Oleh:
KELOMPOK IV
FAKULTAS FARMASI
PADANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
pasien dan staf pendukung, semuanya dihadapkan kepada resiko infeksi. Infeksi yang
terdapat di rumah sakit atau yang disebut dengan istilah infeksi nosokomial
merupakan fokus penting di semua negara. Namun di negara berkembang infeksi ini
merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka
biasanya datang dari tubuh pasien sendiri (flora endogen), kontak dengan staf
(flora eksogen). Di negara berkembang, infeksi ini jauh lebih tinggi, karena
terbatas yang tidak tepat dan rumah sakit yang penuh sesak (Tietjen 2004).
untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah
satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infection (HAIs). Oleh sebab itu maka
mulai dari tingkat pelaksana, manager unit kerja dan pimpinan rumah sakit agar
pasien, keluarga pasien, masyarakat yang berkunjung maupun petugas rumah sakit
tidak terkena infeksi . Secara terstruktur dalam upaya pencegahan dan pengendalian
adalah unit layanan yang sangat strategis dalam upaya pencegahan infeksi, tempat
melalui proses yang ketat sampai menjadi produk steril. Setiap proses sterilisasi
berjalan selalu dilengkapi dengan indikator kimia, biologi, dan fisika. Diharapkan
dengan control yang ketat, produk yang dihasilkan akan terjamin kualitas
sterilitasnya, yang pada akhirnya dapat menekan angka kejadian infeksi di rumah
sakit sehingga pasien aman dari resiko terjadinya infeksi Nosokomial atau Infeksi
HAIs.
1.2 Tujuan
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan, guna menekan
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril untuk
sakit, struktur organisasi dan proses sterilisasinya. Tugas utama Pusat Sterilisasi
adalah :
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta
bermutu.
pasien.
sterilisasi.
Alur aktivitas fungsional pusat sterilisasi secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
peralatan
2. Pembersihan : semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secar baik sebelum
maksimumnya.
5. Memberi label : setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari
6. Pembuatan : membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian
akan disterilkan
terlatih
kebutuhan rumah sakit. Instalasi Pusat Sterilisasi dipimpin oleh seorang kepala yang
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit. Kepala Instalasi Pusat
yang dilaksanakan oleh pegawai pada instalasi yang bersangkutan dalam jabatan
fungsional. Instalasi pusat sterilisasi dalam tugas pokok sehari-hari membantu unit-
unit lain yang menggunakan instrumen, linen dan bahan lain yang membutuhkan
kondisi steril. Mengingat peran rumah sakit dan jenis kegiatan serta volume pekerjaan
pada instalasi pusat sterilisasi demikian besar, maka hendaknya rumah sakit
rumah sakit sesuai kebutuhan serta dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan
Diklat
Penanggung Jawab
Administrasi
2.4.1 Bangunan
dari Instalasi Bedah Sentral, ICU, Ruang Isolasi, Laboratorium dan Instalasi
Pencucian Linen dan terpisah dari sirkulasi pasien. Untuk rumah sakit yang
berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan
ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi
silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruangan disesuaikan
a. Ruang dekontaminasi.
d. Ruang sterilisasi.
Instalasi pusat sterilisasi harus di lindungi dengan alat pelindung diri seperti
apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap
gogle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan
terjadinya percikan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan
tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruangan dekontaminasi
dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker.
Alat pelindung yang dipakai ulang harus di laundry setelah setiap pemakaian.
dengan :
a. Laundry
b. Instalasi pemeliharaan sarana
c. Instalasi farmasi
d. Sanitasi
e. Perlengkapan/logistik
a. Linen
b. Instrumen
2. Pencucian
b. Instrumen
c. Sarung tangan
a. Linen
b. Instrumen
c. Sarung tangan
4. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. Sarung tangan
1. Dekontaminasi
Merupakan proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda benda yang
Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus
b. Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat
pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan rumah sakit yang mengacu
c. Mencuci / Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum
1) Dibongkar jika di rakit lebih dari satu komponen dan dibuka semua
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap atau pun Etilen Oksida, karena baik
uap atau pun Etilen Oksida tidak dapat meresap dan membunuh mikroorganisme.
Jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu. Alat-alat ini tidak
boleh diproses dalam load yang sama seperti yanga akan masuk ke terminal
sterilisasi. Aerasi yang baik dari alat-alat yang didekontaminasi dengan Etilen
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat
dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada,
pada umumnya, protein lebih mudah dihilangkan dengan deterjen yang bersifat
basa. Garam mineral lebih mudah dihilangkan dengan deterjen asam. Pemilihan
bahan pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan
jika tidak, kerusakan pada alat yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.
garam mineral pada air. Jika kandungan kadar garam mineral sedikit, gunakan
sedikit deterjen, dan gunakan lebih banyak deterjen jika kandungan garam
kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan
permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses disinfeksi dan sterilisasi.
Mencuci dapat dilakukan secara manual atau mekanik atau kombinasi keduanya.
Karemamya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta keamanan
1) Dibongkar, jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua sambungan harus
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20ᵒC - 40ᵒC selama 20 menit dan
atau dalam produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat – zat protein
lainya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu
menghilangkan protein.
3) Dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang mengalir untuk
Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci
tenggelam/terendam.
2) Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat tengggelam/terendam.
3) Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat-alat dengan
lumen atau lubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan sikat dengan diameter
yang tepat. Ingat bahwa sikat ini harus di disinfeksi atau disterilkan setiap hari.
4) Dibilas dengan air keras yang mengalir dengan suhu 40ᵒC- 55ᵒC, untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deonisasi atau air
suling.
dan lebih aman bagi pekerja. Mesin cuci dapat dipilih sesuai kebutuhan :
dan instrumen.
rekomendasi produsen.
j. Disinfeksi kimia
Memilih zat disinfeksi harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan level
dalam sel mikroba dan mendeaktivasi sel-sel patogen. Karenanya sangat sulit atau
bahkan tidak mungkin untuk menghancurkan mikroorganisme pada alat yang belum
dibersihkan.
k. Pasteurisasi
2) Tidak beracun.
3) Ramah lingkungan.
l. Memilih Disinfektan
menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif bukan spora (tubercule bacili), jamur,
lipophilic. Jika digunakan dalam waktu yang lebih lama, disinfektan tingkat tinggi
dapat menghancurkan semua spora bakteri dan dapat dianggap sebagai sterilan.
Karenanya memilih disinfektan harus berdasarkan aktivitas germicidalnya yang
sifat noda adalah asam maka bahan kimia untuk penghilang noda bersifat basa hal
tersebut digunakan sistem ikatan atom dimana asam dan basa seimbang menjadi
netral yang dianggap bersih karena noda terangkat sehingga linen menjadi bersih.
Namun apakah noda hanya asam saja? ternyata tidak masih ada warna/zat pewarna,
lemak/minyak, protein, debu dll. Untuk mengatasi noda-noda tersebut maka dibuat
1) Detergen
Penghilang noda asam sehingga bersifat basa, dengan pH antara 11-12 bekerja
dengan sistem ikatan atom antara asam dan basa sehingga noda akan terangkat dan
larut dalam proses pencucian, pemakaian suhu air saat proses pencucian akan
memaksimalkan proses yang berlangsung dengan rata-rata suhu air antara 60-80 oC,
rata-rata detergen bekerja selama 10-15 menit saat proses pencucian dengan jumlah
dan takaran tertentu. Detergen yang digunakan pada proses pencucian secara umum
(yang dijual dipasaran umum) sistem bekerjanya sama hanya pada detergen laundry
akan lebih kuat maka digunakan sarung tangan untuk mencegah iritasi pada tangan
pekerja.
menjadi :
alkali. Detergen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila
dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama
dari detergen anionik adalah : Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat, Alkil aril
b) Detergen kationik
berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya
c) Detergen nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam
d) Detergen Amfoterik
Detergen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen
ini dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada
tangga. Kelompok utama dari detergen ini adalah : Natrium lauril sarkosilat
fenoletoksilat.
rumah tangga.
klorida
2) Alkalin
Alkalin bekerja memaksa noda untuk keluar dari serat kain sehingga alkalin
akan memberikan keuntungan besar saat proses pencucian, karena alkalin akan
membantu kerja dari detergen secara maksimal, mempunyai pH antara 12-13 daya
kerja alkalin adalah memberikan tegangan pada permukaan kain sehingga akan
menambah kekuatan pada daya gesekan saat proses pencucian sehingga noda cepat
hilang. Sifat jelek alkalin adalah membuat linen menjadi cepat rusak (bladus/serat
kain akan putus dan terangkat ke permukaan kain) bahkan dengan pemakaian yang
terus menerus dalam jumlah besar akan membuat linen menjadi cepat rusak/sobek.
Campuran antara alkalin dan detergen akan dapat menghilangkan noda darah secara
cepat. Kandungan alkalin tinggi biasanya terdapat pada produk sabun colek, sabun
batangan dan beberapa produk sabun mandi (sering menimbulkan iritasi atau kulit
menjadi kering).
3) Emulsi
emulsi pada proses pencucian maka akan timbul busa lebih banyak dibandingkan
tanpa emulsi, sifat busa atau foam adalah mengankat minyak/lemak pada noda yang
ada di linen sehingga emulsi akan membantu detergen dalam mengangkat noda
lemak/minyak. mempunyai pH antara 10-11 akan bekerja secara baik pada suhu
antara 50-75oC. Sifat foam atau busa adalah tidak dapat diuraikan maka pemakaian
emulsi harus hati-hati sebab limbahnya berupa busa sangat rentan pada pengolahan
4) Chlorin / Bleach
oksigen dari linen sehingga untuk linen warna akan berubah menjadi putih,
mempunyai pH antara 8-9 dengan kemampuan bekerja lebih maksimal pada suhu
60oC, kandungan tertentu dari chlorin dapat digunakan sebagai penyeka noda
infeksius pada permukaan keras, dan chlorin bukan sebagai disinfektan linen sebab
pemakaian yang berlebihan akan merusak linen tersebut baik linen warna ataupun
linen putih.
5) Oxygen Bleach
oksigen pada noda sehingga noda akan tersamar, bekerja dengan pH 10-11, pada suhu
70oC akan lebih maksimal kerja dari oxygen bleach tersebut. Pada proses tertentu
mengangkat lapisan warna kain sehingga akan terlihat warna kain menjadi lebih
cerah. Beberapa produsen menambahkan oxygen bleach dengan H 2O2 (hidrogen
peroksida) dan digunakan sebagai penghilang noda darah. Noda darah akan menjadi
busa apabila terkena H2O2, sifat H2O2 akan membuat korosif baik pada linen ataupun
6) Strach
linen atau tekstil, mempunyai pH antara 5-5,5 digunakan untuk melapisi linen
sehingga tahan terhadap noda namun linen menjadi kaku karena sifat dari tepung
jagung tersebut. Strach banyak digunakan oleh orang-orang Jepang dan China dimana
baju-baju mereka terlihat kaku dan selalu rapi juga terlihat pada seragam Angkatan
Laut.
7) Netralizer / Sour
seperti detergen, alkalin dan emulsi. Mempunyai pH antara 4-5, karena proses
pencucian digunakan basa sebagai penghilang noda maka sifat dari netralizer/sour
adalah asam.
8) Disinfektan
linen, disinfektan yang baik akan mempunyai sifat: berspektrum luas, bekerja
cepat/waktu kontak singkat, toksisitas rendah, tidak mengiritasi, tidak korosif dan
memiliki aktifitas residual. Proses pencucian linen rumah sakit harus mengunakan
Setiap produsen kimia laundry akan menerbitkan Material Safety Data Sheet
(MSDS) adalah bagaimana kimia laundry tersebut dibuat dengan komposisi kimia apa
saja dibuat sehingga menjadi kimia yang siap jual. Sebagai pendampingnya adalah
Technical Data Sheet (TDS) adalah bagaimana cara pemakaian dari kimia tersebut
Selain hal tersebut akan dilakukan proses pengujian pemakaian kimia laundry
tersebut dalam proses yang ada sehingga dari pihak produsen akan membuat Washing
Formula adalah proses bagaimana kimia itu digunakan untuk menentukan komposisi,
jumlah dan cara pencuciannya yang sesuai dengan produk yang dibuat oleh produsen
9) Alkazyme
Aldehida dan fenol bebas, Bakterisida, Fungisida dan aktif melawan HIV. Sebagai
pembersih mono enzimatis -desinfektan agen untuk semua peralatan bedah, peralatan
medis. Tindakan gabungan enzimatik / detergen melarutkan protein (darah, air liur,
10) Alkacida
Solusi Sterilisasi - 0,47% 1,5 Potensi pentanedial dengan senyawa amonium
Bakateri, Fungi, Virus dan Spora termasuk HIV, HBV, TB, Polio dan MRSA.
2. Pengemasan
a. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan
dan isinya.
c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi.
a. Bahan yang di pakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan proses
1) Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembapan, tekanan
3) Sterilan pada proses uap, Etilen Oksida atau panas kering harus dapat
menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan serats emua isi dan
kemasan.
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan
melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber kontaminasi mikroba mulai
dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampa ikemasan dibuka
untuk dipakai. Karenanya bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu juga
dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
Bahan kemasan harus kuat untuk menampung isinya selama proses sterilisasi
4) Tidak mengandung racun Bahan tidak boleh mengandung racun dan warna
Segel sangat penting untuk menjaga isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus dapat disegel dengan indicator tape atau diikat dengan tali kain.
minimum.
7) Masa kadaluarsanya
1) Kertas
Kertas dapat digunakan untuk proses sterilisasi dengan uap atau gas etilenoksida.
penyerapan uap tetapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat sedemikian
c) Kertas mentega yang non-glaze bias dipakai untuk sterilisasi uap, tetapi
mudah robek.
bahan plastic tidak dapat dipakai sebagai bahan kemasan sterilisas iuap. Pada
umumnya kantong terdiri dari dua bagian yaitu kertas dan film. Secara umum
kantong steril terdiri dari dua tipe yaitu dalambentuk roll dan sudah terpotong
dengan ukuran tertentu / seperti amplop. Varian dari bentuk amplop ini sudah ada
perekat dan tidak melalui proses segel (sealing). Sementara kantong steril dalam
bentuk roll memiliki dua varian yaitu dalam bentuk flat dan gussete.
3) Kain (linen)
Material paling tradisional yang digunakan sebagai pembungkus steril. Berikut ini
Keunggulan :
a) Kuat
b) Relatifmurah
c) Nyaman
Kelemahan :
4) Kain campuran
air. Tetapi karena sering dicuci menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai untuk
3. Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi uap
Merupakan metode sterilisasi yang paling efektif dan efisien, karena uap
merupakan pembawa (carrier) energy termal paling efektif dan semua lapisan
baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Beberapa fase yang
dilalui untuk menyelesaikan satu siklus sterilisasi uap : fase pemanasan ; fase
merupakan fase awal sterilisasi uap. Pada fase ini, selain terjadi proses
terus masuk ke dalam chamber pda kondisi ruang yang tertutup rapat. Tekanan
dan suhu akan naik hingga suhu sterilisasi yang diharapakn dapat tercapai.
dan tekanan ruangan, diamana pada fase inilah proses sterilisasi terjadi. Suhu
suhu tertentu tercapai, katup drainase akan terbuka sehingga terjadi penurunan
Sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas
akan diabsorbsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke
bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Metode
ini biasa digunakan untuk alat-alat atau bahan yang tidak memungkinkan uap
untuk berpenetrasi secara mudah, seperti peralatan yang terbuat dari kaca.
Keuntungan metodeini adalah dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak
dapat ditembus uap, seperti serbuk kering dan bahan minyak, tidak memiliki sifat
korosif terhadap logam, dan dapat mencapai seluruh permukaan alat yang tidak
dapat di bongkar pasang. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah penetrasi
terhadap mateial berjalan sangat lambat dan tidak merata, diperlukan waktu
pemaparan panas yang lama untuk mencapai kondisi steril, serta dapat merusak
Etilen oksida merupakan sterilan umum pilihan yang digunakan untuk sterilisasi
alat-alat yang sensitive terhadap panas dan uap. Senyawa ini berada dalam fase
gas pada suhu diatas 10,75oC pada tekanan 1 atm.Etilen oksida membunuh
mekanisme alkilasi. Pada reaksi ini, terjadi penggantian gugus atom hidrogen
metabolisme dan reproduksi sel mikroba akan terganggu. Keuntungan metode ini
adalah dapat dilakukanpada suhu rendah, yaitu 72o-135oF serta memiliki daya
4. Sterilisasi plasma
Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas yang terdiri dari elektron, ion-ion
maupun partikel-partikel netral. Plasma dari beberapa gas seperti argon, nitrogen,
dan oksigen menunjukan aktivitas sporisidal. Pada plasma yang terbentuk dari
hidrogen peroksida, proses pembentukan plasma mengalami dua fase yaitu fase
hidrogen peroksida belum diketahui secara pasti, tetapi pada proses pembentukan
plasma, terbentuk spesies reaktif seperti radikal bebas, radia ultraviolet, maupun
mikroorganisme.
5. Sterilisasi uap formaldehid
Namun, formaldehid tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas,
khususnya dengan lumen kecil, karena daya penetrasi dan aktivitas sporisidalnya
yang lemah. Namun demikian, bila dikombinasikan dengan uap dibawah tekanan
cepat. Gas dan cairan formalin berbau tajam dan dapat mengiritasi mata, saluran
pernafasan dan kulit. Bahan ini juga bersifat mutagenik walaupun bukti-bukti
masih sedikit pada manuasia. Oleh karena itu,formalin harus ditangani dengan
Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan
pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoklaf atau
Terdiri dari peralatan non medik, peralatan medik dan bahan atau zat kimia
a. Pemberian nomer lot pada setiap kemasan mencakup nomer mesin sterilisasi,
sterilisasi.
b. Data mesin sterilisasi
c. Waktu kadaluarsa
a. Indikator mekanik, merupakan bagian dari instrument seperti gauge, table dan
sterilisasi (misalnya : uap panas atau gas etilen oksida) pada objek yang
dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap bebrapa parameter yang
2009).
BAB III
PEMBAHASAN
sterilisasi di Rumah Sakit. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Central Sterile
Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu
unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,
pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi
steril. Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
dilakukan oleh Unit Sterilisasi yang merupakan bagian dari Instalasi farmasi.
Tugasnya yaitu memenuhi setiap kebutuhan alat atau bahan steril yang dibutuhkan
bagi setiap instalasi yang ada di rumah sakit, di antaranya : Instalasi rawat inap A,
Instalasi rawat inap B, Instalasi rawat inap C, Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang
Set laminektomi, korentang, sikat, set preparasi, buaya/keriso, caspar set, suction
+ disctor minor, set cranioctomy, Dub Lobang Besar, Dub Lobang Kecil, set jas,
alat/bahan steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi yang tepat seperti
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, maka ruangan CSSD dibagi
produksi dan prossesing, Ruang sterilisasi dan Ruang penyimpanan (Depkes RI,
2009).
Pada Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) desain ruang pusat sterilisasinya
yaitu:
a. Ruang dekontaminasi
Untuk linen yang ada di rumah sakit di cuci di laundry dan alat kesehatan dicuci
Diruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun
pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada
ruangan ini tempat meletakkan linen yang sudah bersih dan disusun di lemari
tertutup.
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan
sterilisasi. Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang
tertutup. Selain linen, pada ruang ini juga dapat dilakukan pula persiapan untuk
bahan seperti kain kasa, kapas, cotton swabs dan lain-lain (Depkes RI, 2009).
Sedangkan di RSSN ruang pengemasan alat dan ruang produksi berada dalam
satu ruang. Di ruang dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi.
d. Ruang sterilisasi dan ruang penyimpanan
Ruang sterilisasi dan ruang penyimpanan menurut (Depkes RI, 2009) dipisah.
yang digunakan yaitu: pouches, kertas (wrapping paper), kain. Penyimpanan alat
Pada tahapan awal, dimulai dengan proses penerimaan alat dan bahan yang akan
disterilisasi. Alat dan bahan yang diterima kemudian dicatat. Hal ini bertujuan untuk
perendaman, pencucian, pengeringan untuk linen dan alat kesehatan. Untuk linen
laundry dan nantinya akan diserahkan ke ruang sterilisasi, sedangkan alat kesehatan
operasi, IGD, ICU dan ruang rawat inap. Bahan/zat kimia yang digunakan di Rumah
Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi untuk pencucian yaitu detergent alkazim
dan alkacide.
Setelah tahapan dekontaminasi selesai, tahapan selanjutnya adalah pengemasan.
Pada tahap ini dilakukan pengemasan untuk linen dan alat kesehatan. Alat pengemas
yang digunakan diharapkan dapat menahan mikrorganisme dan bakteri, kuat dan
tahan lama, mudah digunakan, mudah dalam pengemasan, dan aman. Secara teoritis,
tipe bahan kemasan yang digunakan yaitu kertas, film plastik, kain (linen) dan kain
campuran.
a. Pouches
- Untuk membungkus alat kesehatan dan linen yang sudah dibungkus dengan
- Keuntungannya
2. Transparans
Mudah untuk melihat isi barang yang ada didalamnya karena sisi bagian
- Kerugiannya
b. Kertas
- Keuntungannya :
1. Lebih praktis
- Kerugiannya :
c. Kain
- Keuntungannya:
1. Kuat
2. Lebih ekonomis
- Kerugiannya :
pemberian tanda atau label pada kemasan. Pada tahapan ini, pemberian label
dilakukan pada indikator internal dan eksternal. Dimana pada indikator dituliskan
masa kadaluarsa obat tergantung dari pengemasnya, jika dibungkus dengan kain atau
kertas wrapping, alat yang disterilkan biasanya akan bertahan lebih kurang 1 minggu,
sedangkan jika menggunakan pengemas pouches alat yang disterilkan akan bertahan
selama 1 bulan. Suhu penyimpanan untuk alat dan bahan yang sudah disterilisasi
sterilisasi. Ada beberapa jenis indikator yaitu indikator mekanik, kimia dan biologi.
Indikator mekanik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti tabel,
dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja
dengan baik. Selain itu, indikator mekanik juga dapat memberikan indikasi adanya
masalah apabila alat rusak dan memerlukan perbaikan. Namun indikator ini tidak
terjadinya paparan sterilan seperti uap panas atau gas etilen oksida pada objek yang
disterilkan dengan adanya perubahan warna. Kelebihan indikator kimia adalah dapat
memberikan informasi dengan segera bahwa suatu benda telah melewati proses
sterilisasi dan kondisi yang diperlukan untuk proses sterilisasi telah dipenuhi. Selain
indikator kimia terdapat indikator biologi. Indikator biologi merupakan sedian yang
berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang resisten terhadap
beberapa parameter terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi. Jenis
sterilisasi uap dan Bacillus subtilis untuk sterilisasi gas etilen oksida dan panas
kering. Meskipun dapat menentukan apakah kondisi steril telah tercapai atau belum,
indikator ini juga memiliki keterbatasan antara lain memerlukan tenaga yang terlatih,
adalah indicator inrernal dan indikator eksternal (Comply Indikator Tape TM).
Indikator eksternal ini ditempelkan pada kemasan alat/bahan kesehatan yang pada
berakhir, Indikator eksternal yang awalnya memiliki garis diagonal berwarna putih
akan berubah warna menjadi hitam. Keuntungan indikator ini adalah selain
memberikan bukti visual bahwa suatu benda telah melewati proses sterilisasi juga
permukaan kemasan untuk membuktikan bahwa kemasan yang telah terpapar oleh
kesehatan ditulis tanggal kadaluarsa, nama alat, personil yang melakukan sterilisasi
dan ruangan penggunaan alat. Indikator internal memiliki garis yang berwarna merah
muda dan akan berubah menjadi warna hitam setelah proses sterilisasiberakhir.
adalah sterilisasi uap panas dengan autoklaf. Autoklaf yang digunakan memiliki 2
tipe yaitu horizontal (autoclave Tuttnauer 5596-Ivep) dan vertikal (Jercho JE-356).
Autoklaf tipe horizontal untuk sterilisasi alat kesehatan dan linen, sedangkan tipe
vertical untuk sterlisasi bahan. Kalibrasi terhadap autoklaf terakhir kali dilakukan
pada tahun 2013 adalah petugas PT. Medcalindo. Proses sterilisasi diawali dengan
disterilkan. Alat/bahan yang disterilisasi diantaranya adalah linen dan alat kesehatan.
Suhu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi adalah 1210C – 1230C. Untuk
mencapai suhu tersebut, butuh waktu sekitar 15-20 menit. Setelah suhu tercapai maka
dilanjutkan dengan pengeringan selama 20 menit. Untuk larutan NaCl 0,9%, proses
diri (APD) diantaranya apron lengan panjang, penutup kepala, maker (masker),
sepatu dan goggle (kaca mata). APD yang digunakan harus berada dalam keadaaan
bersih untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari cairan tubuh. Namun, APD
yang digunakan di pusat sterilisasi RSSN Bukitinggi tidak sesuai dengan APD yang
telah ditetapkan oleh panitia pelaksana. Petugas hanya menggunakan jas pelindung
diri dan sarung tangan penahan panas yang digunakan saat mengeluarkan dan
Setelah proses sterilisasi selesai, alat yang telah steril disimpan dalam ruang
tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikular 90 – 95%. Dinding dan lantai
ruangan terbuat dari bahan yang halus dan kuat sehingga mudah dibersihkan.
Peralatan steril disimpan pada jarak 19-24cm dari lantai, minimum 43cm dari langit-
langit dan 5cm dari dinding agar tidak terjadi penumpukan debu pada kemasan.
adalah bahan linen berupa set kain untuk operasi. Sementara itu, alat dan bahan habis
pakai diletakkan diatas meja kerja pada ruang sterilisasi karena biasanya akan
dijemput pada hari yang sama. Untuk menghindari penumpukan barang dan
kontaminasi barang yang telah disterilkan, maka barang barang tersebut paling lama
diambil 1 minggu setelah tanggal sterilisasi. Bila lewat dari 1 minggu, maka akan
dilakukan sterilisasi ulang untuk bahan pengemas kain. Dengan alasan tersebut,
penyiapan set kain untuk operasi biasanya dilakukan bila ada jadwal operasi saja.
Namun, letak ruang sterilisasi yang memiliki akses langsung dengan udara dari luar
dan nantinya dikeluarkan bila ada petugas yang menjemput barang tersebut.
Setelah penyimpanan, alat dan bahan yang telah disterilkan biasanya akan
didistribusikan saat akan diperlukan atau diminta saja. Pada unit sterilisasi RSSN
Bukittinggi proses distribusi tidak dilakukan oleh petugas unit sterilisasi, tetapi oleh
petugas pengirim barang. Petugas pengirim barang akan menjemput barang yang
telah diantarkan ke unit sterilisasi. Pencatatan tetap dilakukan oleh petugas unit
sterilisasi pada buku laporan khusus. Dimana laporan alat dan bahan yang telah
sesuai adalah berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril di rumah sakit dan
sebaiknya dekat dengan ruangan operasi dan laundry. Sementara ruangan sterilisasi
4.1 Kesimpulan
pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan
dalam kondisi steril, sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang dikenal
Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih
dan steril karena semua alat kesehatan yang kontak langsung dengan pasien dapat
menjadi sumber infeksi. Oleh karena itu, persediaan dari barang steril cukup
kesehatan.
4.2 Saran
1. Selalu displin dalam menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan proses
sterilisasi mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik.
DAFTAR PUSTAKA