju. Setelah mendapat persetujuan orang tuanya itu Mas Gomdi segera
mendatangi orang tua saya untuk melamar saya. Maka pernikahan itu berlangsung.
Setelah nikah saya dibawa Mas Gomdi ke sebuah rumah baru di tepi kota. Suami saya
sangat baik dan begitu pada saya. Bicaranya sopan dan lembut. Hal itu membuat saya
merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Tapi...
MUJIB
: Kenapa berhenti? Ayo lanjutkan ceritamu.
AYUM: Tapi....ah saya malu mengatakannya.
KASIH
: Kenapa harus malu?
ABAH
: Kamu jangan malu-malu. Di sini tidak ada siapa-siap. Anggap saja
kami ini keluarga kamu sendiri. Ayo lanjut.
AYUM: (RAGU-RAGU). Begini Tuan, Nyonya, Abah. Memang saya sangat bahagia
bersuamikan Mas Gomdi, tapi ada satu hal yang sangat mengecewakan. Jika
bertempur di atas ranjang, belum dua menit dia sudah takluk. Tak pernah sedikit saja
dia menggoyahkan gawangku untuk mendapatkan puncak kenikmatan. Walaupun
dalam semalam perang sampai dua kali tak pernah membuatku k.o. malah dia yang
keok dua belas kosong. Bahkan pernah suatu ketika belum juga dia berhasil
membobol benteng pertahananku aneh dia sudah gugur duluan. Padahal berkali-kali
dia minum jamu dan obat kuat. Ternyata saya masih lebih kuat dan kokoh. Karena
merasa kalah, sehabis perkelahian di ranjang itu dia selalu bersimpuh sebagai upacara
kekalahan, katanya. Saya menjadi sedih katanya. Tiga tahun lamanya hal ini
berlangsung.suatu hari suami saya tugas ke luar negeri sebulan lamanya. Saya
sendirian di rumah. Menjelang minggu ke dua saya kedatangan paman saya yang
sengaja datang untuk sekedar berkunjung. Saya menceritakan pengalaman rumah
tangga saya kepada paman. Termasuk masalah ranjang tadi. Paman merasa kasihan
pada saya. Malamnya ketika saya sedang berada di kamar tiba-tiba paman saya masuk
ke kamar dan duduk di pinggir kasur di samping saya.paman merayu sambil merabraba tubuh saya. Saya meronta. Tapi paman malah mendekap sangat erat. Dia lantas
melucuti pakaianku dan melarang saya berteriak. Dia kemudian memperkosa saya
dengan penuh nafsu. Saya berusaha meronta sekuat tenaga tetapi ketika saya meronta
tanpa saya sadari gerakan-gerakan saya malah membuat senjata kepunyaan pamanku
itu masuk tambah dalam. Dan malah gerakan-gerakan itu membuat paman merasa
hasratnya seolah saya layani. Keadaan ini berlangsung sampai kurang lebih dua jam
lamanya. Paman betul-betul sangat kuat. Berkali-kali paman bilang dahsyat kamu
Yum. Pantas suami tak berkutik. Sambil terus meronta berkatalah saya dalam hati
kalau saja suamiku setahan dan setangguh paman oh alangkah komplitnya
kebahagiaan rumah tangga kami. Saat itu setan benar-benar menguasai jiwa saya dan
juga jiwa paman. Wajah-wajah setan dengan senyum penuh kemenangannya seakan
mewujud di kamar itu dan menonton kami. Akhirnya saya betul-betul melayani
paman dengan penuh nafsu pula hingga akhirnya permainan setan itu berakhir ketika
saya dan paman sama-sama mencapai titik kepuasan. Baru kali ini saya merasakan
betapa nikmatnya bersenggama. Tapi tiba-tiba saja saya sadar saya telah berbuat
zinah. Saya teringat pada Tuhan. Saya merasa Tuhan sangat murka dan telah pergi
jauh meninggalkan saya. Saya merasa dikelilingi setan malam itu. Lalu saya
mengucapkan istighfar lebih dari seratus ribu kali sampai tak terasa matahari telah

lama terbit dan paman telah pergi entah ke mana. Tapi saya pikir Tuhan tak akan
pernah mau mendengar doaku lagi.
ABAH
: Tuhan pasti mendengar permohonan ampun setiap hambanya asalkan
kita senantiasa khusuk dalam setiap doa kita dan mengukuhkan tekad kita untuk
selalu menghindari dosa dan tidak lagi mengulangi suatu perbuatan laknat.
KASIH
: Lalu bagaimana kisah kamu selanjutnya.
AYUM: Beberapa waktu kemudian datanglah suami saya dari luar negeri. Dengan
perasaan rindu yang tertahankan suami langsung mengajak saya ke kamar lantas
melakukan pertarungan. Suami saya kaget karena banyak mengeluarkan jurus-jurus
baru. Dia berkata sebulan ditinggal pergi kamu sudah mempunyai gerakan-gerakan
baru. Terus bilang mungkin karena terlalu lama ditinggal pergi Mas Gomdi.
Sebulan kemudian saya memberikan suatu kabar pada suami saya hamil. Betapa kaget
suami saya. Dia tidak percaya bahwa dialah yang telah menghamili saya. Tidak
mungkin, katanya. Saya tak pernah bisa membuat orgasme, jadi mana bisa saya
membuat kamu hamil. Pasti kamu telah berbuat serong waktu sya berada di luar
negeri! Begitu dia bilang. Suami saya betul-betul marah pada saya. Dia mengatakan
bahwa saya pelacur! Lalu dia mengusir saya dan mengatakan tentang penyelewengan
saya kepada orang tua dan seluruh keluarga saya. Orang tua saya tak lagi mau
mengakui saya sebagai anaknya karena saya telah membuat aib bagi mereka. Maka
berbulan-bulan saya hidup sebagai gelandangan sampai akhirnya saya bertemu Abah
dan dibawanya ke rumah ini. Begitulah cerita saya Nyonya, Tuan.
ABAH
: Mulai sekarang tinggalah kamu di rumah ini untuk melayani setiap
kebutuhan Tuang dan Nyonyamu. (PADA KASIH). Kasih beritahulah di mana dia
mesti tidur.
KASIH
: Mari Ayum ikuti saya. Di belakang masih ada kamar. Kamu beresilah
sendiri.
(AYUM MENGIKUTI KASIH MENUJU KAMAR BELAKANG).
MUJIB
: Saya mengantuk sekali, Bah. Saya pergi tidur lagi.
ABAH
: Pergilah tidur. Abah juga mau sembahyang isya dulu.
(ABAH DAN MUJIB SAMA-SAMA MENINGGALKAN RUANGAN TERSEBUT.
KASIH TAMPAK BERJALAN DARI ARAH KAMAR BELAKANG MENUJU
TANGGA DAN MENAIKINYA DAN IA PUN MASUK KE KAMARNYA. UNTUK
BEBERAPA SAAT RUANGAN SANGAT SEPI. LALU AYUM MUNCUL
MELIHAT-LIHAT KEADAAN DI RUANGAN ITU KEMUDIAN BERNYANYI).
AYUM: (MENYANYI) Engkau tak berdosa anakku
Lahirlah, lahir temui aku
Bersama waktu kita bersatu
Akan kuhantar menyongsong pintu
Tuhan jadikanlah dia
Selalu hidup di jalanMu
Tuhan, mudahkanlah dia
Mendapat segala anugerahMu.

BABAK II

Adegan I

(PADA SAAT LAMPU MENYALA, RIRIWA SUDAH BERADA DI PANGGUNG


DI TENGAH-TENGAH INTERIOR RUMAH MUJIB YANG TELAH
MENGALAMI SEDIKIT PERUBAHAN ATAU PENAMBAHAN PROPERTI.
AYUM YANG USIANYA TELAH BERTAMBAH DELAPAN TAHUN TAMPAK
SEDANG
MENYAPU
LANTAI
RUANGAN
TERSEBUT
SAMBIL
MENYANYIKAN LAGU DANGDUT).
RIRIWA
: Tahun telah berlalu. Delapan tahun sudah Ayum telah bekerja sebagai
pembantu di rumah Mujib bin Jabbar. Kini saya akan membantu dia untuk
meringankan kerjaannya. (SEBUAH SAPU YANG LAIN SEKONYONGKONYONG SUDAH BERADA DI TANGAN RIRIWA. LALU IA MENYAPU
SAMBIL MENYANYI PULA. ABAH YANG KINI MENGENAKAN KURSI RODA
MUNCUL MENDEKATI AYUM YANG SEDANG BEKERJA). Si Abah ini telah
mengalami stroocke sejak dua tahun yang lalu.
ABAH
: Sudah Yum istirahat dulu. Nanti kamu sakit lagi.
AYUM: Tanggung Bah. Sedikit lagi.
ABAH
: Nurani belum pulang.
AYUM: Pak Anwar sedang menjemputnya.
ABAH
: Anak itu makin hari makin pintar saja.
AYUM: Tapi nakal Bah.
ABAH
: Nakal seperti itu wajar bagi anak seusia dia.
(DARI LUAR TERDENGAR SUARA ANAK KECIL SEDANG BERNYANYI).
NURANI
: (DARI LUAR). Bendera merah putih bendera tanah airku
Gagah dan jernih tampak warnamu...
AYUM: Nah dia sudah pulang.
NURANI
: (MASUK). Berkibaran di langit yang biru
Bendera merah putih, bendera bangsaku.
ABAH
: Cucu Aki sudah pandai bernyanyi. Pasti sudah besarnya jadi penyanyi
terkenal seperti Cucu Cahyati.
NURANI
: Siang Ki, siang Bi.
AYUM: Lekas ganti baju seragamnya Non.
NURANI
: Nanti Bi, Nurani masih cape nih. Baru juga datang sudah disuruh
ganti baju.
AYUM: Ganti bajukan tidak akan memakan tenaga banyak. Nanti kalau bajunya
sampai kotor Bibi yang disalahkan sama Mamihnya Non Rani.
NURANI
: Kalem Bi. Soal Mamih tanggung jawab Nurani. Sekarang tolong
ambilkan minum Bi. Nurani haus sekali nih.
AYUM: Baik Non.
NURANI
: Yang dingin ya Bi ya?
AYUM: Baik Non. (PERGI KE DAPUR).
ABAH
: Kalau mau minum bgambil sendiri. Bukannya nyuruh Bibi.
NURANI
: Ah Aki, buat apa di rumah ini ada pembantu kalau bukan untuk
disuruh-suruh.
ABAH
: Jangan bicara begitu. (AYUM MUNCUL).

NURANI
: Habis bicara apa? (PADA AYUM). Betulkan Bi, pembantu itu untuk
disuruh-suruh?
AYUM: Betul Non. Ini air minumnya, Non.
NURANI
: Lho kok panas Bi? Nurani kan minta air dingin?
AYUM: Maaf Non Rani air dinginnya kosong. Bibi belum mengisi botol-botol di
kulkas itu.
NURANI
: Bibi tolol! (MENGGUYUR WAJAH AYUM DENGAN AIR ITU.
AYUM MENJERIT).
ABAH
: Anak kurang ajar kamu Nurani! Wajah Bibi bisa rusak kamu guyur
air panas! Sini! Aki tampar muka kamu!
NURANI
: Kalau Aki nampar muka Rani. Rani bilangin Papih nanti.
ABAH
: Tidak sopan kamu?
NURANI
: Aki yang tidak sopan? Aki selalu saja membela-bela Bibi!
(NURANI MENJATUHKAN GELAS YANG DIPEGANGNYA HINGGA PECAH.
SAAT ITU TERDENGAR SUARA ANAK-ANAK KECIL MEMANGGILMANGGIL NURANI. NURANI SEGERA PERGI KE LUAR. AYUM
MEMBERSIHKAN LANTAI YANG DIPENUHI PECAHAN GELAS).
ABAH
: Kamu mesti sabar Yum. Nurani tidak akan selamanya begitu. Kelak
kalau dia sudah dewasa dia harus mengetahui siapa orang tuanya yang sesungguhnya.
AYUM: Tidak Bah. Sampai kapan pun dia tidak boleh mengetahui segala rahasia ini.
(LAMPU REDUP).

BABAK II

Adegan 2

(TERDENGAR SUARA MUSIK YANG SANGAT MERIAH. RUMAH


KELUARGA MUJIB TELAH DIPENUHI OLEH ORANG-ORANG YANG
SEDANG MENGHADIRI PESTA ULANG TAHUN NURANI YANG KE
DELAPAN. ADA BADUT-BADUT, TUKANG FOTO, SENIMAN-SENIMAN DAN
LAIN-LAIN. KUE ULANG TAHUN YANG SANGAT BESAR TELAH ADA DI
MEJA. NURANI DENGAN PAKAIAN PESTANYA TAMPAK SEDANG
MENERIMA BEBERAPA HADIAH DARI TEMAN-TEMAN SEBAYANYA.
KEMUDIAN MC MEMPERSILAHKAN HADIRIN UNTUK MENYANYIKAN
LAGU SELAMAT ULANG TAHUN. MAKA HADIRIN PUN BERNYANYILAH.
NURANI LALU MENIUP LILIN-LILINAH YANG BERADA DI ATAS KUE.
SESEORANG MEMBANTU NURANI UNTUK MEMOTONG KUE UNTUK
DISERAHKAN KEPADA KE DUA ORANG TUANYA. MC MEMPERSILAKAN
PAK MUJIB SELAKU ORANG TUA NURANI UNTUK BERBICARA.
MUJIB
: Saudara-saudara dan adik-adik manis yang saya cintai, pertama-tama
saya mengucapkan terimakasih atas kehadirannya di pesta ulang tahun anak kami
yang ke delapan ini. Untuk itu kami minta doa saudara-saudara dan adik-adiksemua
agar Nurani selain agar panjang usianya juga diberi rakhmat oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk menjadi anak yang sholehah, pintar dan jujur dan juga selalu diberi
kesehatan baik sehat jasmani maupun sehat rohani. Demikianlah kata-kata singkat
dari saya. Untuk selanjutnya saya persilahkan MC untuk memimpin acara selanjutnya.
MC
: Kini kita menginjak acara hiburan. Pertama saya panggilkan penyanyi
cilik terkenal yang namanya sedang naik daun dan akan didampingi oleh seorang
pelawak terkenal pula. Inilah Lilis Mustika dan Kirun.
(HADIRIN BERTEPUK TANGAN. ACARA HIBURAN PUN BERLANGSUNG).
CATATAN: ADEGAN 1 DAN ADEGAN 2 BISA DI TUKAR.

BABAK III

Adegan I

(SEGALA PERABOTAN RUMAH ITU SEBAGIAN BESAR TELAH BERUBAH.


NURANI YANG TELAH BERUSIA DUA PULUH TIGA TAHUN MASUK
MEMBAWA SEBUAH BUKU BACAAN SAMBIL BERNYANYI KEMUDIAN
DUDUK DI KURSI. SAAT ITU PULA RIRIWA MUNCUL. DI KAMAR ATAS
AYUM NAMPAK SEDANG MEMIJAT KASIH).
RIRIWA
: Musuh-musuhku sekalian, perempuan yang sedang bernyanyi itu
dialah Nurani yang usianya telah bertambah lima belas tahun. Dia sudah mempunyai
kekasih yang bernama Jasman. Hubungannya sudah berlangsung dua tahun. Jasman
adalah laki-laki ke tujuh belas yang telah menjadi pacarnya. Waktu dua tahun adalah
waktu yang cukup lama dibanding dengan pacar-pacar sebelumnya yang hubngannya
tak pernah lebih dari enam bulan bahkan ada yang hanya dua belas hari saja.
(SEORANG LAKI-LAKI MUNCUL DAN MASUK LAGI KE PINTU LAIN
MENUJU RUANG LAIN). Laki-laki yang barusan lewat namanya Bendi Lazuardi;
seorang pelukis yang sudah delapan bulan tinggal di rumah ini. Dia masih kemenakan
Bu Mujib alias Kasih. Sekarang kalian simaklah adegan-adegan berikutnya. Saya
harus pergi. (HILANG).
NURANI
: (TERIAK). Bibiiii!
AYUM: (SETENGAH TERIAK). Ya Nooooon.
NURANI
: Nanti kalau sudah beres mijit Mamih, tolong belikan lotek yang
pedas.
AYUM: Baik Non.
NURANI
: Uangnya minta sama Mamih.
KASIH
: Sudah Yum. Kamu beli saja lotek itu sekarang. Sekalian belikan buat
saya juga. Pakai saja uang sisa belanja.
AYUM: Baik Nyonya. (AYUM PERGI. KASIH KE LUAR KAMAR DAN
MENURUNI TANGGA UNTUK MENGHAMPIRI NURANI).
KASIH
: Buku apa yang sedang kamu baca itu Nur?
NURANI
: Sepuluh cara menaklukan pria, Mih.
KASIH
: Pria mana lagi yang mau kau taklukan?
NURANI
: Pokoknya semua pria. Eh Mih kenapa Mamih tidak mencari lagi
pembantu yang lebih muda untuk menggantikan Bi Ayum?
KASIH
: Bi Ayum kan masih kuat untuk bekerja di sini. Nanti kalau Bi ayum
sudah tidak kuat untuk bekerja Mamih akan cari pembantu baru tapi Bi Ayum tetap
tinggal di sini bersama keluarga kita. (TERDENGAR SUARA BEL BERBUNYI.
NURANI SEGERA PERGI UNTUK MEMBUKA PINTU. MUNCUL JASMAN). Oh
kamu? Katanya mau jemput jam tiga, kok jam dua sudah muncul?
JASMAN
: Biar tidak terjebak macet. Selamat siang Tante.
KASIH
: Siang. Silakan duduk Nak Jasman. (JASMAN DUDUK).
NURANI
: Sebentar Man. Saya ganti pakaian dulu.
KASIH
: Kalian mau pergi ke mana lagi?
JASMAN
: Biasa Tante. Jalan-jalan.
KASIH
: Pulangnya jangan terlalu malam.

JASMAN
: Iya Tante. (BENDI LAZUARDI MUNCUL SAMBIL MEMBAWA
KANVAS BESAR BERIKUT DUDUKANNYA YANG DIA LETAKKAN DI
SUATU SUDUT). Mau bikin karya baru, Kang Bendi?
BENDI
: Ya. Persiapan buat pameran bulan depan di Galeri Satria.
JASMAN
: Apa temanya kali ini, kang?
BENDI
: Demokrasi Dan Setan. (SAMBIL PERGI MENGAMBIL ALATALAT LAIN).
JASMAN
: Wah. Seru juga.
NURANI YANG SUDAH BERPAKAIAN MUNCUL BERPAPASAN DAN
HAMPIR BERTABRAKAN DENGAN BENDI. YANG TELAH TIBA KEMBALI
DI RUANGAN ITU).
BENDI
: Hati-hati Non.
NURANI
: Kamu yang hati-hati. (PADA JASMAN). Mari Man, kita berangkat
sekarang. (MENCIUM PIPI KASIH). Saya berangkat Mom.
KASIH
: Loteknya bagaimana?
NURANI
: Suruh Bi Ayum saja yang makan.
KASIH
: (MENCIUM PIPI NURANI). Jangan pergi lama-lama, sayang!
NURANI
: Jangan khawatir Mom.
JASMAN
: Kami permisi Tante.
KASIH
: Ingat,. Jangan pulang malam.
JASMAN
: Insya Allah, Tante. (MEREKA PERGI).
(BENDI MUNCUL KEMBALI SAMBIL MEMBAWA ALAT-ALAT LLUKIS DAN
DILETAKKANNYA DI DEKAT KANVAS YANG TELAH DISIAPKAN)
BENDI
: Mau ke mana mereka,Kak?
KASIH
: Jalan-jalan.
BENDI
: Hati-hati Kak. Anak perempuan jangan terlalu sering diberi
kesempatan untuk bepergian. Apalagi sama seorang laki-laki. Kita kan belum tahu
tabiat dan itikad Si Jasman. Kelihatannya seperti laki-laki baik tapi siapa tahu di balik
itu semua dia mempunyai niat-niat yang buruk pada Nurani. Seseorang yang mana
yang bisa menebak hati seseorang.
KASIH
: Kamu kalau mau melukis, melukislah.
BENDI
: Saya kira Nurani belum bisa membedakan mana laki-laki yang betulbetul faham tentang nilai-nilai cinta dan mana laki-laki yang hanya mendambakan
kenikmatan birahi.
KASIH
: Kamu mau menggambar apa hari ini?
BENDI
: Nurani itu masih harus dibimbing tentang hidup. (IA BERJALAN
MENUJU KANVAS DAN MULAI MELUKIS). Jangan kita biarkan ia menjalani
kehidupan yang salah.
KASIH
: Nurani sudah dewasa. Dia sudah tahu bagaimana ia menjalankan
hidupnya dan ia punya hak untuk memilih pasangan hidupnya. Aku juga sudah sangat
berharap ia segera berumah tangga. Kamu sendiri apa sudah punya calon untuk kau
jadikan istri? Ingat setahun lagi usiamu kepala empat. Tidak baik membujang
kelamaan.
BENDI
: Selama ini belum ada perempuan yang cocok di hati.
PENONTON : Belum ada yang cocok apa belum ada yang mau?
BENDI
: Sssst. Penonton jangan ikut dialog. Kalau mau ngomong harus
dimick-up dulu. Selama masih belum ada perempuan yang cocok membujang seumur
hidup juga tak jadi soal.
KASIH
: Tak baik membujang seumur hidup?

BENDI
: Kalau kakak tidak mau melihat saya membujang seumur hidup
bagaimana kalau saya kawini saja Si Nurani? Saya serius Kak.
KASIH
: Kamu mau menikahi keponakan kamu sendiri?
BENDI
: Maaf Kak, pada kenyataanya Nurani bukanlah anak kandung kakak.
Jadi tidak ada salahnya kalau saya menikahinya.
KASIH
: Ngaco kamu! Dengar! Kakak telah menjadikan Nurani anak kandung
kakak sendiri sejak dia berada dalam kandungan ibunya. Kamu juga harus menjadikan
dia keponakan kamu sendiri. Nurani adalah anakku. Titik. (TERDENGAR SUARA
MOBIL MASUK PEKRANGAN RUMAH ITU. KASIH BERGEGAS
MENYAMBUTNYA. MUJIB DATANG SAMBIL MEMBAWA ALAT PANCING
DISUSUL OLEH PAK ANWAR YANG MEMBAWA PERALATAN LAINNYA).
Semua perelatannya tolong simpan ke dalam, Pak Anwar.
PAK ANWAR : Baik Bu. (PAK ANWAR MEMBAWA SEMUA PERALATAN ITU
KE DALAM).
KASIH
: Banyak dapat ikan, Pih?
MUJIB
: Tidak sebanyak seperti minggu kemarin.
PAK ANWAR : (MUNCUL LAGI). Apa masih ada tugas buat saya, Pak?
MUJIB
: Tidak ada, War. Kamu boleh pulang tapi besok datang lebih pagi. Kita
akan pergi mengawasi proyek di Tangerang.
PAK ANWAR : Kalau begitu saya permisi pulang. (PAK ANWAR PERGI).
MUJIB
: (MEMPERHATIKAN BENDI YANG SEDANG MELUKIS).
Sebelah wajah orang, sebelah seperti wajah setan. Apa arti lukisan kamu itu, Ben?
BENDI
: Nanti kalau paintingnya sudah selesai, baru saya jelaskan.
MUJIB
: Kamu pasti sudah mempunyai gagasan sebelum kamu melukis. Kamu
pasti bisa mengungkap konsep dan maknanya bahkan sebelum menggambar
sebarispun.
BENDI
: Okey. Manusia dan setan. (SETAN-SETAN MUNCUL).
DUMARAM : (MUNCUL). Si Akang dengar mereka membicarakan kita?
DUMARAM : Kita dengar terus. Jangan-jangan dia menjek-jelekan kita.
BENDI
: Di dunia ini semakin banyak setan. Jumlah mereka tidak bisa
dibayangkan oleh akal kita. Mereka jauh lebih banyak dari kita. Setan ada di manamana. Tidak ada sutu tempat pun di bumi ini yang tidak dihuni oleh setan baik di
daratan, lautan maupun udara. Bahkan di ruang ini setan-setan senatiasa membayangbayangi kita.
DUMARAM : Dia mengetahui keberadaan kita?
DUMARAM : Tidak. Dia hanya menduga-duga. Sok tahu dia.
DUMARAM : Tapi yang diucapkannya benar.
BENDI
: Setan masuk dan menyelusup ke dalam jiwa manusia berlabuh dalam
samudra sukma melewati rongga-rongga dan benang-benang pikiran lalu mereka
berpesta di hati mengganggu diri. Diri kita atau diri siapapun. Wajah yang berada di
dalam kanvas ini merupakan simbolisasi sebuah persekutuan antara ke duanya. Coba
perhatikan bibirnya, senyumnya. Kelihatan begitu exquisite bukan? Orang harus
mempunyai an exquisite sense of art untuk bisa menilai bagus tidaknya sebuah
lukisan. Kembali kepada pokok persoalan. The devil atau jurig bisa menimbulkan
social evil and evil person. Artinya setan bisa menimbulkan kejahatan masyarakat dan
dapat menciptakan orang jahat.
KUNTILANAK : Hi hi hi. Seenaknya pelukis ini bicara. Padahal manusia jugalah
yang membuat kita jadi jahat dan senang menggoda. He is bulshit, man.
BENDI
: Ketika setan menjelma menjadi manusia atau menyusup ke dalam diri
manusia kemudian dia menjadi provokator untuk orang tersebut, maka orang itu

biarpun kelihatan seperti orang arif bijaksana tapi sebetulnya jiwa setanlah yang
sedang bermain di dirinya. Akhirnya kita susah membedakan mana setan, mana
manusia?
SETAN
: Gampang saja bedanya. Manusia tidak bertopeng sedangkan kita
memakai topeng.
SETAN
: Dalam sandiwara ini memang begitu. Tapi dalam kehidupan seharihari mungkin susah dibedakan.
SETAN
: Orang yang mempunyai kepintaran pasti bisa membedakan.
SETAN
: Siapa bilang manusia tidak bertopeng. Setiap saat mereka bertopeng.
Kadang mereka lupa siapa diri mereka sebenarnya. Orang jujurlah yang tak pernah
bertopeng.
SETAN
: Saat mereka bertopeng. Mungkin topeng kitalah yang sedang mereka
pakai.
SETAN
: Kitalah yang telah memakaikan kedok kita terhadap mereka yang
tidak mereka sadari.
MUJIB
: Akan kau beri judul apa lukisan itu?
BENDI
: Bersama Wajah Setan.
KASIH
: Apakah setan punya wajah?
BENDI
: (MENDEKATI KASIH) Setan punya banyak wajah.
MUJIB
: (MENDEKATI LUKISAN) Sebaiknya hentikanlah kamu
menggambar makhluk yang bernyawa. Hadist melarangnya.
DUMARAM : Si Adi apa kamu punya ilham untuk mengganggu mereka?
DUMARAM : Ikuti saya.
(DUMARAM MENDEKATI KANVAS KEMUDIAN IA MEMBUAT SUATU
GORESAN KECIL DI KANVAS TERSEBUT MELANJUTKAN LUKISAN
BENDI. SETAN-SETAN LAIN MEMPERHATIKANNYA. SETELAH ITU
MEREKA MENJAUH KEMBALI.)
MUJIB
: (MENUNJUK CORETAN DUMARAM) Yang ini apa maksudnya?
BENDI
: Yang mana?
MUJIB
: Yang ini. Garis yang melengkung ini?
BENDI
: (MEMANDANG MUJIB DENGAN GERAM DAN BERKATA
DENGAN SUARA YANG MELEDAK) Kak Mujib! Saya betul-betul tidak terima
ini!
MUJIB
: Tidak terima apa?
BENDI
: Ini namanya pelecehan terhadap karya seni!
MUJIB
: Saya tid ak mengerti.
BENDI
: Kenapa Kak Mujib mencoret-coret lukisan saya!?
MUJIB
: Aku tidak menyentuh sama sekali.
KASIH
: Saya tidak melihat suami saya mencoret-coret lukisan kamu bendi?
Apa kamu melihatnya?
BENDI
: Pasti dia telah mencoret lukisan saya ketika kita tidak melihatnya.
Kira saya dia mendekati kanvas untuk mengapresiasi lukisan. Ternyata hanya untuk
melakukan kejahatan.
MUJIB/KASIH : Kejahatan?
BENDI
: Ya. Kejahatan! Kalian telah melakukan tindakan kriminal terhadap
sebuah karya. Kalian setan.
KASIH
: Jaga mulutmu Bendi!
BENDI
: Saya sering merasa sakit hati. Tapi inilah yang menyakitkan
sepanjang hidup saya. Coba tanya pada para pelukis seperti Tisna Sanjaya, Isa
Perkasa, atau Rudi ST Darma bagaimana perasaan mereka kalau karyanya dicoret-

coret orang? Barangkali mereka akan membunuh orang itu.betul-etul sakit. Sakit.
(BENDI MEMBERESKAN LUKISAN DAN ALAT-ALAT LUKISNYA
KEMUDIAN IA MASUK KE DALAM SAMBIL TERUS BERKATA-KATA
MEMAKAI BAHASA INGGRIS).
DUMARAM : Berhasil.
DUMARAM : Mereka menjadi ribut gara-gara kerjaan kita.
DUMARAM : Kitalah aktor intelektual untuk semua ini.
SETAN
: Kita bisa melakukan yang lebih seru lagi.
DUMARAM : Ini baru permulaan, kawan. Nanti akan kalian saksikan pekerjaan
yang lebih menarik.
SETAN
: Dalam hal ini manusia tidak berdaya terhadap kita.
KASIH
: Betul Papih tidak mencoretnya?
MUJIB
: Masya Allah, tidak?
KASIH
: Jadi siapa?
MUJIB
: Siapa lagi kalau bukan Si Bendi sendiri. Dia lupa atau sengaja mau
membuat keributan?
ABAH
: (MUNCUL DENGAN KURSI RODANYA). Abah dengar-dengar
kalian bertengkar sama Si Bendi?
(BENDI MUNCUL LAGI SAMBIL MEMBAWA BARANG-BARANG
KEPUNYAANNYA SEPERTI ORANG YANG HENDAK BERANGKAT
CAMPING).
BENDI
: Siapa yang cari keributan? Kalian apa aku?
ABAH
: Mau pergi kemana Bendi?
BENDI
: Jangan ditanya kemana aku pergi. Yang jelas aku muak tinggal lagi di
rumah ini. Sakit! Aku harus pergi! (PADA MUJIB) Kau telah merusak sebuah karya.
Tahukah kau bahwa karya yang sedang kubuat itu lahir dari sebuah pikiran yang telah
terasah. Bertahun-tahun aku mengasah otak agar semakin tajam hingga mampu
mewujudkan keagungan sebuah gagasan yang tertuang dalam kanvas. Tapi kau malah
sengaja memberaki keagungan itu. Open your mind, Mujib. Open your mind. Iqro!
Iqro! Tahukah kamu bahwa karya saya yang berjudul Bersama Wajah Setan itu
sengaja kupersiapkan untuk festival di Kwang Ju Korea Selatan? Tapi kamu malah
sengaja merusaknya!? Your eyes very very blind, Mujib. Your kontemporerry stupid!
MUJIB
: Sudah! Sudah! Kalau mau pergi, pergi saja cepat. Jangan terlalu lama
ngecoblak di sini! You! Go away!
BENDI
: O.K, Im gone. (PADA KASIH) Selamat tinggal Kak. Dont cry.
KASIH
: Pergilah! Dont come back againt! Go! Go! Indit siah!
BENDI
: Good by Abah.
ABAH
: Jig bae Bendot!
(SALAH SATU SETAN MENGHAMPIRI BENDI DAN MENDORONG
KEPALANYA).
BENDI
: Marah boleh marah tapi jangan pakai dorong-dorong kepala.
(MENDORONG KEPALA KASIH).
KASIH
: Kurang ajar! (MENDORONG KEPALA BENDI).
MUJIB
: Hei! Ente jangan berbuat kasar sama istriku!
BENDI
: You are cosmo stupid!
(BENDI BERGEGAS PERGI TAPI BEGITU SAMPAI DI PINTU IA
BERTABRAKAN DENGAN AYUM YANG MEMBAWA DUA BUNGKUS
LOTEK. KEDUA BUNGKUS LOTEK ITU TERJATUH).
AYUM: Astagfirullahaladzim!

BENDI
: Oh My God. (MEMBERESKAN BARANG-BARANGNYA YANG
JATUH, MENDORONG KEPALA AYUM DENGAN KERAS LALU PERGI
DENGAN MEMBAWA LOTEK).
AYUM: (TERIAK) Bangsaaaat! Bangsat loteeeek!
SETAN
: Sebaiknya sandiwara kita ganti judul: silih degung.
AYUM: Nyonya loteknya dibawa. Apa perlu beli lagi?
KASIH
: (MENGGELENGKAN KEPALANYA SECARA PERLAHAN).
AYUM: Nona Nurani di mana Nyonya?
KASIH
: (MENGGELENGKAN KEPALA SECARA PERLAHAN).
AYUM: Nyonya sakit?
KASIH
: (MENGANGGUK PERLAHAN).
AYUM: Tuan, Nyonya sakit apa?
MUJIB
: (MENGGELENG SANGAT PERLAHAN)
AYUM: Abah, Den Bendi itu mau pergi kemana?
ABAH
: (JUGA MENGGELENG PERLAHAN).
(AYUM JUGA MENGGELENG KEPALANYA KARENA MERASA BINGUNG
DENGAN KEADAAN DI RUMAH ITU KEMUDIAN IA KE LUAR PANGGUNG.
HENING BEBERAPA SAAT SEBELUM ABAH KE LUAR PANGGUNG JUGA.
KETIKA KASIH MEMANDANG MUJIB, MUJIB MENGANGGUKKAN KEPALA
SEBAGAI ISYARAT UNTUK MENGAJAK KASIH UNTUK BERISTIRAHAT DI
KAMAR. KASIH MENGGELENG. MUJIB BANGKIT LALU MELANGKAH KE
KAMARNYA, TAPI BEGITU SAMPAI DI TANGGA, IA MEMBUNYIKAN
MULUTNYA
SEHINGGA
KASIH
MENOLEH.
KEMBALI
MUJIB
MEMBERIKAN ISYARAT. KEMBALI KASIH MENGGELENG. AKHIRNYA
MUJIB NAIK KE KAMARNYA. SETELAH DIAM BEBERAPA SAAT DALAM
PENGAWASAN PARA SETAN KASIH BANGKIT PULA DAN BERJALAN
MENUJU KAMARNYA. TINGGALAH SETAN-SETAN YANG SEDANG
BERPESTA PORA SAMBIL BERJOGET DAN BERNYANYI).
Lampu redup

BABAK III
Adegan 2

(RUMAH ITU TAMPAK DALAM KEADAAN SUNYI MALAM INI. SETANSETAN PUN TAK TAMPAK DI SITU. LALU TERDENGAR SUARA AYUM
YANG SEDANG MENGAJI DI KAMARNYA. HUJAN TURUN SEJAK SORE.
ABAH MUNCUL DENGAN KURSI RODANYA. TAK LAMA KEMUDIAN
KASIH DAN MUJIB TIBA DI RUMAH ITU BERSAMAAN DENGAN AYUM
YANG TELAH SELESAI MENGAJI).
ABAH
: Kenapa kalian baru pulang?
MUJIB
: Acaranya baru selesai jam setengah satu, Bah.
KASIH
: Nurani sudah pulang, Bah?
ABAH
: Abah sedang menunggu-nunggu kedatangannya. Si Ayum juga sangat
gelisah kelihatannya. Barusan dia mengaji setelah shalat tahajud.
KASIH
: Sudah terlalu sering anak itu pulang lewat dari jam dua malam.
MUJIB
: Janganlah kita membiarkan hal ini terus-terusan terjadi. Kita harus
memberikan pelajaran kepadanya. Mamih harus menegurnya.
KASIH
: Papih dong yang menegurnya.
MUJIB
: Mamuh.
KASIH
: Papih.
MUJIB
: Mamih!
KASIH
: Papih!
ABAH
: Kalian berdualah yang harus menegurnya. Kalian jangan bertengkar
karena masalah ini. Begitu-begitu saja mesti ribut. (PERGI KE DALAM
KEMUDIAN HENING BEBERAPA SAAT).
KASIH
: Papih.
MUJIB
: Mamih.
(TERDENGAR SUARA ADZAN SUBUH).
MUJIB
: Sudah adzan subuh tapi Nurani belum pulang juga.
(TERDENGAR SUARA MOBIL YANG BERHENTI DI PEKARANGAN RUMAH
ITU).
KASIH
: Itu pasti dia.
MUJIB
: Pasti itu dia.
ABAH
: (MUNCUL LAGI) Pasti dia itu. Kalian tegurlah dia. Marahi sekalian.
Biar tidak berani lagi pulang kelewat malam. Anak itu jangan terlalu dimanja.
(MASUK LAGI KE DALAM).
(TERDENGAR SUARA NURANI YANG SEDANG BERBICARA DENGAN
SEORANG LAKI-LAKI.KEMUDIAN TERDENGAR LAGI SUARA MOBIL
YANG MENINGGALKAN PEKARANGAN. TERDENGAR SUARA BEL. MUJIB
LALU MEMBUKA PINTU. NURANI MASUK).
MUJIB
: (MARAH) Dari mana kamu!?
NURANI
: (TIDAK MENJAWAB).
KASIH
: (MARAH) Kamu dari mana!?
NURANI
: (TERTAWA).
MUJIB
: Malah cengengesan!?
KASIH
: Nurani sayang. Mamih tanya sekali lagi, kamu dari mana saja?

NURANI
: (TIDAK MENJAWAB).
MUJIB
: Nurani, sekali lagi Papih tanya dari mana saja kamu, sayang?
NURANI
: (TERTAWA).
KASIH
: Kamu jangan malah tertawa!
MUJIB
: Jangan malah tertawa kamu!
NURANI
: (KETAWA) Heran. Biasanya kalian nggak pernah nanya-nanya
seperti ini kalau aku pulang. Kenapa sekarang aku diinterogasi?
KASIH
: Kami bertanya karena kami sayang kepada kamu. Kami khawatir
kamu tidak pulang.
MUJIB
: Coba lihat jam di tanganmu. Sudah jam berapa ini? Tidak baik
seorang gadis keluyuran malam-malam seperti pelacur. Apa kata orang-orang? Apa
kata para tetangga? Subuh baru pulang. Kenapa tidak tahun depan saja sekalian!
NURANI
: Nurani bisa menjaga diri Pih. Nurani tahu apa yang harus Nurani
lakukan. Lagi pula inikan malam minggu. Bagi Nurani malam ini malam yang sangat
berarti. Nurani harus memanfaatkan malam ini. Nurani baru saja pulang dari
Pelabuhan Ratu. Nurani berkencan dengan Mas Jasman sambil makan kacang di
bawah kemilau barisan bintang ditemani deburan ombak yang alunan suaranya sangat
asyik bagaikan sebuah orkestra.
KASIH
: Jadi laki-laki itu Si Jasman?
NURANI
: Iya Mih.
KASIH
: Kenapa dia tidak masuk dan minta maaf pada Mamih karena pulang
terlalu malam?
NURANI
: Dia malu, Mih.
KASIH
: Malu? Sejak kapan Si Jasman punya rasa malu?
NURANI
: Ini bukan Jasman yang itu, Mih. Ini Jasman yang lain lagi.
KASIH
: Masya Allah!
MUJIB
: Sudah berapa puluh Jasman yang kamu pacari?
NURANI
: Belum begitu banyak, Pih.
MUJIB
: Jadi berapa banyak lagi Jasman-Jasman yang mau kamu pacari?
NURANI
: Entahlah Pih. Semua itu alam yang menentukan.
MUJIB
: Jadi kamu masih tetap akan memacari Jasman-Jasman yang lain?
NURANI
: Mungkin. Kalau sudah bosan atau merasa tidak cocok dengan Jasman
yang satu apa salahnya mencaari Jasman yang lain.
MUJIB
: Dasar anak setan!
NURANI
: Kalau aku anak setan berarti kamulah bapaknya setan. (PADA
KASIH) dan kamu ibunya setan. Aku setan. Kalian berdua setan. Kita semua setan.
AYUM: (MUNCUL SAMBIL MENGENAKAN MUKENA) Aduh Non, istigfhar
Non istigfhar. Tidak baik sama orang tua bicara kasar.
NURANI
: Kamu jangan ikut campur hei babu!
AYUM: Bibi bukan mau ikut campur., Non. Bibi hanya memperingati Nona agar
selalu berlaku sopan sama orang tua. Ingatlah bahwa mereka yang telah membesarkan
Nona...
NURANI
: Yang merawat, yang mendidik, yang menyekolahkan, yang memberi
makan, yang memberi uang...terus apa lagi?
KASIH
: Nurani, dengarkan dulu Bi Ayum bicara!
NURANI
: Oh Mamih membela dia?
AYUM: Jangankan kedua orang tua Nona, bibi pun merasa khawatir kalau Nona
pulang malam terus.
NURANI
: Saya minta Bibi jangan ikut campur. Aku muak Bi!

AYUM: Nona Nuarani sangat cantik. Kecantikan Nona itu adalah anugerah dari
Allah. Jadi janganlah Nona takabur dengan kecantikan Nona itu.
NURANI
: Sudah Bi, jangan dakwah melulu. Aku mau tidur. Aku ngantuk.
(BERLARI MENUJU TANGGA).
MUJIB
: Tunggu Nurani. Papih mau bicara.
NURANI
: Besok saja Pih bicaranya. Nurani cape. Nurani mau istirahat.
AYUM: (MENGEJAR NURANI SAMPAI TANGGA SERAYA MEMEGANG
TUBUH NURANI) Non, tunggu Non, Papih Non mau bicara. Sebaiknya Non
mendengarkannya dulu. Sehabis itu Non sembahyang subuh. Sudah lama Bibi tidak
melihat Non sembahyang.
NURANI
: Urusan sembahyang itu urusan saya dengan Tuhan. Tugas Bibi hanya
melayani kami. Itupun kalau Bibi masih mau bekerja di sini. Kalau tidak aku akan
menyuruh Papih dan Mamih mencari pembantu lagi untuk menggantikan Bibi lalu
Bibi boleh pergi dari rumah ini.
AYUM: Astagfhirullahaladzim.
KASIH
: Ngomong apa kamu Nurani!?
MUJIB
: Sekali lagi kamu ngomong seperti itu akan saya usir kamu dari rumah
ini! Dasar anak kurang ajar.
NURANI
: Jadi Papih lebih sayang Bi Ayum dibanding anak Papih sendiri?
AYUM: Ayah Non bicara begitu karena sangat sayang sekali terhadap Non. Baiklah
kalau memang Bibi harus pergi Bibi akan pergi. Tapi sebelum Bibi pergi Bibi ingin
melihat Non menjadi anak yang baik. Non kan sudah dewasa. Bibi ingin melihat Non
seperti dulu lagi ketika Non masih suka Bibi asuh. Non begitu penurut. Tapi setelah
besar Non banyak sekali terpengaruh oleh teman-teman Non yang membuat tabiat
berubah jauh.
NURANI
: Astaga! Bibi ini suadah tuli rupanya. Di telinga bibi pasti banyak
setan yang telah menyumbat pendengaran Bibi. Mesti berapa kali aku bilang jangan
ikut campur! Kalau mau pergi, pergi saja jauh-jauh!
AYUM: Baik Non saya akan pergi. Tapi saya minta Non mendengarkan dulu katakata Bibi yang terakhir.
NURANI
: Tidak perlu berkata-kata. Pergi. (MENDORONG AYUM).
(ABAH MUNCUL TEPAT KETIKA NURANI MENDORONG AYUM. AYUM
TERJATUH DARI TANGGA TEPAT DI KAKI ABAH. MUJIB DAN KASIH
MENJERIT.
AYUM
TAK
BISA
BERKATA APA-APA
KECUALI
MEMPERLIHATKAN EKSPRESI KESAKITAN SERAYA MEMEGANG
DADANYA YANG SEBELAH KIRI.MUJIB MENGEJAR NURANI KE ATAS TAPI
DIA MENGURUNGKAN NIATNYA BEGITU MELIHAT KEADAAN AYUM
YANG SANGAT GAWAT.
KASIH
: Papih! Tolong dulu Ayum.
MUJIB
: Dia terkene serangan jantung. Benar-benar setan!
ABAH
: Cepat bawa dia ke rumah sakit.
(AYUM MEMBERI ISYARAT AGAR DIA TIDAK USAH DIBAWA KE RUMAH
SAKIT TAPI MUJIB DAN KASIH TETAP MEMAPAHNYA DAN
MEMBAWANYA KE LUAR).
MUJIB
: Kamu harus sembuh Ayum. Mari berdirilah kami akan membawa
kamu ke rumah sakit. (MUJIB DAN KASIH MEMBAWA AYUM KE LUAR. DI
RUANG ITU TINGGAL ABAH SEORANG DIRI).
ABAH
: (TERIAK) Nuraniiii? (TIDAK ADA SAHUTAN) Nuraniiii? (TIDAK
ADA SAHUTAN) Kamu sudah tidur Nuraniiii? Tahukah kamu bahwa kamu itu
sebenarnya anak durhaka. Kau tahu siapa Bi Ayum itu? Dia adalah ibumu, Nurani. Ibu

kandungmu sendiri! Sekarang Aki terpaksa mengatakannya. Akilah yang membawa


dia kemari ketika kau masih berada di dalam kandungannya. Sedangkan Mujib dan
Kasih hanyalah Bapak dan Ibu angkatmu. Darah dagingmu adalah darah daging
seorang wanita yang selama ini kau anggap babu di rumah ini. (DARI ATAS
TERLIHAT NURANI MUNCUL SAMBIL BERJALAN PERLAHAN
MENDENGARKAN UCAPAN-UCAPAN ABAH SAMPAI AKHIRNYA IA
BERADA DI DEKAT ABAH) Setan apa yang telah mempengaruhi jiwamu, Nurani?
Bagaimana kalau Ayum mati? Siapa yang telah membunuhnya? Anaknya sendiri.
Anak sendiri? Ya anaknya sendiri. Jaman sudah lebih edan. Anak membunuh ibu,
bapak membunuh anak. Ibu membunuh anak, anak membunuh bapak. Gila! Gila! Tak
bisa kubayangkan bagaimana dunia dan manusia beratus-ratus tahun kemudian disaat
bangsa setan berlipat-lipat jumlahnya? Mulut manusia akan bersatu dengan mulut
setan. Hati manusia bersatu dengan hati setan. Wajah manusia bersama wajah setan.
Diri manusia diri setan. Tidak! Tidak boleh seperti itu. Tidak boleh lagi ada setan yang
menyentuh manusia. Manusia harus tetap manusia.
NURANI
: Aki, betulkah apa yang Aki katakan?
ABAH
: Apa yang kau dengar? Apa yang telah kukatakan?
NURANI
: Aki bilang Bi Ayum adalah ibuku. Apa benar?
ABAH
: Setiap kali kau bercermin seharusnya kau bisa melihat ibumu di
wajahmu. Tapi rupanya setan yang selalu kau lihat.
NURANI
: Saya sangat berharap aki berbohong dengan segala ucapan aki tadi.
ABAH
: Sayang sekali nak, semua itu benar. Benar sekali.
RIRIWA
Musuh-musuhku sekalian, selanjutnya Abah Jabar menceritakan
segala peristiwa yang terjadi di masa lalu untuk meyakinkan bahwa Nurani adalah
anak Ayum. Saksikanlah bagaimana Abah menceritakan segalanya terhadap Nurani.
(HILANG).
(LAMPU PANGGUNG TIBA-TIBA MENGALAMI PENCAHAYAAN YANG
BERBEDA DARI SEBELUMNYA. ADEGAN DARI SEBUAH FILM YANG
MENGGAMBARKAN CERITA MASA LALU. PERTEMUAN ABAH DAN AYUM
MULAI DI PROYEKSIKAN MELALUI SEBUAH LAYAR KHUSUS. JUGA
ADEGAN KETIKA AYUM MULAI BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI
RUMAH KELUARGA MUJIB. AYUM MELAHIRKAN NURANI, AYUM
MENGASUH NURANI, MUJIB DAN KASIH YANG SEDANG MENIMANGNIMANG NURANI HINGGA ADEGAN KETIKA NURANI MENGINJAK
DEWASA TERLIHAT PULA PADA LAYAR TERSEBUT. SELAIN ITU TERLIHAT
PULA SLIDE-SLIDE PROJECTOR DENGAN PENGGAMBARAN YANG
NYARIS SERUPA DENGAN ADEGAN FILM ITU. YANG JELAS PANGGUNG
ITU MENJADI ARENA MULTIMEDIA. ABAH DAN NURANI MELAKUKAN
GERAKAN-GERAKAN TANPA SUARA YANG MENGGAMBARKAN BAHWA
ABAH SEDANG MENCERITAKAN MASA LALU TERHADAP NURANI.
KETIKA PANGGUNG KEMBALI PADA SUASANA SEMULA, KETIKA ITU
PULA CERITA ABAH SELESAI.
NURANI
: Jadi orang yang selama ini selalu kusuruh-suruh dan seringkali
kumarahi adalah ibuku sendiri? Kalau begitu sekarang juga saya harus berangkat ke
rumah sakit.
ABAH
: Kamu kan tidak tahu ke rumah sakit mana ibumu dibawa?
NURANI
: Akan saya cari ibuku disemua rumah sakit yang ada di kota ini. Mari
aki saya segera mencari ibu.
(NURANI BERLARI KE LUAR RUMAH MENINGGALKAN ABAH SEORANG
DIRI).

ABAH
: Aku terpaksa menceritakannya. Ia harus tahu siapa ibunya. Ia harus
menemui ibunya walau kutahu anak dan menantuku akan kaget dan sangat kecewa
ketika nurani mengetahui bahwa mereka bukan orang tuanya.
(PANGGUNG SEKONYONH DI TABIRI OLEH SEBUAH LAYAR YANG
MENUTUP SET RUMAH MUJIB. DI DEPAN SUDAH TANPA RIRIWA.
RIRIWA
: Nurani telah sampai di rumah sakit di mana Ayum berada. Tapi
sayang ketika ia sampai di rumah sakit tersebut ia tidak lagi bisa menyaksikan ibu
kandungnya dalam keadaan bernyawa. Di rumah sakit itu Ayum telah
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sejuta penyesalanbergolak dalam diri
Nurani. Ia menangis sambil merangkul jasad ibunya. Kemudian ia menyembah di
kaki Mujib dan Kasih dan mengungkapkan berjuta penyesalannya dan mengucapkan
berjuta terimakasih pula atas apa yang telah ia dapatkan selama ini. Bermingguminggu lamanya Nurani selalu merasa bahwa dialah orang yang paling berdosa di
dunia ini. Musuh-musuhku, marilah kita saksikan adegan berikutnya. (HILANG).
(TABIR KEMBALI TERBUKA. SET YANG SEMULA MENGGAMBARKAN
RUMAH KELUARGA MUJIB KINI BERUBAH MENJADI SEBUAH TAMAN
PEKUBURAN. NURANI TAMPAK SEDANG BERSIMPUH DISALAH SATU
KUBURAN YANG ADA DI SITU. IA MENANGIS LAMA SEKALI SAMPAI
AKHIRNYA IA BICARA.
NUARANI : Tahukah kau wahai seorang ibu yang malang betapa anakmu yang
durhaka ini yang seringkali menyakiti perasaanmu bahkan sampai akhir hidupmu
merasa tak berharga lagi di dunia ini. Ingin sekali aku kembali mengulangi kehidupan
pada dua puluh tahun yang lalu dimana kau masih selalu bernyanyi untukku. Andai
saja sejak dulu aku mengetahui bahwa kau ibuku, mungkin aku takkan merasakan
penyesalan yang menyakitkan ini. Selamat istirahat ibu. Saya tahu kau pasti telah
maemaafkan aku.
(SEMUA PELAKU YANG ADA DALAM SANDIWARA INI BERMUNCULAN
SATU PERSATU KEMUDIAN MEREKA BERBARIS DI BELAKANG NURANI.
MEREKA SEMUA BERNYANYI).
KOOR
: Taman pekuburan adalah taman masa depan kita.
Di sana kita berbaring menanti pinyu akhirat terbuka
Taman dalam kuburan terasa indah dan sejuk.
Bagi kita yang senantiasa setia pada ajaran-ajaran Tuhan.
taman pekuburan setiap saat menantikan kita.
Di sanalah kita beristirahat setelah ajal menjemput.
Celakalah bagi mereka yang hidup berlumur dosa
Di dalam kuburnya akan tersiksa dan menderita.
NURANI
: Ya Allah bimbinglah hati ini
Luruskanlah langkah-langkah hidupku
Ya Allah jauhkan aku dari segala dosa
Yang akan membawaku menemui azab-Mu.
KOOR
: Doa dan dzikir setiap waktu
Memhon pada-Mu selamat selalu
Setiap waktu hidup di jalan-Mu
Semoga tetes keringat tak sia-sia.
SEMUA
: Sampai bertemu lagi pada kisah selanjutnya. Nurani mencari bapak.
(LAYAR TURUN).

Anda mungkin juga menyukai