Anda di halaman 1dari 92

MATERI PRAKTIKUM

PENGETAHUAN MEDIA DAN REAGENSIA

1
I. MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI
1.1. Media Pertumbuhan Bakteri
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media
pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan
membuat kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan
isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing
pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-
2
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu
yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di  dalam
laboratorium mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan
antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

1.2. Komponen Penyusun Media


1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh   mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam
amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis
mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.
3
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media
a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari
beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang
pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika
dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah,
susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan
asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
c. Meat extract.
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging
sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
e. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk
analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

1.3. Jenis-Jenis Media


4
Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi tiga
kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi/susunannya, dan fungsinya:
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan
tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut
yaitu :
a. Media padat
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat
kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan
menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring,
dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan
sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan,
sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media
ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
b. Media semi padat atau semi cair
Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang dari yang
seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat
dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.
c. Media cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
a. Media alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung
diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur,
dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
b. Media semi sintesis

5
Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan
bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton  10,0 g,
Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
c. Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan
takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan hampir
semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
b. Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,
mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.
Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility
(SIM), dsb.
c. Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba
tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya:
Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS),
dsb.
d. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang mendorong
pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat
untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja
e. Media uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya
ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium
litmus milk.
6
1.4. Persyaratan Media
1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0 merupakan
kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir tumbuh
pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk
pertumbuhannya.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai
berikut:
a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-
20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik
pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–
66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak
bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
7
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis
adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar
pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai
berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang
lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara. Mikroba perusak
pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan
manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.  Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel.  Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang dimaksud
tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

1.5. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup
terutama mikroorganisme. Sterilisasi dibagi menjadi :
8
1. Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi ini menggunakan sinar UV, sinar X dan sinar Gamma. Sinar UV biasanya
digunakan untuk sterilisasi ruang bedah. Walaupun sinar UV sangat ganas terhadap
mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-
mikroba yang terdapat pada permukaan saja.
Sinar X dan sinar Gamma dapat membunuh mikroba karna merusak DNA dan
menyebabkan ionisasi komponen sel lainnya. Radiasi dengan sinar X dan Gamma
sering digunakan untuk sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi, misalnya
pompa suntik dari plastik, obat-obatan, alat-alat operasi.
2. Sterilisasi dengan pemanasan
 Pemanasan dengan nyala api
Cara ini dipakai untuk membuat steril jarum inokulasi, atau dalam keadaan
darurat dipakai untuk mensterilkan pisau operasi.
 Pemanasan dengan udara panas
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti tabung reaksi,
petridish, botol dan alat-alat dari katun. Cara ini biasanya menggunakan oven.
 Pemanasan merendam dalam air mendidih
Dalan kehidupan sehari-hari, cara ini dipakai untuk mensterilkan botol susu dan
dot untuk bayi minum. Air mendidih pada tekanan 1 atmosfer, suhunya 100 0 C.
sel vegetative akan mati dalam waktu 5-15 menit, sedangkan bentuk spora akan
mati dalam waktu 1-6 jam.
 Pemanasan dengan uap air ditekan
Cara ini paling baik karna suhu yang dicapai tinggi. Dengan alat ini, besarnya
tekanan uap air yang diperlukan dapat diatur. Makin besar tekanan uap airnya,
makin tinggi pula suhu yang dicapai. Lamanya pemanasan tergantung pada
tekanan uap yang dipergunakan, serta besar dan macamnya benda yang akan
disterilkan. Dengan cara ini, baik bentuk vegetatif maupun spora akan mati,
sehinnga mencapai steril sempurna.
 Penyaringan

9
Filtrasi dapat dipergunakan untuk membuat steril cairan atau larutan yang
thermolabil (mudah rusak karna pemanasan), seperti serum, enzym, atau
antibiotika.

1.6. Desinfektan dan Antiseptik


1. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh organisme-
organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia; dilakukan
terhadap benda mati.
Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
a. Golongan Fenol dan turunannya
Misalnya : Fenol, cresol, exylresolcinol, hexachlorophene.
Larutan fenol dipakai sebagai desinfektan apda sputum, urine, feces atau alat-alat
terkontaminasi. Virus dan bakteri bentuk spora, lebih tahn lama terhadap fenol
dibanding dengan bakteri bentuk vegetatif.
Orang yang pertama kali menggunakan fenol sebagai desinfektan adalah Joseph
Lister(1827-1912), seorang ahli bedah inggris. Fenol juga dipakai sebagai
desinfektan standar untuk mengukur kekuatan lainnya. Prinsip kerja fenol adalah
mendenaturasikan protein.
b. Alcohol
Etil alcohol merupakan desinfektan yang paling sering dipakai untuk desinfeksi
kulit, digunakan kadar etil alcohol 70%. Daya kerjanya yaitu mengkoagulasi
protein dan menarik air sel.
10
c. Yodium
Merupakan germisida tertua. Kurang baik kelarutannya dalam air. Lebih baik
kedalam alcohol.yudium merupakan bakterisida yang paling kuat bahkan bersifat
sporisida, fungisida dan virusida. Diduga daya kerjanya yudium berikatan dengan
protein sel.
d. Sabun dan detergen sintetis
Sabun adalah ikatan antara natrium atau kalium dengan asam lemak tinggi dan
bersifat germisida walaupun tidak begitu kuat. Sabun juga menyebabkan
menurunnya tegangan permukaan sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau
pakaian.

e. Aerosol
Adalah zat kimia sebagai anti microbial yang disemprotkan keudara sehingga
membentuk butiran-butiran halus (1-2 mikron) dan tetap tersuspensidalm udara
utuk waktu yang cukup lama dipergunakan untuk desinfeksi ruangan.

1.7. Cara Penyimpanan Reagen dan Media


1. Penyimpanan Media
a) Seteleh media dingin simpan sesuai  dengan jenis media yang dibuat , bisa disimpan
dalam almari es, suhu ruang maupun tempat gelap.
b) Untuk penyimpanan media ada hal –hal  yang harus diperhatikan  antara lain :
 Jangan terkena sinar matahari  secara langsung  atau terkena panas secara
langsung
 Untuk media-media yang diperkaya dengan darah, antibiotic maupun serum
harus disimpan dalam lemari es
 Media yang ditempatkan dicawan petri harus dijaga jangan sampai kering
sebaiknya simpan didalam  lemari es dan ditempatkan dalam plastik tertutup.
2. Cara penyimpanan Reagen
a. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan
kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
11
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
b. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya:
flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
c. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu
d. Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu
ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus
punya sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya
dibawah suhu 25 C, pantau suhu ruangan maksimal 30 C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena
sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan bahan
kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing
bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog
bahan.
f. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan air
kran.
g. Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian
APD yg sesuai dg peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data
keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS). Informasi MSDS disamping
harus tercantum pada produksi, juga harus muncul pada dokumen pengangkutan,
penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut.     
Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara
lain:
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan
beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat
kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada
tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur
penanganannya.

12
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat,
kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian.
Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan
secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan
ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet
tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi
spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang
sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun.
Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan
tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara
berkala bagi pekerja, sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, denganmaksud untuk
mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya
dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah
kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan
maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah
lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan
cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus
keadaan darurat (emergency).

13
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-
110oC, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang
bersifat hidrat disimpan pada eksikator.

II. PEMBAHASAN

2.1. BAKTERIOLOGI
1. Nutrien Agar (NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga digunakan untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian
mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari
ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :
 Bacto ekstar 3 gram  NaCl 5 gram
 Bacto pepton 10 gram  Aquadest 1 liter
 Bacto agar 15 gram
Perhitungan :
Na yang tersedia 20 Gram dalam 1 liter
14
Misalkan Na yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram

Cara pembuatan :
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

2. Endo Agar (EA)

Endo agar adalah media padat (solid plating media). Digunakan untuk menumbuhkan
bakteri yang hidup di usus, misalnya Escherichia Coli. Media ini mengandung natrium
sulfat dan “basic Fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif.

15
Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi dengan asetaldehida dan
natrium sulfit.
komposisi :
 Bacti ekstrak daging 3 gram  Na2SO3 2,5 gram
 Bacto pepton 10 gram  Bacto agar 15 gram
 NaCl 5 gram  Basic Fucsin 10 % 4 ml
 Bacto lactosa 10 gram  Aquadest 1 liter

Perhitungan :
Endo Agar yang tersedia 41, 5 gram dalam 1 liter.
Misalkan Endo Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang Endo Agar sebanyak 8,3 gram dan masukkan kedalam erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquadest 200 ml sambil dihomogenkan.
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering,
kemudian beri label.
 Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
 Keluarkan dari autoclave dan dituangkan kedalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

3. MacConkey Agar (MCA)

16
Media ini merupakan media padat dan media alfferensial digunakan untuk seleksi dan
pertumbuhan Enterobacteriacede dan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang
seperti Escherichia coli. Garam – garam empedu dan kristal violet didalam media ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Komposisi :
 Bacto pepton 17 gram.  Bacto Aga 13,5
 Proteosa pepton 3 gram. gram.
 Bacto lactosa 10 gram.  Bacto nectral rea 0,03 gram.
 Garam empedu 1,5 gram.  Bacto kristal read 0,001 gram .
 NaCl 5 gram.  Aquadest 1 liter.
Perhitungan :
MCA yang tersedia 50 gram dalam 1 liter
Misalkan MCA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang MCA sebanyak 10 gram, masukan dalam erlenmeyer.
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogekan.
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
17
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan beri
label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210C dalam waktu 15 menit.
 Keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

4. Eosolin Methylene Blue Agar (EMBA)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan


berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P.
aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan
koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang
dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada
tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp
dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk
mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Komposisi :
 Bacto pepton 10 gram  Bscto agar 13,5 gram
 Bacto lactosa 5 gram  Bacto eosin 04 gram
 Sukrosa 5 gram  Bacto methylene blue 0,065 gram
 K2HPO4 2 gram  Aquadest 1 liter
Perhitungan :
EMBA Agar yang tersedia sebanyak 36 gram dalam 1 liter

18
Misalkan EMBA Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang Emba Agar sebanyak 7,2 gram dan masukan dalam erlenmeyer
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi lebel.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
 Keluarkan dan isi dalam cawan petri secara aseptis.
 Bungkus dengan plastik dan masukan dalam lemari pendingin

5. Blood Agar Plate (BAP)

Media ini di gunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakan
dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak
melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di
sekitar koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat di wilayah yang benar-benar
jernih dan jenis hemalisisnya di sebut beta – hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna
dan media berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya di sebut Alpha Hemolisis.
19
Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak menyebabkan perubahan
nyata pada media tersebut di sebut gamma hemolisis. Kelompok mikroorganisme yang
sering di bedakan berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah adalah
sreptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di sebabkan oleh enzim yang di lepas
mikro organisme.

Komposisi :
 Ekstrak daging 3 gram  Basic fuchsin 10% 4 ml
 Bacto pepton 10 gram  Na2CO3 2,5 gram
 NaCl 5 gram  Aquadest 1 liter
 Laktosa 10 gram  Darah “O” 5%
 Bacto agar 15 gram
Perhitungan :
BAP menggunakan nutrient agar dan 5% darah “O”.
Misalkan BAP yang akan dibuat sebanyak 200 ml.
NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.
Akan dibuat 200 ml, maka :

gram
Darah “O” yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :

Cara pembuatan :
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
20
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah “O”.
 Homongenkan lalu tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis.
 Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

6. Agar Coklat

Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh pada perbenihan
sederhana dan biasanya di pakai untuk menumbuhkan golongan Neisseriae dan
Hemorhylus influenza. Prosedur kerjanya sama dengan pembuatan Blood Agar, hanya
setelah penambahan darah, di panaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15 menit
sampai berwarna coklat. Semua ini di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media  Blood Agar. Media ini berwarna
coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat pemanasan.
Komposisi :
 Proteose Peptone 15,0 gram  Corn Starch 1,0 gram
 Sodium Chloride 5,0 gram  Hemoglobin, Bovine 10,0 gram
 Dipotassium Phosphate 4,0 gram  KoEnzyme Enrichment 10,0 ml
 Monopotassium Phosphate 1,0 gram  Agar 10,0 gram

21
Perhitungan :
Agar coklat menggunakan nutrient agar dan 5% darah “O”.
Misalkan agar coklat yang akan dibuat sebanyak 200 ml.
NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.
Akan dibuat 200 ml, maka :

gram
Darah “O” yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :

Cara pembuatan :
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah “O”.

22
 Homongenkan lalu panaskan kembali dengan penangas air selama 5-15 menit
hingga larutan berwarna coklat.
 Tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis dan dinginkan.
 Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

7. Salminella Shigella Agar (SSA)

Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil gram
negative pathogen enteric, sehingga di pakai untuk isolasi dari specimen yinja terutama
salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan pertumbuhan koloni yang tidak
berwarna. Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan brilliant green
yang tidak hanya menghambat bakteri asam positif saja tetapi menekan pertumbuhan
basil pathogen non enteric lainnya.
Komposisi:
 Ekstrak sapi 5 gram   Ferri sitrat 1 gram
 Proteose peptone 5 gram  Agar 13,5 gram 
 Laktosa 10 gram   Merah netral 0,025 gram
 Garam bile no.3 8,5 gram  Hijau brilliant 0,33 gram 
 Natrium sitrat 8,5 gram   Aquadest 1000Ml
Perhitungan :
SSA yang tersedia sebanyak 63 gram dalam 1 liter
Misalkan SSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

23
gram
Cara pembuatan :
 Timbang 12,6 gram SSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 turunkan dari penangas air dan sumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas karing
lalu beri label.
 Sterilkan media tersebut di dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit
 Keluarkan dari autoklaf dan tuang ke dalam cawan petri secara aseptis kemudian
isolasi dan simpan dalam lemari pendingin.

8. Bismuth Sulfit Agar (BSA)

Bismut Sulfite Agar merupakan jenis media agar digunakan untuk mengisolasi


Salmonella spesies. Menggunakan glukosa sebagai sumber utama karbon. BLBG dan
berhenti bismut gram positif pertumbuhan. sulfit Bismuth agar-agar tes kemampuan
untuk memanfaatkan ferro sulfat dan mengubahnya menjadi hidrogen sulfida .
Komposisi :
 Enzimatik Digest of Casein 5 gr  Disodium fosfat 4 gr
 Enzimatis Intisari dari Jaringan  Ferrous Sulfat 0,3 gr
Hewan 5 gr  Bismuth Sulfit Indikator 8 gr

24
 Beef Extract 5 gr  Brilliant Hijau 0,025 gr
 Dextrose 5 gr  Agar 20 gr

Perhitungan :
BSA yang tersedia sebanyak 52 gram dalam 1 liter
Misalkan BSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 10,4 gram BSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Panaskan dengan menggunakan penangas air sambil diaduk hingga larut
sempurna
 Dinginkan pada suhu 450-500C
 Tuangkan kedalam cawan petri dan biarkan kering dengan membuka sedikit
tutup cawan
 Setelah kering, tutup cawan, beri label dan simpan ditempat yang gelap.

9. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)

25
(TCBS) adalah media selektif untuk Vibrio Cholera. Medium TCBS Oxid sempurna dan
tidak membutuhkan bahan tambahan atau tambahan darah steril, dan media ini lebih
menguntungkan dari media lanryl sulphate tellurite agar yang membutuhkan tambahan
lebih lanjut setelah pensterilisasian penampakan koloni dari organisme. Pada media
TCBS setelah 24 jam inkubasi pada suhu 35 derajat celcius.
Komposisi :
 Yeast extract 5 gram  Sodium Chloride 10 gram
 Bacteriological Peptone 10  Broom Thymol Blue 0,04 gram
gram  Thymol Blue 0,04 gram
 Sodium thiosulphate 10 gram  Agar 14 gram
 Sodium Citrate 10 gram  Aquadest 1000 mL
 Ox bile gram  PH 8,6
 Sucrose 20 gram 
Perhitungan :
TCBS yang tersedia sebanyak 88 gram dalam 1 liter
Misalkan TCBS yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :

26
 Sterilisasi aquadest 200 ml dalam dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu
121ºC
 TCBS ditimbang sebanyak 17,6 gram kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
yang telah berisi aquadest steril 200 ml
 Campuran dipanaskan hingga larut dan digoyangkan sampai homogen
 Dituangkan kedalam cawan petri secara aseptic

 Setelah beku, cawan petri dibalik.


 Dibungkus menggunakan kertas diberi nama media dan disimpan dilemari
pendingin.

10. Blood Tellurit Agar

untuk isolasi bakteri bergranula volutin (Corynebacterium diphtheriae) yang selanjutnya


ditanam pada gula-gula untuk difteri. Berwarna transparan. tidak mengandung indikator
tetapi mengandung darah dengan kadar 5- 10% dan Kalium Telurit 1% 37,5 ml.
komposisi :
 Meat extract 10.0 g  Pottasium Tellurite 0.35
 Peptone 10.0  Horse Blood,defibrinated, lysed 7%
 Sodium Chloride 5.0  Agar 15.0 g
Perhitungan :
menggunakan tellurite agar base, darah dan kalium tellurite.
Tellurite agar base yang tersedia sebanyak 31 gram dalam 970 ml
Misalkan Tellurite agar base yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

27
gram

Darah yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :

Kalium tellurite yang dibutuhkan sebanyak 1%, maka :

2 ml
cara pembuatan :
 Timbang 6,3 gram tellurite agar base lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomongenkan
 Panaskan dengan penangas air sambil diaduk sampai larut sempurna
 Sterilkan di autoklaf selama 15 menit dengan suhu 1210C
 Dinginkan hingga suhu 45-500C
 Tambahkan 10 ml darah dan 2 ml kalium tellurite lalu homogenkan
 Tuang kedalam cawan petri secara aseptis. Biarkan hingga dingin
 Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin

11. Manitol Salt Agar (MSA)

28
Media ini mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan
bakteri, namun staphylococcus tidak di hambat pertumbuhannya. Staphylococcus aureus
akan membentuk zona kuning. Sedangak S. epidermis akan membentuk zona merah.
Warna kuning di sebsbkan oleh fermentasi mannitol disertai permukaan asam,
sedangkan warna merahdi sebabkan oleh mennitol yang tidak di frementsikan. Merah
fenol merupakan indicator untuk melihat adanya pembentukan asam.
Komposisi :
 Ekstark sapi 1 gram         Proteose peptone no.3 10 gram
 NaCl 75 gram                 D-Mannitol 75 gram
 Agar 15 gram                   Merah fenol 0,025 gram
 Aquadest 1000 ml         
perhitungan :
MSA yang tersedia sebanyak 60 gram dalam 1 liter
Misalkan MSA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 12 gram MSA dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Tidak pelu disterilkan, langsung dituang kedalam cawan petri secara aseptis.
29
 Biarkan kering dan isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.

12. Media Violet Red Bile Agar

Media Violet Red Bile Agar merupakan media padat berwarna merah yang digunakan
untuk deteksi dan penentuan coliform dalam makanan, air susu, dan bahan sanitasi
lainnya.
Komposisi :
 Pankreas Digest of Gelatin 7,0 gram  Lactose 10,0 gram
 Ragi Extract 3,0 gram  Sodium Chloride 5,0 gram
 Garam empedu #3 1,5 gram  Netral Merah 0,03 gram
 Agar 15,0 gram  Kristal Violet 0,002 gram
Perhitungan :
Media Violet Red Bile Agar yang tersedia sebanyak 41,5 gram dalam 1 liter
Misalkan Media Violet Red Bile Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 8,3 gram Media Violet Red Bile Agar dan masukkan kedalam
Erlenmeyer
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan

30
 Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Dinginkan sampai suhu 400 - 450 C
 Tidak pelu disterilkan, langsung dituang kedalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan kering dan isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.

13. Tryptone Bile Glucoronic Medium (TBX)

Tryptone Bile X - glukuronida ( TBX ) Medium merupakan modifikasi dari Tryptone


Empedu Agar. Tryptone Bile Agar dikembangkan untuk meningkatkan deteksi E. coli
pada makanan. TBX Medium ditingkatkan dengan penambahan agen kromogenik , X-
glukuronida , mendeteksi aktivitas glucuronidase . Kehadiran enzim D-glucuronidase
membedakan E. coli spp . dari coliform lain , dan enzim yang sama digunakan dalam
MUG reaction.
Komposisi :
 Tryptone 20 gram
 Bile Salts 1,5 gram
 X-Glucuronide 0,075 gram
 Agar 15 gram
Perhitungan :

31
TBX yang tersedia sebanyak 36,6 gram dalam 1 liter
Misalkan TBX yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram

Cara pembuatan :
 Timbang TBX 7,32 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

14. KF Streptococccus

32
KF Steptococcus merupakan media selektif Sterptococcus spesies Enterococci. Maltosa
dan dan laktosa di metabolisme sebagian besar enterococci dengan produsi asam dan jadi
meningkatkan pertumbuhan bakteri ini, mikroorganisme yang tidak diinginkan sebagian
besar ditekan sodium acid. Bentuk asam dideteksi oleh bromcresoll ungu dengan
perubahan warna ke warna media menjadi kuning. Enterococci menurunkan TTC
memberi fomazan merah dan jadi terlihat sebagai koloni yang berwarna merah.
Komposisi :
 Enzymatic Digest of Animal Tissue  Sodium Glycerophosphate 10 gram
10 gram  Maltose 20 gram
 1% Triphenlytetrazolium Chloride  Lactose 1 gram
(TTC)  Sodium Azide 0,4 gram
 Yeast Extract 10 gram  Bromcresol Purple 0,015 gram
 Sodium Chloride 5 gram  Agar 20 gram
Perhitungan :
KF streptococcus yang tersedia sebanyak 76,4 gram dalam 1 liter
Misalkan KF streptococcus yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 15,28 gram KF streprococcus, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.

33
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave Kemudian ditambah Triphenil tetrazolium Clorid 1% (1
ml dalam 100 ml larutan = tambahkan 2 ml untuk 200 ml larutan) ketika suhu 50C
 tuang kedalam cawan petri secara aseptis
 Biarkan dingin, isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.

15. Vogel Johnson Agar (VJA)

Vogel-johnson Agar digunakan untuk deteksi dini Staphylococcus aureus,dengan


mengidentifikasi koagulase-positif dan fermentasi manitol strain. Medium yang sangat
baik untuk mendeteksi Staphylococci Staphylococcus pembawa serta studi kepedulian
sanitasi. S. aureus mengurangi tellurite kalium ke tellirium logam dan menghasilkan
pertumbuhan koloni hitam. Fermentasi manitol ini ditunjukkan dengan zona kuning di
sekitar koloni hitam dan mengubah warna merah medium menjadi kuning.
Komposisi :
 Glycine 10 gram  Manitol 10 gram
 Trypton 10 gram  Fosfat Dipotassium 5 gram
 Lithium Klorida 5 gram  Ekstrak Ragi 5 gram
 Fenol Merah 0,025 gram  Agar 15 gram
Perhitungan :
VJA yang tersedia 60 gram dalam 1 liter

34
Misalkan VJA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram

Cara pembuatan :
 Timbang 6 gram VJA, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian diamkan hingga suhu 45-500C.
 Tambahkan 6 ml tellurite Kalium 3,5% dan homogenkan
 Tuang kedalam cawan petri secara aseptis, isolasi dan masukkan kedalam lemari
pendingin.

16. Cetrimide

35
Cetrimide digunakan untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas aerogenosa dari berbagai
Janis bakteri lainya. Cetrimide sebagian besar menhhambat pertumbuhan bakteri yang
mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa dan meminimalkan gangguan terhadap
pertumbuhan Ps. Aerogenosa. Produksi pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada
media ini. Warna pigmen kuning-hijau.
Komposisi :
 Enzymatic Digest of Gelatin 20 gram  Potassium Chloride 10 gram
 Glycerol 10 ml  Cetyltrimethylammonium
 Magnesium Chloride 1,4 gram Bromide 0,3 gram
 Agar 13,6 gram

Perhitungan :
Cetrimide yang tersedia sebanyak 45,3 gram dalam 1 liter
Misalkan cetrimide yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 9,06 gram cetrimide, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas kering dan
diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara aseptis.

36
 Biarkan dingin, isolasi lalu masukkan kedalam lemari pendingin.

17. Pseudomonas Isolation Agar

Media Selektif digunakan untuk isolasi Pseudomonas, bentuk putih transparan dan


menggunakan indikator karbohidrat bebas pepton dengan pH indicator brom
cresol ungu. Karbohidrat spesifik ditambahkan dalam konsentrasi 0,5-1%.
Komposisi :
 Pankreas Digestof Gelatin 20,0 gram  Magnesium Chloride1,4 gram
 Kalium Sulfat 10,0 gram  Irgasan (triklosan) 0.025 gram
 Agar 13,6 gram
Perhitungan :
Pseudomonas Isolation Agar yang tersedia sebanyak 45 gram dalam 1 liter
Misalkan Pseudomonas Isolation Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 9 gram Pseudomonas Isolation Agar dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dalam 200 ml aquadest yang mengandung 4 ml gliserol sambil
dihomogenkan
 Panaskan pada penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna

37
 Turunkan dari penangas air dan sumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas karing
kemudian beri label
 Sterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit
 Keluarkan dari autoklaf dan tuangkan pada cawan petri secara aseptis
 Tunggu hingga dingin lalu isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

18. SIM Medium

Kegunaannya yaitu untuk membedakan golongan kuman enteric berdasarkan produksi


sulfide, indol dan motilitas (gerak kuman).
Komposisi :
 Pepton from cassein 20 gram  Na2S2O3 0,3 gram
 Pepton from meat 6 gram  Agar 3 gram
 NH4 Iron (III) citrat 0,2 gram  Aquadest 1 liter
Perhitungan :
SIMM Medium yang tersedia sebanyak 30 gram dalam 1 lter
Misalkan SIMM Medium yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

38
gram
Cara pembuatan :
 Timbang SIMM Medium sebanyak 6 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan.
 Panaskan di penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing-masing
5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung degan kapas kering lalu masukan kedalam plastik bening,
kemudian ikat sekuat mungkin dan diberi label.
 Sterilkan didalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C.
 Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari pendingin.

19. Simmons Citrat Agar (SCA)

SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat warna brom
thymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah ditumbuhi kuman.
Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang  menggunakan
sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi :
 MgSO4 0,2 gram  Bacto Agar 15 gram
39
 (NH4)3 PO4 1 gram  Bromtimol blue 0.08 gram
 K2HPO4 1 gram  Aquadest 1 liter
 C6H5Na3O7.2H2O 2 gram  NaCl 5 gram
Perhitungan :
SC yang tersedia 22,5 gram dalam 1 liter
Misalkan SC yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram

Cara pembuatan :
 Timbang SC sebanyak 4,5 gram dan masukkan kedalam erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquadest 200 ml dan homogenkan
 Panaskan diatas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing masing
5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukan kedalam pastik bening,
kemudian ikat sekuat mungkin dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C
 Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari pendingin.

20. Tripple Sugar Iron Agar (TSIA)

40
Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa, pemanfaatan gula
laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik. Proses pernapasan yang
menggunakan belerang sebagai penerima elektron terakhir untuk menghasilkan hidrogen
sulfida. Informasi ini berguna dalam identifikasi basil Gram negatif.

Komposisi :
 Bacto ekstrak daging 3 gram  .Bacto dekstrosa 1 gram
 Bacto pepton 15 gram  FeSO4 0,2 gram
 Bacto ekstrak ragi 3 gram  Na2S2O3 0,3 gram
 Preteosa pepton 5 gram  Bacto agar 12 gram
 Bacto laktosa 10 gram  Bacto merah fenol 0,024 gram
 Bacto sukrosa 10 gram  Aquadest 1 liter
Perhitungan :
TSIA yang tersedia 65 gram dalam 1000 ml.
Misalkan TSIA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

41
gram
Cara pembuatan :
 Timbang TSIA 13 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing – masing
5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukkan kedalam plastik bening,
kemudian diikat sekuat mungkin.
 Berilah label pada luar plastik bening dan masukan pada autoclave dan sterilkan
selama 15 menit pada suhu 1210 C.
 Keluarkan dari autoklaf dan miringkan tabung.

21. Lowenstein Jensen

Digunakan untuk menumbuhkan Mycobacterium tuberculos, untuk diagnosis infeksi


mikobakteri, untuk menguji kerentanan antibiotik isolate, dan untuk membedakan
berbagai jenis mycobacterium (morfologi koloni, tingkat pertumbuhan, karakteristik
biokimia dan mikroskop). Koloni M.tuberculosis berwarna krem, permukaannya tidak
rata atau berdungkul-dungkul seperti bunga kubis kering. Koloni mikrobacteria yang
pathogen akan berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang
pertumbuhan M.tuberculosis.
Komposisi :
Komposisi media Lowenstein Jansen dalam 600 ml air mengandung :
42
a) Lowenstein Jensen menengah
 Asparagin 3,60 gram  Kentang tepung 30,00 gram
 Monopotasium fosfat 2,50 gram  Malasit hijau 0,40 gram
 Magnesium sitrat 0,50 gram  Telur (segar, utuh) 1000,00 ml
 Magnesium sulfat 0,24 gram  Gliserol 12,00 gram
b) Lowenstein jensen dengan 5% sodium cloride Sama dengan prosedur no 1 hanya
ditambah dengan 80,0 g sodium chloride
c) Lowenstein jensen dengan micobacterium selective Sama dengan prosedur no 1
hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64g, Lincomicin 3,2mg, dan asam
nalidixic 56,0 mg
d) Lowenstein jensen Gruft modification Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah
dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA

Perhitungan :
Lowenstein Jensen yang tersedia sebanyak 37,4 gram dalam 600 ml
Misalkan Lowenstein Jensen yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 12,4 gram Lowenstein Jensen dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 200 ml aquadest yang berisi 12 ml gliserol. Jangan menambahkan
gliserol jika Tuberkulum basil tipe bovine atau organisme glycerophobic lainnya
untuk dibudidayakan. Homogenkan.
 Panaskan dengan penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Sterilkan pada autoclave pada 121°C selama 15menit.

43
 Keluarkan dari autoklaf dan dinginkan kira-kira suhu 50 ° C.
 Sementara itu, siapkan 1.000 ml seluruh telur dikumpulkan aseptik dan dicampur
secara merata, tanpa ada gelembung udara.
 campurkan media dasar dan telur perlahan sampai campuran merata dan tanpa
gelembung udara.
 Masukkan dalam tabung steril yang sesuai dan tutup tabung.
 Atur tabung dalam posisi miring, biarkan mengental pada suhu 85 ° C selama 45
menit.
 Uji sampel produk jadi untuk kinerja dengan menggunakan stabil dan cultur
kontrol.

simpan pada suhu 2-8⁰C pada tempat gelap. Media tidak boleh digunakan jika ada
kontaminasi, keburukan (menyusut, pecah, atau perubahan warna) dan sudah kadaluarsa.
Biakan M.tuberculosis yang disimpan pada suhu 37⁰C tetap hidup tanpa kehilangan
virulensinya selama 12 tahun, tapi bila terkena matahari secara langsung perbenihan
dalam media akan mati dalam waktu 2-3 jam.

22. Motilitas Indole Ornithine (MIO) Medium

Media Motility Indol Ornithine (MIO) merupakan media yang digunakan untuk
mengetahui adanya pergerakan bakteri, kemampuan menghasilkan indol, serta
kemampuan bakteri bereaksi memecah ornitin. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan
adanya sebaran kabut putih keluar dari tusukan. Untuk bakteri yang tidak motil hanya
ditunjukkan garis putih sepanjang tusukan. Produksi indol ditunjukkan dengan

44
pembentukan cincin warna merah pada bagian atas tabung setelah penambahan reagen
Kovac’s for indol. Untuk reaksi indol negatif tidak terbentuk cincin merah, namun
berwarna kuning. Reaksi bakteri terhadap ornitin ditunjukkan dengan perubahan warna
pada tiga perempat bagian bawah media. Untuk reaksi dekarboksilasi ornitin positif
ditunjukkan dengan warna ungu pada tiga perempat bagian bawahnya, sedangkan reaksi
dekarboksilasi ornitin negatif ditunjukkan dengan warna kuning pada tiga perempat
bagian bawah media.
Komposisi :
 Approximate Formula Per Liter  Dextrose 1,5 gram
Purified Water  L-Omitthine Monohychloride  5,0
 Pancreatic Digest ofcasein 9,5 gram gram
 Pancreatic Digest of Gelatin 10,0  Bromcresol Purple 0,02 gram
gram  Agar 2,0 gram
 Yeaast Extract 3,0 gram
Perhitungan :
MIO Medium yang tersedia sebanyak 31 gram dalam 1 liter
Misalkan MIO Medium yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 6,2 gra, MIO Medium, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi masing – masing
5 ml menggunakan spuit.

45
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukkan kedalam plastik bening,
kemudian diikat sekuat mungkin.
 Berilah label pada luar plastik bening dan masukan pada autoclave dan sterilkan
selama 15 menit pada suhu 1210 C.
 Keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin.
 Media harus disimpan pada suhu 2-80 C.

23. Nutrient Broth

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar adalah
ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan Nutrient
Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Susunan
kimia sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient broth sebagai
medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat
yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan
memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium
NA.
Komposisi :
 Bacto ekstar 3 gram
 Bacto pepton 10 gram
Perhitungan :

46
NB yang tersedia 8 Gram dalam 1 liter
Misalkan NB yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram

Cara pembuatan :
 Timbang 1,6 gram nutrient broth, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu
ikat dengan kuat dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari
pendingin.

24. Methyl Red/ Vogoes Prokauer (MR/VP) Broth

MR - VP Menengah ( Glukosa Phosphate Broth ) direkomendasikan untuk kinerja tes


Metil Merah dan Voges Proskauer dalam diferensiasi dari kelompok coli – aerogenes .
47
Komposisi :
 Pepton from alent 7 gram
 Glukosa 5 gram
 Phosphate buffer 5 gram

Perhitungan :
MR yang tersedia sebanyak 17 gram dalam 1 liter
Misalkan MR yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang MR sebanyak 3,4 gram dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dengan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Panaskan diatas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Turunkan dari penangas air, tuangkan pada tabung reaksi sebanyak 5 ml pada
tiap tabung dengan menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening
dan ikat plastic sekuat mungkin, kemudian beri label.
 Sterilkan pada autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
 Keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin.
 Masukkan dalam lemari pendingin.
48
25. Media gula-gula

Media gula-gula termasuk media identifikasi. Media identifikasi adalah perbenihan yang
digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan beberapa media
bersama-sama. Disebut media gula gula karena terbuat dari beberapa gula seperti:
glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang
ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi
karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media gula-gula
yang berubah menjadi warna kuning, Artinya bakteri ini membentuk asam dari
fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada tabung
durham yang diletakkan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi
berbentuk gas.
Komposisi :
 Pepton 1 gram  Indikator fenol read 1 ml
 NaCl 0,5 gram  Karbohidrat 1 gram
 Aquadest 1 liter
Perhitungan :
a) Glukosa
49
= 1 gram
b) Lactosa

massa = 1 gram
c) Sukrosa

massa = 1 gram
d) Maltosa

massa = 1 gram
e) Manitol

massa = 1 gram

Cara pembuatan :
 Campurkan berbagai macam bahan pembuatan media Gula-gula .
 Dibuat dalam 200 ml aquadest ditambah pepton.
 Untuk pepton, ditimbang 6 gram dalam 100 ml aquadest
 NaCl ditimbang 3 gram dan dicampurkan dalam air pepton
 Fenol red ditimbang 0,2 gram lal digerus, larutkan dalam 100 ml aquadest.
 Untuk glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa dan manitol, dibuat pada plate yang
berbeda dengan cara yang sama. Setelah itu, disterilkan dalam autoclave dan
diisolisis dan disimpan dalam lemari pendingin.

26. Pepton Water

50
Pepton water digunakan untuk membudidaya non pemilih mikroorganisme, uji indol dan
sebagai basal media untuk studi fermentasi karbohidrat.
Komposisi :
 Pepton 10 gram
 Natrium klorida 5 gram
Perhitungan :
Pepton water yang tersedia 15 gram dalam 1 liter
Misalkan pepton water yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 3 pepton water, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu
ikat dengan kuat dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari
pendingin.

51
27. Brain Heart Infusion (BHI) Broth

BHI digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme phatogenik


(bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan untuk menumbuhkan
banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dll.
Komposisi :
 Calf brain infusion 200 gram  Na2HPO4.12H2O   2,5 gram
 Beef heart infusion 250 gram  Dextrose 2 gram
 Proteose peptone atau gelysate 10 gram  Aquadest 1 liter
 NaCl 5 gram
Perhitungan :
BHI yang tersedia 37 gram dalam 1 liter
Misalkan BHI yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
52
Cara pembuatan :
 Timbang 7,4 BHI, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu
ikat dengan kuat dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari
pendingin.

28. Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air,
makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk
Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya.
Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri.
Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme
koliform.
Komposisi :
 peptone 5 gr/L
 ekstrak daging (sapi) 3 gr/L
 laktosa 5 gr/L
perhitungan :

53
Lactose broth yang tersedia sebanyak 13 gram dalam 1 liter
Misalkan lactose broth yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 timbang 2,6 gram lactose broth dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 larutkan dengan 200 ml aquades sambil dihomogenkan
 panaskan dengan penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 turunkan dari penangas air dan tuang larutan sebanyak 5 ml kedalam tabung
reaksi yang berisi tabung durham menggunakan spuit
 tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan tabung kedalam plastik
bening dan ikat plastik dengan kuat lemudian beri label.
 sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 5 menit
 keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin lalu masukkan kedalam kulkas.

29. Salenite Cystein Broth (SCB)

SCB (Salenite Cystein Broth) adalah media pengaya untuk bakteri Salmonella sp. Media
ini mengandung pepton, laktosa, natrium fosfat buffer medium, sodium selenite, dan L-
sistin. Masing-masing bahan memiliki perannya sendiri. Pepton menyediakan asam
54
amino dan nitrogen. Laktosa menyediakan sumber energi, dan natrium fosfat buffer
medium untuk mempertahankan pH. Sodium Selenite menghambat bakteri gram positif
dan menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang paling lain selain Salmonella. L-
sistin didirikan untuk meningkatkan pemulihan Salmonella. Selenite cystine Broth
digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran,
makanan, air dan bahan lainnya.
Komposisi :
 Pankreas Intisari dari Kasein 5,0 gram
 Laktosa 4,0 gram
 Natrium Fosfat 10,0 gram
 Sodium Selenite 4,0 gram
 L-sistin 0,01 gram
Perhitungan :
SCB yang tersedia 23 Gram dalam 1 liter
Misalkan SCB yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

gram
Cara pembuatan :
 Timbang 4,6 SCB, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna (jangan
sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam plastic bening, lalu
ikat dengan kuat dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15 menit.
 keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam lemari
pendingin.
55
2.2. HEMATOLOGI
1. Alkohol 70% dalam 100 ml Aquadest

Digunakan sebagai disinfektan sampling darah.


Komposisi       :
 Alkohol 96 % 73 ml
 Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan       :
 Pipet Alkohol 96% sebanyak 73 ml.
 Masukkan ke dalam beaker glass.
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket/label.

2. Larutan EDTA 10 %

56
EDTA 10% digunakan sebagai antikoagulan untuk mencegah koagulasi sel darah.
Reagen ini digunakan pada hampir semua pemeriksaan yang bersangkutan dengan darah
vena.
Komposisi :
 EDTA 10 gram
 Aquadest 100 ml
Cara kerja     :
 Timbang 10 gr EDTA (titriplex III), masukan kedalam gelas kimia.
 Larutkan dengan Aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

3. Natrium Sitrat 3,8% dalam 100 ml

Digunakan sebagai antikoagulan dalam pemeriksaan LED, BSE, dan Haemostasis.


Komposisi       :
 Natrium Sitrat 3,8 gram
 Aquadest add 100 ml
57
Cara Pembuatan:
 Timbang Natrium sitrat 3,8 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

4. NaCl 0,85-0,9%

Digunakan dalam pemeriksaan DTO (Daya Tahan Osmotik), Haemostasis, dan juga
sebagai antikoagulan.
Komposisi       :
 NaCl 0,9 gram
 Aquadest 100 ml
cara pembuatan :
 Timbang NaCl 0,9 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

5. Larutan HCl 0,1 N   

58
HCl 0,1 N digunakan dalam pemeriksaan hemoglobin dengan metode sahli. Larutan ini
mengubah darah menjadi hematin asam. Perubahan darah menjadi hematin membuat
perubahan warna larutan sehingga dapat dibandingkan dengan warna standar.

Komposisi :
 HCl 37% 0,83 ml
 Aquadest 100 ml
Cara Kerja     :
 Ukur 100 ml akuadest, masukan kedalam gelas kimia.
 Pipet (jangan di hisap!) 0,83 ml HCl pekat (12 N) campur kedalam aquadest tadi
lalu homogenkan (kerjakan diruang asam)
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

6. CuSO4 BJ 1053

Digunakan pada pemeriksaan Hb metode BJ. Larutan CuSO 4 memungkinkan


ditentukannya kadar Hb seseorang berdasarkan berat jenisnya.
Komposisi :

59
 CuSO4 7,95 gram
 Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
 Timbang CuSO4 sebanyak 7,95 gram
 Larutkan ke dalam 50 ml aquadest didalam labu ukur
 Untuk membuat larutan menjadi BJ = 1053 maka larutan tadi diambil sebanyak
26 ml.
 Masukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan aquadest hingga 50 ml dan
homogenkan.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.
7. Larutan Hayem

Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk menghitung sel eritosit.
Larutan ini selain untuk pengenceran, digunakan juga untuk melisiskan sel leukosit dan
trombosit sehingga hanya sel eritrosit yang terlihat saat pengamatan.
Komposisi :
 1 gr NaCl
 0,5 gr HgCl2
 5 gr Na2SO4
 200 ml aquadest
Cara Kerja :
 Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia.
 Tambahkan 200 ml aquadest sambil dihomogenkan.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

60
8. Larutan Gower
Digunakan sebagai pengencer dan untuk melisiskan sel selain sel eritrosit pada hitung
jumlah sel eritrosit.
Komposisi       : 
 Na2SO4 0,25 gram
 CH3COOH 16,65 ml
 Aquadest 100 ml

Cara pembuatan :
 Timbang Na2SO4 sebanyak 0,25 gram dan masukkan kedalam beaker glass
 larutkan dalam sedikit aquadest. 
 Pipet CH3COOH sebanyak 16,65 ml kemudian masukkan ke dalam beaker glass
yang   berisi Na2SO4 tadi.
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

9. Larutan Turk

Larutan turk merupakan larutan yang digunakan untuk menghitung sel leukosit secara
absolute (manual). Isi larutan turk adalah asam asetat 2% ditambah gentian violet 1%
sehingga warnanya ungu muda. Pemberian gentian violet bertujuan untuk memberikan
warna pada sel leukosit. Larutan turk bersifat melisiskan sel eritrosit dann leukosit
sehingga hanya tampak sel leukosit pada saat perhitungan sel.
Komposisi :

61
 0,5 ml Asam asetat (asam cuka) glasial
 1 ml kristal violet 1 %
 100 ml Aquadest
Cara kerja :
 Buat larutan kristal violet 1% (1 gr Kristal violet dilarutkan dalam 100 ml 
aquadest).
 Ke dalam 100 ml aquadest dalam gelas kimia, tambahkan dengan pipet 0,5 ml
asam asetat glasial dan 1 ml larutan kristal violet. Homogenkan.
 Masukkan kedalam botol geagen dan beri label.
10. Larutan Amonium Oxalat 1%

Digunakan sebagai pengencer dan untuk melisiskan sel selain sel trombosit pada hitung
jumlah sel trombosit.
Komposisi       :
 Amonium Oxalat 1 gram
 Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
 Timbang amonium oxalat sebanyak 1 gram dan masukkan semua bahan ke
dalam beaker glass
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

11. Larutan Rees Ecker

62
Larutan rees ecker digunakan untuk pengenceran dalam hitung jumlah trombosit.
Larutan ini melisiskan sel leukosit sehingga saat pengamatan sel yang dilihat adalah sel
trombosit dan eritrosit. Penggunaan BCB dalam larutan ini memberikan warna pada
trombosit sehingga sel trombosit dapat terlihat jelas dan dapat dibedakan dari kotoran.
Komposisi :
 3,8 gr Natrium sitrat
 0,1 gr BCB
 0,2 ml Formalin
 100 ml aquadest
Cara kerja     :
 Timbang Natrium sitrat dan BCB, masukan kedalam gelas kimia.
 Masukan 100 ml aquadest sedikit-sedikit sambil dihomogenkan.
 Dengan pipet ukur masukan 0,2 ml Formalin.
 Aduk rata, saring dan masukkan kedalam botol reagen lalu diberi label.

12. Larutan Von Dungern


Digunakan dalam pemeriksaan hitung jumlah sel eosinofil. Larutan ini akan mewarnai
granula eosinofil.
Komposisi :
 Eosin 2 % 80 ml
 Aseton 5 ml
 Aquadest 100 ml
Cara kerja :
 Timbang 2 gram eosin dan larutkan dengan 100 ml aquadest
63
 Masukkan larutan eosin tadi sebanyak 80 ml kedalam beaker glass dan
tambahkan aseton sebanyak 5 ml.
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

13. Larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB)

Digunakan sebagai larutan pengencer untuk hitung jumlah retikulosit. Selain untuk
pengenceran, larutan ini juga memberikan warna biru pada ribosom, sehingga saat
diamati ribosom akan tampak seperti endapan granula atau filament berwarna biru.
Komposisi :
 BCB 1 gram
 Natrium sitrat 0,6 gram
 Natrium klorida 0,72 gram
 Aquades 100 ml
Cara Kerja :
 Timbang semua bahan dan masukkan kedalam beaker glass
 Larutkan dengan 100 ml aquades sambil dihomogenkan
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label

64
14. Larutan Giemsa

Pewarnaan Giemsa adalah pulasan yang terdiri dari eosin, metilin azur dan metilen blue
berguna untuk mewarnai sel darah dan melakukan fiksasi sendiri dengan metil alkohol.
Kualitas Giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan hapusan darah. Kualitas
Giemsa dikatakan baik apabila Giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik apabila
Giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari.
Komposisi :
 1 gr Giemsa stain
 65 ml methanol
 40 ml gliserol
Cara Kerja     :
 Timbang 1 gram giemsa stain, masukkan kedalam gelas kimia.
 Larutkan dalam methanol sedikit demi sedikit.
 Tambahkan 40 ml glycerol dan homogenkan kurang lebih 1-2 hari.
 Saring larutan sebelum digunakan.
 Jika akan melakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan giemsa, maka
larutan terlebih dahulu harus di ercerkan dengan larutan buffer dengan
perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml buffer)
 Dapat pula dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest dengan
perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml aquadest)

65
15. Larutan Buffer (pH 6,4)

Larutan Buffer (pH 6,4) digunakan sebagai larutan pengencer saat hitung jenis leukosit
metode giemsa dan wright..
Komposisi :
 6,63 gr KH2PO4 (Kalium dihidrogen sulfat)
 2,56 gr Na2HPO4 (dinatrium hirogen fosfat)
 1000 ml aquadest
Cara Kerja     :
 Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
 Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

66
2.3 PARASITOLOGI
1. Larutan Garam Fisiologis

Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak kegunaan
dalam bidang medis dan laboratorium. Dalam pemeriksaan parasit, garam fisiologis
digunakan untuk pemeriksaan parasit usus metode langsung dan metode ritchie
.Umumnya larutan garam fisiologi memiliki kisaran konsentrasi 0.9% (b/v) NaCl.
Komposisi :
1) NaCl : 0,9 gram
2) Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang NaCl 0,9 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

2. Larutan Eosin 2%
67
Larutan Eosin merupakan cairan berwarna merah yang berfungsi untuk pemeriksaan
bentuk kista dan vegetatif protozoa. Larutan eosin biasanya digunakan dalam identifikasi
parasit usus metode langsung.
Komposisi :
1) Eosin : 2 gram
2) Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang Eosin 2 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

3. Larutan Lugol

Cara ini digunakan untuk pemeriksaan protozoa bentuk tropozoit maupun sista. Dengan
cara ini dapat terlihat jelas susunan inti, butir-butir kromatin, karsinoma dan vakuola
glikogen yang terlihat berwarna kuning coklat. Bentuk tropozoit dalam larutan ini akan
segera mati dan bentuknya membulat, sehingga antara bentuk tropozoit dan bentuk sista

68
kadang-kadang sukar dibendakan. Pada pemeriksaan ini bahan, alat dan cara kerja sama
dengan pada pemeriksaan dengan garam fisiologis.
Komposisi :
1) Iodium : 5 gram
2) Kalium iodium : 10 gram
3) Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang Iodium sebanyak 1 gram dan Kalium Iodium 2 gram dan masukkan ke
dalam beaker glass
 Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil diaduk.
 Saring larutan dan masukkan kedalam botol reagen lalu beri etiket.

4. Larutan ZnSO4 33%

Digunakan dalam pemeriksaan nematode usus metode floatasi (pengapungan)


Komposisi :
1) ZnSO4 : 331 gram
2) Aquadest : 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang 331 gram ZnSO4 dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri label.

5. Larutan Formalin

69
Larutan formalin merupakan bahan yang digunakan untuk pengawetan telur cacing.
Komposisi :
1) Formalin : 37%
2) Aquadest : 100 ml
Perhitungan :
Dik :
C1 = 10%
V1 = 100 ml
C2 = 37%
Dit : V2 = ……?
Jawab :
C1 x V 1 = C2 x V2
10% x 100 ml = 37% x V2
37 x V2 = 1000
V2 = 27,02 ml
Cara Pembuatan :
 Ambil sebanyak 27,02 ml formalin 37% yang belum diencerkan, kemudian
masukkan ke dalam beaker glass.
 Tambahkan aquadest sampai 100 ml ke dalam beaker glass yang berisi
formalin tadi. Lalu homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
 Setelah homogen, masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

6. Larutan Giemsa

70
Pewarnaan Giemsa adalah pulasan yang terdiri dari eosin, metilin azur dan metilen blue
berguna untuk mewarnai sel darah dan melakukan fiksasi sendiri dengan metil alkohol.
Dalam praktikum parasitologi larutan giemsa digunakan untuk identifikasi malaria dan
mikrofilaria. Kualitas Giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan hapusan
darah. Kualitas Giemsa dikatakan baik apabila Giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang
baik apabila Giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari.
Komposisi :
 1 gr Giemsa stain
 65 ml methanol
 40 ml gliserol
Cara Kerja     :
 Timbang 1 gram giemsa stain, masukkan kedalam gelas kimia.
 Larutkan dalam methanol sedikit demi sedikit.
 Tambahkan 40 ml glycerol dan homogenkan kurang lebih 1-2 hari.
 Saring larutan sebelum digunakan.
 Jika akan melakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan giemsa, maka
larutan terlebih dahulu harus di ercerkan dengan larutan buffer dengan
perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml buffer)
 Dapat pula dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest dengan
perbandingan 1 : 9 (1 ml giemsa : 9 ml aquadest)

7. Larutan Buffer (pH 6,4)

71
Larutan Buffer (pH 6,4) digunakan sebagai larutan pengencer saat identifikasi malaria
dan microfilaria dengan menggunakan giemsa.
Komposisi :
 6,63 gr KH2PO4 (Kalium dihidrogen sulfat)
 2,56 gr Na2HPO4 (dinatrium hirogen fosfat)
 1000 ml aquadest
Cara Kerja     :
 Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
 Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

8. Larutan MgSO4 Pekat

Larutan ini biasa digunakan dalam identifikasi helmint dan protozoa metode faust.
Komposisi :
1) MgSO4 : 185 gram
2) NaCl : 290 gram
3) Aquadest : 100 ml
Cara Kerja     :

72
 Timbang masing-masing zat, masukan kedalam gelas kimia
 Larutkan dengan aquadest sedikit-sedikit sampai larut.
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

9. Larutan Malachite Green

Larutan malachite green digunakan untuk identifikasi parasit usus dengan metode kato-
katz.
Komposisi :
 5 gram Malachite Green Oxalate
 100 ml aquadest
Cara kerja :
 Timbang 5 gram malachite green oxalate dan masukkan kedalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 100 ml aquades sambil dihomogenkan
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

2.4. KIMIA KLINIK


1. Larutan Benedict Kualitatif
73
Fungsi : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
 CuSO4.5H2O 1,73 gram
 Natrium Sitrat 17,3 gram
 Natrium Karbonat 10 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang semua bahan dan masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
 Larutkan dengan 100 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Masukkan ke dalam waterbath yang sudah dipanaskan
 Aduk hingga larutan tersebut panas
 Dinginkan dan masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket

2. Larutan Benedict Kuantitatif

74
Fungsi : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
 CuSO4.5H2O 1,8 gram  K(CN)5  12,5 gram
 Natrium Sitrat 20 gram  K4Fe(CN)6 5% 5 ml
 Natrium Karbonat 10 gram  Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang semua bahan dan masukkan ke dalam beaker glass
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Tambahkan larutan K4Fe(CN)6 5% sebanyak 5 ml
 Homogenkan larutan tersebut, kemudian panaskan larutan tersebut pada waterbath
 Dinginkan, lalu masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

3. Larutan Fehling A

75
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
 CuSO4. 5H2O 3,5 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan        :
 Timbang CuSO4.5H2O sebanyak 3,5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

4. Fehling B

Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.


Komposisi :
 Kalium Natrium Tartrat 17,3 gram
 NaOH 6 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan        :

76
 Timbang kalium Natrium Tartrat sebanyak 17,3 gram dan NaOH sebanyak 6 gram
dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

5. Larutan Standart Glukosa 0,5 %

Fungsinya : Untuk pemeriksaan glukose urine


Komposisi :
 Glukose 0,5 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang Glukosa 0,5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

6. Larutan Natrium Nitrofusid 5%

77
Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.
Komposisi :
 Natrium Nitrofusid 5% 5 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan  :
 Timbang Natrium Nitrofusid 5 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest sampai 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

7. Larutan Amoniak 10%

Fungsinya : Untuk pemeriksaan zat aseton urine.


Komposisi :
 Amoniak 80 ml
 Aquadest 100 ml

Perhitungan          :

78
Dik:  C1   : 25%
         V2   : 200 ml
         C2   : 10%
Dit :  V2   :……?
Jwb : 
C1  x V1            =   C2  x V2
25% x V1         =   10% x 200 ml
25 x V2              =   2000
V2                        =   80 ml
Cara Pembuatan :
 Pipet Amoniak 25% sebanyak 80 ml dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Tambahkan dengan aquadest sampai 200 ml lalu homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

8. Larutan Jenuh Amonium Sulfat

Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.


Komposisi :
 Amonium Sulfat berlebih
 Aquadest 100 ml

Cara Pembuatan  :
 Masukkan aquadest sebanyak 100 ml ke dalam beaker glass.
79
 Tambahkan amonium sulfat menggunakan sendok stainless ke dalam beaker
glass, lalu homogenkan.
 Tambahkan terus amonium sulfat hingga larutan menjadi jenuh sambil diaduk
rata.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

9. Larutan Asam Acetat

Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein dalam urine.


Komposisi :
 Asam Acetat 6 ml
 Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik:  C1   : 6%
         V1   : 100 ml
         C2   : 100%
Dit :  V2   :……?
Jwb : 
C1 x V1          =   C2 x V2
6% x 100 ml       =   100% x V2
V2                =   6 ml

Cara Pembuatan :
 Ambil asam acetat sebanyak 6 ml, masukkan kedalam labu ukur melalui corong
gelas.
80
 Tambahkan dengan aquadest sampai 100 ml, lalu kocok perlahan hingga
homogen.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

10. Larutan Esbach


Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein.
Komposisi :
 Asam Pikrat 2,5 gram
 Asam Sitrat 5 gram
 Aquadest 250 ml
Cara Pembuatan        :
 Timbang Asam Pikrat sebanyak 2,5 gram dan Asam Sitrat sebanyak 5 gram dan
masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 250 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

11. Larutan Lugol

Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.


Komposisi :
 Iodium 1 gram
 Kalium Iodium 2 gram
 Aquadest 300 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang iodium sebanyak 1 gram dan kalium iodium sebanyak 2 gram dan
masukkan ke dalam beaker glass.

81
 Larutkan dengan aquadest sampai 300 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
12. Larutan Schlesinger

Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.


Komposisi : 
 Zinc Acetat 10 gram
 Alkohol 96 % 100 ml
Cara Pembuatan        :
 Timbang Zinc Acetat 10 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan alkohol sampai 100 ml dan homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

13. Larutan Erlich


Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
 Paradimetil amino benzildehida 0,2 gram
 HCl 38 % 5 ml
 Aquadest 100 ml

Cara Pembuatan        :
 Timbang paradimetil amino benzildehida 0,2 gram dan masukkan ke dalam
beaker glass.
 Pipet HCl 38 % sebanyak 5 ml, masukkan ke dalam beaker glass tadi.
82
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

14. Larutan BaCl 10 %

Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.


Komposisi : 
 BaCl2 10 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan  :
 Timbang BaCl2 10 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

15. Larutan Foucei


Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.
Komposisi :
 Asam Trichloro Acetat 25 gram
 FeCl3 10 % 10 ml
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan  :
 Pipet FeCl3 10 % sebanyak 10 ml ke dalam beaker glass
 Tambahkan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan.
 Timbang asam trichloro acetat sebanyak 25 gram, lalu masukkan ke dalam
larutan FeCl3 10% tadi dan homogenkan.
83
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

16. Larutan Sulcowich


Fungsinya : Untuk pemeriksaan kalsium urine.
Komposisi :
 Asam Laktat 2,5 gram
 Amonium Oxalat 2,5 gram
 Asam Acetat Glasial 5 ml
 Aquadest 150 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang  Asam Laktat 2,5 gram dan Amonium Oxalat 2,5 gram
 Ambil asam acetat glasial 5 ml masukkan ke dalam beaker glass
 Tambahkan asam oxalat dan amonium oxalat kemudian aduk dengan batang
pengaduk.
 tambahkan dengan aquadest sampai 150 ml lalu homogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

17. Larutan Asam Sulfosalisil 20%


Fungsi : Untuk pemeriksaan protein urine.
Komposisi :
 Asam Sulfosalisil 20 gram
 Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
 Timbang Asam Sulfosalisil 20 gram dan masukkan ke dalam beaker glass.
 Larutkan dengan aquadest 100 ml danbil dihomogenkan.
 Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

18. Larutan Luff Schrool


Fungsi : untuk analisa kadar gula reduksi
Komposisi :
84
 CuSO4 25 gr
 Na2CO3 125 gr
 CH3COOH 50 gr
 Aquadest 1000 ml
Cara membuat :
 Bagi semua bahan menjadi 2, larutan A dan larutan B
 Masukkan CH3COOH ke dalam beaker glass yang berisi aquadest sebanyak 50
ml secara perlahan-lahan
 Larutan A : masukkan CuSO4 sebanyak 25 gram ke dalam beaker glass, lalu
tambahkan aquadest sebanyak 25 ml
 Larutan B : panaskan aquadest 400 ml, setelah panas masukkan Na 2CO3
sebanyak 125 gram ke dalam beaker glass, lalu aduk hingga homogen
 Campurkan larutan CH3COOH dan larutan CuSO4 ke dalam larutan Na2CO3
secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga homogen
 Masukkan larutan kedalam botol reagen dan tambahkan aquadest hingga 1000
ml sambil dihomogenkan.

19. Reagen GOT


reagen ini terbagi benjadi 2 dan digunakan dalam pemeriksaan GOT
1) Reagen 1 (enzyme reagent)
Terdiri dari :
 Tris pH = 7,8
 L-Aspartat
 MDH
 LDH

85
2) Reagen 2 (starting reagent)
Terdiri dari :
 2-oxoglutarat
 Piridoxal– 5-phosphate pH = 9,6
 Good’s buffer

20. Reagen GPT


Reagen ini terbagi benjadi 2 dan digunakan dalam pemeriksaan GPT
1) Reagen 1 (enzyme reagent)
Terdiri dari :
 Tris buffer (pH = 7,5) 100 mmol/L
 L-Alanin 500 mmol/L
 LDH ≥ 1.200 unit/L
2) Reagen 2 (starting reagent)
Terdiri dari :
 2-oxoglutarate 15 mmol/L
 NAD 0,18 mmol/L
 NaCl 0,9 %

21. Larutan NaCl 0,9%

86
Digunakan dalam pemeriksaan gamma GT dan dalam pemeriksaan protein fase akut

Komposisi :

 NaCl 0,9 gram


 Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :

 Timbang 0,9 gram NaCl, masukkan kedalam beaker glass


 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
 Masukkan kedalam boto; reagen dan beri etiket

22. Pereaksi biuret

Digunakan dalam pemeriksaan Gamma GT dan protein total


Komposisi :
 CuSO4.5H2O 8,5 gr
 KI 3,6 gr
 Na-sitrat 81 gr
 NaOH 80 gr
 Aquades 1 liter
Cara pembuatan :
 Reagen A: Larutkan 8,5 gram CuSO4.5H2O (terusi) ke dalam akuades 30
mL. Kocok sampai rata. Encerkan dengan akuades sampai 50 mL.
 Reagen B: Larutkan 3,6 gram KI (kalium iodida) ke dalam akuades 30
mL. Kocok sampai rata. Encerkan dengan akuades sampai 50 mL.

87
 Reagen C: Larutkan 81 gram C3H4OH(COOH)2COONa (Na-sitrat), 50
gram Na2CO3 dan 80 gram NaOH ke dalam akuades 600 mL. Kocok
sampai rata. 
 Langkah terakhir, tambahkan Reagen C dengan Reagen
A. Kocok sampai larut. Lalu setelah Reagen A dan Reagen C larut
sempurna tambahkan Reagen B. Kocok kembali. Terakhir encerkan
larutan tersebut sampai 1000 mL.

23. Pereaksi gamma-globulin


Digunakan dalam pemeriksaan Gamma GT
komposisi :
 Ammonium sulfat 1,8 gr
 NaCl 2,93 gr
 Aquades 100 ml
Cara Kerja :
 Timbang ammonium sulfat dan NaCl dan masukkan kedalam beaker glass
 Larutkan dengan 100 ml aquadest
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket.

24. NaOH 0,1 N

88
Digunakan untuk pemeriksaan Fesfatase Alkali.
Komposisi :
 NaOH 0,4 gram
 Aquadest 100 ml
Perhitungan :

Cara pembuatan :
 Timbang 0,4 gram NaOH dan masukkan kedalam beaker glass
 Larutkan dengan aquadest 100 ml sambil dihomogenkan
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket

25. Larutan Standar P-Nitrophenol Phosphate 0,02 M


Digunakan untuk pemeriksaan Fesfatase Alkali
Komposisi :
 p-nitrophenol 0,278 gram
 buffer fosfat pH 7,4 100 ml

Cara pembuatan :

89
 Timbang 0,278 gram p-nitrophenol dan masukkan kedalam beaker glass
 Tambahkan buffer fosfat 100 ml dan homogenkan
 Panaskan larutan sambil diaduk hingga larut
 Masukkan kedalam labu takar dan beri label.

26. Larutan natrium karbonat 14 %

Digunakan untuk pemeriksaan asam urat


Komposisi :
 Na2CO3 14 gram
 Aquadest 100 ml
Cara pembuatan :
 Timbang 14 gram natrium karbonat dan masukkan kedalam beaker glass
 Tambahkan 100 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Masukkan kedalam botol reagen dan beri label

BAB IV
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang
digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari laboratorium. Zat atau bahan-

90
bahan yang dipakai tersebut kebanyakan megandung bahaya. Oleh karena itu perlu untuk
mengetahui bahan-bahan kimia yang ada didalam laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan
tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus menghitung
dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan. Kemudian harus bisa menggunakan
neraca analitik sebaik dan seefisien mungkin. Neraca analitik memiliki tingkat ketelitian
yang sangat tinggi, karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
Menggunakan neraca analitikpun harus selalu melakukan pemerikasaan pendahuluan
sebelum mulai menimbang. Setelah menimbang zat, seorang praktikan harus tahu bagaimana
cara melarutkan atau mengencerkan suatu zat. Biasanya digunakan aquades sebagai pelarut,
namun ada beberapa zat tertentu yang tidak dapat dilarutkan dengan aquades sehingga harus
dilarutkan menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembangbiak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu
yang lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di  dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan
untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

Bahan dasar pembuatan media yaitu :


 Air (H2O) sebagai pelarut
 Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi
oleh   mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
 Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino
yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang
mampu menguraikannya dibanding agar.
91
 Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai
pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotrof obligat.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Jakarta : Bumi Aksara

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi Klinik FK-UGM,
Yogyakarta, 1995.

R. Gandasoebrata,Penuntun Laboratorium Klinik , Dian Rakyat, Bandung,1992.

The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use  and  Interpretation of 
Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia,1990

Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan
klinik. Jakarta : Gramedia

Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium.
Jakarta : Rineka Cipta

Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

92

Anda mungkin juga menyukai