Anda di halaman 1dari 12

Kesepakatan Gencatan Senjata

Naskah Oleh : Ilham Budi Cahyadi


Inspirasi dari : Lagu “JKT48 – Kesepakatan Gencatan Senjata (Kyusen Kyoutei)”

Tokoh dalam cerita (minimal 10 pemain) :


1. Aninditho alias Ditho 5. Feni (teman Anin 1)
2. Aninditha alias Anin 6. Gracia alias Gre atau Ge (teman Anin 2)
3. Sammy (teman Ditho 1) 7. Angel
4. Frans (teman Ditho 2) 8. Pemain pendukung lainnya

PROLOG:
♫ Karena hal yang sepele, malam itu akhirnya kita bertengkar ♫
♫ Lalu kamu pun membanting gitar yang paling aku suka dan pergi ♫
♫ Ku juga melihat itu jadi sangat marah ♫
♫ Walau tak nonton TV volume ku besarkan ♫
♫ Ku abaikan suara mesin mobil yang menyala ♫
♫ “Cewek lain juga masih banyak kok, ya sudah terserah sana!” ♫

♫ Dulu kita berduaan pergi ke toko baju di pinggir kota ♫


♫ Kebingungan pilih baju, sampai pulang tidak beli apa-apa ♫
♫ Biarpun bebas, sama sekali tak menyenangkan ♫
♫ Walau tak ada yang bikin kesal ♫
♫ Kamar berantakan pun tidak apa-apa ♫
♫ “Tidak perlu bohong kalau ngedeketin cewek lain!” ♫
Scene 01: Mengambil setting di sebuah restoran fast food. Tampak Anin dan Feni sedang
makan hamburger berdua sambil bergosip...
Anin : (sambil menggigit hamburger yang besar sampai memenuhi pipi) “Ehhh, telus
doi gimana abis nyusluk gitu?” *cadel karena mulut yang penuh dan masih
mengunyah...
Feni : “Telan dulu kenapa sih! (tertawa) Ya malu lah! Pake nanya lagi! (diikuti suara
tawa keras, lalu berhenti). EH, bentar!? (sambil memasang muka cengo)”
Anin : (kebingungan) “Kenapa sih, Mpen?”
Feni : “(kaget menatap Anin) Nggak. Gapapa. (sambil menggelengkan kepala pada
Anin) Lupain!”
Seketika jadi hening. Mereka melanjutkan makan hamburger dengan lahap. Tiba-tiba...
Anin : (setelah minum, menangis dengan keras sehingga memecah keheningan)
Feni : “E-eh, ke-kenapa...? (dengan nada lirih ala orang kebingungan)”
Anin : “(sambil tetap tersedu-sedu) Mas Ditho, Mpen... Mas Ditho...!”
Feni : “E-eh...? Kalian... ribut?”
Anin : (mengangguk pelan, lalu perlahan-lahan volume tangisannya merendah dan
berhenti) “Udah seminggu ini sih. (dengan nada lirih)”
Feni : “EH, KOK BISA? Gimana ceritanya kalian bisa ribut? Perasaan, kalian kelihatan
romantis deh, tiap kita ada acara gitu?”
Anin : (sedikit mengalihkan muka kesalnya ke arah lain) “Loe nggak tahu dia pas di
apartemen sih. (lirih) You know what? Ini paling parah, dan semua ini salah
dia, Mpen! Salah dia! Huhuhu...! (lalu kembali menangis dengan keras)”
Feni : “Terus, terus! (makin antusias menyimak ceritanya) Coba ceritain detailnya!
(sambil menopang dagu dengan tangan di meja)”
Anin : (menghela napas dalam-dalam, menatap Feni) “Tapi jangan ceritain ke siapa
pun ya! Soalnya gue tau loe orangnya ember.”
Feni : (pindah ke samping Anin, menarik tangan Anin ke pahanya) “Loe kenal gue
udah berapa lama sih? Kita udah bersama sejak TK, kan?”
Anin : (perlahan melempar senyuman dan mengangguk) “Iya, gue percaya. (menarik
napas sejenak) Jadi gini...”
Scene 02: Mengambil setting di ruang tamu Ditho dan Anin satu minggu yang lalu, yang
diwarnai bantal-guling yang beterbangan ke arah Ditho yang didorong keluar kamar oleh
Anin yang memasang raut muka marah. Televisi diabaikan dalam keadaan hidup dengan
volume yang sudah dibesarkan untuk meredam keributan mereka...
Anin : “SEKARANG KAMU PILIH! KAMU YANG PERGI, ATAU AKU YANG PERGI?”
Ditho : “KENAPA SIH, YANG? BARU PULANG DIMARAHIN? JELASIN DULU LAH!”
Anin : “NGGAK ADA YANG PERLU DIJELASIN LAGI YA, ANINDITHO! AKU LIHAT PAKAI
MATA KEPALAKU SENDIRI, KALAU KAMU NGEDEKETIN CEWEK LAIN!” (saking
marahnya, sampai membanting gitar kesayangan Ditho hingga rusak)
Ditho : “HAH, NGEDEKETIN CEWEK LA-? EH, TUNGGU! (tersadar akan gitarnya yang
rusak) INI GITAR YANG PALING AKU SUKA, ANIN! KAMU TAHU, KAN KALAU INI
AKU DAPETIN SUSAH PAYAH!?”
Anin : “TERUS KAMU LEBIH MENTINGIN GITAR INI DARIPADA AKU? Oke, Dith! (agak
lirih) KALAU GITU, AKU YANG PERGI DARI SINI!”
Anin mengambil kunci mobil di kamar, lalu pergi memacu mobilnya entah ke mana. Hal
ini berbeda dengan Ditho yang nampak stres melihat kondisi gitarnya...
Ditho : (mengabaikan suara mesin mobil yang menyala di luar) “CEWEK LAIN JUGA
MASIH BANYAK KOK, YA SUDAH TERSERAH SANA!”
Di sisi lain, Anin mendengar umpatan itu...
Anin : “Cih, dasar sok laku!” (lalu melepaskan rem tangan, memundurkan mobilnya,
dan memacu mobilnya pergi dari apartemen)

Scene 03: Kembali mengambil setting di sebuah restoran fast food. Masih menampakkan
Feni bersama dengan Anin yang tengah menangis sedari tadi...
Feni : “Oh, gitu. Lalu, loe tinggal di mana selama seminggu ini? Kan loe di sini nggak
punya tempat tinggal, selain bareng Ditho?”
Anin : (mengangkat bahu) “Teman gue di sini bukan cuma loe aja, kan? Ada Gracia
juga, teman ngantor gue. Jadi, gue numpang di apartemennya.”
Feni : “Gracia yang bulan depan nikah sama Frans?”
Anin : “Eh, loe kenal Frans?”
Feni : (mengangguk) “Frans sekantor sama gue, cuman beda divisi. Dia periklanan,
gue marketing.”
Di tengah-tengah obrolan mereka, ada seseorang yang datang menegur...
Ditho : “Hai, Feni! (lalu menghela napas ketika melihat ada Anin bersama Feni)”
Feni : “Eh, Mas Ditho! Sini, duduk! Ada yang mau aku omongin. Ada kaitannya sama
Anin juga.”
Ditho : “Mau ngomongin apa sih, Fen? (sambil duduk di hadapan Anin dan Feni)”
Anin : “Emmm, aku mau ke toilet du-, eh!?”
Feni : “(menarik lengan Anin untuk duduk kembali) Stay di sini, oke! (menatap pada
Ditho kembali) Jadi gini, Mas. Apa aja sih, yang Mas Ditho lakuin selama dia
nggak ada? (sambil mencuri lirikan pada Anin)”
Anin : (dengan cepat mendahului jawaban) “Dia bebas jalan sama cewek barunya.”
Ditho : “Sorry! Masih mikir itu benar?”
Ditho dan Anin saling menatap kesal satu sama lain...
Feni : “Eh, kalem! Jangan berantem di sini ya, Mas, Nin! Mending kamu dengar dulu
deh, Nin, ceritanya Mas Ditho kayak gimana! Silakan cerita, Mas!”
Ditho : “Hemmm, oke. Jadi...”

Scene 04: Mengambil setting di kantor (tempat Ditho bekerja). Ditho sedang jam istirahat
makan siang di kantin bersama kedua sahabatnya, Sammy dan Frans. Ditho yang tampak
tidak nafsu makan, hanya mengaduk makanannya...
Sammy : “Dimakan lah! Jangan dimainin mulu! Keburu dingin tuh!”
Frans : “Tahu nih! Dari tadi pagi kayak badmood mulu. Kenapa sih, Bro?”
Ditho : “Eh, nggak, gapapa. (sambil menyantap makanannya)”
Frans : “Ceritalah!”
Ditho : “Oke, gue cerita. Semalam, Anin pergi dari apartemen.”
Sammy : “Kok bisa?”
Ditho : (mengangkat bahu tak mengerti) “Gak tahu. Gue baru pulang, langsung kena
semprot gitu aja. Barang-barang pada terbang semua. Bahkan, gitar yang gue
paling suka pun dibanting. Abis itu, dia pergi. Aneh, kan?”
Frans : “Oh, gitu? Udahlah, Bro, santai aja! Entar gue ke apartemen loe ya? Main PS
kita. Yang kalah, traktir sebulan, oke? (cengengesan)”
Sammy : (memukul kepala Frans agak keras) “Bisa lihat situasi nggak?”
Ditho : “Setuju! (menyahut begitu saja) Loe juga nggak bakal bisa ngalahin gue sih.”
Frans : (menganga) “Oke. Siapa takut? Entar ya, sepulang kerja.”
Sammy : “Ya udah deh, gue ikut aja. Biar seru.”
Ditho : “Sip! (sambil mengacungkan kedua jempol)”

Scene 05: Kembali mengambil setting di sebuah restoran fast food. Masih menampakkan
Feni bersama dengan Anin, serta Ditho yang nampak cuek dengan wajah muram Anin...
Feni : “Loe masih bisa main game sama Frans dan Sammy, setelah pacar loe pergi
dari apartemen?”
Anin : “Cihhh! Tadi udah gue jelasin kan, kalau dia emang super cuek? He’s just care
about himself!”
Ditho : “Ya, daripada galau mulu, kan? Gue bukan orang yang terlalu baperan.”
Anin : “Is that sarcasm for me, Honey!?”
Feni : “Udah, udah! Malu dilihat orang. Emmm, gimana kalau kita pindah aja? Ke
tempat yang lebih kondusif, gitu? Sekalian kalian lanjut ceritanya.”
Anin & Ditho : (menghela napas berat) “Ya udah, ayo!” (kompak)
Feni : (menatap pada Anin dan Ditho sambil tersenyum setengah kaget, kemudian
cekikikan, perlahan semakin tertawa meskipun volumenya masih terkontrol)
Anin : “Kenapa loe?”
Feni : “Nggak, gapapa. Yuk, pindah!”

Scene 06: Mengambil setting di apartemen milik Gracia, teman terdekat Anin selain Feni.
Waktu menunjukkan pukul 22.30 dengan detik yang terus berjalan...
Gracia : “(sambil berjalan ke arah pintu apartemen) Haduhhh, siapa sih malam-malam
gini? Ganggu orang tidur aja! (memutar knop pintu dan membukanya. Raut
wajahnya seketika berubah menjadi bingung sekaligus kesal) Anin!? Ngapain
sih malam-malam kemari?”
Anin : “Emmm, Ge. Boleh nginap sini, nggak?”
Gracia : “Hemmm, masuk!”
Anin pun dengan seenaknya masuk diikuti langkah Gracia di belakangnya...
Anin : “Kamar loe masih ungu aja ya, Ge?”
Gracia : “(sambil menggaruk-garuk kepalanya) Ngapain sih, Nin, malam-malam begini
kemari? Loe tahu kan, kalau jam segini pasti gue udah tidur?”
Anin : “Ya, maaf. (lirih) Abisnya, gue nggak tahu lagi, harus ke mana setelah kabur
dari apartemen, hehe.”
Gracia : “Hah, maksud loe?”
Anin : “Udahlah, nggak usah dibahas! Tidur yuk! Gue udah capek nih. Apartemen loe
jauh amat dah? (sambil dengan seenaknya berbaring di kasur Gracia)”
Gracia : “(bergumam) Seenaknya aja. Hemmm, ya udah deh. Untung Koko Sam lagi
pulang ke rumah. (lalu kembali berbaring di samping Anin, menarik selimut
sampai menutupi setengah kepala)”

Scene 07: Mengambil setting di apartemen milik Feni, setelah Anin, Ditho, dan Feni pindah
dari restoran fast food sebelumnya...
Feni : (berjalan dari dapur sambil membawa es krim dan apple pie di atas nampan
untuk Anin dan Ditho) “Kalian berdua suka apple pie, kan?”
Anin : (mengambil apple pie dari nampan) “Loe masih suka bikin ini, Mpen? (sambil
memakannya) Emmm, enak, enak!”
Feni : (duduk menghadap Anin dan DItho) “Nggak terlalu sering sih. Lagi kebetulan
ada aja. Mas Ditho, silakan coba!”
Ditho : “Nanti aja.”
Feni : “Hemmm, ya udahlah. Oke, balik lagi ke topik! Sekarang, Mas Ditho, lanjutin
cerita Mas!”
Ditho : “Hemmm, oke...”

Scene 08: Setting di apartemen Anin-Ditho. Tampak Ditho sedang asyik bermain bersama
Frans dan Sammy...
Frans : “Bangke, kalah mulu gue! Jago amat sih loe, Dith?”
Ditho : “Sepele loe mah.”
Sammy : (menggelengkan kepala dan bergumam) “Ya elah, Frans! Bacot doang loe sok
nantangin main. Sini, biar gue yang main! (sambil merebut stik PS dari tangan
Frans yang menggenggamnya)”
Ditho : “Gue nggak yakin loe bisa ngalahin gue. Loe kan nggak jago main game?”
Sammy : “Jangan remehin gue ya, Aninditho!”
Ditho : “Lihat aja, Sam!”
Mereka berdua pun bermain. Beberapa saat kemudian, game pun di-pause Sammy yang
mendapatkan sebuah telepon masuk...
Sammy : “Iya, Ge? ...... Koko lagi di apartemen Ditho, kenapa? ...... Sekarang banget?
...... Oke deh, Koko OTW.”
Frans : “Kenapa adek loe? (terlihat penasaran karena Gracia yang notabene adalah
calon istrinya)”
Sammy : (mengangkat kedua bahunya) “Udah ya, gue mau ke apartemennya Gre dulu.
Ada urusan penting yang harus kami bahas sebagai kakak-adik.”
Frans : “Ya udah deh. Kalau gitu gue juga pulang ya, Dith?”
Ditho : “Nggak jadi nginep sini, Frans?”
Frans : “Enggak.”
Ditho : “Oh, oke. Take care ya!”
Mereka bertiga pun tos, sebelum Sammy dan Frans pergi...

Scene 09: Kembali ke setting apartemen Feni. Mereka bertiga sedang asyik memakan pie
apel buatan Feni...
Anin : “Oke. Jadi sebenarnya, Ko Sammy nggak benar-benar ke apartemen Gre. Aku,
Gre, sama Ko Sammy ketemuan di sebuah cafe. Saat itulah, Ko Sammy jadi
tahu kalau aku numpang di Gre selama ini. Tapi, aku minta dia nggak beritahu
kamu kalau aku di Gre. (dengan nada tegas)”
Ditho : “Eh? But why, Ndut?”
Anin : “Karena aku nggak mau lihat muka kamu dulu! (bernada menekan) Sekalian
mau bikin kamu introspeksi diri, biar kamu nggak selingkuh lagi!”
Ditho : “HAH? AKU SELINGKUH? MAKSUDMU APA?”
Feni : “Eh, tu-tunggu dulu! Jangan berantem lagi ya! Sekarang, Nin, ceritain alasan
kenapa loe bisa berprasangka dia selingkuh! Bisa jadi cuma kesalahpahaman
doang, kan?”
Anin : “Mata gue nggak pernah salah kali, Mpen. (sambil memutar kedua bola mata
dan menghela napas)”
Feni : “Ya udah sih, cerita aja biar jelas! Ngeyel mulu? PMS loe? (ikut kesal)”
Anin : “Hemmm, oke. Jadi...”
Scene 10: Mengambil setting di Rumah Makan Padang, 7 hari yang lalu. Anin sedang ber-
istirahat makan siang dengan Gracia, teman sekantornya...
Anin : “Loe mau yang mana, Ge? (sambil melihat-lihat menu)”
Gracia : “Samaan dengan loe aja deh, Nin. Gue masih nyari tempat kosong ini.”
Anin : “Ya udah deh.”
Gracia : “Ngomong-ngomong, dagingnya banyakin ya, Nin! (sambil tetap mencari-cari
tempat kosong) Nah, ketemu! (kemudian duduk lebih dulu meninggalkan Anin
yang tengah memilih-milih lauk)”
Anin : “Sayur mau nggak, Ge, eh? (mencari-cari Gracia yang tiba-tiba hilang) Huft!
(sambil mengembungkan pipi bulatnya karena sebal, Gracia malah asyik main
ponsel sambil tertawa di tempat duduk)”
Anin menyudahi pemilihan menu mereka dan membawakannya pada Gracia. Ia menaruh
makanan Gracia pada yang empunya. Anin makan duluan karena sudah lapar. Sesekali, ia
mengajak Gracia untuk mengobrol, namun tidak digubris. Makanannya pun hanya masuk
ke mulutnya sedikit-sedikit karena saking asyiknya...
Anin : “GE! GRACIA! GENDUT!”
Gracia : “Hei, stop bilang gue gendut, oke!”
Anin : “Segitu asyiknya ya, chatting sama calon suami, sampai gue dicuekin? Berasa
ngobrol sama pasien rumah sakit jiwa, tahu nggak sih? Ketawa-ketawa sendiri
gitu. Sebel gue! (menggerutu)”
Gracia : “Ya maaf. Abisnya, Mas Frans ngirim video kocak banget sih.”
Anin : “Ah, kocak U! Udah deh, Ge! Makan, makan aja ya! Keburu dingin tuh!”
Gracia : “Iya, iya. Bawel bet kek mak-emak!? (kemudian makan dengan lahap)”
Anin menggelengkan kepala, lalu kembali melahap makanan. Beberapa saat kemudian...
Gracia : “Nin, itu Mas Ditho bukan sih? (sambil menunjuk ke arah pintu masuk dengan
tatapannya)”
Anin : “Mana sih, Ge, (sambil menoleh ke arah yang dilihat mata Gracia) eh iya?
Cewek itu siapa ya? Tanya, ah! (sambil berniat bangkit) Eh? (namun ditarik
Gre yang mengisyaratkan untuk memantau saja). Oh, oke.”
Anin menurut dan kembali duduk. Namun, emosinya naik ketika melihat Ditho dan gadis
lain mesra seperti itu...
Scene 11: Kembali ke setting apartemen Feni...
Ditho : “Bentar, bentar! Kalau kamu lihat aku dan Angel, kenapa nggak manggil? Kan
kita bisa sekalian makan bareng?”
Anin : “Oh, jadi selingkuhanmu itu namanya Angel?”
Ditho : “Actually, dia bukan selingkuhanku, Sayang! Dia itu...? (terpotong)”
Anin : “(memotong ucapan Ditho) TERUS APA, adikmu? Yang kamu bilang adik kamu
kan banyak, Dith? Semuanya cewek pula!”
Feni : (menengahi keduanya) “Wait, Nin! Kayaknya ini udah mulai ketemu nih titik
terangnya (masalah ini). Oke, Mas. Sekarang jelasin hubungan Mas dengan
cewek bernama, siapa tadi? Oh iya, Angel itu!”
Ditho : “Oke. Jadi, Angel itu sepupuku. Seminggu lalu, dia main ke kantor dan...”

Scene 12: Mengambil setting di lobby tempat kerja Ditho...


Angel : “Bang Ditho! (sambil melompat memeluk Ditho)”
Ditho : (terkejut) “Angel, kok ke sini? (dengan nada kaget)”
Angel : (melepas pelukan dan melempar senyuman manis) “Habisnya tadi pas aku ke
apartemen, Bang Ditho nggak ada. Ya udah, aku ke sini.”
Ditho : “Oh, gitu. Udah makan siang? Abang mau makan siang di luar soalnya.”
Angel : “Boleh. Kebetulan dari bandara nggak sempat makan tadi.”
Setelah itu, kembali ke scene 02, di mana Anin dan Ditho ribut di apartemen...

Scene 13: Mengambil setting di apartemen Anin-Ditho, empat hari setelah Anin kabur dari
apartemen. Ditho merasa kesepian. Kamar yang sempit pun terasa meluas, merasa ada
yang kurang dari dalam dirinya...
Ditho : “Hemmm, kok kayak ada yang kurang ya, kalau nggak ada Si Anin? Rasanya
sepi kalau tinggal sendirian di sini. Biasanya, dia yang bikin ribut.”
Ditho mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Anin...
Operator : “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa sa-?”
Ditho langsung menutup sambungan tak terkoneksinya pada Anin...
Ditho : “Huft, kamu di mana sih, Nin?”
Ditho kembali men-scroll layar ponselnya dan menemukan nomor seorang teman Anin di
dalam daftar kontaknya, kemudian menghubunginya...
Ditho : “Halo, Feni?”
Feni (voice) : “Ya, ada apa, Mas Dith?”
Ditho : “Tahu Anin, nggak?”
Feni (voice) : “Ya tahu lah, Mas! Tahu dan kenal. Dia kan sahabat gue udah sedari TK, Mas
Dith? Gimana sih?”
Ditho : (mendengus kesal) “Maksud gue, tahu Anin di mana, nggak?”
Feni (voice) : “Lah, bukannya dia selalu sama Mas Ditho ya? Kalian berdua kan nempel me-
lulu kayak perangko sama amplop?”
Ditho : “Hahaha, lucu. (tertawa malas) Tapi jokes itu nggak lucu buat saat ini, Feni.”
Feni (voice) : “Jokes? Siapa yang ngelawak sih? Gue serius, kali! Emang kenapa sih?”
Ditho : “Jadi begini, Anin nggak pulang ke apartemen. Udah empat hari ini nggak bisa
dihubungi. Gue bingung harus cari dia ke mana lagi.”
Feni (voice) : “Gak bisa dihubungi gimana? Tadi sore, dia nelepon gue kok. Lagian, emang
dia nggak bilang dulu, mau ke mana?”
Ditho : “Ya enggak lah. Dia main pergi gitu aja. Eh, kalau tahu Anin di mana, kasih
tahu gue segera ya!”
Feni (voice) : “Oh, oke, Mas. Tapi sebagai imbalan, kita kencan sehari setelah Anin ketemu,
boleh? Hahaha, bercanda!”
Ditho : “FENI!!!”
Feni (voice) : “Sorry, sorry. Nanti gue kasih tahu.”

Scene 14: Kembali ke setting di mana Anin, Ditho, dan Feni sedang membahas masalah
yang dialami Anin-Ditho ini...
Anin : “Kamu pikir, aku bakal percaya gitu aja? Hello, I’m not a dumb girl, Baby! Bisa
aja kan, kamu bohong?”
Ditho : (menghela napas sambil memutar bola mata) “Perlu bukti? Oke. AKU BAKAL
TELEPON DIA SEKARANG.”
Ditho langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Angel, tanpa lupa mengaktifkan
loudspeaker. Tak menunggu lama...
Angel (voice) : “Halo, ada apa malam-malam nelepon, Bang?”
Anin : (langsung merebut ponsel Ditho dan mengarahkan mikrofon ponsel tersebut
pada bibir) “Halo, ini beneran Angel, kan?”
Angel (voice) : “I-ya? Ini... Mbak Anin ya?”
Anin : “Iya, ini Anin. Boleh nanya sesuatu, nggak?”
Angel (voice) : “Bo-leh aja? Mau nanya apa? (semakin bingung)”
Anin : “Kamu ada hubungan apa sih, sama Mas Ditho?”
Angel (voice) : “Loh, emang Bang Ditho nggak pernah cerita, kalau punya adik sepupu yang
namanya Angel? Padahal Bang Ditho sering cerita tentang Mbak Anin loh.”
Anin : “Oh, ya udah. Makasih. Salam kenal!” (lalu menutup sambungan telepon itu)
Anin mengembalikan ponsel tersebut sambil tersenyum malu pada Ditho...
Ditho : “Sudah jelas, kan?”
Anin : “Ya, maaf. (sambil menunduk malu karena salah kaprah)”
Ditho : “Aku tuh nggak pernah punya niatan buat ngeduain kamu, Nin. Jadi tolonglah,
percaya sama aku! Aku sayang kamu. Ya, kecuali kalau selingkuhanku Feni.”
Feni : “Eh, kok aku?”
Ditho : “Hahaha. Hanya bercanda. Lagian, tiga hari yang lalu juga kamu godain aku
kan, pas Anin lagi nggak di sini?”
Anin : (tertawa cekikikan)
Feni hanya menampilkan muka kesalnya karena Ditho mengisengi dirinya...
Anin : (tawanya semakin lama makin menurun dan tersisa senyuman manis yang di-
tujukan kepada Ditho) “Mas Ditho, maafkan soal gitarmu waktu itu ya!”
Ditho : (menggelengkan kepala) “Udah, nggak usah dipikirin! Gitar yang rusak masih
bisa dibetulkan kok. Tetapi, lubang di hatiku tak bisa tertutup. Terlalu sepi
kalau nggak ada kamu. Kamu pun sekarang pasti merasakan hal yang sama,
kan?”
Anin : “Iya, aku juga merasakan hal sama. Nggak enak sih, kalau tidur nggak dipeluk
sama Mas Ditho. Tidur sama Gracia bikin badanku sakit pas bangun. Dia kalau
tidur gerak-gerak terus.”
Ditho : (tertawa karena mendengar keluhan lucu Anin)
Feni : (memegang pundak Anin, menatap Anin-Ditho secara bergantian) “Udahlah,
sekarang gencatan senjata aja deh!”
Anin-Ditho saling tatap. Kemudian, mereka berdua pun pamit pulang...
Scene 15 [Epilog]: Mengambil setting di dalam mobil Ditho. Anin-Ditho sedang menikmati
momentum baru akur mereka berdua...
Anin : “Mas Ditho?”
Ditho : “Ya, kenapa?”
Anin : “Besok, temani aku ke toko baju di pinggir kota ya!”
Ditho : “Eh, boleh. Tumben ajak aku?”
Anin : “Ya, pengin mengulangi masa-masa awal kita pacaran aja? Dulu kita berduaan
pergi ke toko baju di pinggir kota, kan?”
Ditho : “Haha. Tapi, besok jangan nggak beli ya, Nin! Malu kalau nggak beli.”
Anin : (memukul bahu Ditho dengan gemas) “Ih, masih ingat aja!”
Ditho : “Tapi, nggak beli pun gapapa sih. Itu malah bakal bikin aku makin gemas sama
kamu.”
Anin : “EH, tapi bukannya Mas Ditho besok kerja?”
Ditho : “Gampang. Aku cukup dekat sama atasanku, kan? Jadi bisa izin cuti.”
Anin : “Ahhh, makasih! Ngomong-ngomong, kenalin aku ke Angel ya!”
Ditho : “Nanti ya, kalau dia ke apartemen.”

SELESAI...

Catatan:
Naskah ini boleh, atau bahkan disarankan untuk dicorat-coret pada saat proses reading
dengan tujuan untuk membuat skenario ini lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai