Anda di halaman 1dari 15

I.

HARI/TANGGAL : Jumat, 10 Juni 2016


II. JUDUL PRAKTIKUM : Pembuatan Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
III. TUJUAN : Mahasiswa Dapat Memahami Dan Melakukan Pembuatan
Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
IV. DASAR TEORI

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI MEDIA

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas


campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi media
pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu
media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis
dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).

B. MANFAAT DAN FUNGSI MEDIA

Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia


nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga
berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan
mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media juga dapat
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme,
serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran
media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk pasasi
kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

C. KOMPONEN PENYUSUN MEDIA

1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media
bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
a. Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel
yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg
dan unsur pelikan/trace element.
b. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan
sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam
organik.
c. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen
lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
d. Vitamin-vitamin.
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk
indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media
a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan
terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat
(gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk
membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk
melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-
kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar,
terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot,
liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract.
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta
dan daging sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol.
Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino
dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam
amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang
ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

D. JENIS-JENIS MEDIA
Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan
dapat menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya,
dan fungsinya:
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau
tidaknya bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin.
Bentuk media tersebut yaitu:
a. Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini
dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu,
media tegak, media miring, dan media lempeng. Media tegak
menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya, media
miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media
lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini
umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
b. Media semi padat atau semi cair merupakan media yang mengandung agar
kurang dari yang seharusnya kurang lebih 0,3%  0,4% sehingga media
menjadi kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan
untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup
anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.
c. Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat,
umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
a. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan
alami dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan
biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung,
daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
b. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan
alami dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari
:Pepton 10,0 g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
c. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis
dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Media dasar atau media sederhana
Media yang secara rutin selalu tersedia di laboratoriom karena
bahan dasar yang sangat disukai oleh bakteri.
Contohnya: Nutrien Agar , Nutrien Broth, Infution Broth , dll.
b. Media Transport
Adalah media yang digunakan untuk pengiriman specimen dari
suatu tempat ketempat laboratrium pemeriksaan , yang berisi nutrisi dan
berfungsi untuk mempertahankan kehidupan bakteri , biasanya untuk
pengiriman bahan pemeriksaan bakteriologii yang menggunakan swab.
Contoh : Amies Transport Media , Cary & Blair Medium, dll.
c. Media pemupuk atau media Enrichment/ Media yang diperkaya
Adalah media yang berbentuk cair yang digunakan berisi bahan
kimia yang dapat menghambat beberapa flora normal dan memungkinkan
pertumbuhan bakteri pathogen yang mungkin terdapat dalam jumlah kecil
dalam specimen , sehingga bakteri mudah tumbuh dengan baik dan di
perbanyak .
Contoh : NaCl Broth, Pepton Alkalis 1%, Selenite Broth, Bouillon Broth,
BHIB, dll.
d. Media Differential
Adalah media yang mempuyai beberapa kandungan kimiawi yang
memberikan ciri khusus pada bakteri yang berbeda melalui penampilan /
gambaran koloni yang berbeda dengan kultur.
Contoh : Mac Conkey, EMB, Cled, KIA, dll.
e. Media selective
Adalah media yang secara selective menumbuhkan bakteri
komensal dengan membedakan warna dan kekeruhan koloni.
Contoh : TCBS agar, XLD agar , SS agar, dll.
f. Media Enriched
Adalah media yang mengandung bahan penambahan pertumbuhan
guna meningkatkan kualitas media. Organisme tertentu tidak dapat tumbuh
dalam nutrient media umum, mereka menambahkan darah, serum, telur,
glucose, dll.
Contoh : Agar darah, Livental agar, Loffler serum.
g. Media untuk reaksi biokimia
Adalah media yang digunakan untuk identifikasi kuman
berdasarkan sifat-sifat biokimia dari masing-masing kuman.
Contoh : Indol reaksi, Methyl Red, Voges Proskeur, Simon Citrat Agar,
Urea Agar, SIM medium,Lysine dekarboxylase
h. Media Test kepekaan
Media yang digunakan untuk test kepekaan, jadi sesudah bakteri
ditanam secara merata dipermukaan media kemudian diletakkan
antibiotic disk pada permukaan media itu inkubasi 24 jam kemudian
diamati zona hambatannya.
Contoh :
Diagnostic Sensitivity Test (DST)
Muller Hinton, Media yang digunakan untuk test kepekaan digunakan
sesuai prosedur standart international.
i. Media Perbenihan Jamur
Media yang bersifat asam yang digunakan untuk isolasi jamur dan
yeast
Contoh : SDA ( Saboroud Dextrose Agar )
j. Media Kultur Aerob
Media yang digunakan untuk kultur anaerob atau kedap udara
biasanya diletakkan dalam tabung tutup ulir.
Contoh : Media Thioglycolate, Media cooked meat.

E. PERSYARATAN MEDIA
1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang
dan khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu
pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada
suhu 0-20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-
45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.

Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu


tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya
mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu
tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang
baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan
pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–66oC.

3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut
adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan
sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi
yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat
tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob
fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan
osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel
membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karena itu,
dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi,
perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang
dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

F. HAL-HAL YANG PERLU DI LAKUKAN UNTUK KUALITAS MEDIA


YANG BAIK
Dalam pembuatan media ada hal –hal yang perlu dilakukan dalam setiap
pengerjaannya karena ini akan berhubungan dengan kualitas dari media yang
akan dipakai untuk indentifikasi bakteri, yaitu :

a) Base Medium / Bahan Media


Baca petunjuk pembuatan :
 Lihat petunjuk resep ( jika media berupa racikan).
 Lihat petunjuk label kemasan (jika media berupa Rehidrate).
b) Alat-alat
Alat-alat gelas yang akan dipakai harus disesuaikan dengan media yang akan
di buat:
 Sesuaikan alat gelas dengan volume media yang akan dibuat.
 Sesuaikan alat gelas dengan media yang akan kita buat misalnya
untuk media yang berbahan dasar agar-agar gunakan Erlenmeyer dan
untuk media cair atau broth gunakan beaker glass.
c) Perhitungan
Hitung kebutuhan media yang akan kita timbang dengan benar agar kita
dapatkan media yang baik misal:
Pada wadah mac cencoy aga tertera 50 gram dalam 1 liter atau 1000 ml.cara
menimbang.

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑏𝑢𝑎𝑡


∗ 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑇𝑆𝐼𝐴
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑚𝑎𝑐 𝑇𝑆𝐼𝐴
25
= ∗ 65
1000

= 1,625 gram

Jadi,berdasarkan hasil perhitungan pada bukan yang di butuhkan sebanyak


1,6 gram dalam 25 ml kemudian di larutkan dalam aquadest,sebanyak
25ml.
d) Penimbangan
Gunakan alat pelindung diri misalnya masker dan sarung tangan jika
menimbang karena media berbentuk serbuk mudah berhamburan dan toxic
bagi pernapasan.
 Timbang dengan benar dan harus bebas dari angin.
 Jangan membuka terlalu lama media setelah penimbangan.
 Menimbang harus tepat dikarenakan mempengaruhi komposisi media
tersebut.
e) Pelarutan
Jangan terlalu lama dalam melarutkan media karena akan merusak
komposisi protein, pH maupun karbohidrat.
f) Penetapan pH
Penetapan PH bias kita lihat dalam petunjuk pembuatan media karena
disana akan tertera berapa pH yang sesuai untuk media tersebut.
g) Sterilisasi
 Segera setelah pH media di sesuaikan, segera ditutup dengan rapat dan
segera disterilisasi dengan autoklaf,untuk menghindari kontaminasi dari
berbagai mikroorgaisme.
h) Penyimpanan media jadi
 Seteleh media dingin simpan sesuai dengan jenis media yang dibuat , bisa
disimpan dalam almari es, suhu ruang maupun tempat gelap.
 Untuk penyimpanan media ada hal –hal yang harus diperhatikan antara
lain :
1) Jangan terkena sinar matahari secara langsung atau terkena panas
secara langsung
2) Untuk media-media yang diperkaya dengan darah, antibiotic maupun
serum harus disimpan dalam lemari es
3) Media yang ditempatkan dicawan petri harus dijaga jangan sampai
kering sebaiknya simpan didalam lemari es dan ditempatkan dalam
plastik tertutup.
i) Kontrol Kualitas
Dalam control kualitas ini media yang akan digunakan dalam indentifikasi
harus dilakukan karena itu akan berpengaruh dengan kualitas media ada
beberapa tahap control kualitas yang dilakukan:
1) Secara Visual
Perhatikan warna dan kekeruhan secara langsung
 Bila terjadi kekeruhan dalam media cair atau terjadi perubahan warna
maka bisa dipastikan media itu tidak steril atau terkontaminasi.
 Media yang dalam tabung dan berisi tabung durham jika terlihat
gelembung udara dalam tabung durham maka bisa dipastikan bahwa
media itu belum diseteril atau bisa juga terkontaminasi.
2) Test Sterilisasi
Test sterilisasi ini sangat perlu karena suatu keharusan terutama pada
media yang diperkaya dengan bahan-bahan tertentu :
 Ambil sebanyak 5% dari tiap batch media, inkubasi selama 2 x 24 jam
dengan suhu 37oC, jika terjadi pertumbuhan lebih dari 2 koloni
percawan petri maka seluruh media dalam batch pembuatan itu tidak
dapat digunakan.
 Dengan penanaman kuman control positif dan control negative
j) Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses pembuatan media :
1) Kwalitas aquadest yang jelek
2) Wadah yang tercemar
3) Terlalu panas pada proses pembuatannya
4) Terlalu lama disimpan pada suhu 50oC
5) pH tidak sesuai
6) Cara melarutkan tidak sempurna
7) Kesalahan penyimpanan media dan bahan baku
k) Akibat dari kesalahan pembuatan media
1) Terjadi kekeruhan atau pengendapan
2) Warna terlalu gelap kadang-kadang media menjadi gosong
3) Agar-agar terlalu lunak
4) Pertumbuhan kuman yang jelek atau tidak tumbuh

Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media TSIA tergolong media padat (berdasarkan bentuknya), media semisintesis


(berdasarkan susunannya), dan media diferensial (berdasarkan sifatnya). Media padat
biasanya digunakan untuk mengamati morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni.
Media semisintetis merupakan media yang tersusun oleh campuran bahan alami dan
bahan sintetis. Sedangkan media diferensial adalah media yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba tertentu serta penentuan sifat-sifatnya. Sebagai differensial
medium, pertumbuhan bakteri memberikan koloni yang spesifik untuk masing-masing
spesies yang didasarkan pada perubahan-perubahan secara kimiawi (Anonim, 2012). Uji
Triple Sugar Iron Agar (TSIA) merupakan metode yang digunakan untuk melihat
kemampuan mikroorganisme dalam memfermentasikan gula. Medium TSIA mengandung
3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Terdapat juga indikator fenol merah
serta FeSO4 untuk memperlihatkan pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan adanya
endapan hitam. Konsentrasi glukosa adalah 1/10 dari konsentrasi laktosa atau sukrosa
agar fermentasi glukosa saja yang terlihat (Anonim, 2012).

TSI Agar merupakan media untuk melihat kemampuan suatu mikroorganisme dalam
memfermentasikan gula. TSIA digunakan untuk pengujian biokimia untuk membedakan
beberapa jenis bakteri yang termasuk kelompok Enterobacteriaceae yang bersifat gram
negatif dan memfermentasikan glukosa kemudian membentuk asam, sehingga dapat
dibedakan dengan bakteri gram negatif lain. Perbedaan ini didasarkan pada pola
fermentasi karbohidrat dan produksi H2S pada tabung reaksi. Media ini memiliki 3 gula
dalam kandungannya, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa, dengan konsentrasi 1%
sukrosa, 1% laktosa, dan 0,1% glukosa. Konsentrasi ini akan berpengaruh terhadap
penggunaan karbohidrat dan keadaan asam yang terbentuk. Indikator pH, yaitu Phenol
Red, ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan pH akibat fermentasi
karbohidrat. Adapun komposisi yang terkandung dalam media TSI Agar beserta
fungsinya:

 Lab-Lemco powder 3,0 g, sebagai sumber vitamin B bagi mikroorganisme;


 Yeast extract 3,0 g, sebagai sumber nitrogen;
 Peptone 20,0 g, sebagai sumber energi/nutrisi bagi mikroorganisme;
 Sodium Chloride 5,0 g, sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis/bahan
buffer media;
 Ferri Citrace 0,3 g, sebagai penerima elektron yang dapat memperlihatkan
pembentukan H2S oleh bakteri dan juga sebagai bahan buffer;
 Sodium thiosulphate 0,3 g, sebagai sumber mineral dan energy bagi
mikroorganisme;
 Phenol red 0,5 g, sebagai indikator;
 Agar, sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroorganisme;
 Glucose 10,0 g, sebagai sumber karbohidrat yang akan difermentasikan oleh
mikroo rganisme;
 Lactose 10,0 g, sebagai sumber karbohidrat yang akan difermentasikan oleh
bakteri;
 Sucrose 10,0 gr, sebagai sumber karbohidrat yang akan difermentasikan oleh
bakteri.

Pada prinsipnya, prosedur pembuatan media ini sama dengan media pada umumnya,
hanya saja wadah yang digunakan untuk media ini adalah tabung reaksi dan peletakkan
tabung reaksi harus miring. Digunakannya tabung reaksi adalah bertujuan untuk
mempermudah pengamatan hasil fermentasi karbohidrat dari mikroorganisme, apakah
sempurna atau tidak dengan adanya lereng (slant) dan dasar (butt). Sedangkan posisi yang
dimiringkan berguna untuk memperluas permukaan untuk tumbuhnya mikroorganisme
nantinya.
V. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Neraca
2. Tabung reaksi
3. Enlemyer
4. Kaki tiga
5. Gelas beker
6. Spritus
7. Sendok tanduk
8. Ball filler
9. Pipet tetes
10. Kawat kasa
11. Autoclave
12. Batang pengaduk

B. BAHAN
1. Powder TSIA
2. Kertas ph
3. Aluminium Foil
4. Aquadest

VI. PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang bahan dalam penimbangan bahan sesuai dengan kebutuhan
dan volume yang akan di buat dan berpedoman terhadap pembuatan yang
tertera pada wadah TSIA tertera 65 gram dalam 1 liter atau 1000 ml.cara
menimbang

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑏𝑢𝑎𝑡


𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑇𝑆𝐼𝐴
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑚𝑎𝑐 𝑇𝑆𝐼𝐴

25
= x 65
1000
= 1,625 gram

Jadi,berdasarkan hasil perhitungan pada bukan yang di butuhkan sebanyak


1,6 gram dalam 25 ml.
3. Melarutkan bahan bahan yang telah di timbang,di masukkan ke dalam
enlemyer 250 ml sisa dari bahan yang menempel pada gelas beker di cuci
dengan menggunakan aquadest denga volume 25 ml.lalu homogenkan
karena tidak ada waterbath maka menggunakan lampu spritus untuk
melarutkan.waktu tidak di tentukan ,namun sesekali perhatikan hingga
tidak ada butiran zat pada dinding enlemyer dan larutan menjadi homogen
dengan menggunakan batang pengaduk.
4. Mengatur pH pada TSIA,untuk menghindari kesalahan jika di bawah 7(<7)
maka ditambahkan KOH sedikit demi sedikit menggunakan pipet tetes
sehingga mencapai PH yang di inginkan.sama halnya dengan pH yang di
atas 7 (<7) maka di tambahkan HCL sedikit demi sedikit menggunakan
pipet tetes sehingga mencapai PH yang di inginkan .
5. Masukkan ke dalam tabung reaksi dan tutup media dengan menggunakan
kapas kemudian sterilkan,Mensterilkan media dengan menggunakan
autoclave dalam suhu 121oc selama 15 menit.
6. Penyimpanan media,setelah proses sterilisasi,media di miringkan dan
dinginkan setelah padat media di beri label atau nama kemudian
masukkan ke dalam lemari es.
VII. HASIL

Anda mungkin juga menyukai