Alya.K (Anak kepala desa/Suri) : Anak yang baik, polos, manja (umur 12 th)
Hanan Hasibah (Ibu Suri) : Ibu yang baik, berhati lembut, memperjuangkan
anaknya
Narrator : Di kantor kepala desa, bapak Suri sedang bekerja. Tiba-tiba ada seorang jendral
tentara jepang mendobrak masuk ke ruang kantor kepala desa.
Jenderal Kazuhiko : “Hei, kepala desa ! saya mau kamu kumpulkan semua anak perempuan di
desa yang belum menikah untuk dikirim ke pusat kota.”
Kepala Desa : “Kalau hamba boleh tau, untuk apa tuan?”
Jenderal Kazuhiko : “Sudah!!! Jangan banyak tanya! Kumpulkan saja!”
Kepala Desa : “Tapi aku perlu tahu apa tujuanmu untuk mengumpulkan mereka”
Jendral Kazuhiko : “Bodoh! Ingin mati kau?”
Kepala Desa : “ Tetap saja aku ingin tahu apa tujuanmu!”
Jendral Kazuhiko : “ Hah! Sekalian saja kau bawa putrimu yang cantik itu atau seluruh
keluargamu akan mati!” (Memukul Kepala Desa)
Kepala Desa : “Baik tuan, hamba permisi.”
(tidak sengaja Kepala Desa dipintu mendengar percakapan)
Tentara Tomohiro : “Sepertinya kita akan berpesta dengan para onna noko.”
Tentara Hiroshi : “Maksud kamu, mereka akan dijadikan Jugun Ianfu?’
Tentara Tomohiro : “Tentu saja, aho! Hahaha.”
(Kepala Desa kaget, ketakutan dan pulang kerumahnya tanpa memberitahu apapun kepada istri
dan anaknya)
# di rumah
(Kepala Desa masuk dengan wajah yang bimbang)
Ibu : “Bapak teh sudah pulang?”
(Kepala Desa tidak menjawab. Dia langsung duduk dengan tatapan yang kosong)
Ibu : “Apa bapak dapat perintah lagi?”
Kepala Desa : “Dimana anak kita bu?”
Ibu : “Ada. Sebentar pak, biar Ibu panggilkan. Neng ...!!”
Suri : “Iya bu.... (melihat Kepala Desa dan antusias) bapak sudah pulang?”
Kepala Desa : “Neng mau bersekolah gak?”
Suri : “Mau! Mau banget pak!!”
Kepala Desa : “Kalau begitu Eneng siap-siap. Besok Eneng bersekolah di pusat
kota.”
Suri : “Beneran pak?” (senang)
Ibu : “Alhamdulillah. Neng, akhirnya kamu bisa sekolah.”
(Kepala Desa menutupi kebohongan dengan fake smile)
Ibu : (Sambil menyiapkan kebutuhan-kebutuhan Suri) “Neng, jangan lupa
sholat disana. Jaga diri. Jangan bolos. Yang paling penting ...”
Suri : “Gak boleh ninggalin sholat bu!”
Ibu : “Bener... Ibu punya kerudung buat Eneng. Semoga Eneng suka.”
Suri : “Makasih bu. Eneng suka kok semua yang dikasih Ibu.”
(Kepala Desa memandang anak dan istrinya dengan tatapan yang sedih, dan merasa bersalah
karena telah berbohong kepada mereka berdua)
#Para gadis berkumpul
Kepala Desa : “Dengarkan baik-baik. Kalian semua akan ikut ke pusat kota bersama
tentara Jepang.”
Surti : “Apa yang brengsek itu inginkan?”
Dinti : “Apakah kita akan dijadikan pelacur?”
Kepala Desa : “Tidak.. kalian tidak akan dijadikan pelacur. Disana kalian akan dididik
dan dibina oleh tentara jepang.
Nanik : “Kau pembohong. Aku tak percaya”
Kepala Desa : “Sudah jangan banyak tanya. Kalau tidak kita semua bisa mati.”
Narator : Cara militer Jepang merekrut Jugun Ianfu adalah dengan ditipu, atau
diiming-imingi pekerjaan, serta mereka yang direkrut secara paksa.
Untuk menyiasati kekurangan stok Jugun Ianfu , militer Jepang menculik
perempuan-perempuan pribumi dari rumahnya.
Madam Lastri : “Selama disini kalian harus menuruti saya. Karena saya adalah pimpinan
disini. Tidak boleh mengeluh, tidak boleh menangis, dan yang terpenting
tidak boleh sakit. Panggil saya, Madam”
Suri : “Madam, dimana kita akan bersekolah? Apa yang akan kita pelajari?”
Nanik : “Ha? Sekolah? Kamu pikir kita akan bersekolah?”
Surti : “Kita akan menjadi pelacur, bodoh!”
Suri : “Tapi.... tapi bapak bilang kita akan bersekolah”.
Dinti : “Ha...! dasar pengkhianat negara. Dia berbohong pada anaknya sendiri”.
Yanti : (menggenggam tangan Suri,menenangkan Suri)
Madam Lastri : “Sudah diam kalian semua!!”
(Madam mengecek segala yang dikenakan pada perempuan-perempuan itu dan tibalah pada Suri)
Madam Lastri : “Namamu siapa? Umurmu?’
Suri : “Saya Suri. Umurnya 12 tahun”.
Madam Lastri : “Ikut saya!”
Narator : Adalah mimpi buruk bagi wanita yang hidup pada zaman itu. Karena
mereka malah dikirim ke rumah-rumah bordil untuk melayani minimal 4
orang tentara dalam sehari. Banyak wanita yang uterusnya membusuk
dan terkena penyakit kelamin.
Surti : “Kita ga boleh diam! Kita harus memikirkan cara untuk kabur dari sini
tanpa ketahuan!”
Nanik : “Saya setuju denganmu. Lebih baik mati daripada ada disini!”
Suri : (bergumam sendiri) “Bapak akan menyelamatkan kita. Pasti, bapak
akan datang”
Dinti : “Dia ga akan datang Suri. Lihat, kamu sudah dibuang”.
Suri : “Tidak! Bapak sayang sama Suri..”
Nanik : “Bapak kamu sudah berkhianat!”
Suri : “Tidak mungkin! Bapak pasti akan datang”
Dinti : “Sadarlah Suri”
Surti : “Ayo kita keluar...”
(Mereka semua mulai bersiap-siap untuk kabur. Saat mereka mengendap-ngendap dimalam hari,
Madam mendapati mereka kabur dan melihat Surti membawa belati lalu Madam mendorong
mereka semua masuk kembali ke dalam ruangan yang telah dijaga oleh tentara jepang)
Madam : “Hey kalian semua berani-berani nya! Dan apa ini? Sebuah belati, kau
dapat darimana?”
(lalu madam pun memanggil para tentara jepang untuk menjaga tempat para gadis dikumpulkan)
(Saat para penjaga sedang lengah, para gadis pun merencanakan kabur untuk yang kedua
kalinya. Nanik dan Surti bekerja sama untuk mendobrak pintu agar bisa kabur. Setelah setengah
jalan ingin kabur lalu tentara Jepang mendengar suara Dinti dan akhirnya mereka pun lari
meninggalkan Suri yang tertinggal bersama Tentara Hiroshi)
#dirumah
Ibu : “Ibu ga nyangka deh pa, Suri bisa sekolah. Bapak tahu kan Suri suka
baca. Bafgaiimana kalau kita beli buku yang banyak untuk Suri. Supaya
saat Suri pulang ... (omongannya terpotong)”
Kepala Desa : “Suri ga akan pulang bu!”
Ibu : “(sedikit tertawa) Ya ga sekarang lah pa, maksud ibu nanti”.
Kepala Desa : “Tapi sampai kapan pun Suri ga akan pulang bu”.
Ibu : “Maksud bapak apa?”
Kepala Desa : “(menunduk) Sebenarnya Suri itu pergi untuk dijadikan Jugun Ianfu”.
Ibu : “Apa?? Bagaimana... kenapa bapak .. (terpotong-potong)”
Kepala Desa : “Maaf bu. Maafkan bapak bu...”
Ibu : “Dasar bapak bodoh! Anak kita pak! Anak kita!” (sambil memukul kecil)
Narator : Menurut pengakuan mantan korban Jugun Ianfu, mereka berkata bahwa
beberapa wanita uterusnya membusuk, dan beberapa mengalami
gangguan jiwa. Wanita yang dianggap sudah tidak bisa melayani lagi bila
beruntung akan dipulangkan ke kampung halamannya. dan beberapa lagi,
akan disiksa dengan kejam sampai mati.
(Kepala Desa dan Istrinya berhasil menemukan Suri, Surti, Nanik, Dinti dan Yanti. Ibu dan Suri
berpelukan. Mereka membuat rencana untuk melarikan diri. )
(Saat hendak kabur mereka bertemu dengan tentara Hiroshi. Hiroshi memandang Suri dan
membebaskan mereka untuk kabur. Sebenarnya, Madam tahu temtang rencana ini, dan ia pun
membantu mereka menemukan jalan keluar. Sayangnya, rencana mereka pupus karena ketahuan
oleh Jenderal Kazuhiko dan tentara Tomohiro. Ibu berhasil membawa Surti, Nanik, Dinti dan
Yanti. Kepala Desa mengorbankan dirinya untuk mengalihkan perhatian serta sebagai
pembalasan untuk rasa bersalahnya pada Suri)
#disebuah lapangan yang penuh semak belukar ada Suri, Tentara Tomohiro, Jenderal Kazuhiko,
Tentara Hiroshi dan Kepala Desa.
Kepala Desa : “Kalian larilah! (berkata pada Ibu, surti, Nanik, Dinti dan Yanti)
Ibu : “Bapak...!!”
(Tentara Tomohiro menyuruh tentara Hiroshi membunuh Suri. Tapi, tangan tentara Hiroshi
gemetar, tanda tak mampu)
Tentara Tomohiro : “Tembak dia, keparat!!”
(Akhirnya, karena tentara Hiroshi adalah pengecut, Tentara Tomohiro menembak Tentara
Hiroshi dan Suri. Darah mengalir ditangannya yang menggunakan gelang pemberian tentara
Hiroshi)
Kepala Desa : “Tidakkk!!!” (berlari kearah Suri)
(Kepala Desa ditembak oleh Jenderal Kazuhiko)
Narator : Pada tahun 1945, Indonesia mulai merdeka. Jepang mengakui kekalahannya
pada dunia. Perlahan kekuatan Jepang pun menurun. Momen tersebut menjadi
angin segar bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia, tapi juga bagi para Jugun
Ianfu. Sebenarnya, Jepang tak mengakui fakta sejarah ini. Tapi, negara-negara
yang warganya jadi perbudakan seks tetap menuntut Jepang. Salah satunya
tentara yang paling lantang dalam hal ini adalah Korea selatan. Untuk Indonesia
sendiri, pemerintah dianggap acuh tak acuh soal masalah ini. Pada tahun 1993
misalnya saat Korea Selatan begitu kencang menyiarkan kesaksiannya, menteri
sosial saat itu, Inten Suwenu menyataan bahwa penanganan Jugun Ianfu lebih
baik dilakukan oleh pihak swasta. Alasannya, agar hubungan Indonesia-Jepang
yang sudah terjalin baik tidak tertanggu.
Penutup
Mardiyem. Yang biasa dikenal orang Jepang sebagai “momoye”, Jugun Ianfu asal Yogyakarta
pernah berkata “Generasi muda harus tahu sebenarnya dan mengerti bahwa menjadi Jugun
Ianfu bukan mau kami dan bahwa kami bukan pelacur”.
-TAMAT-
NASKAH DRAMA
“JUGUN IANFU”
XII MIPA 3