Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makhluk hidup terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari tumbuhan,
hewan dan lain sebagainya. Ukuran makhluuk hidup bermacam-macam mulai dari
besar hingga yang kecil sampai mikroskopis. Makhluk hidup yang memiliki
ukuran mikroskopis adalah mikroorganisme. Makhluk hidup yang sangat kecil ini
sebagian besar hanya dapat diamati dengan menggunakan bantuan mikroskop.
Mikroorganisme memiliki banyak jenis mulai dari bakteri, jamur atau cendawan,
alga, protozoa, archaea, virus, dan lain masih banyak lagi jenisnya.
Perkembangbiakan pada mikroorganisme dapat dilakukan secara alami
ataupun dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh
manusia menggunakan media. Pembuatan media, haruslah memenuhi beberapa
syarat seperti suhu, pH dan nutrient yang dibutuhkan mikroorganisme. Pembiakan
mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat
tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari
garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh.
Setiap sel tunggal pada mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
dapat melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroba
memiliki fleksibilitas pada metabolisme yang tinggi. Fleksibilitas yang tinggi ini
disebabkan karena mikroorganisme harus mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri yang besar. Kemampuan ini menyebabkan mikroorganisme merupakan salah
satu objek yang sangat menarik untuk dapat dipelajari oleh manusia.
Mikroorganisme harus dipelajari lebih lanjut dikarenakan kemampuan
dari mereka yang memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk hidup. Kemampuan
adaptasi yang tinggi ini perlu dipelajari untuk dapat dimanfaatkan sifat-sifat
positifnya dan untuk dapat mengatasi dampak negative yang ditimbulkannya.
Percobaan kali ini akan membuat medium dan mencoba untuk mengisolasi jamur.
Mahasiswa diharap dapat mempelajari cara mengisolasi mengembangbiakan dan
menumbuhkan jamur untuk dapat menambah pengalaman mahasiswa.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh nutrient medium, terhadap pertumbuhan jamur?
2. Bagaimana cara pembuatan medium?
3. Bagaimana hasil yang didapat dengan menggunakan medium kentang?

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh nutrient medium, terhadap pertumbuhan jamur.
2. Mengetahui cara pembuatan medium.
3. Mengetahui hasil yang didapat dengan menggunakan medium kentang.

1.3. Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui pengaruh nutrient medium, terhadap pertumbuhan
jamur.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan medium.
3. Dapat mengetahui hasil yang didapat dengan menggunakan medium
kentang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Medium Cair


Media merupakan campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk melakuakn metabolism dan pertumbuhan. Media
digunakan selain untuk menumbuhkan mikroba juga digunakan untuk isolasi dan
inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan uji biokimia dari mikroorganisme
(Yusmaniar dkk, 2017). Media cair atau juga biasa disebut dengan kaldu cair
merupakan media pertumbuhan bagi mikroorganisme dengan tidak adanya proses
penambahan zat pemadat seperti agar yang digunakan pada media padat. Media
cair bisa digunakan untuk pembenihan yang diperkaya sebelum akan disebarkan
ke media padat. Penggunaan media cair sendiri tidaklah cocok untuk digunakan
sebagai isolasi mikroorganisme. Penggunaan media cair juga tidak dapat dipakai
untuk mempelajari pertumbuhan dan morfologi koloni suatu kuman.
Penggunaan media cair umumnya digunakan untuk mengembangbiakkan
bakteri. Pertumbuhan Ragi juga dapat menggunakan jenis media cair (Warman,
2014). Beberpa contoh media cair adalah Pepton Dilution Fluid (PDF), Nutrient
Broth (NB), Lactose Broth (LB), MacConkey Broth (MCB), dan lainnya. Pepton
merupakan protein yang diperoleh dari peruraian enzim-enzim hidrolitik seperti
enzim pepsin, papain. Pepton mengandung senyawa dari nitrogen, beberapa jenis
kuman dapat ditumbuh di dalam larutan pepton dengan konsentrasi 4%.
Media cair telah biasa digunakan sebagai media dari proses pengayakan
dan media pembiakan adalah media kaldu nutrisi. Media dari air pepton biasanya
digunakan sebagai media pengayaan. Media berupa kaldu empedu dapat berfungsi
sebagai media pembiakkan bakteri enterik. Media cair dari kaldu darah biasanya
digunakan untuk dapat melihat koloni dari suatu bakteri. Media kaldu darah juga
digunakan untuk melihat sifat hemolisis dari suatu mikroorganisme. Media gula
pepton dengan komposisi gula digunakan berupa senyawa glukosa atau laktosa
berfungsi sebagai media untuk melihat terjadinya reaksi fermentasi dari gula.
Medium cair yang biasa digunaakan pada kulturisasi adalah nutrient broth.

3
4

2.1.1. Nutrient Broth


Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan
untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dari sumber
karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan dari nutrisi bakteri.
Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai sumber karbon dan pepton sebagai
sumber nitrogen (Leboffe dan Pierce, 2005). NB merupakan media kultur yang
biasa digunakan untuk menumbuhkan jenis bakteri probiotik. Media NB tersebut
merupakan media standar yang dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai
jenis mikroorganisme, dan mengandung berbagai komponen senyawa karbohidrat,
asam amino, pepton, dan vitamin kompleks, terutama vitamin B. Komposisi yang
utama dari media Nutrient Broth adalah glukosa, pepton, NaCl, dan yeast extract.
Wahyuningsih dan Zulaika (2018) telah melakukan penelitian mengenai
perbandingan dari pertumbuhan bakteri dari selulolitik pada media NB dan media
Carboxy Methyl Cellulose (CMC). CMC merupakan derivatif dari selulosa yang
mengandung gugus carboxymetyl (-CH2COOH) yang akan dihasilkan dari reaksi
selulosa dengan chloroacetate dalam alkali untuk memproduksi subtitusi posisi
C2, C3 atau C6 pada unit glukosa. CMC dapat larut di dalam air dan dapat
digunakan untuk mengetahui aktivitas hidrolitik selulase. Bakteri lebih mudah
memanfaatkan sumber karbon yang sederhana daripada sumber karbon yang
kompleks. Kurva pertumbuhan di medium NB, fase stasioner tampak hingga jam
ke-24 karena sumber karbon pada medium NB lebih sederhana dari selulosa.
Secara keseluruhan, pola pertumbuhan isolat uji dengan media NB lebih
baik daripada dengan media CMC. Pola pertumbuhan dari isolat bakteri pada
media NB lebih baik dibandingkan yang menggunakan media CMC. Fase log
yeng menggunakan media NB optimal pada jam ke-10 dan 12, sedangkan pada
media CMC pada jam ke-8 dan 9. Media yang menggunakan media NB fase
kematian dari mikroorganisme masih belum tampak hingga jam ke-24.
2.1.2. Lactose Broth
Lactose broth digunakan sebagai medium untuk mendeteksi kehadiran
dari coliform dalam air, makanan dan produk susu sebagai kaldu pemerkaya (pre-
enrichment broth) untuk salmonelas dan di dalam mempelajari fermentasi laktosa
oleh bakteri pada umumnya. Pertumbuhan menggunakan gas adalah presymptive
5

test untuk bakteri coliform. Lactose broth dibuat menggunakan komposisi 0,3%
ekstrak beef, 0,5% pepton, dan 0,5% laktosa. Pepton dan ekstrak beef banyak
menyediakan nutrient esensial untuk metabolisme bakteri. Ekstrak beef sebagai
sumber protein dan pepton sebagai sumber asam amino. Laktosa menyediakan
sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk mikroorganisme coliform.
Protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang artinya pertama atau
utama. Protein adalah makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian
dari sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem
komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel.
Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian dari biokimia tertuju pada protein
khususnya untuk hormon, antibodi, dan enzim (Fatchiyah dkk, 2011).
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan berbagai
panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih
dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy dkk, 2014). Jenis dari protein
mempunyai perbedaan jumlah dan distribusi dari jenis asam amino penyusunnya.
Berdasarkan susunan atomnya, protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-
23% atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen (H), dan
0,2-0,3% atom sulfur (S) (Estiasih, 2016). Melihat susunan atomnya, protein
digunakan oleh mikroorganisme untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan nutrisi
dari mikroorganisme seperti atom nitrogen, sulfur, dan karbon.
Menurut Clausen dkk. (1985), pepton dapat diperoleh dari hasil hidrolisis
protein hewani yang berasal dari baik limbah (jeroan), daging yang tidak bernilai
ekonomis tinggi, gelatin, susu, kasein, tanaman maupun khamir. Pepton juga
dapat diperoleh dari suatu peruraian enzim-enzim hidrolitik seperti enzim pepsin,
tripsin, papain. Pepton mengandung senyawa dari nitrogen dan juga memiliki sifat
sebagai larutan penyangga, beberapa jenis kuman dapat ditumbuh di dalam larutan
pepton dengan konsentrasi sebesar 4%. Pepton merupakan sumber nitrogen utama
dalam media komersial untuk pertumbuhan mikroba yang terdiri dari campuran
polipeptida, dipeptida, dan asam amino diperoleh dari bahan yang mengandung
protein melalui reaksi hidrolisis dari asam atau fermentasi enzimatis.
6

Pepton dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis menggunakan asam,


basa, enzim yang berasal bahan baku, atau menambahakan enzim proteolitik dari
luar. Kristinsson dan Rasco (2000) melaporkan bahwa hirolisat protein dapat
dilakukan menggunakan senyawa asam, basa, enzim yang berasal dari ikan, dan
penambahan enzim protease yang berasal dari mikroba atau enzim protease
pencernaan. Karaketistik pepton komersial meliputi parameter kelarutan dalam air
mencapai 100%, total nitrogen (TN) 12-13%, α-amino nitrogen (AN) (1,2-2,5)%,
AN/TN≤17 dengan kadar garam sebesar 11-21%. Karakteristik dari pepton tidak
mengalami presipitasi oleh panas, alkali, dan amonium sulfat yang jenuh.
Laktosa merupakan jenis gula sederhana penyususn karbohidrat. Laktosa
termasuk ke dalam golongan disakarida yang terbentuk dari dua molekul gula
yang sederhana. Laktosa terdiri atas satu molekul galaktosa dan satu molekul
glukosa. Laktosa digunakan sebagai sumber karbon mikroorganisme. Pengunaan
laktosa oleh mikroorganisme yaitu dengan menghidrolisis loktosa terkebih dahulu
menjadi monosakarida penyusunnya galaktosa dan glukosa (Wahyuni dkk, 2014).
Lactose broth dibuat dengan mensuspensikan 13,0 gram dalam 1000 ml
air murni / suling. Pemanasan dilakukan jika perlu melarutkan media sepenuhnya.
Pemeriksaan air, makanan, bahan dan bahan mentah, untuk keberadaan kelompok
penanda seperti coliform adalah salah satu tes yang paling umum di laboratorium
mikrobiologi, sebagian karena relatif mudah dan cepatnya tes ini dapat dilakukan.
Diklaim bahwa air minum telah diproses untuk kesehatan, penemuan organisme
tersebut menunjukkan kegagalan dari suatu proses produksi air minum. Indikator
bakteri yang berharga untuk menentukan tingkat kontaminasi tinja dari yang
perairan permukaan rekreasi atau yang dipakau sebagai air minum.
Lactose Broth direkomendasikan American Public Health Associations
(APHA) dalam kinerja dan konfirmasi tes dugaan untuk bakteri coliform dalam
air, makanan dan susu. Media jenis ini awalnya terdaftar sebagai alternatif untuk
Lauryl Sulfate Broth dalam uji standar total coliform multiple-tube untuk analisis
dari air. Lactose Broth memberikan hasil yang sangat baik meskipun bukan dari
formulasi yang asli di dalam Eijkman Assays of gas production pada suhu 45°C,
merupakan karakteristik bakteri Escherichia coli. Penting untuk menghindari
7

panas berlebih dan mendistribusikannya ke dalam tabung sebelum sterilisasi.


Peptone dan HM Peptone B dalam pasokan dari medium senyawa nitrogen dan
karbon, asam amino rantai panjang dan nutrisi penting lainnya untuk organisme.
Laktosa adalah karbohidrat yang dapat difermentasi untuk coliform.
Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk
batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif
yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48
jam dan pada suhu 35oC (Shodikin, 2007). Mengetahui jumlah coliform di dalam
sampel digunakan metode Most Probable Number (MPN) (Widianti dan Ristiati,
2004). Metode MPN menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung
untuk 1 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5. Bakteri jenis coli secara
bakteriologis kualitas air minum ditentukan kehadiran bakteri di air minum.
2.2. Medium Agar Darah
Medium agar darah merupakan medium pertumbuhan bakteri yang dapat
membedakan bakteri patogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri pada
sel darah merah. Medium agar darah adalah media yang diperkaya dengan nutrisi
tambahan yang kaya untuk mikroba, maka dari itu medium agar darah merupakan
medium pertumbuhan yang diperkaya dan selektif diferensial, karena medium ini
mendukung pertumbuhan berbagai organisme serta dapat memberi ciri yang khas
untuk bakteri golongan tertentu. Medium agar darah disebut medium universal
karena dapat digunakan untuk menumbuhkan beragam jenis bakteri. Medium agar
darah dapat membedakan bakteri hemolitik dan nonhemolitik, yaitu berdasarkan
kemampuan untuk meluruhkan sel-sel darah merah. Bakteri tersebut biasanya
ditandai dengan adanya zona hemolisa di sekitar koloni.
Medium agar darah memiliki kandungan berupa nutrisi khusus untuk
pertumbuhan bakteri, yang diperkaya dengan darah hewan atau manusia. Medium
agar darah domba dan agar darah kuda merupakan medium agar darah standar di
negara berkembang untuk menumbuhkan bakteri yang menggunakan medium
darah. Medium agar yang dibuat di laboratorium Amerika Utara menggunakan
darah domba yang didefibrinasi, kemudian bisa dijadikan sebagai suplemen darah
paling efisien untuk pembuatan medium agar. Medium tersebut juga digunakan
8

sebagai standar untuk mendefinisikan reaksi hemolitik. Darah kuda digunakan


untuk pembuatan medium agar darah di negara-negara Eropa. Darah kuda banyak
mengandung senyawa piridin nukleotida sehingga darah ini bisa digunakan untuk
pertumbuhan Haemophilus haemolyticus. Pertumbuhan kuman Streptococcus sp.
lebih baik bila menggunakan darah domba, terutama untuk mengamati adanya
hemolisis, sehingga darah kuda direkomendasikan sebagai pilihan kedua.
Medium agar darah umum menggunakan darah domba dalam pertumbuhan
bakterinya. Darah domba adalah senyawa esensial yang digunakan untuk pembuatan
medium agar darah. Medium ini menjadi medium standar untuk isolasi bakteri
yang mempunyai kemampuan untuk menghemolisa darah. Medium agar darah
umumnya mengandung darah domba tidak beku sebanyak 5-10%. Penambahan
darah tersebut bertujuan untuk mempersubur perbenihan dan untuk menumbuhkan
bakteri yang sukar tumbuh pada perbenihan biasa. Medium ini dapat membedakan
sifat bakteri dan kemampuan bakteri menghancurkan eritrosit (Entjang, 2003).
Medium agar dibuat dengan mencampurkan agar base dan air suling
dengan pH netral ke dalam botol kaca sampai benar-benar larut. Botol kaca yang
berisi medium ditutup dengan tutup botol yang dilapisi aluminium foil atau kapas.
Medium tersebut lalu disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15
menit. Medium yang steril kemudian didinginkan hingga mencapai suhu 50 0C dan
ditambah 5-7% darah domba steril secara aseptik. Medium dituang ke dalam plate
atau cawan petri dan ditunggu hingga padat. Medium lebih baik disimpan pada suhu
sekitar 2-80C sehingga dapat mempertahankan kelembabannya.
Medium agar darah adalah medium diferensial yang berfungsi membedakan
bakteri berdasarkan kemampuan bakteri melisiskan sel darah merah. Ekspresi dari
hemolisis bakteri dapat diketahui ada atau tidaknya dengan adanya zona hemolisa
bening disekeliling koloni bakteri (Sadikin, 2002). Terdapat 3 tipe sifat hemolisis
yaitu alpha, beta, dan gamma. Bakteri yang memiliki tipe hemolisis alpha adalah
Streptococcus pneumoniae. Hemolisis alpha terjadi penurunan hemoglobin sel
darah merah di sekitar koloni sehingga sekeliling bakteri akan tampak warna hijau
atau coklat di medium. Hemolisis beta didefinisikan sebagai lisis lengkap dengan
tampilan transparan di sekeliling bakteri pada medium. Bakteri yang termasuk
9

beta hemolisis adalah Streptococcus hemolitik dan Streptococcus pyogenes. Tipe


hemolisis gamma menunjukan kurangnya tanda hemolisa dekat koloni. Bakteri jenis
ini diantaranya Klebsiella sp. dan Enterococcus faecalis (Buxton, 2013).

Pembuatan medium agar darah bisa diawali dengan pengambilan darah


domba. Vena domba dibersihkan dengan kapas dan alkohol, bila perlu bulu-bulu
kambing di sekitar vena digunting agar vena terlihat dengan jelas. Vena domba
lalu ditusuk menggunakan jarum dan darahnya diambil sesuai kebutuhan. Jarum
dilepaskan dan segera diletakkan kapas alkohol 70% di atas bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama 1-2 menit. Bekas tusukan tersebut kemudian di
plester dan darah domba segar siap digunakan untuk pembuatan medium.
Penyimpanan medium agar darah usahakan terhindar cahaya matahari
langsung. Medium terus dijaga agar tidak mengalami kekeringan. Medium yang
diletakkan di cawan petri sebaiknya menggunakan kantong plastik atau kertas dan
disimpan di lemari es. Medium dengan cawan petri ini bisa bertahan selama kurang
lebih 3 minggu. Medium agar darah kaya akan nutrien yang menyediakan kondisi
pertumbuhan bakteri yang optimal. Derajat keasaman pada medium sekitar 6,8 untuk
menstabilkan sel darah merah serta menghasilkan medium hemolisa yang jelas.
Kandungan yang terdapat pada agar diantaranya nutrien substrat yang berupa
ekstrak hati dan pepton, NaCl, agar-agar, dan darah domba (Abdat, 2010).
Medium agar darah yang telah dibuat biasanya harus melalui uji kualitas
terlebih dahulu agar memenuhi standar pada saat digunakan dalam pertumbuhan
bakteri. Uji medium secara visual digunakan untuk memperhatikan warna yang
terlihat, contohnya warna medium yang tidak sesuai dengan warna standar maka
dicurigai terdapat perbedaan pH. Uji sterilitas merupakan suatu keharusan pada
medium agar darah, yang dilakukan dengan mengambil 5% medium kemudian
diinkubasi selama 2 hari pada suhu 370C. 2% koloni kuman per cawan petri yang
tumbuh berarti medium tidak dapat dipakai, karena sudah terkontaminasi.
Alternatif lain yang dapat digunakan sebagai senyawa esensial untuk
pembuatan medium agar darah ialah dengan darah manusia. Darah manusia yang
bisa digunakan dalam pembuatan medium darah harus berasal dari manusia yang
sehat dan tidak mengkonsumsi antibiotic, sehingga medium dapat menumbuhkan
10

bakteri dengan baik. Perbedaan golongan darah dalam pembuatan medium agar
darah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri.
Penggunaan darah manusia sebagai medium sebenarnya lebih baik karena darah
manusia kaya akan nutrisi bagi pertumbuhan bakteri (Nurhidayanti, 2019).
Penggunaan darah manusia dalam pembuatan medium agar darah masih
menemui beberapa kendala, seperti sulitnya mendapatkan darah donor karena lebih
diutamakan untuk kepentingan kemanusiaan. Alasan tersebut menyebabkan darah
domba masih dipertahankan penggunaannya sebagai medium biakan. Keuntungan
darah manusia sebagai medium adalah dapat memanfaatkan darah sisa transfusi
yang pengadaannya lebih praktis dan murah, karena darah yang kadaluarsa selalu
tersedia di bank-bank darah Palang Merah Indonesia (PMI) setempat. Masalah
yang timbul dalam penggunaan darah domba dibanding darah manusia khususnya
bagi beberapa laboratorium yaitu diperlukan pengadaan domba sendiri dan sarana
pemeliharaannya. Darah domba yang diproses dengan fibrinasi sudah banyak dijual
secara komersial di pasaran, namun harganya masih terbilang sangat mahal.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Medium


Faktor yang harus terpenuhi dalam penyiapan medium mikroorganisme
dapat tumbuh baik, yaitu medium yang digunakan harus memiliki kandungan dari
semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroorganisme tersebut. Mempunyai
tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan nilai pH yang dibutuhkan dan tidak
mengandung zat penghambat dan harus dalam konsidi steril (Rakhmawati, 2012).
Ketepatan komposisi di medium tergantung pada kebutuhan spesies yang
akan dikulturkan karena kebutuhan nutrisi sangat bervariasi. Pengetahuan tentang
habitat normal mikroorganisme sering berguna untuk menentukan medium yang
cocok karena kebutuhan tergantung di lingkungan alaminya. Persyaratan medium
untuk menumbuhkan mikroorganisme sangat beragam, namun sebagai organisme
hidup mempunyai kebutuhan dasar yang sama yaitu memerlukan sumber karbon,
energi, air, nitrogen, fosfat, dan mineral untuk hidup (Yusmaniar dkk, 2017).
Salah satu syarat untuk pertumbuhan dari mikroorganisme adalah kadar ion
hidrogen yang ada di lingkungannya. Perubahan kadar yang kecil saja sudah
mampu menimbulkan pengaruh besar. Alasan inilah yang amat penting untuk
11

menggunakan nilai pH awal yang optimum dan mempertahankannya sepanjang


pertumbuhan. Organisme hidup paling baik pada nilai pH 7. Pertumbuhan dari
mikroorganisme tergantung dari bahan-bahan makanan yang dikonsumsinya.
Medium yang digunakan di dalam ilmu mikrobiologi sangatlah beragam.
Medium dapat dibuat secara alami menggunakan bahan-bahan yang tersedia di
alam, maupun membeli yang sudah dalam bentuk kemasan jadi yang diproduksi
oleh pabrik. Pembuatan medium menggunakan bahan-bahan alami selain lebih
murah juga dapat untuk mengantisipasi jika tidak ada stok dari pabrik. Medium
dapat dibedakan berdasarkan komposisi kimia, konsistensi, dan fungsinya.
Komponen dasar medium biasanya telah disesuaikan dengan jenis nutrisi
yang diperlukan oleh mikroba tersebut (Lestari, 2017). Media harus mengandung
semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu sumber energi misalnya
gula, sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial, dan kebutuhan yang khusus.
Kebutuhan khusus yang diperlukan antara lain seperti vitamin dan juga mineral.
Media pertumbuhan mengandung unsur makro yang dibutuhkan mikroba seperti
karbon (C), Hidrogen (H), oksigen (O), Nitrogen (N), dan Phospor (P).
Media juga mengandung unsur mikro seperti besi (Fe), dan Magnesium
(Mg). Media juga dapat mengandung bahan-bahan tambahan lain seperti indikator
phenol red. Sifat dari suatu media pembenihan yang ideal adalah media tersebut
mampu memberikan pertumbuhan yang baik jika ditanami kuman dan mendorong
pertumbuhan cepat. Media juga harus murah, mudah dibuat kembali, dan mampu
memperlihatkan sifat khas mikroba yang diinginkan (Yusmaniar dkk, 2017).
Media harus dalam keadaan steril, artinya belum ditanam mikroba yang
dimaksud, tidak ditumbuhi mikroba lain yang tidak diharapkan. Medium juga
tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan. Proses
pembuatan medium harus disertai dengan proses sterilisasi dan menerapkan
metode aseptis untuk menghindari adanya kontaminasi yang memungkinkan dapat
terjadi pada medium. Teknik aseptis diperlukan saat memindahkan biakan dari
suatu tempat ke tempat lain. Penggunaan teknik aseptis mencegah terjadinya
kontaminasi dengan biakan yang mungkin bersifat patogen bagi mikroorganisme
dan dapat menyebabkan kematian pada biakan(Yusdiani dkk, 2006).
12

2.4. Medium Berdasarkan Sifatnya


Sifat suatu media pembenihan yang ideal adalah media tersebut
mampu memberikan pertumbuhan baik jika ditanami mikoorganisme dan
mendorong pertumbuhan dengan cepat. Media juga harus murah, mudah dibuat,
dan memperlihatkan sifat khas mikroba yang diinginkan. Media pengaya atau
media yang telah diperkaya merupakan media yang mengandung bahan-bahan
dasar untuk pertumbuhan mikroba dan zat-zat tertentu yang ditambahkan.
Zat-zat tersebut dapat berupa kuning telur, serum, dan masih banyak lagi.
Kebanyakan dari jenis-jenis bakteri suka tumbuh pada dasar makanan. Medium
yang memerlukan tambahan putih telur, juga dibuat dengan cara yang sedemikian
rupa. Seringkali orang akan menambahkan susu kepada di dasar makanan untuk
menumbuhkan bakteri Lactobacillus. Suarjana dkk. (2017) media diperkaya ini
pada umumnya digunakan untuk menumbuhkan bakteri Salmonella. Contohnya
selenite broth dan tetrathionate broth. Pertumbuhan bakteri Coliform pada media
ini yang terdapat di dalam saluran pencernaan hewan maupun manusia yang akan
ditekan oleh selenite atau tetrationate dan Salmonella bisa bertumbuh.
Bakteri patogen seperti bakteri jenis dari Brucella abortus, Diplococcus
pneumoniae, dan Neisseria gonorrhoeae memerlukan zat dari makanan tambahan
berupa serum atau darah yang tak mengandung zat fibrinogen yang menyebabkan
darah menjadi kental apabila darah keluar di luka. Medium yang dibuat serum
dicampurkan di dalam dasar makanan sebelum sterilisasi. Medium dapat untuk
menumbuhkan basil dipteri. Serum dicampurkan ke dalam medium yang telah
disterilkan. Serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan, jika
pencampuran dilakukan sebelum proses sterilisasi. Media yang selektif
merupakan media cair yang ditambahkan dengan zat tertentu. Penambahan zat
yang tertentu ini untuk menumbuhkan mikroorganisme dan juga diberikan suatu
jenis penghambat untuk mikroba yang tidak diinginkan bertumbuh. Brucella agar
adalah salah satu media yang digunakan untuk identifikasi bakteri brucellosis
(Junior dkk, 2015). Brucellosis merupakan salah satu penyakit hewan menular di
Indonesia. Brucellosis disebabkan oleh bakteri gram negatif dari genus Brucella.
Agen dari infeksi memiliki morfologi yang khas, seperti berbentuk cocobacilli.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Kompor listrik
4. Autoklaf
5. Spatula
3.1.2. Bahan
1. Kentang yang bagus 100 gr
2. Agar-agar 10 gr
3. Dekstrose 5 gr
4. Air suling atau aquadest 500 mL

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1. Agar Kentang Dekstrose (AKD) / Potato Dekstrose Agar (PDA) untuk
menumbuhkan jamur.
1. Kentang dicuci kemudian dipotong dan dimasak selama 1 jam. Air
suling ditambahkan untuk menjaga volume air supaya tetap.
2. Kentang yang sudah dimasak kemudian disaring, lalu dekstrose dan
agar-agar dimasukkan ke dalam filtrate kentang tersebut sampai benar-
benar larut.
3. Campuran kemudian dituangkan ke dalam tabung sesuai dengan
kebutuhan dan disumbat dengan kapas.
4. Tabung yang berisi campuran filtrate kemudian disterilkan dalam
autoklaf (121oC/15 lbs) selama 15 menit
3.2.2. Sterilisasi dengan Autoklaf
1. Autoklaf diisi dengan air suling sebanyak 3-5 liter kemudian dipanaskan
sampai semua udara keluar dari autoklaf.

13
14

2. Alat/bahan yang akan disterilkan harus disiapkan kemudian langsung


diletakkan pada rak dari autoklaf.
3. Rak tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian autoklaf ditutup
rapat kecuali klep udara supaya udara yang mungkin masih ada dalam
autoklaf dapat keluar, karena jika dalam autoklaf masih ada udara
sedangkan klep sudah ditutup rapat, maka sterilisasi tidak dapat
mencapai suhu dan tekanan yang diharuskan (121oC/15 lbs).

Anda mungkin juga menyukai