Anda di halaman 1dari 7

Nama : M Hafiz Ridho

NIM : 03031281722072

MORFOLOGI SEL TUMBUHAN

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organorgan tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut (Anu dkk, 2017). Tiap tiap organ dari tumbuhan ini terdiri
dari sel-sel yang membentuknya. Sel adalah kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel
mampu untuk melakukan semua aktivitas kehidupan organisme.
Sel merupakan unit struktural terkecil dari organisme hidup. Sel di
kelilingi oleh selaput atau membran sel yang terdapat cairan (protoplasma) atau
matriks, dan bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi oleh
membran. Protoplasma terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus).
Bagian inti sel terdapat plasma inti atau nukleoplasma (Subagiartha, 2018).
1.1. Struktur Sel
Sel hewan dan sel tumbuhan merupakan sel eukraiotik, tetapi keduanya
memiliki perbedaan struktur maupun fungsinya. Umumnya pada sel tumbuhan
ukurannya lebih besar dibandingkan dengan sel hewan. Tumbuhan berperan
sebagai produsen yang mampu membuat makanannya sendiri, sedangkan hewan
berperan sebagai konsumen atau pemakan. Perbedaan peran tersebut terjadi
karena sel tumbuhan memiliki organel-organel sel yang tidak dimiliki oleh hewan.
Sel tumbuhan bersifat kaku dan memiliki dinding sel yang berfungsi untuk
melindungi bagian dalam dari sel dan tidak memiliki sentriol.
Sel memiliki bagian-bagain dan organel-organel yang berbeda bentuk,
ukuran, struktur, serta fungsi-fungsinya. Ahli sitologi menggunakan pendekatan
biokomiawi yang disebut fraksionasi sel untuk mengisolasi komponen-komponen
sel yang ukurannya berbeda. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua
jenis sel yang secara struktur berbeda sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua
jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel sebagian besar DNA
pada eukariota terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel,
sedangkan pada sel prokariota tidak memiliki inti sel pada bagian dalamnya.
Sel eukariot diyakini berkembang dari sel prokariot anaerob. Selaput inti
diperkirakan berkembang dari penjuluran ke dalam dari membran sel (Lukman,
2008). Komponen-komponen sel yang terdapat di dalam sel eukariotik, yaitu
membran sel (membran plasma sel), nukleus (inti sel), sitoplasma pada sitoplasma
terdapat ribosom, retikulum endoplasma, badan golgi, lisosom, peroksisom,
mitokondra, kloroplas, vakuola, sentrosom dan sentriol, sitoskeleton, dinding sel.
1.1.1. Membran Sel (Membran Plasma)
Sel memiliki lapisan terluar yang membatasi inti dengan lingkungannya.
Lapisan terluar disebut membran sel. Bahan penyusun utama membran sel adalah
lipid dan protein (lipoprotein). Membran sel terdiri atas lapisan ganda (bilayer)
fosfolipid. Fosfat sebagai kepala bersifat hidrofilik (suka air) dan lemak sebagai
ekor bersifat hidrofobik atau menolak air. Membran sel bersifat selektif permeabel
atau semipermeabel karenya hanya dilewati oleh ion, molekul, dan senyawa-
senyawa tertentu. Sel hewan dan manusia, membran sel terletak di bagian terluar,
sedangkan pada tumbuhan membran dikelilingi dinding sel (Irnaningtias, 2016).
1.1.2. Nukleus
Nukleus mengandung sebagaian besar gen dalam sel eukariot (sebagian
gen terletak dalam mitokondria dan kloroplas). (Subagiartha, 2018). Dalam
nukleus, DNA terorganisasi menjadi unit diskret yang disebut kromososm,
struktur yang membawa informasi genetik. Setiap kromosom terbuat dari materi
yang disebut kromatin, kompleks dari protein dan DNA. Kromatin yang diwarnai
biasanya terlihat sebagai massa yang tidak jelas, baik menggunakan mikroskop
cahaya maupun elektron. Saat sel bersiap-siap untuk membelah, serat kromatin
yang tipis mengumpar (berkondensasi), sehingga cukup tebal untuk dibedakan
sebagai struktur tersendiri yang akrab kita kenal sebagai kromosom. Setiap
spesies eukariota memiliki jumlah kromosom yang khas.
1.1.3. Kloroplas
Kloroplas adalah suatu anggota terspesialisasi dari famili organel-organel
tumbuhan yang berkerabat dekat, yang disebut plastida. Beberapa anggota lain
adalah amiloplas, plastida tak berwarna yang menyimpan pati (amilosa), terutama
pada akar dan umbi, serta kromoplas, yang memiliki pigmen yang menyebabkan
buah dan bunga berwarna jingga dan kuning. Kloroplas mengandung pigmen
hijau yang bernama klorofil, serta berbagai enzim dan molekul lain yang
berfungsi dalam produk gula secara fotosintesis. Organel-organel berbentuk lensa
ini, yang berukuran sekitar 2 µm kali 5 µm, dan dapat ditemukan di daun dan
organ hijau lain pada tumbuh-tumbuhan dan alga (Campbell, 2008).
1.1.4. Dinding Sel
Tebal epidermis merupakan salah satu dari pertahanan struktural yang
terdapat pada tumbuhan, bahkan sebelum patogen datang dan berkontak dengan
tumbuhan (Aliah dkk, 2015). Ketebalan dan kekuatan dinding bagian luar sel-sel
epidermis merupakan faktor penting dalam ketahanan beberapa jenis tumbuhan
terhadap patogen tertentu. Sel tumbuhan muda mula-mula membentuk dinding sel
primer antar sel yang berdekatan membentuk lamela tengah dari pektin atau
polisakarida yang lengket. Setelah sel tumbuhan dewasa, sel tersebut akan
membentuk dinding sel sekunder dari bahan selulosa yang kaku di antara
membran plasma dan dinding primer. Pada dinding sel, terdapat noktah atau
bagian dinding yang tidak menebal sehingga memungkinkan terjadinya hubungan
antar plasma sel yang berbentuk jaluran atau plasmodesmata (irnaningtias, 2016).

1.2. Jenis-Jenis Sel Tumbuhan


Sel tumbuhan memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi, umumnya
berukuran mikroskopis, artinya hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Meskipun
sel merupakan unit terkecil, namun di dalamnya masih terdapat bagian-bagian
yang lebih kecil lagi dan berperan dalam melakukan aktivitas hidup sel itu sendiri
atau disebut dengan organel. Jenis organel pada sel tumbuhan bermacam-macam
dan masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. 
1.2.1. Sel Parenkim
Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat di seluruh
tubuh tumbuhan. Istilah dari parenkim pada umumnya menunjuk kepada
jaringan yang kekhususannya relatif kecil dan mempunyai fungsi fisiologi
yang sangat beragam dalam tumbuhan. Sel parenkim masih mampu untuk
membelah, bahkan pada sel dewasa. Mereka memainkan peranan penting
dalam proses menutup luka dan regenerasi(Mulyani, 2006). .Sel parenkim
adalah sel yang memiliki beberapa fungsi mulai dari penyimpanan,
dukungan terhadap fotosintesis, tempat berikatnya floem. Selain xilem dan
floem yang terikat dengan sel parenkim, daun juga terdiri dari sel-sel
parenkim. Beberapa sel parenkim, seperti pada epidermis, berfungsi untuk
penetrasi cahaya dan mengatur pertukaran gas. Sel parenkim memiliki
dinding sel yang tipis dan permeabel yang memungkinkan pengangkutan
molekul kecil di dalamnya. Sel epidermis tanaman juga merupakan bagian
dari sel parenkim khusus yang tersebar pada bagian permukaan tumbuhan.
Parenkim merupakan bagian utama sistem jaringan dasar dan
terdapat pada berbagai organ dan jaringan seperti pada korteks dan
empulur batang, korteks akar, serta jaringan pada dasar pada tangkai daun
dan mesofil daun. Kebanyakan parenkim berdinding tipis, namun ada pula
yang berdinding sangat tebal seperti sel cadangan makanan (Estiti, 1995).
Dinding sel parenkim dasar, termasuk mesofil daun, relatif tipis dan di
kelompokkan sebagai dinding primer. Lamela tengah ada yang dapat di
kenali, ada yang tidak. Dindingnya biasanya terdapat palsmodesmata yang
sering kali terpusat pada noktah primer yang sering kali tersebar pada
dinding. Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, semua atau
hampir semua korteks akar dan batang, perisikel, mesofil daun, dan daging
buah terdiri atas parenkim. Parenkimm berdasarkan pada fungsinya dibagi
menjadi beberapa jenis diantaranya ada klorenkim (parenkim asimilasi),
parenkim penimbun, parenkim air, aerenkim, dan yang terakhir adalah
parenkim tannin.
Gambar1.1. Sel Parenkim pada Sel Mesofil Daun dan Akar (A), Sel Parenkim pada
Pembuluh Sel Transfer (B)
(Sumber: Alberts dkk, 1989).
1.2.2. Sel Kolenkim
Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan
biasanya berdinding tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada
organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceus), dan
bahkan pada organ dewasa. Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat meregang
secara irreversible (tidak kembali ke bentuk semula) dengan adanya pertumbuhan
organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak
daripada kolenkim muda. Sel kolenkim hidup saat sudah dewasa dan hanya
memiliki sebuah dinding primer. Sel-sel ini sudah matang dan berasal dari
meristem yang awalnya menyerupai sel parenkim. Plastidanya tidak berkembang
dan organel sekretorik (retikulum endoplasma dan badan golgi) berproliferasi
untuk mengeluarkan dinding primer tambahan. Dinding ini tebal di bagian
sudutnya di mana tiga atau lebih sel tipis saling bersentuhan di bagian dua sel
yang bersentuhan. Pektin dan hemiselulosa adalah kandungan dinding sel dari
kolenkim pada tumbuhan berbiji terbuka. (Kusnadi, dkk, 2009).
1.2.3. Sel Xylem
Xilem merupakan “jaringan campuran” yang terdiri atas beberapa
tipe sel. Sel yang paling khas dan penting diantaranya ialah pembuluh
xilem dan trakeid xilem (xilem paku-pakuan dan tusam hanya mengadung
trakeid) (Kimball, 2002). Xilem sebagian besar tersusun atas dua tipe sel
utama, yaitu trakeid dan pembuluh (vessel). Trakeid adalah sel-sel yang
tipis dan panjang dengan banyak ceruk atau noktah (pit) tipis di sepanjang
sel tersebut Sel ini berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara dari
tanah (akar) menuju ke daun untuk melakukan fotosintesis. Sel floem
adalah sel yang menyusun jaringan khusus untuk transportasi zat-zat
makanan pada tumbuhan tingkat tinggi yang di transportasikan terutama
sukrosa. Floem bersama xilem membentuk sistem pengangkutan dalam
tumbuhan berpembuluh. Sel floem terdiri dari dua jenis sel yaitu tabung
saringan dan sel pendamping. Pada tabung saringan tidak terdapat inti sel
dan ribosom dan metabolismenya diatur oleh sel pendamping. Sedangkan
sel pendamping terhubung ke tabung saringan melalui plasmodesmata
(Bitar, 2019). Penyusun floem adalah unsur tapisan. Sel tapis merupakan
sel panjang yang ujungnya meruncing di bidang tangensial dan membuat
di bidang radial.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts dkk, 1989. Biology of the Cell. New York: Garland Publishing.
Aliah, N. U., Sulistyowati, L., Muhibbudin, A. 2015. Hubungan Ketebalan
Lapisan Epidermis Daun Terhadap Serangan Jamur (Mycosphaerella
musicola) Penyebab Penyakit Bercak Daun Sigatoka pada Sepuluh Kultivar
Pisang. Jurnal HPT. 3(1): 35-43.
Anu, O., Rampe, H. L., dan Pelealu, J. J. 2017. Struktur Sel Epidermis dan
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae. Jurnal MIPA
UNSRAT. 6(1): 69-73.
Bitar, 2019. Sel Tumbuhan. (Online). https://www.gurupendidikan.co.id/sel-
tumbuhan/. (Diakses pada 16Maret 2019).
Campbell, N. A. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi 8. Jakarya: Erlangga.
Estiti B. H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbij. Bandung: ITB.
Irnaningtyas, (2016), Biologi Untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013, Erlangga,
Jakarta.
Kimball, J. W. 2002. Biologi ed. 5. Jakarta: Erlangga.
Kusnadi, Muhsinin, S., dan Sanjaya, Y. 2009. Buku Saku Biologi SMA. Jakarta:
KawanPustaka.
Lukman, A. 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar Perkembangan Makhluk Hidup Saat
ini. Biospecies. 1(2):67-72.
Mulyani E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Subagiartha, I. M. 2018. Sel Struktur, Fungsi, dan Regulasi. Skripsi. Program
Studi Anesthesiologi dan Terapi Intensif. Bali: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai