Anda di halaman 1dari 4

A.

SEL
Sel berasal dari istilah celulla yang pertama kali digunakan oleh Robert Hooke pada tahun 1665.
Hooke memberikan istilah ini untuk ruang kecil yang dibatasi oleh dinding, yang dilihatnya pada sel
gabus. Selanjutnya, ia mengamati jaringan tumbuhan yang lain dan melihat bahwa sel-selnya berisi
cairan. (Mulyani, S)
Rudolf Virchow berpendapat bahwa setiap sel berasal dari sel sebelumnya. Berdasarkan tinjauan
tentang sel, dapat diketahui dua batasan sebagai berikut:
Menurut A. G. Hoewy dan Siekevitz (1963), sel adalah unit aktivitas biologi yang dibatasi oleh membran
semipermiabel dan mampu bereproduksi sendiri pada suatu media yang bebas dari sistem kehidupan
lain. Menurut definisi umum, sel adalah unit terkecil penyusun makhluk hidup, baik struktural maupun
fungsional. (Karmana, O)
Sel adalah unit dasar suatu organisme. Pada organisme multiseluler, sel tidak semata-mata
mengelompok, tetapi dihubungkan dan dikoordinasikan dalam satu keseluruhan yang harmonis. Ukuran,
bentuk, struktur dan fungsi sel bermacam-macam. Ada yang berukuran dalam micron hingga
sentimeter, misalnya pada serabut tumbuhan tertentu. Ada sel yang memiliki organisasi internal
sederhana, tetapi ada juga yang rumit. Ada sel yang mempunyai banyak fungsi, tetapi ada juga sel yang
mempunyai fungsi khusus. (Mulyani, S)
Sel merupakan unit dasar dari suatu kehidupan, dan tidak dijumpai dalam kehidupan unit-unit
yang lebih kecil dari sel. Organisme dapat terdiri dari satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler).
Organisme uniseluler melakukan semua aktivitas hidupnya di dalam sel itu sendiri. Organisme
muktiseluler dibangun oleh sel-sel yang tersusun sebagai jaringan ataupun organ, sehingga dalam
melakukan aktivitasnya terdapat pembagian tugas. Sel yang berbeda dalam organisme multiseluler
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda. (Advinda, A)
Berdasarkan organisasi internalnya, sel dapat dibedakann menjadi sel prokariot dan sel eukariot.
Disebut prokariot jika inti selnya tidak dibatasi selaput (tidak mempunyai membrane inti), misalnya
ganggang biru (Cyanophyta) dan bakteri. Dosebut eukariot jika sudah mempunyai membrane inti
(selaput inti), misalnya sel-sel hewan dan tumbuhan. (Mulyani, S)
Berdasarkan keadaan materi selnya, makhluk hidup terdiri dari dua kelompok, yaitu makhluk
hidup prokariotik (belum mempunyai membran inti) dan eukariotik (mempunyai membrane inti).
Sel prokariotik adalah sel yang belum mempunyai inti sejati (pro = sebelum, karyon=inti atau nucleus) .
Bentuk dasar sel adalah polyhedral (14 sisi). Pada jaringan tumbuhan juga ditemukan sel dengan
sisi 12, 13, 15, 16 atau lebih. Menurut Matzke, hampir seluruh sel memiliki 14 sisi dinding sel, tetapi
ditemukan juga yang tetragon dan hexagon. Bentuk dasar sel meristem apical adalah 14 sisi polihedral.
Pada meristem apikal Anacharis densa Matzke (1956) menemukan bahwa selama interfase, rata-rata
jumlah sisi polihidral meningkat dari 13,85 menjadi 16,84 dan setelah pembelahan, sel anak mempunyai
sisi rata-rata 12,61. Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma, dan inti. Di dalam
sitoplasma terdapat reticulum endoplasma, badan golgi, mitokondria, plastid, badan mikro, ribosom,
sferosom, mikrotubula, vakuola, dan benda ergastis. (Mulyani, S)

B. JARINGAN
Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan
tumbuhan terdiri dari jaringan meristem dan jaringan permanen. Jaringan meristem adalah
jaringan yang tersusun oleh sel-sel yang selalu aktif membelah. Jaringan primer terdapat pada
ujung batang dan ujung akar, sedangkan jaringan meristem sekunder terdapat di kambium
batang tanaman dikotil. (Susilowarno, G., dkk)
Pada tahap awal perkembangan tumbuhan, setiap sel mengadakan pembelahan. Akan
tetapi, pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya pembelahan sel menjadi terbatas
pada bagian tertentu saja. Bagian tersebut tetap memiliki sifat embrionik, yakni memiliki
kemampuan untuk membelah (Fahn, 1990:50). Jaringan embrionik ini disebut jaringan
meristem. Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan menjadi meristem apical, meristem
interkalar, dan meristem lateral.
 Meristem apikal, terletak pada ujung akar dan ujung batang yang merupakan daerah titik
tumbuh pada tumbuhan sehingga keduanya mengandung sel-sel embrionik.
 Meristem interkalar, terletak diantara jaringan dewasa. Contohnya terdapat pada ruas
rumput-rumputan.
 Meristem lateral, terletak sejajar dengan permukaan organ atau menyelubungi organ
tempat ditemukannya. Contohnya, kambium pembuluh dan cambium gabus.
Berdasarkan asalnya, meristem dapat dibedakan menjadi dua tipe (Campbell, 1998: 681, 686).
Tipe meristem tersebut sebagai berikut.
 Meristem primer, meristem ini terbentuk langsung dari sel-sel embrionik.
 Meristem sekunder, meristem ini terbentuk dari jaringan dewasa yang telah mengalami
diferensiasi. Sebagai contoh, cambium pembuluh yang terbentuk dari parenkima dan
sklerenkima yang telah mengalami diferensiasi.
Meristem terus tumbuh dan melakukan spesialisasi membentuk jaringan. Proses
tersebut dinamakan diferensiasi. Jaringan yang terbentuk tidak bersifat embrionik seperti
meristem, jaringan seperti itu dinamakan dengan jaringan dewasa.
Setiap sel mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda dengan sel lainnya. Sekolompok sel yang
memiliki yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama disebut jaringan. Adapun jaringan pada
tumbuhan, yaitu:
a. Jaringan meristem
Jaringan meristem terdiri dari sekelompok sel yang memiliki sifat selalu membelah diri.
Jaringan meristem terdapat pada lembaga, ujung batang, kuncup, cambium dan ujung akar.
Pada lembaga (embrio), jaringan meristem ini tumbuh membentuk jaringan-jaringan lain.
Pada ujung akar, ujung batang, kuncup dan cambium menyebabkan terjadinya
pertumbuhan tumbuhan. Kambium hanya dimiliki oleh tumbuhan berkeping dua (dikotil)
dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Kambium pada tumbuhan menyebabkan
batang membesar.
b. Jaringan dewasa
Tumbuhan memiliki beberapa macam jaringan yang sudah tidak bersifat embrionik lagi,
beberapa macam jaringan dewasa pada tumbuban sebagai berikut.
 Jaringan epidermis (jaringan pelindung)
Jaringan epidermis atau jaringan pelindung menutupi permukaan akar, batang dan
daun. Fungsi jaringan epidermis adalah melindungi jaringan lainnya. Pada epidermis
daun, dibeberapa tempat mengalami perubahan bentuk menjadi stomata. Selain itu,
sel-sel epidermis pada daun biasanya membentuk lapisan lilin dan lapisan kutikula di
atas permukaan selnya. Pada daun dan batang, epidermis juga mengalami perubahan
bentuk menjadi rambut-rambut halus (trikoma). Epidermis pada ujung akar membentuk
rambut-rambut akar.
 Jaringan parenkim (jaringan dasar)
Jaringan parenkim tersebar diseluruh tubuh tumbuhan, baik pada akar, batang daun,
biji maupun pada buah. Pada daun terdapat dua macam jaringan parenkim, yaitu
jaringan tiang (palisade) dan jaringan bunga karang (spons). Sel-sel pada jaringan
parenkim daun banyak mengandung kloroplas, yang berperan dalam fotosintesis.
Jaringan parenkim yang tidak mengandung kloroplas berfungsi sebagai tempat
menyimpan zat makanan.
 Jaringan sklerenkim
Jaringan yang tersusun atas sel-sel dindingnya telah mengalami penebalan sekunder
dengan adanya zat lignin. Sel sklerenkim dapat dibedakan berdasarkan bentuk, asal,
dan perkembangannya. Menurut Campbell, berdasarkan bentuk sel penyusunnya
sklerenkim dibedakan menjadi sklereid (sel batu) dan serabut (serat). Adanya lapisan
dinding sekunder berupa lignin pada jaringan sklerenkim dapat memperkuat tubuh
tumbuhan sehingga jaringan sklerenkim termasuk jaringan penyokong.
 Jaringan pengangkut
Jaringan pengangkut terdiri dari jaringan xilem (pembuluh kayu) dan jaringan floem
(pembuluh tapis). Jaringan xilem berfungsi mengangkut air dan zat-zat hara dari akar ke
daun, sedangkan jaringan floem berfungsi mengangkut zat makanan dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan. (Saktiyono)
Berkas pembuluh xilem (pembuluh kayu) terdiri atas buluh kayu, trakeid, dan serabut
xilem. Berkas pembuluh floem (pembuluh tapis) terdiri atas parenkim floem, serabut
floem, buluh tapis, dan sel pengiring. (Karmana, O)

Advinda, A. 2018. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.


Karmana, O. (____). Cerdas Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Mulyani, S. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Susilowarno, G., dkk.
Saktiyono. (2004). IPA Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai