Anda di halaman 1dari 96

-3-

Lampiran SK Direktur Utama Rumah Sakit Fathma Medika


No. Kpts- 249/A.A1/RSFM/VII/2018
Tanggal : 1 6 J u l i 2 0 1 8

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI KAMAR OPERASI & PUSAT STERILISASI
RUMAH SAKIT FATHMA MEDIKA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Dalam undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien (patien safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit. Oleh sebab itu, rumah sakit berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermuutu, anti diskriminasi dan elektif dengan
mengutamakan kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi.
Namaun demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan nyawa.
Kamar operasi merupakan ruangan khusus yang dipergunakan untuk melakukan
tindakan pembedahan yang didesain dalam keadaan aseptik. Untuk
mempertahankan keadaan ruangan aseptik diperlukan bekal yang cukup bagi
petugas kamar operasi. Mulai dari ketentuan cara masuk, cuci tangan pre operasi,
hingga menjadi perawat asisten/instrumentator/ sirkuler di ruang tindakan, termasuk
cara pengelolaan lingkungan, pengelolaan alat, pengelolaan personil dan
pengelolaan pasien yang baik dan benar sesuai dengan prosedur ruang aseptik.
Sedangkan Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian pelayanan
penunjang medis yang ada di rumah sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi
pada seluruh unit pelayanan yang memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 1


yang bertujuan memelihara efektivitas secara akurat terhadap proses pembersihan,
desinfeksi, dan sterilisasi dan memberikan kontribusi dalam pendidikan di Rumah
Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Fathma Medika selalu berusaha
mengembangkan diri dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan
kedokteran, dengan cara meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi
sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan, sehingga tujuan di atas dapat tercapai
dengan maksimal.
Instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi adalah salah satu instalasi yang
ada di rumah sakit fathma medika di bawah bidang pelayanan. Sebagai salah satu
instalasi yang memberikan pelayan pembedahan dan sterlilisasi, selayaknya
memiliki sebuah pedoman yang dapat memandu atau sebagai acuan dalam seluruh
kegiatan pelayanan yang semestinya dilakukan /dijalankan di kamar bedah dan
pusat sterilisasi yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya bahaya yang mungkin terjadi.
Mutu pelayanan di suatu rumah sakit merupakan indicator keberhasilan
yang ditentukan oleh beberapa faktor dari tiap bagian yang ada di rumah sakit
tersebut, dan indicator lain mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pelayanan mutu di instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi merupakan
pelayanan khusus dan memerlukan penanganan khusus pula, kare melibatkan
beberapa disiplin ilmu. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan
timkerja yang solid. Hal ini akan sangat mendukung keberhasilan dari mutu
pelayanan yang diberikan.
Atas dasar hal diatas, maka perlu disusun pedoman pelyanan instalasi kamar
operasi dan pusat sterilisasi rumah sakit fathma medika sebagai suatu acuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan di ruang perasi dan ruang sterilisasi.
I.2 TUJUAN PEDOMAN
1. Memberikan informasi yang jelas tentang pelayanan instalasi kamar operasi dan
pusat sterilisasi.
2. Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pelayanan di Instalasi kamar
operasi dan pusat sterilisasi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 2


3. Meningkatkan mutu pelayanan dikamar bedah bedah dan pusat sterilisasi..
4. Memberikan pelayanan semaksimal mungkin sesui dengan sarana dan prasarana
yang ada.
5. Meningkat pengetahuan dan keterampilan staff kamar operasi dan pusat
sterlisasi.
6. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan di kamar operasi dan pusat sterilisasi.

I.3 RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan Instalasi Kamar Operasi dan pusat sterilisasi diselenggarakan dan
diatur guna berlangsungnya pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
dan kebutuhan masyarakat.
Ruang lingkup pelayanan kamar operasi meliputi :
1. Bedah Umum
2. Bedah Kebidanan dan Kandungan
3. Bedah Orthopedi
4. Bedah THT
5. Bedah Mata
Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi :
1. Perencanaan dan pengadaan
2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda / etiket
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpangan
6. Distribusi
Ruang lingkup pelayanan ini mencakup seluruh staff medik, paramedik
keperawatan, paramedik non keperawatan dan staff non medik yang bekerja
langsung ataupun yang berhubungan dengan kamar operasi dan pusat sterilisasi.

I.4 BATASAN OPERASIONAL


 Batasan operasional dikamar operasi
Kegiatan pelayanan yang ada di kamar bedah terdiri dari :
a. Pelayanan di ruang premedikasi
 Serah terima pasien antar petugas (cek kelengkapan operasi).
 Mengganti baju pasien, melakukan observasi dan memasang infus jika
perlu.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 3


 Pengisian ceklist keselamatan pasien.
 Memasukkan injeksi obat premedikasi.
b. Pelayanan intra operasi
 Memindahkan pasien ke OK dan mengatur posisi operasi.
 Perawat menyiapkan instrument dan linen operasi.
 Pemberian antibiotik profilaksis dan persiapan anastesi.
 Dokter dan perawat melakukan operasi sesuai diagnosa penyakit.
c. Pelayanan pasca operasi di Ruang pulih sadar
 Observasi pasien pasca operasi.
 Serah terima pasien di ruang pulih sadar.
 Persiapan pemulangan pasien.
 Batasan Operasional di pusat sterilisasi
Batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi:
a. Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan
staf dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan,
sterilisasi dan penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis dari
berbagai departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah satunya
untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit yang terkait
dengan pengendalian infeksi.
b. Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal
yang harus dimiliki Instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan
alat atau instrumen medis melalui dari dekontaminasi, pembersihan,
pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai dengan pendistribusian alat
atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya perencanaan kebutuhan
bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian diproduksi, disteril
dan didistribusikan ke seluruh unit pelayanan yang membutuhkan maupun
dijual untuk umum melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
c. Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
d. Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan panas lisrik.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 4


e. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
f. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uap berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J.
Dick.
g. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar
mikroorganisme atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai
sterilisasi.
h. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
i. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses
sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.
j. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
k. Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada
mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
l. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
m. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.

I.5 LANDASAN HUKUM


1. Pedoman kerja pelayanan kamar bedah, 2003, Depkes, Jakarta.
2. Petunjuk pelaksanaan indicator mutu pelayanan rumah sakit, 2001, Depkes,
Jakarta.
3. Standar tenaga keperawatan di rumah sakit, 2005, Depkes, Jakarta.
4. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit, 2011, Dirjen kes,
Jakarta.
5. Standar umum pelayanan anasthesi, 2012, Depkes, Jakarta.
6. Pedoman instalasi pusat sterilisasi, 2004, Depkes, Jakarta.
7. Keputusan Direktur Tentang Pemberlakuan Prosedur Tetap Pelayanan Instalasi
kamar operasi, 2014 RS Fathma Medika Gresik.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 5


8. Panduan tehnis pencegahan infeksi rumah sakit, 2015, Komite PPI RS Fathma
Medika Gresik.
9. Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit, Tim K3 RS Fathma
Medika Gresik.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 6


BAB II
KETENTUAN UMUM KAMAR OPERASI

2.1 KAMAR OPERASI


1. Pengertian
Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit
yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut
yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril (Puruhito,Rubingah 1995).
2. Bagian – Bagian Kamar Operasi
Kamar operasi terdiri dari beberapa kamar yaitu :
a. Ruang bedah.
b. Ruang untuk mencuci tangan.
c. Ruang untuk alat-alat instrument.
d. Ruang untuk bahan habis pakai
e. Ruang untuk ganti pakaian.
f. Ruang untuk arsip.
g. Ruang untuk sadar kembali ( Recovery Room ).
h. Ruang istirahat.
i. Kamar mandi
j. Spoelhook.
k. Kantor.
l. Ruang tunggu.
3. Persyaratan Kamar Operasi
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan
Instalasi Gawat Darurat (IRD), Intensif Care Unit (ICU), dan Unit Radiologi.
b. Bentuk dan Ukuran
 Bentuk

Kamar operasi tidak bersujut tajam, lantai, dinding, dan langit-langit
berbentuk lengkung dan warna tidak mencolok.

Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang
keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
 Ukuran
Besar / luasnya kamar operasi menurut standart internasional adalah :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 7



Kamar operasi kecil : 5.2m x 5.6m = 29.1m2

Kamar operasi yang nyaman, kira-kira diperlukan luas 40m2

Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luasnya minimal 56m 2
(7.2m x 7.8m).
c. Sistem penerangan
Sistem penerangan di kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan
mudah dibersihkan, sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus,
yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya
terang dan tidak menyilaukan serta menimbulkan bayangan.
d. sistem ventilasi
Sistem ventilasi di kamar operasi sebaiknya memakai system pengatur suhu
sentral (AC Sentral) dan dapat diatur dengan alat control yang memakai filter
(Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara dipompakan didalam kamar
operasi dan udara-udara di kamar operasi diisap keluar.
e. Suhu dan Kelembaban
Suhu kamar operasi di daerah tropis sekitar 190C-220C, sedangkan di daerah
dingin sekitar 200C-240C dengan kelembaban 55% (50-60%).
f. Sistem Gas Medis
Sistem gas medis pemasangannya sebaiknya secara sentra memakai sistem
pipa, yang bertujuan mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di
kamar operasi bila terjadi kebocoran dari tabung gas, pipa gas tersebut harus
dibedakan warnanya.
g. Sistem Listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya 2 macam voltage yaitu 110 volt dan 220
volt, karena alat dikamar operasi memiliki voltage yang berbeda, semua
tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40m dari lantai.
h. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutamaa bila ada
keadaan gawat darurat maka mudah komunikasi.
i. Peralatan
 Semua peralatan yang ada dikamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 8


 Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless agar mudah
dibersihkan.
 Untuk alat elektrik petunjuk penggunaannya harus menempel pada alat
tersebut agar mudah dibaca.
j. Pintu
 Pintu masuk dan keluar pasien harus beda.
 Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri.
 Setiap Pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan).
 Setiap pintu diberi pintu kaca pengintai untuk melihat kegatan dikamar
operasi tanpa membuka pintu.
k. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
 Tidak mengandung kuman pathogen.
 Tidak mengandung bahan kimia.
 Tidak mengandung zat beracun.
l. Pembagian Area Kamar Operasi
 Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.
 Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.
4. Pembagian Daerah Sekitar Kamar Operasi
Pembagian daerah sekitar kamar operasi dibagi dalam :
a. Daerah Publik, yaitu daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa ada
syarat khusus.
b. Daerah semi public, yaitu daerah ini hanya boleh dimasuki oleh orang-orang
tertentu saja dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian petugas.
c. Daerah Aseptik, yaitu daerah di dalam kamar operasi yang hanya boleh
dimasuki oleh personil yang langsung berhubungan dengan kegiatan
pembedahan.
Daerah Aseptik dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Daerah ASEPTIK 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya
operasi.
b. Daerah ASEPTIK 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, darah tempat duek/
kain steril/ linen set steril, tempat instrument dan tempat para perawat
instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
c. Daerah ASEPTIK 2,Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk,
daerah sekitar ahli anestesi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 9


5. Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan
lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi
setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tertentu membutuhkan jumlah dan luas kamar
bedah yang lebih besar.
Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
a. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
b. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama
fasilitas penunjang.
c. Pertimbangan antara oprasi berencana dan operasi segera.
d. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu.
e. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan
penyediaan peralatan.

2.2 PERSONIL KAMAR OPERASI


Jenis Tenaga
1. Tim Bedah
a. Ahli bedah.
b. Asisten ahli bedah.
c. Perawat Instrumen (Scrub Nurse).
d. Perawat Sirkuler.
e. Ahli anestesi.
f. Perawat anestesi.
2. Staf Perawat Operasi terdiri dari :
a. Perawat kepala kamar operasi.
b. Perawat pelaksana.
3. Tenaga lain terdiri dari :
a. Pekerja kesehatan.
b. Tata usaha.
c. Penunjang medis.

2.3 PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI


1. Pengertian
Kamar operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan secara teratur.
Ini bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi, sehingga
dapat dicegah infeksi nosokomial yang bersumber dari kamar operasi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 10


2. Macam pembersihan kamar operasi :
a. Pembersihan mingguan.
Pembersihan rutin adalah pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
kamar operasi agar siap pakai.
b. Pembersihan sewaktu.
Pembersihan mingguan adalah pembersihan yang dilakukan untuk
pebersihan secara keseluruhan.
c. Sterilisasi ruangan.
Pebersihan sewaktu adalah Pembersihan yang dilakukan bila kamar operasi
digunakan untuk pembedahan pada kasus infeksi

2.4 CUCI TANGAN UNTUK PEMBEDAHAN


1. Pengertian
Cuci tangan pembedahan adalah membersihkan tangan dengan
menggunakan sikat steril dan larutan desinfektan dibawah air mengalir dengan
prosedur tertentu.
2. Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah untuk menurunkan populasi kuman yang ada
ditangan.
3. Persiapan
a. Wastafel dengan air mengalir dan bersih.
b. Sikat steril.
c. Sabun / larutan disinfektan.
d. Handuk / waslap steril.
4. Cara cuci tangan pembedahan / surgical scrub
a. Lepaskan semua perhiasan yang anda pakai.
b. Basahkan tangan sampai di siku dengan menggunakan air mengalir dan
bersih.
c. Teteskan desinfektan / sabun, ratakan di kedua tangan gosok sampai berbusa.
d. Bersihkan dibawah air mengalir.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 11


e. Ambil sikat steril dan teteskan kembali disinfektan lalu sikat ujung – ujung
kuku, sela-sela jari tangan, telapak tangan , punggung tangan, lengan bagian
bawah secara bergantian.
f. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir, dengan posisi jari tangan
lebih tinggi dari siku.
g. Keringkan dengan handuk / waslap steril dan pertahankan posisi jari tangan
lebih tinggi dari posisi siku.

2.5 MEMAKAI GAUN BEDAH


1. Pengertian
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain
setelah cuci tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pembedahan bebas dari
mikro organisme.
2. Tujuan
a. Untuk menghindari kontaminasi.
b. Agar tidak terjadi pada luka operasi.
c. Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
3. Persiapan
a. Baju steril dalam bungkusan set steril.
b. Teman kerja (perawat sirkulasi) untuk membantu mengikat tali baju.
4. Pelaksanaan
a. Memakai baju steril untuk baju sendiri :
 Cuci tangan dan pembedahan.
 Buka bungkusan steril yang berisi baju steril.
 Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher bagian
dalam dengan menggunakan tangan kiri dan posisi tangan kanan tetap
setinggi bahu.
 Buka lipatan baju dengan cara melepaskan again yang terjepit tangan dan
jangan sampai terkontaminasi.
 Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan masukkan
tangan kanan ke lubang lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri
dimasukkan ke lengan kiri.
 Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat tali
baju dengan menarik bagian belakang leher baju.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 12


 Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada
perawat sirkulasi.
 Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang memakai baju
memutarkan badannya, kemudian mengambil tali dari jepitan serta
mengikat tali tersebut. Pada saat memutar tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Memakai pada orang lain
 Setelah kita memakai baju dan sarung tangan steril ambil baju dengan
menggunakan bagian luarnya.
 Buka lipatan gaun dengan hati-hati dengan memegang pada leher.
 Buka lubang masuk tangan dengan sisi dalam menghadap pada yang akan
dipasang, lakukan dengan hati – hati sehingga tidak menyentuh tangan.
 Pertahankan tangan kita pada area luar gaun dengan lindungan lengan
gaun, hadapkan sisi gaun pada yang dipasang, dia akan memasukkan
tangannya pada gaun masuk.
 Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil diangkat kedua lengan
dirinetangkan supaya gaun masuk. Perawat sirkulasi membantu dari sisi
dalam dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat pinggang lalu berikan
salah satu pada yang dipasang dan disuruh berputar dan berikan dan
diikat.

2.6 MEMAKAI / SARUNG TANGAN STERIL


1. Pengertian
Adalah memasang sarung tangan steril pada tangan sendiri atau oranng lain
yang dicuci dengan prosedur tertentu.
2. Tujuan
a. Untuk menghindari kontaminasi.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi.
3. Persiapan
Sarung tangan steril pada tempatnya.
4. Pelaksanaan
a. Teknik memakai sarung tangan terbuka
 Dengan tangan kiri, ambilah sarung tangan kanan pada lipatan, kemudian
memasukan tangan kanan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 13


 Tangan kanan mengambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari
di bawah lipatan sarung tangan tersebut. Kita harus ingat bahwa tangan
kita sudah steril, maka harus hati – hati tidak boleh terkontaminasi.
 Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk ke dalam sarung tangan
tersebut. Kita harus ingat bahwa tangan kita sudah steril, maka harus hati-
hati tidak boleh terkontaminasi.
b. Teknik memakai sarung tangan tertutup
 Dengan tangan kiri yang sudah memakai gaun bedah sebatas kelihatan jari
saja, tangan kanan tetap tertutup dalam cuff gaun bedah, tangan kanan
mengambil sarung tangan steril bagian kiri dan letakkan di atas telapak
tangan kiri.
 Bagian jari tangan kiri yang sudah terbuka, masukkan ke dalam sarung
tangan tersebut, kemudian tangan kanan menarik pangkal sarung tangan
bagian luar/bagian punggung untuk menutupi bagian punggung jari
tangan kiri tersebut. Setelah tertutup langkahh selajutnya menarik
pangkal sarung tangan dalam / bagian telapak tangan untuk menutupi
bagian telapak dari jari kiri tersebut.
 Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kanan yang
masih tertutup, tarik lengan kanan gaun bedah tangan kiri bersamaan
dengan pangkal sarung tangan, tarik mendekati tubuh (menarik lengan
tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan di buka agar bagian jari
tangan bisa langsung masuk ke bagian jari sarung tangan
 Setelah lengan kiri terpasang, selanjutnya tangan bagian kanan di buka
 hanya sebatas kelihatan jari saja
 Letakkan sarung tangan kanan di atas telapak tangan kanan, tangan kiri
menarik pangkal sarung tangan bagian luar sampai menutupi bagian
punggung tangan kanan dan tarik pangkal sarung tangan bagian dalam
untuk menutupi bagian telapak tangan kanan
 Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kiri yang sudah
terpasang sarung tangan steril, tarik lengan gaun bedah tangan kanan
bersamaan dengan pangkal sarung tangan tarik mendekati tubuh (menarik
lengan tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan kanan di buka agar
bagian jari tangan bisa langsung masuk ke bagian jari sarung tangan

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 14


 Atur dan kencangkan sarung tangan tersebut apabila masih belum nyaman
di pakai.
c. Teknik memakai sarung tangan ke orang lain.
 Setelah perawat instrumen memakai gaun bedah dan sarung tangan steril,
kemudian menyiapkan sarung tangan steril kepada operator dan asisten
operator setelah memakai gaun bedah steril
 Buka bagian lengan tangan kanan operator / asisten sebatas jari tangan
saja.
 Buka pangkal sarung tangan bagian kanan tersebut secara melebar dengan
posisi sarung tangan steril sesuai posisi pemakai.
 Masukkan sarung tangan tersebut ke tangan pemakai, sampai ujung jari
tangan pemakai tanpa sentuh.
 Untuk memakai sarung tangan bagian kiri, caranya seperti pada
memakaikan sarung tangan bagian kanan juga tanpa sentuh.
Catatan :
1) Ukuran sarung tangan harus sesuai dengan ukuran tangan pemakai
2) Ukuran sarung tangan orang asia dimulai dari ukuran 6 sampai dengan 8.

2.7 CAIRAN DESINFEKTAN


1. Savlon pekat dapat membunuh kuman biasa tetapi tidak dapat membunuh TBC,
Spora dan Virus hepatitis (sesuai dengan petunjuk pemakaian).
2. Betadin 10 % dan yodium 2% mempunyai efek kerja yang sama.
3. Alkohol 70%
a. Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis.
b. Dapat membunuh kuman biasa pseudomonas deroginosa dan basil TBC.
4. Cidex
a. Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus.
b. Mempunyai efek yang lebih baik diantara isinfektan yang ada.
c. Tidak boleh dipakai langsung ke badan manusia.
5. Venol
a. Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basil TBC.
b. Tidak dapat membunuh sproa dan virus hepatitis B.
c. Sedikit berefek membunuh euycetes.
6. Presept
a. Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protozoa, virus.
b. Sangat efektif untuk virus AIDS, Hepatitis B.
c. Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur dengan aniomic dan non-
ionic detergen.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 15


d. Untuk desinfektan permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah sakit,
laboratorium.
7. Formalin
a. Tablet.
b. Cair.

2.8 TEKNIK STERILISASI


Sterilisasi adalah suatu proses teknik penghancuran microorganisme termasuk
fungsi spora dan virus dengan tujuan membunuh micro organisme dan mencegah
timbulnya infeksi akibat pemakaian alat pembedahan.
1. Teknik Panas
a. Uap panas dengan tekanan tinggi memakai autoclave, cara ini sangat efisien
dalam banyak hal.
b. Panas kering dengan menggunakan oven panas, tidak dapat untuk
mensterilkan plastik dan karet.
c. Merebus dengan air mendidih memakai sterilisator.
2. Teknik Penyinaran di tujukan untuk sterilisasi ruangan
a. Dengan menggunakan sinar ultra violet.
b. Dengan memakai sinar elektron.
3. Teknik Kimia
a. Dengan menggunakan uap kimia (formalin).
b. Dengan menggunakan larutan kimia (cidex).
c. Dengan menggunakan gas ethelin oxida.

2.9 MACAM-MACAM BENANG PEMBEDAHAN


1. Asal / bahan benang
a. Logam (wire).
b. Tumbuh-tumbuhan : katun, sutra.
c. Submukosa usus mamalia : catgut plain, catgut chrome.
d. Sintetis : dexon, nylon, prolene, vicril.
2. Menurut penyerapan
a. Diserap (absorbic).
b. Tidak diserap (non absorbic) sutra, dermalon.
3. Penampang benang
a. Monofilament : dermalon.
b. Polifilament : sutra, dexon, vicryl.
c. Ukuran diameter benang : 2,1,0,1/0,2/0,3/0,4/0,5/0,.....0/0 (mm).

1.10 SET STANDART PEMBEDAHAN

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 16


1. Pengertian
Set standart adalah instrument dan alat tenun yang digunakan untuk tindakan
pembedahan tertentu
2. Tujuan
Agar tersedianya alat sesuai dengan jumlah dan jenis, kebutuhan untuk
memperlancar pelaksanaan tindakan pembedahan serta menciptakan suasana
yang harmonis dan kepuasan kerja.
3. Set pembedahan
a. Linen
Linen set terdiri dari :
 Linen besar 4
 Linen kecil 12
 Baju operasi 5
 Sarung meja mayo 1
(Tergantung kebutuhan)
b. Pembagian alat instrument
 Instrument dasar
Instrument dasar ini dipergunakan untuk pembedahan yang sifatnya
sederhana dan tidak memerlukan instrument tambahan.Instrument dasar
ini terdiri dari:
 Sponge holding forcep (Desinfeksi klem) 2
 Towel clamp (Doek klem) 5
 Pemgang pisau (Hanvat mess) 1
 Pinset anatomis sedang 2
 Pinset anatomis besar 2
 Pinset chirurgis sedang 2
 Pinsetchirurgis besar 2
 Arteri kem van Pean lurus 4
 Chrom kem 4
 Artei klem van kocher 5
Macam-macam gunting :
 Gunting preparasi 1
 Gunting metzembaun 1
 Gunting benang 1
 Nald voeder 2
 Langenbeck 1
 Bengkok
 Cucing

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 17


 Macam- macam alat penunjang dan bahan habis pakai
 Kassa dan deppers
 Mess berbagai ukuran
 Sarung tangan berbagai ukuran
 Diathermi (monopolar dan bipolar)
 Selang dan canule suction
 Korentang dan tempatnya
 Waslap
 Macam – macam spuit
 Larutan desinfektan (povidone iodine 10%)
 Cairan NaCl 0,9%
 Jarum jahitan besar  ½ linggkaran round dan cutting
 Folley catheter no 16
 Macam – macam benang
 Alat penunjang non steril
 Gunting verban
 Hypavik
 Tempat sampah
 Suction pump
 Mesin diathermi dan plat diathermi

2.11 PERALATAN DI KAMAR OPERASI


1. Kamar bedah paling sedikit harus dilengkapi :
a. Meja operasi.
b. Lampu operasi.
c. Meja alat –alat dan instrument.
d. Alat penghisap/ suction
e. O2 dalam tabung.
f. Peralatan anestesi.
g. Standard infus.
h. Standard lampu.
i. Waskom + standard.
j. Tempat sampah.
k. Diatermi.
2. Kamar cuci tangan ( Scrub-Up)
a. Wastafel dengan krannya untuk 2 orang.
b. Perlengkapan cuci tangan (sikat kuku dalam tempatnya ) dan bahan untuk
cuci tangan.
c. Skort plastik / karet.
d. Handuk.
3. Kamar premedikasi
a. Tempat tidur beroda.
b. Standar infus
c. Oksigen
4. Kamar sadar kembali (recorvery)
a. Tempat tidur beroda.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 18


b. Standar infus.
c. Oksigen (O2).
d. Perlengkapan observasi.
5. Kamar instrument Steril
Untuk menyimpan instrument tambahan yang dipergunakan untuk operasi harian
maupun cadangan. Penyimpanan dalam lemari kaca, secara berkelompok
menurut jenisnya instrument.
6. Kantor dan Ruangan Arsip
Ruangan ini selain tempatnya kepala instalasi juga merupakan tempat informasi,
pendaftaran operasi dan ruangan tempat penyimpan arsip penderita yang sudah
dibedah, juga merupakan ruangan administrasi bagi keperluan penderita yang
akan dan sudah dibedah.

2.12 LIMBAH KAMAR OPERASI


Limbah kamar operasi yaitu ada dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair.
1. Limbah padat
Limbah padat ada dua yaitu : limbah medis dan non medis. Diantaranya
limbah medis : kasa yang terkena darah, spuit, pisau, botol ampul, selang
infus, jarum. Sedangkan contoh limbah non medis : kertas, plastik.
2. Limbah cair
a. urine
b. darah
c. pus

2.13 MACAM POSISI PEMBEDAHAN


Posisi supine operasi otak, operasi jantung, operasi bedah
abdomen umum, operasi tangan dan kaki.
Posisi thyroiditis Operasi daerah leher (operasi
thyroidectomy, operasi oesopagus, operasi
larynx, operasi tracheostomia.
Posisi Cholelithiasis operasi liver, bladder.
Posisi Trendelenburg operasi uterus atau ovary, operasi rectum.
Semi fowler memberikan anastesi kepada pasien yang
full stomach (perut penuh).
Posisi Lithotomy operasi kebidanan, hemorhoid.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 19


Posisi Prono operasi daerah belakang kepala, punggung,
belakang lutut, tendo achilis, ginjal,adrenal
glands.
Posisi Lateral operasi paru-paru, oesopagus, operasi
daerah bahu, sebelah dada, pinggang,
operasi femur, hip joint (panggul).
Posisi Neprolithotomy operasi ginjal, adrenal glands.
Posisi Jeck-knife operasi rectum, anus, daerah sacrum
Mukhammedien operasi spinal column (sum-sum tulang).
Posisi Sitting operasi otak, cervical Vertebrae, operasi
tonsillectomy.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 20


BAB III
STANDAR KETENAGAAN

3.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. ASISTEN MANAJER INSTALASI KAMAR OPERASI DAN PUSAT
STERILISASI
a. Nama Jabatan : Asisten manajer instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi
b. Instalasi Organisasi : Instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi kamar
operasi
c. Syarat Jabatan
 Pendidikan Formal : S2 Kedokteran.
 Pelatihan :
 Manajemen.
 Prosedur dan teknis pelayanan sterilisasi
 Pengalaman Kerja :
 Minimal 3 tahun di kamar operasi sebagai dokter spesialis.
 Berpengalaman di bidang kamar operasi dan penyeterilan.
2. PENANGGUNG JAWAB ANASTESI
a. Nama Jabatan : Penangung Jawab Anastesi
b. Instalasi Organisasi : Instalasi kamar operasi
c. Syarat Jabatan
 Pendidikan Formal : Dokter Anastesi
 Pelatihan :
 Pelatihan ATLS
 Prosedur pelayanan anastesi
 Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun di kamar operasi sebagai dokter
spesialis anastesi

3. KEPALA RUANGAN INSTALASI KAMAR OPERASI DAN PUSAT


STERILISASI
a. Nama Jabatan : Kepala Ruangan instalasi kamar Operasi dan pusat sterilisasi
b. Instalasi Organisasi : Instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 21


c. Syarat jabatan
 Pendidikan Formal : DIII Keperawatan/S1 Keperawatan
 Pelatihan :
 Pelatihan PPGD dan Instrumen tehnik.
 Managemen.
 Pelatihan tentang pusat sterilisasi
 Pengalaman Kerja :
 Kerja minimal 3 tahun di kamar operasi untuk D3 keperawatan
 Kerja minimal 1 tahun untuk S1 Keperawatan.
4. PENANGGUNG JAWAB SHIFT
a. Nama Jabatan : Penangung Jawab Shift
b. Instalasi Organisasi : Instalasi kamar operasi
c. Syarat Jabatan
 Pendidikan Formal : DIII Keperawatan/S1 Keperawatan
 Pelatihan :Pelatihan PPGD dan Instrumen tehnik.
 Pengalaman Kerja :
 Kerja minimal 3 tahun di kamar Operasi untuk D3 Keperawatan
 Kerja minimal 1 tahun untuk S1 Keperawatan
5. PENATA ANASTESI
a. Nama Jabatan :Penata Anastesi
b. Unit Organisasi : Instalasi kamar operasi
c. Syarat Jabatan
 Pendidikan Formal :D III Keperawatan/ D4 Anastesi
 Pelatihan :
 Pelatihan PPGD
 Pelatihan Anastesi.
 Pengalaman Kerja : Kerja minimal 1 tahun di kamar operasi.
6. PERAWAT PELAKSANA
a. Nama Jabatan : Perawat Instrumen/Asisten /Sirkuler
b. Unit Organisasi : Instalasi kamar operasi
c. Syarat Jabatan

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 22


 Pendidikan Formal : D III Keperawatan/ SI Keperawatan
 Pelatihan :
 Pelatihan PPGD
 Instrumen tehnik operasi.
 Pengalaman Kerja : Kerja minimal 1 tahun di kamar operasi.
7. HELPER/PRAKARYA
a. Nama Jabatan : Helper/Prakarya
b. Unit Organisasi : Instalasi kamar operasi danpusat sterilisasi
c. Syarat Jabatan
 Pendidikan Formal : SMA
 Pengetahuan : Tentang Kamar Operasi
 Keterampilan : -
 Pengalaman Kerja : Kerja minimal 1 tahun di kamar operasi.

3.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN


JENIS
NO JUMLAH LOKASI TANGGUNGJAWAB
KETENAGAAN
Kepala Instalasi IKO dan Mengelola system pelayanan di
1 Kamar Operasi dan 1 Pusat instalasi kamar oeperasi
pusat sterilisasi Sterilisasi danpusat sterilisasi
Mengelola system pelayanan
Penanggung Jawab anastesi di IKO dan seluruh
2 1 IKO
Anastesi instalasi di rumah sakit fathma
medika
Kepala Ruangan Menyediakan dan
IKO
instalasi kamar menyelenggarakan
3 1 danPusat
operasi dan pusat pelaksanaan kegiatan
Sterilisasi
sterilisasi pembedahan dan penyeterilan
Penanggung jawab Menggantikan peran kepala
4 1 IKO
shift kamar operasi ruangan jika tidak ada
1. Perawat Asisten operator
5 Perawat Pelaksana 6 IKO 2. Perawat Instrumentator
3. Perawat Sirkuler
Membantu pelayanan
6 Penata anastesi 1 IKO
Anastesiologi
7 Helper 1 IKO dan Membantu mempersiapakan
pusat peralatan dan menjaga
sterilisasi kebersihan IKO dan pusat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 23


sterilisasi
Bertanggungjawab tentang
Pusat
8 Staff sterilisasi 1 sterilisasisemua alat dan bahan
sterilisasi
di rumah sakit

3.3. PENGATURAN JAGA


1. Jadwal jaga di atur oleh kepala ruangan dan dibuat setiap akhir bulan.
2. Untuk Ruang Kamar Operasi
a. Sistem jaga dilakukan 2 shift yakni :
 Pagi : Mulai pukul 07.00 wib s/d 14.00 Wib
 Sore : Mulai pukul 14.00 s/d 21.00 Wib
b. Khusus jaga malam diberlakukan jaga on call mulai pukul 21.00 s/d 07.00
wib.
c. Setiap pergantian jaga dikamar operasi harus disertai dengan timbang terima
antar petugas, baik yang jaga pagi dengan yang sore, malam (on call) dengan
yang petugas jaga sore atau sebaliknya.
3. Untuk Ruang Sterilisasi
a. system jaga dilakukan 2 shift yakni :
 Pagi : Mulai pukul 07.00 – 14.00
 middle : Mulai pukul 11.00 – 18.00
b. penggambilan dan penerimaan alat :
 Penggambilan alat ke ruangan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu jam
07.00 dan jam 14.00
 Pengambilan alat ke ruangan dilkaukan 2 kalai dalama sehari yaitu jam
11.00 dan jam 18.00

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 24


BAB IV
STANDAR FASILITAS

4.1. DENAH RUANG


 Denah Ruang Kamar Operasi
1. Denah Kamar Bedah Instalasi Bedah Sentral

Spoelhook.

Ket : OK 1 digunakan untuk operasi bersih


OK 2 digunakan untuk operasi kotor
2. Pembagian Sekitar Kamar Bedah

Lingkungan Rumah Sakit

Daerah Sekitar Kamar Operasi (Daerah Publik)


Daerah Kamar Operasi (Semi Publik)
Kamar Bedah (Daerah Aaseptik)
Aseptik -1

Aseptik -0

Aseptik -2

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 25


Ket :
a. Daerah Publik : daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa
adanya syarat khusus
b. Daerah Semi Publik : daerah yang boleh dimasuki oleh orang-orang
tertentu yakni petugas (didepan tertulis : Area Khusus Petugas atau Mohon
Tidak Masuk Selain Petugas) dan sudah ada batasan tentang jenis pakaian
yang digunakan petugas (seperti sandal, baju, dan sebagainya)
c. Daerah aseptik Merupakan daerah kamar bedah itu sendiri yang boleh
masuk hanya orang-orang yang terlibat langsung dengan kegiatan
pembedahan saat itu.
d. Asptik-1 daerah khusus petugas yang menggunakan gaun operasi serta
meja instrument yang telah disiapkan lengkap dengan linen steril
e. Aseptik-2 Daerah khusus petugas anestesi dan petugas sirkuler
f. Aseptik -0 Umumnya disebut daerah suci hama atau high aseptik adalah
daerah operasi atau lapangan operasi khusus untuk dokter Operator, asisten
dan instrumentator.

3. Tata letak alat di ruang tindakan pembedahan :

7
8

2
1 3

4
6 5

Ket:

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 26


a. Mesin anestesi
b. Meja Operasi
c. Meja Mayo
d. Meja Instrument
e. Diathermi
f. Suction
g. Keranjang sampah medis 1
h. Kursi putar
i. Tanda panah merupakan jalur petugas Anestesi dan petugas sirkuler yang
tidak menggunakan jas operasi.

 Denah Ruang Pusat Sterilisasi

R. Produksi

R. Sterilisasi

Ruang R. Penyimpanan
Administrasi
R. Dekontaminasi
bahan/alat medis
steril

janitor
Penerimaan Barang Kotor Loket serah terima barang steril

4.2. STANDAR FASILITAS


 Standar Fasilitas Ruang Kamar Operasi

1. Ruang-Ruang Kamar Operasi


a. Ruang Timbang Terima Pasien

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 27


Ruang Penerimaan Pasien adalah ruang serah terima pre operasi Instalasi
Kamar Operasi yang dilengkapi dengan brankar, lemari tempat pakaian
Instalasi Kamar Operasi bagi pasien yang akan menjalani operasi
b. Ruang Premedikasi
Ruang induksi dan premedikasi adalah ruang dimana pasien dari ruang
penerimaan dibawa ke ruang induksi untuk dilakukan premedikasi, tersedia
oksigen sentral.
c. Ruang Operasi 1
Ruang operasi I digunakan untuk operasi yang bersifat bersih. Dilengkapi
dengan :
 Mesin anestesi
 Monitor vital sign
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Meja instrument
 Meja mayo
 Standar infus
 Troly alkes
 Suction
 Mesin elektro couter
 Kursi putar
 Lampu rontgen
 Tempat sampah medis
d. Ruang Operasi II
Ruang operasi II digunakan untuk operasi yang bersifat kotor. Dilengkapi
dengan :
 Mesin anestesi
 Monitor vital sign
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Meja instrument

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 28


 Meja mayo
 Standar infus
 Troly alkes
 Suction
 Mesin elektro couter
 Kursi putar
 Lampu rontgen
 Tempat sampah medis
e. Ruang Cuci Tangan
 Scrub station manual
 Sikat cuci tangan
f. Anestesi
 Mesin anestesi
 Monitor vital sign
 Laryngoscope
 Reservoir
 Oropharing airway
 Endo thracheal tube
 Canule suction
 Suction
 Face mask
g. Ruang Penyimpanan Alat Steril
 Lemari Instrument linen
 Linen set
 Basic set
 Mini set
 Sc set
 Set tambahan obgyn
 Set tambahan orthophedi
 SAB set
 Korentang dan tempatnya

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 29


 Set Laparascopy
 Set tambahan 1
 Set tambahan 2
h. Ruang Pulih Sadar
Ruang pulih sadar adalah ruang dimana pasien setelah operasi dibawa ke
ruang pulih sadar untuk diobservasi sekitar 2 jam. Dilengkapi dengan
tempat tidur pasien dan oksigen sentral.
i. Ruang kepala instalasi kamar operasi
Tersedia kursi meja, ada lemari untuk penyimpanan dokumen atau arsip-
arsip, buku.
j. Ruang ganti wanita
Ruang ini digunakan khusus untuk wanita ganti pakaian, dengan pakaian
instalasi kamar operasi. Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung,
lemari pakaian dan persediaan pakaian bersih instalasi kamar operasi,
loker yang terkunci dan kamar mandi.
k. Ruang ganti pria
Ruang ini digunakan khusus untuk pria ganti pakaian. Di ruang ini
terdapat lemari pakaian gantung, lemari tempat penyimpanan pakaian
bersih instalasi kamar operasi loker yang terkunci dan kamar mandi.
l. Gudang Alkes
 Monitor Laparascopy unit
 Suction
 Mikroskop mata
 Tabung Oksigen
 Box bayi
 Alat laparascopy
 Lampu tindakan
m. Gudang Obat dan Bahan Habis Pakai
 Emergency set
1) Lidocain 2 %
2) Ephineprin

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 30


3) Atropine
4) Dexamethasone
5) Fetik sub
6) Proris sub
7) Epedrin
8) Ondansentron
 Handscound ukuran 6.5 – 7,0 – 7,5 - 8,0
 Benang Kulit
 Benang Jaringan / Otot
 Jarum
 Spuit ukuran : 1 cc 3 cc – 5 cc- 10 cc – 20 cc – 50 cc
 Cairan antiseptic
 Tablet antiseptic
 Blood set
 Infuse set
 Underpad
 Tensocrepe 3 in/ 4 in/ 6 in
 Softband
 endotracea Tube
 LMA
 Antiseptic
 masker
 nurse cap
 handscoon disposible
2. Kegiatan Penanggung Jawab Alat Medis adalah :
a. Mencatat alat medis dalam buku inventaris.
b. Setiap alat medis dicantumkan cara kerja dan frekuensi penggunaan.
c. Pemeliharaan alat medis dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan.
d. Pemeliharaan alat secara berkala. Setiap satu minggu sekali.
e. Melaporkan kepada Kepala Ruangan apabila ada kerusakan alat untuk
segera di tindaklanjuti.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 31


f. Mencatat hasil perbaikan alat medis dalan daftar frekuensi penggunaan.
3. Pemeliharaan alat
Peralatan medis dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko. Mekanisme pemeliharaan alat medis sebagai berikut:
a. Mencatat alat medis dalam buku inventaris.
b. Alat medis dipakai dan dibersihkan setiap selesai digunakan.
c. Alat medis disiapkan sesuai dengan kebutuhan setiap operasi.
d. Alat medis digunakan dan disimpan kembali sesuai dengan cara
penyimpanan.
e. Setiap hari Jum’at semua alat medis dibersihkan secara rutin.
f. Setiap satu bulan dilakukan inventarisasi alat medis.
4. Kalibrasi
Pelaksanaan kalibrasi alat medis merupakan tanggung jawab IPS RS dan
jadwal pelaksanaannya mengikuti program IPS, sedangkan alat kesehatan
yang memerlukan kalibrasi adalah :

NO NAMA ALAT MERK NO. SERI TYPE JUMLAH

1. Anasthesi vaporizer aeomed - VP-300 1 unit

CN
2. Bedside monitor goldway G-30 1 unit
32709190
CN3270922
3. Bedside monitor goldway G-30 1 unit
5
SEABA
4. doppler onemed 8200 S - 1 unit
21609
BA 3 AMK Meditom
5. ESU daiwha 1 unit
004 300 basic

 Standar Fasilitas Ruang Sterilisasi

Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi


efisiensi kerja dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam
merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 32


sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah sakit
dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik
dari semua instalasi di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau
bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit
lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi
sentral perlu diperhatikan.
1. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral
Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan
bangunan pada saat ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan
dimasa datang dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan
ketentuan untuk rumah sakit.
a. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2.
b. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2.
c. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2.
d. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2.
e. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2.
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Fathma Medika Gresik
memiliki luas bangunan 7 meter x 16 meter = 112 m2
2. Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral
Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Fathma Medika
Gresik terpisah dengan pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit
yaitu Instalasi Kamar Operasi. Pemilihan atau penetapan lokasi yang tepat
berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi,
yaitu dengan meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta
mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.
3. Pembagian dan Persyaratan Instalasi Sterilisasi Sentral
Pada prinsipnya desain Ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih
dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja Ruang Sterilisasi Sentral dibagi 6
ruang yaitu :
a. Ruang Serah Terima

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 33


Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat kotor atau habis
pakai dari ruang perawatan, rawat inap, rawat jaln, unit penunjang dan
kamar operasi untuk diserahkan kembali ke petugas sterilisasi.
b. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan
Ruang Dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol
untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi
pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan
hal-hal berbahaya lainnya.
 Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme
dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan
bioburden dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah
didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan yang
sudah disterilkan. karenanya, sistem ventilasi harus didesain
sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
 Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai
filter.
 Diganti 10 kali dalam 1 jam.
 Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan
lainnya.
 Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
juga kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi Suhu dan
kelembaban yang direkomendasikan adalah :
 Suhu udara antara 180C – 220C.
 Kelembaban udara antara 35 % - 75 %.
 Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus ada
peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 34


maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang
berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup.
 Setidaknya sekali sehari dipel.
 Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi
sink/tempat mencuci, meja kerja dan peralatan.
 Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah
dengan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
 Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-
langit, ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting,
exhaust van dan sebagainya).
 Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
 Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang kotor
diganti.
 Pemisahan sampah infectious dan non infectious.
c. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya
sudah didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan
bahan dispossible (kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi
bahan siap pakai sesuai kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Instalasi
Kamar Operasi melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat
jalan dan rawat inap serta dijual untuk umum.
d. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan
disposible (kasa, kapas, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas
kering) dan steam (uap / autoclave).
e. Ruang Penyimpanan (Store)
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di
ruang ini penerangan harus memadai, suhu antara 180C 0 220C dan
kelembaban udara antara 35 % - 75 % ventilasi menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikel antara 90 – 50 % (untuk
partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 35


dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item steril
disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari
langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat
steril tidak disimpan dekat westafel atau saluran pipa lainnya. akses ke
ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas sterilisasi sentral yang
sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh
dari lalu lintas dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi.
f. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan
yang sudah steril, seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang,
dan kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat
dipinjam ke instalasi sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.
4. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual
dari produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah
pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi
ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami
perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya
terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin
sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen
pemegang merek alat.
5. APD (Alat Pelindung Diri)
Instalasi Sterilisasi Sentral harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
seperti skort legan panjang yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty,
penutup kepala, masker “high filtration”, dan “tight fitting” google,
khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan
terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah
atau cairan tubuh lainnya. harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang
dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk
melindungi sepatu dan makser, dan google harus dilepaskan saat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 36


meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan
google harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus di
laundry setelah setiap pemakaian.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 37


BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

5.1. TATA LAKSANA PELAYANAN KAMAR BEDAH


1. PELAYANAN KAMAR BEDAH
Variabel Kriteria
1. Jenis Pelayanan Pelayanan pembedahan terencana, darurat (emergency) dan
pembedahan sehari (one day care)
2. Persyaratan Persyaratan Administrasi
Pelayanan 1. Pasien telah menandatangani informed concent
2. Dokumen medis lengkap
Persyaratan Tehnis Penjadwalan :
a. Penderita darurat didahulukan daripada penderita
elektif terencana.
b. Penderita bayi dan anak didahulukan daripada
penderita dewasa.
c. Penderita elektif dilihat dari tipe operasi, dengan
urutan :
Operasi Bersih, Operasi Terkontaminasi dan Operasi kotor.
3. Besar Tarif  Tarif pelayanan mengacu kepada Peraturan Daerah
Propinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2012.
 Keputusan Direktur Tentang Tarif Pelayanan Kesehatan
Dan Pelayanan Penunjang RS Fathma Medika Gresik No
Kpts-0106/RSFM-01/X/2016
4. Lama Waktu Waktu Tunggu Pelayanan Operasi :
Penyelesaian a. Operasi Terencana : < 24 jam
b. Operasi Darurat : < 2 jam
Waktu tunggu penyelesaian operasi :
 Sesuai jenis tindakan operasi.
5. Prosedur A. Pelayanan Operasi Terencana
Proses 1. Pasien datang ke instalasi rawat jalan untuk daftar
Penyelesaian operasi dengan membawa persyaratan yang diperlukan.
Pelayanan 2. 24 jam sebelum dilakukan operasi pasien masuk ruang
rawat inap (MRS), melalui rawat jalan. Bagi pasien
yang tidak memerlukan pembiusan pasien tidak perlu
MRS.
3. Pada waktu yang telah ditentukan, penderita dikirim
dari ruang rawat inap ke kamar operasi dengan segala
kelengkapannya, atau bagi pasein yang tidak MRS
langsung datang sendiri ke kamar operasi Bedah
Sentral.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 38


Variabel Kriteria
4. Setelah selesai dilakukan tindakan pembedahan, bagi
pasien yang dilakukan pembiusan menunggu di ruang
pulih sadar selama ± 2 jam. Kemudian pasien dikirim
kembali ke ruang rawat inap asal atau ruang rawat
intensif sesuai kondisi pasien.
5. Bagi pasien yang tidak MRS dapat langsung pulang
dengan menyelesaikan administrasi pembayaran
terlebih dahulu.
B. Pelayanan Operasi Darurat
1. Petugas IGD atau petugas rawat inap menghubungi
petugas Instalasi Kamar Operasi bahwa ada pasien
yang harus di operasi darurat (Cito Emergency)
2. Pasien dikirim ke kamar operasi dengan segala
kelengkapannya.
3. Setelah dilakukan tindakan operasi darurat (cito
emergency), penderita kebali dikirim ke ruang rawat
inap atau ruang Rawat Intensif.
1. Terlaksananya kegiatan operasi terencana dengan hasil
6. Spesifikasi yang optimal.
Produk 2. Terlaksananya operasi darurat (emergency) dengan
hasil yang optimal.
Dokter yang bertugas di Instalasi kamar operasi
7. Kompetensi 1. Dokter spesialis, lulus program pendidikan dokter
Petugas spesialis dan bekerja sebagai dokter spesialis tetap
sesuai disiplin ilmu.
2. Dokter spesialis tamu yang telah mendapatkan ijin dari
direksi RS Fathma Medika.
8. Sarana dan 1. Meja Operasi 9. Box foto
Prasarana 2. Mesin Anestesi 10. Brancart
Pelayanan 3. Lampu Operasi 11. Monitor
4. Meja Instrumen laparascopi Unit
5. Instrumen Lengkap 12. Meja Mayo
Suction Elekrik 13. Lampu Tindakan
6. Elektro Surgical (cuting 14. Infant Radiant
Cess) Warmer
7. Monitor Anestesi 15. Box Bayi
8. Mikroskop Mata 16. Timbangan Bayi

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 39


2. ALUR PELAYANAN OPERASI ELEKTIF
LOKASI ALUR KEGIATAN
 Dilakukan pemeriksaan
penunjang
Laboratorium /Radiologi
POLIKLINIK
PASIEN  Dilakukan konsultasi
pada poli lain
POLI RAWAT JALAN  Dilakukan konsultasi
pada dokter Anestesi

 Pendaftaran untuk
ADSMINISTRASI
INSTALASI
INSTALASI KAMAR
KAMAR OPERASI
penjadwalan
OPERASI

INSTALASI RAWAT
RAWAT INAP  Dilakukan persiapan
INAP operasi

KAMAR OPERASI  Dilakukan tindakan


INSTALASI
INSTALASI KAMAR
KAMAR OPERASI operasi
OPERASI

RUANG
ANESTESI  Dilakukan Observasi
PULIH SADAR

PERL  Dilakukan observasi dan


Ya
ICU
U - perawatan post operasi
RAWAT INAP
Tidak ICU  Dilakukan perawatan
post operasi

RAWAT INAP

PULANG

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 40


3. ALUR PELAYANAN OPERASI EMERGENSI
LOKASI ALUR KEGIATAN
 Dilakukan konsultasi
IGD / ICU/ VK / dengan dokter operator,
PASIEN dokter anestesi, dan dokter
RAWAT INAP lain bila diperlukan
IGD / ICU / RAWAT  Dilakukan koordinasi
INAP untuk persiapan petugas
atau tenaga OK

INSTALASI KAMAR
KAMAR OPERASI  Dilakukan tindakan
OPERASI
INSTALASI BEDAH SENTRAL operasi sesuai dengan
diagnose

RUANG
ANESTESI  Dilakukan Observasi
PULIH SADAR

 Dilakukan observasi dan


PERL
ICU - perawatan post operasi
Ya
U
RAWAT INAP
ICU  Dilakukan perawatan
Tidak
post operasi

RAWAT INAP

PULANG

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 41


4. ALUR PELAYANAN ONE DAY SURGERY (ODS)
LOKASI ALUR KEGIATAN
 Dilakukan konsultasi
dengan dokter operator,
POLIKLINIK / IGD / dokter anestesi, dan
PASIEN
RUJUKAN DOKTER dokter lain bila
diperlukan
 Dilakukan koordinasi
untuk persiapan petugas
atau tenaga OK

KAMAR OPERASI  Dilakukan tindakan


INSTALASI
INSTALASI KAMAR operasi sesuai dengan
KAMAR OPERASI
OPEARSI diagnose

ANESTESI
RUANG  Dilakukan Observasi
PULIH SADAR

PULANG

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 42


5. ALUR PETUGAS DAN PASIEN KAMAR OPERASI

Alur Petugas Alur pasien

Pintu ruang istirahat dokter Pintu depan kamar operasi

Ruang Ganti PR/LK Ruang transport

Ruang kamar operasi Ruang Premedikasi

Ruang RR Ruang operasi

Ruang transport

Ruangan pasien

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 43


5.2. TATA LAKSANA PELAYANAN RUANG STERILISASI
1. TATA LAKSANA
a. Perencanaan
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-
lain) dan linen maupun bahan re-use dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi
Sentral, dalam rencana anggaran tahunan disesuaikan dengan kebutuhan unit-
unit pelayanan.
 Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
 Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
 Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril
selama setahun.
 Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam
proses sterilisasi.
 Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan
peralatan / bahan baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Instalasi Sterilisasi
Sentral melalui Rencana Anggaran Belanja Tahunan.
b. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan
berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi Sentral
dan diajukan dalam RKAP Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim
Pengadaan Rumah Sakit berdasarkan RKAP yang telah disetujui.
c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi
kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses
dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan
langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi
tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
pada alat-alat kesehatan tersebut.
 Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 44


Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi,
harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi
sedemikain rupa sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien,
pekerja dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga :
 Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat
pemakaian oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi
dari benda-benda tersebut.
 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer
yang baik.
 Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan
dikembalikan ke laundry.
 Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook
sebelum membawa peralatan yang kotor.
 Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum
didistribusikan kembali.
 Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Di Rumah Sakit Fathma Medika Gresik, untuk Dekontaminasi awal atau
pre cleaning dilakukan di unit pemakai sebelum dibawa ke Instalasi
Sterilisasi Sentral. Dekontaminasi awal menggunakan larutan Odex.
 Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang
ditempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan
Rumah Sakit yang mengacu pada peraturan pemerintah.
 Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didensifeksi atau di sterilkan.
 Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 45


Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai
sesegera mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai
pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
 Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi.
 Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari
percikan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang
dekontaminasi
 Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang
dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus :
 Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu
komponen dan dibuka semua sambungannya untuk memastikan
seluruh permukaan tercuci bersih.
 Disortir berdasarkan metode pembesihan.
 Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry
heat, karena baik uap atupun dry heat tidak dapat meresap dan
membunuh mokroorganisme. Jika alat alat tidak dibersihkan dengan
baik terlebih dahulu.
 Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent)
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu
kotoran organik tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus :
 Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih.
 Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci
yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada
type kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebih mudah
dibersihkan dengan detergen yang besifat basa. Garam mineral mudah
dibersihkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan
metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika
tidak, kerusakan alat yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 46


 Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam
mineral sedikit, gunakan sedikit detergen dan gunakan lebih
banyakdetergen jika kandungan garam mineral pada air lebih banyak.
 Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk
mencuci alat-alat yang memiliki lumen dan sambungan.
 Digunakan sesuai petunjuk produsendan sesuai dengan bahan alat.
 Metode merendam dan membilas
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel
yang kelihatan dan hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir
semua partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan semua permukaan
dari semua alat-alat agar aman untuk proses densifeksi dan sterilisasi.
Mencuci dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi
keduannya. Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak
alat serta keamanan petugas, alat-alat harus :
 Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan
semua sambungan harus di buka untuk memastikan semua permukaan
alat tercuci bersih.
 Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 200C-430C selama 10
menit dan atau dalam produk enzym yang dapat melepaskan darah dan
zat-zat protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah
pada alat dan juga memabantu menghilangkan protein.
 Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir
untuk melepaskan partikel-partikel protein.
 Mencuci secara manual
Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara
manual setelah direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus :
 Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tengelam/terendam.
 Dicuci menurut aturan produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 47


 Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat,
alat-alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan
dengan densifeksi atau disterilkan setiap hari.
Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 400C – 550C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi
atau suling. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu
sebelum dirubrikasi (dengan parafin), didensifeksi atau disterilkan.
d. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang
tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan
adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien
yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
 Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya.
 Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
 Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
isinya terkontaminasi.
Pengemasan di Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Fathma Medika
Gresik dilakukan dengan menggunakan 2 cara :
 Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril, atau tromol
instrumen yang berukuran besar.
 Kemasan bak instrumen, digunakan untuk instrumen medis yang
berukuran variatif dari kecil sampai besar.
e. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau
bahan yang akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian
tanda ini meliputi :
 Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan
jenis alat atau bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 48


 Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk
memastikan apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam
mesin sterilisasi.
Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk
memastikan apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan
instrumen di dalam kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun
kertas plastik.
f. Sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Fathma Medika Gresik dilakukan dengan cara
sebagaimana berikut ini :
 Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana
panas akan diabsorsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu
merabat kebagian dalam permukaan sampai pada akhirnya suhu untuk
sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-alat
atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau
untuk peralatan terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering
pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui proses oksidasi sampai
terjadi keogulasi protein sel. Sterilisasi dengan cara ini di pergunakan
untuk peralatan logam dan kaca tahan panas. Metode ini memerlukan
waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi.
Siklus kerja dari mesin sterilisasi panas skering meliputi :
 Pemanasan udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan
disirkulasikan pada chember.
 Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada chember.
 Pada saat seluruh chember memiliki suhu yang sama maka
berakhirlah fase equilibrium dan dimulai fase holding time atau
sterilisasi.
 Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan udara dingin
dan terfiltrasi ke dalam chember.
Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 49


 Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus
steam seperti serbuk kering dan bahan minyak.
 Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
 Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat
yang tidak dapat di bongkar pasang.
Kelemahan dari sterilisasi panas kering antara lain :
 Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak
merata.
 Diperlukan pemaparan panas yang lebih lama untuk mencapai
kondisi steril.
 Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet den beberapa bahan lain.
 Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave) :
Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi
yang paling efisien dan efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap dapat
membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan keagulasi sel protein
secara irreversible. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril maka
perlakuan pre sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik,
pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu
diperhatikan. Jadi proses kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung
pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi
pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum
digunakan.
g. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah,
suhu sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 -
75%). Alat digunakan kembali dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first
out), dimana alat yang lebih dahulu disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat
yang dibugkus dalam kemasan pauches (Medipack) dan dalam penyimpanan
yang optimal, dapat dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih,
sehingga satu tahun, sesuai hasil kultur yang perna dilakukan Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 50


Fathma Medika Gresik. Namun apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus
dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang tidak dibungkus
harus segera digunakan segera setelah dikeluarkan.
h. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke
unit pelayanan dilkukan dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi
bahan atau alat steril dilakukan melalui loket peminjaman bahan atau alat
medis steril, pada jam pengambilan yang telah ditentukan, yaitu pukul 07.00 –
21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IBS, IGD, ICU jika memerlukan alat
medis steril di atas jam 21.00 atau hari libur ada petugas jaga on call 24 jam.
Distribusi alat atau instrumen kotor dari unit pelayanan ke Instalasi Sterilisasi
Sentral dengan menggunakan box plastik tertutup khusus instrumen kotor,
dan diserahkan di loket Instalasi Sterilisasi Sentral khusus penerimaan barang
kotor. Setiap kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril maupun
alat medis kotor, harus dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan di
tanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas Instalasi Sterilisasi
Sentral.
2. ALUR PELAYANAN RUANG STERILISASI
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja
dibuat sedemikian rupa sehingga :
a. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
b. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah.
c. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
d. Memudahkan dalam pemantauan

 ALUR PELAYANAN STERILISASI

Unit Pelayanan Alat kotor Linen Kotor Unit Pelayanan

Inst. Sterilisasi Sentral R.Pencucian

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 51


Dekontaminasi Dekontaminasi

Pencucian Pencucian

Pengemasan Pengeringan

Penandaan Pengemasan

Sterilisasi Distribusi

Penyimpanan

Distribusi
Loket Bahan Steril
Unit Pelayanan

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 52


 ALUR ALAT KOTOR

Instalasi Pengguna Pintu Belakang kamar


operasi
Pengambilan Alat Kotor
jam 07.00 & 14.00

Pusat Sterilisasi

Dekontaminiasi

Proses

 ALUR ALAT STERIL


Pusat Sterilisasi

Pengembalian alat steril jam


11.00 & 18.00

Loket Alat Steril

Lorong Pintu Samping Pusat Sterilisasi

Pintu RR kamar Operasi Instalasi Penguna

Tempat alat steril kamar operasi Tempat alat steril instalasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 53


3. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL
STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat
medis yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril.
Sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan
benar-benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme
yang ketat.
a. Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan
medis yang disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah
dengan cara melakukan kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang
disterilkan. Nmaun cara ini tidak praktis dan sangat mahal. Untuk itu
Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Fathma Medika Gresik dilakukan
monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa
parameter-parameter yang ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi
dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
 Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas
berupa nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan
siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat
diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang
sudah terdistribusikan.
 Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot,
informasi umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan
sebagainya), waktu pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh mesin
sterilisator), nama operator, data hasil pengujian biologi, data respon
terhadap indikator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
 Waktu kedaluwarsa

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 54


Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan
waktu kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu
kedaluwarsa tidak tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang
dialami oleh kemasan tersebut.
 Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk
memastikan bahwa kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil
sterilisasi. Kalibrasi sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk
setiap jenis sterilisator, baik sterilisator panas kering maupun sterilisator
autoclave.
b. Jenis-jenis Indikator Sterilisasi
 Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu
maupun tekanan yang menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.
 Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek
yang disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
 Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi
untuk memberikan bukti visual bahawa benda atau alat sudah
melawati proses sterilisasi, dan sebagai segel dan pengaman
kemasan. Aakan tetapi tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan
ke dalam ke dalam bagian dalam kemasan.
 Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian
kemasan yang paling sulit di capai sterilan. Perubahan warna
menunjukan kemasan telah melawati proses sterilisasi.
 Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter
yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Prinsip
kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non pathogenik dan

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 55


resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses, spora itu mati,
dapat diasumsikan bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril juga.

Di Rumah Sakit Fathma Medika dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi


dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator
mekanik serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap tiga bulan sekali
dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk
menilai mutu akhir dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam
penyimpanannya.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 56


BAB VI
LOGISTIK

6.1. PENGERTIAN
Suatu usaha kegiatan yang diawali dari perencanaan, pengajuan, pengadaan,
penggunaan, pengelolaan dan pendistribusian serta penghapusan bahan-bahan baik
yang investasi maupun bahan habis pakai.

6.2. MACAM-MACAM LOGISTIK DI KAMAR OPERASI DAN RUANG


STERILISASI
1. Alat
a. Alat Instrumen
 Ruang Operasi
 Basic set 1
Kokher sedang 1
Nama Barang Jumlah
Handvat mess no 4 1
Desinfeksi klem/krom klem 1 Handvat mess no 3 1
Doek klem 5 Com 1
Naldvoeder 1 Bengkok 1
Naldvoeder 1 Gunting metzembum
1
Ellis klem 1 sedang
Krom klem sedang 1 Gunting benang 1
Krom klem sedang 1 Canul suction 1
Krom klem sedang 1 Pinset anatomi panjang 1
Krom klem sedang 1 Pinset chirurgic sedang 1
Kokher sedang 1 Pinset chirurgic sedang 1
Kokher sedang 2 Pinset anatomi sedang 1
Kokher sedang 1 Hak 1
Kokher sedang 1 Langen back 1
Kokher sedang 1 Total 33

 Basic set 2
Doek klem 5
Nama Barang Jumlah
Naldvoeder 1
Desinfeksi klem/krom klem Naldvoeder 1
1
P Ellis klem 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 57


Krom klem sedang 2 Krom klem sedang 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 58


Krom klem sedang 1 Gunting metzembum
1
Kokher sedang 2 sedang
Kokher sedang 2 Gunting benang 1
Kokher sedang 1 Canul suction 1
Kokher sedang 1 Pinset chirurgic sedang 1
Kokher sedang 1 Pinset chirurgic sedang 1
Handvat mess no 4 1 Pinset anatomi sedang 1
Handvat mess no 3 1 Pinset anatomi panjang 1
Com 1 Hak 1
Bengkok 1 Langen back 1
Total 33

 Mini set
Kokher kecil bengkok 3
Nama Barang Jumlah
Hak kecil kombinasi tajam 2
Desinfeksi klem 1 Cucing 1
Doek klem kecil 5 Gunting metzembum
1
Nald voeder 1 sedang
Nald voeder 1 Gunting benang 1
Ellis klem 1 Kanul suction besar 1
Hadvat mess no 3 1 Bengkok 1
Hadvat mess no 3 1 Hanger alat 1
Krom klem kecil 1 Pinset chirurgi kecil manis 2
Krom klem kecil 1 Pinset chirurgi sedang
1
manis
Krom klem kecil 2
Pinset anatomi sedang
Khoker kecil lurus 1 1
manis
Khoker kecil lurus 2 Total 34
Kokher kecil bengkok 1

 Set sc 1
Gunting metzembum besar
Nama Barang Jumlah
Gunting benang 1
Desinfeksi klem 1 Kokher sedang 1
Ring tang 4 Kokher sedang 1
Ring tang 1 Bebkok 1
Mikulik 2 Ellis klem 1
Mikulik 2 Krom klem sedang 1
Naldfoeder 1 Krom klem sedang 1
Naldfoeder 1 Krom klem sedang 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 59


Langen beck 1 Blas speculum 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 60


Timan 1 Cucing 1
Canul suction 1 Kom 1
Handvat mess no 4 1 Pinset anatomi panjang 1
Doek klem 2 Pinset chirurgic sedang 2
Doek klem 3 Total 36
Bengkok 1

 Set sc 2
Krom klem sedang 1
Nama Barang Jumlah
Langen beck 1
Desinfeksi klem 1 Blas speculum 1
Ring tang 5 Timan 1
Mikulik 4 Canul suction 1
Mikulik 1 Handvat mess no 4 1
Naldfoeder 1 Doek klem 4
Naldfoeder 1 Doek klem 1
Gunting metzembum besar 1 Bengkok 1
Gunting benang 1 Cucing 1
Kokher sedang 1 Kom 1
Kokher sedang 1 Pinset anatomi panjang 1
Bebkok 1 Pinset chirurgic sedang 1
Ellis klem 1 Pinset chirurgic sedang 1
Krom klem sedang 1 Total 38
Krom klem sedang 1

 Set sc 3
Kokher 1
Nama Barang Jumlah
Bebkok 1
Desinfeksi klem 1 Ellis klem 1
Ring tang 1 Krom klem sedang 1
Ring tang 3 Krom klem sedang 1
Ring tang 1 Krom klem sedang 1
Mikulik 3 Langen beck 1
Mikulik 1 Blass spekulum 1
Naldfoeder 1 Timan 1
Naldfoeder 1 Canul suction 1
Gunting metzembum besar 1 Handvat mess no 4 1
Gunting benang 1 Doek klem 1
Kokher 1 Bengkok 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 61


Cucing 1 Kom 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 62


Pinset chirurgic sedang 1 Pinset anatomi panjang 1
Pinset chirurgic sedang 1 Total 33

 Set sc 4
Krom klem sedang 1
Nama Barang Jumlah
Hak 1
Desinfeksi klem 1 Blas speculum 1
Ring tang 5 Timan 1
Mikulik 3 Canul suction 1
Mikulik 2 Handvat mess no 4 1
Naldfoeder 1 Doek klem 4
Naldfoeder 1 Doek klem 1
Gunting metzembum, 1 Bengkok 1
Gunting benang 1 Cucing 1
Kokher 2 Kom 1
Bebkok 1 Pinset chirurgic sedang 1
Ellis klem 1 Pinset chirurgic sedang 1
Krom klem sedang 1 Pinset anatomi panjang 1
Krom klem sedang 1 Total 38

 Set tambahan obgyn

Nama Barang Jumlah


Timan kecil 2
Mikulik hak 2
Kokher hak 2
Kokher besar 2
Khoker sedang bengkok 2
Tonge spatel besar 1
Hysterectomy haney 9
Hysterectomy klem
5
werrtheim
Naldvoeder besar 1
Naldvoeder besar 2
Krom klem lurus (pean)
1
besar
Kelly retractor 2
Darm klem bengkok 4
Darm klem lurus 4

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 63


Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 64
Miom bor 1
Total 40
 Set tambahan ortho
Screw driver  3,5 1
Nama Barang Jumlah
Tatah bengkok 1
Knabel kecil 1 Ras + tongsil hak 1
Knabel besar 1 Kikir 1
Pemotong wire 1 Ras 1
Hummer 1 Bone tang 1
Screw driver  2,5 1 Total 11

 Mata

Nama Barang Jumlah


Cucing kecil 1
Klem lurus 1
Bengkok 1
Doek klem 3
Doek klem 1
Gunting metzembum kecil 1
Penlight 1
Total 9

 Box
retraktor tajam gigi 2 2
Nama Barang Jumlah
Randal kind stone forceps
1
Spider kecil 1 F1
Nasal speculum 1 Randal kind stone forceps
1
F2
Usseav tracheal dilator 1
Iver tracheal tube no 2/6
Walsham rinologi 23 cm 1 1
mm
Illis tissue forceps 20 cm Iver tracheal tube no 4/8
1 1
atr mm
Moynihan gallstone probe 1 Tonsilen bruenings 28 cm 1
Dram klem bengkok 25 cm 2 Virchow general cirurgi 20
Wertheim pean 1
1 cm
hysterectomy for Tonsillen eves 28 cm 1
White tongsil seizing Tonsilen eves 28 cm 1
1
forceps Bose trachea hole sharp
Seun retraktors 1 1
right

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 65


Bose trachea hole sharp left 1 Devise boyle tonge deps.fig
2
Canul suction poole 8 mm 2 3
Illis clem bengkok 19 cm 1 Devise boyle tonge deps.fig
2
1
Tonsillen blokiuke 20 cm 1
Devise boyle tonge deps.fig
Duval grasping forceps 23 2
1 2
cm
Hak tajam gigi 6 2 Rochester pean hemo str
1
forceps 14 cm
Dram klem lurus 25 cm 2
Henke tonsil elevator 23 Halsted mosquito forceps
1 1
cm str 14 cm
Darm klem bengkok 25 cm 2 Halsted mosquito forceps
1
Volkmann retractor blunt 1 str 12cm
Volkman retractor shap 3 Pean hemost forceps
4
delicate
Koenig ligature conductor 1
Crile arterienklem 14 cm 3
Deschamps needle bi right 1
Pean altery forceps cvd 8
Deschamps needle bi left 1
Middeldorfm retractor s 2
Beckmann edenoid curet
1 Kokher guiding probe 15
fig 1 1
cm
Negus tonsil 19 cm 2
Schumacher scissors delia
Mikulicc peritorium 1
1 ste
forceps
Reverdin abdominal
Middeldorff retractor 26 x 1
2 retractor
30 mm Phaneuf peritoneum
Hospitox curet 1 5
forceps
Kom dan penutup 1 Roch pean hemost forceps
4
Jennings mouth gag 9 cm 1 str
Davies boyle mouth gag Mathieu needle holder 1
2
only Micro malleus nippers 1
Bengkok 1 Crile wood needleholder 15
Cucing kecil 1 2
cm
Cucing 2 Baumgatnen holder 2
Richardson retractor 1 Lister bandage sciccors 14
Fritsch retrac 45 x 60 1 1
cm
Timan kecil 1 Forceps USA 1 x 2 t 13 cm 1
Timan besar 1 Backhaus towel forceps 7
Hammer 900 gram 1 ~ 1
Stile gpsverband 37 cm 1 Bechause towel forceps 3
Devuer grip retractors 2 ~ 1
Devise boyle tonge depr. Vascular coron, scissor 1
2
fig.4 Schnidt tonsilen 4
Heanay retractor 1 Pean hemost forceps 4
Heanay retractor 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 66


delicate
Metzembaum 3
Good vascular scissors 1
Metzembaum scissorsstr.
1
15 cm
Metzembaum scissorsstr.
1
18 cm
Scissors metz. cvd. 20 cm 1
Halsted mosquito forceps
2
cvd 12 cm
Mayo hanger 4
Mikro ohrzangchen 4 mm 1
Elevator para tabique 1
Scalpel handle no 4 1
Scalpel handle no 3 1
Scalpel handle no 7 1
Dissector 13 cm 1
Tonge spatel kecil 2
Pinset chirurgis 14,5 4
Pinset chirurgic sedang 3
Dabakey atrau forceps 2
Forceps dressing 20 cm 2
Pinset anatomi besar 1
Pinset anatomi sedang 3
Forceps dressing 13 cm cvd 1
Debakey atrau forceps 1
Pinset anatomi sedang 1
Forceps narrow dressing 14
6
cm
Stille forceps 1x2 t 1
Forceps tissue 1x2 teeth
2
14,5
Forceps tissue 2x3 teeth
2
14,5
Gillies tissue forceps 1x2 t
2
15
Gerald forceps serrated str 2
Hangebarth clip appl
1
forceps
Pinset chirurgic kecil 1
Grafe iris forceps 1x2 t str 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 67


Forceps USA 1x2 t 13 cm 1
Kokher guiding probe 15
1
cm
~ 1
Total 196

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 68


 Set tambahan 1
Elevator 1
Nama Barang Jumlah
Nasal speculum 1
Pinset chirurgi kecil manis 1 Sonde dengan pengarah 1
Pinset chirurgi kecil manis 1 sonde 1
Pinset chirurgi sedang 2 Canul suction kecil 1
Pinset chirurgi sedang
1 Drill bit  3.2 1
manis Pemegang gigli 2
Pinset chirurgi sedang Ellis klem 6
1
manis
Tonge spatel kecil 1
Pinset anatomi sedang 4
Metzembum 1
Pinset anatomi sedang 2
Metzembum 1
Pinset anatomi panjang
2 Metzembum 1
manis
Pinset chirurgi panjang Metzembum 1
2 Metzembum lurus 1
manis
Pinset chirurgi panjang 2 Metzembum lurus 1
Handvat mess 4 3 Metzembum lurus 2
Handvat mess 3 2 Gunting jaringan 1
Handvat mess 7 2 Gunting benang 1
Hak tumpul kecil 2 Kokher sedang 3
Hak kecil kombinasi Kokher sedang 3
1
(tajam) Kokher panjang 1
Hak kecil kombinasi Kokher bengkok 2
1
(tajam) Bebkok klem 1
Intan the hak 1 Bebkok klem 1
Intan the hak 1 Nald voeder besar 1
Hak daun 2 Nald voeder kecil 2
Curettage 1 Total 73

 Set tambahan 2
Krom klem sedang 1
Nama Barang Jumlah
krom klem kecil 4
Hanger alat 4 krom klem kecil 3
Kokher kecil 9 krom klem kecil 1
Kokher sedang bengkok 3 krom klem kecil 2
Krom klem sedang 3 krom klem kecil 1
Krom klem sedang 1 krom klem kecil 1
Krom klem sedang 1 Pean sedang 3

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 69


Pean sedang 2 Doek klem 1
Pean sedang 2 Doek klem 1
Pean kecil 3 Doek klem 1
Pean kecil 1 Kokher lurus kecil 1
Pean kecil 2 Kokher lurus kecil 1
Pean sedang 3 Kokher lurus kecil 2
Pean sedang 1 Kokher lurus kecil 1
Doek klem 3 Total 65
Doek klem 3

 Set tambahan 3

Nama Barang Jumlah


Ring tang 2
Ring tang 1
Ring tang 2
Ring tang 1
Ring tang 1
Ring tang 1
Krom klem panjang 7
Mikulik 2
Mikulik 1
Right anggel 4
Stone tang lurus 2
Stone tang bengkok 2
Tenakulum doble 3
Tenakulum dengan
3
pengarah
Kokher besar 2
Kokher besar 1
Kokher besar 1
Cucing kecil 1
Histerec klem mata 1 1
Cucing 3
Hak tajam gigi 6 2
Hak kecil 2
Hak kecil panjang 1
Hak sedang 4
Nald voeder besar 2
Gunting metzembum besar 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 70


Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 71
Gunting metzembum besar 1
Langen back 2
Total 56

 Ruang Sterilisasi
Ruang sterilisasi tidak memiliki alat instrument. Alat instrument yang
disterilkan di pusat sterlisasi adalah inventaris instalasi pengguna.
b. Alat kesehatan
 Ruang Operasi
Junction risk anak 2
Nama Barang Jumlah
Meja operasi 1
Meja instrument 1 Meja operasi 1
Meja instrument 1 Lampu operasi (besar dan
Meja instrument 1 kecil) 1
Meja mayo 1 Lampu operasi (besar dan
kecil) 1
Meja mayo 1
Trap 3
Meja dressing 1
kaca mata operasi 6
Meja dressing 1
kaca mata google 3
Meja dressing 1 Bengkok 2
Meja dressing 1 sampah medis infeksius 3
Suction pump besar 1 sampah medis non infeksius 3
Suction pump besar 1 stetoskop 1
Suction pump kecil 1 stetoskop 1
Lampu baca foto 1 tabung o2 kecil 1
Lampu baca foto 1 tabung n2o kecil 1
Electro surgical 1 tabung o2 kecil transport 1
Electro surgical 1 alat laparascopy 1 set
Mesin laparascopy 1 set saklar UV 1
Standart infus 1 tempat tidur 3 crak + matras 4
Standart infus 1 flometer oksigen 2
Standart infus 1 dopler 1
Standart infus 1 infant radiant warmer 1
Standart infus 4 tensi dewasa 1
Mesin anastesi (ok 1) 1 tensi anak-anak 1
Mesin anastesi (Ok 2) 1 troli untuk timbangan bayi 1
Monitor 1 box bayi 1
Monitor 1 lampu tindakan 1
Laryngoscope dewasa 1 laci obat 4

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 72


tempat obat emergency 1 bantal besar 3
ambubag dewasa 1 Thermometer 1
ambubag anak-anak 1 medical regulator 3
pispot cewek 1 cucing tempat jarum 1
pispot laki-laki 1 cucing tempat benang 1
bantal donat 4 deken doek 2
bantal sedang 2 selang silicon 6
bantal kecil 4 timbangan bayi 1
 Ruang Sterilisasi

Nama Barang Jumlah


Sterilisator steam (autoclave) 1
Sterilisatort dry heat (panas
1
kering/memert)
hygrometer 1
Alat pres madipac 1
Troli alat steril 1
Tempat Bascom 2 1
Tempat cuci alat 1
Total 7
c. non medis
 Ruang Operasi
ac kecil 1
Nama Barang Jumlah
remote ac 1
OK 1 OK 2
kursi bar hitam 1 kursi bar hitam 1
kursi bar coklat 1 bola lampu 4
bola lampu 4 lampu panjang 8
lampu panjang 8 lampu UV 4
lampu UV 4 hydrometer 1
Hydrometer 1 jam dinding 1
jam diding 1 steker T 1
steker T 1 saklar 4
steker adapter 1 stop kontak 4 1
Saklar 4 stop kontak 1 2
stop kontak 4 1 pintu 3
stop kontak 1 1 cendela tempat linen kotor 1
pintu 3 ac besar 1
cendela tempat linen kotor 1 ac kecil 1
ac besar 1 remote ac 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 73


LORONG Cctv 1
bola lampu 6 laci mini 2
stop kontak 1 2 kursi kantor 2
UV 1 kursi 2
atalase untuk alat kursi bakso 4
1
laparascopy pintu geser 1
bel 1 Pintu 2
stop kontak 4 1 Ac 1
sepatu boat besar 1 remote ac 1
sepatu boat besar 1 meja kerja 1
sepatu boat kecil 3 RUANG GANTI PR
timbah 2 gantungan baju 3
tempat baskom 1 1 kaca 1
baskom kecil 5 stop kontak 4 1
tempat linen kotor 2 stop kontak 1 3
botol spray 5 Saklar 3
box besar 1 kotak sabun dan kaca
1
box sedang 4 dinding
toples plastik kecil 4 bola lampu 2
toples plastik besar 1 pintu geser 1
RUANG PRE MEDIKASI pintu kamar mandi 1
almari premed 1 pintu dengan door closer 1
ac besar 1 gorden tempat ganti 1
ac kecil 1 sampah non medis 1
remote ac 1 loker 2 pintu 2
saklar 3 tempat baju petugas kotor 1
pintu geser 1 meja 1
pintu 3 dispenser 1
RUANG RR almari es untul obat 1
stop kontak 1 3 handscrub 1
stop kontak 4 3 keset 2
saklar 4 tempat tisue 1
steker T 1 wastafel 1
bola lampu 10 kloset duduk dan shower 1
Computer 1 kran air 2
Mouse 1 timbah kamar mandi 1
Keyboard 1 gayung 1
Print 1 sandal kamar mandi 1
HT 1 tempat sabun cuci tangan 1
hp wireless 1 RUANG GANTI LK
autometic voltage regulator 1 pintu dengan door closer 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 74


handscrub 1 remote ac 1
apar 1 Saklar 2
stop kontak 1 4 stop kontak 1 4
saklar 4 wastafel 1
gorden tempat ganti 1 kloset duduk dan shower 1
sampah non medis 1 tempat sabun cuci tangan 1
sampah kamar mandi 1 Timbah 1
tempat baju petugas kotor 1 Gayung 1
keset 2 tempat tissue 1
bola lampu 5 tempat sampah non medis 1
pintu geser 1 almari berkas 1
loker 2 pintu 1 sandal baim 16
loker 5 pintu 1 TEMPAT BHP
kaca 1 bola lampu 2
gantungan baju 3 almari bhp 1
kotak sabun dan kaca spool hoek 1
1
dinding tempat baskom 2 1
wastafel 1 timbah sedang 1
kran air 2 saklar 2
tempat tissue 1 pintu 1
kloset duduk dan shower 1 TEMPAT ALAT STERIL
tempat sabun cuci tangan 1 bola lampu 2
sandal kamar mandi 1 saklar 2
pintu kamar mandi 1 box besar 2
Gayung 1 pintu 1
timbah kamar mandi 1 lemari alat steril 1
LORONG DEPAN lemari linen bersih 1
pintu geser 1 ATK
pintu 10 Stempel 13
bola lampu bantalan stempel 1
rak sandal 4 tempat pensil 1
meja makan 1 Penggaris 2
meja kecil 1 cutter besar 1
Dispenser 1 gunting besar 2
Meja 1 gunting besar 1
kursi istirahat 1 gunting kecil 1
Tv 1 Perforator 1
remote tv 1 staples kertas 2
Ac 1 Kalkulator 1
 Ruang Sterilisasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 75


Nama Barang Jumlah
Sepatu boat 1
Sarung tangan untuk cuci
1
alat
Meja kantor 1
Kursi kantor 1
komputer 1
telepon 1
Gunting 2
Buku distribusi 1
Bopoin 3
Tipe x 1
penggaris 1
Keranjang dokumen 1
Kipas angin 1
Remot kipas 1
pigura 3
Lemari alat steril 1
Lemari linen steril 1
Tempat sampah infeksius 1
Tempat samapah non
1
infeksius
Meja untuk pengering alat 1
Meja untuk pengemasan
1
alat
Meja untu tempat kompor 1
Sarung tangan anti panas 3
Jam dinding 1
Blower 2

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 76


Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 77
Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 78
Keset 2
Timbah air 1
Laci kecil 1
Tempat alat tulis 1
Sikat 1
Gayung 1
Temat sampah non medis 1
Lemari linen bersih 1
Keranjang kecil 1
Kontener besar 2
Container sedang 6
Keranjang besar 1
Toples sedang 1
Kompor listrik 1
Panci besar 1
Bascom 1
Sendok sayur 1
Bola Lampu 10
Stop kontak 7
Saklar 7
Pintu 3
Gantungan baju 1
Wastafel 1
Kloset duduk dan shower 1
Kran air 3
Tempat tissue 1
Pintu koboi 1
Pintu kaca 1
Total 93
2. Linen
Linen set yang dibutuhkan saat operasi sudah dikelola oleh Pusat Sterilisasi
dan Pencucian, sedangkan tanggung jawab di kamar bedah hanya linen tertentu,
terdiri dari :
a. Selimut pasien.
b. Baju pasien.
c. Baju dokter.
d. Baju perawat.
e. Perlak.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 79


Kegiatan penanggung jawab linen adalah :
a. Mencatat linen dalam buku inventarisasi linen.
b. Linen disimpan dalam gudang linen sesuai dengan protap.
c. Linen disiapkan sesuai dengan kebutuhan setiap operasi.
d. Mencatat linen yang disimpan dalam buku inventaris linen.
e. Linen digunakan sesuai dengan jenis operasi.
f. Setelah digunakan dilakukan pemisahan sesuai dengan protap.
g. Linen disimpan dikamar operasi sesuai dengan protap.
3. Bahan Habis Pakai
Bahan habis pakai dan alat kesehatan yang dibutuhkan kamar bedah dan
sterilisasi kami simpan di gudang obat, terdiri dari :
Handscound steril Handscound non Benang Bedah Jarum.
steril
Spuit Cairan antiseptik. Tablet antiseptik. Blood set.
Infus set. Cairan infus Underpad ETT
LMA Drain Suction Cateter Foley kateter
polygyp Softband Tensocrepe masker tali
nurse cap N2O2 alcohol 70 % Milzime
WFI Mayo Sufratul umbilical klem
Mess Obat-obatan Armsling Threeway
spinocan Venflon Perfusor O2 Nasal
NGT masker O2 sikat steril Polikasa
kapas Spoces Apron Medipack
Indicator internal Indicator eksternal

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 80


Kegiatan penanggung jawab alkes dan bahan habis pakai adalah:
a. Mencatat bahan medis habis pakai dalam buku inventaris.
b. Barang medis habis pakai disimpan sesuai dengan cara penyimpanan.
c. Menyiapkan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan setiap operasi.
d. Mencatat bahan medis habis pakai yang disiapkan.
e. Mencatat bahan medis habis pakai dalam blangko pemakaian setiap pasien sesuai
dengan yang digunakan.
f. Mengembalikan sisa bahan medis habis pakai dan disimpan kembali sesuai dengan
cara penyimpanan.
g. Setiap satu bulan dilakukan inventarisasi bahan medis habis pakai untuk
perencanaan pemakaian bulan berikutnya.

6.3. ALUR PERMINTAAN LOGISTIK


1. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan
Pengertian :
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat kesehatan yang
pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Agar ketersediaan alat atau
bahan selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu untuk meminta persediaan ke
Instalasi Farmasi atau Gudang dengan prosedur sebagai berikut :
a. Petugas Instalasi membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian pengadaan.
b. Kepala Instalasi menanda tangani SPB tersebut.
c. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian pengadaan
barang, dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
d. Petugas Instalasi saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan menanda
tangani pada buku ekspedisi SPB, petugas instalasi tanda tangan pada kolom unit
peminta sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom penyerahan.
e. Petugas Instalasi mencatat pada barang pada buku inventaris.
2. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan
a. Pengertian :
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan
saat itu sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena
keausan.
b. Tujuan :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 73


Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar peralatan
digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti
perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang kelancaran pelayanan.
Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan disampaikan dalam Rencana
Anggaran Belanja Rumah Sakit.
c. Prosedur :
 Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah tidak
dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan dalam rencana
anggaran rutin.
 Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis dan
Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan penggantian
peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai perkiraan biaya.
 Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap tahun
sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan biaya.
 Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
 Bila terealisasi kepala Instalasi menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barangserta berita acara penerimaan dari tim penerima barang dan
mencatat dalam buku inventaris.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 74


BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

7.1. LATAR BELAKANG


Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui
program sasaran keselamatan pasien rumah sakit, maka keselamatan pasien diupayakan
terlaksana secara optimal dan berkesinambungan.
Makasud dari sasaran keselamatn pasien adalah mendorong peningkatan keselamatan
pasien dengan harapan pelayann kesehatan di Rumah Sakit Fathma Medika dapat
berjalan dengan baik dan aman dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas.
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assasmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya diakukan.
Pada pedoman pelyanan instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi ini, keselamatan
pasien terdiri dari keselamatan pasien yang dilakukan operasi. Maka setiap tindakan dan
pelayanan yang diberikan harus mempertimbangkan terhadap kesejahteraan pasien
tersebut.
7.2. TUJUAN
1. Tercapainya kesejahteraan dan keamanan pada pasien selama dalam proses
pemberian pelayanan di ruang operasi dan ruang sterilisasi dengan program
keselamatan pasien yang terdapat dipelayanan kamar operasi dan pusat sterilisasi.
2. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
7.3. TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN
Untuk mengimplementasikan kegiatan keselamatan pasien maka rumah sakit mengadopsi
pada international patient safety goals (IPSG)/ sasaran keselamatan pasien, yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (High Alert Medication)

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 75


4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
7.4. KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI KAMAR OPERASI DAN PUSAT
STERILISASI
1. DI RUANG OPERASI
Sesuai dengan sasaran keselamatan pasien, instalasi kamar operasi berperan aktif
dalam kegiatan keselamatan pasien, yakni kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi. dalam pelaksanaannya instalasi kamar operasi telah
menggunakan checklist keselamatan operasi dengan mengikuti panduan surgical
safety checklist WHO dan penandaan area operasi (marking site).
Serangkaian persiapan dilakukan untuk mencegah terjadinya cidera dan
kesalahan dalam prosedur pembedahan. Kegiatan ini dimulai sejak pasien diputuskan
untuk dilakukan pembedahan oleh ahli bedah, baik di poliklinik, instalasi gawat
darurat, maupun ruang rawat.
Perawat kamar bedah berperan sangat penting untuk memastikan keamanan dan
keselamatan pasien kamar bedah. Dimulai sejak pasien datang ke kamar operasi (pre
operatif), intra operatif dan post operatif. Perawat kamar bedah memastikan berbagai
persiapan di atas sudah dilakukan dengan lengkap sesuai yang dibutuhkan. Formulir
serah terima diisi dan ditandatangani. Jika terdapat ketidaksesuaian dapat
dikonsultasikan kembali ke ahli bedah untuk dikonfirmasi ulang. Disusul dengan
pengisishan formulir catatan perioperative dan time out. Selama pembedahan
berlangsung status fisiologis pasien dipantau dan dimonitoring.kegiatan ini dilakukan
untuk mengurangi tingkat mortalitas, morbilitas, dan disabilitas/ kecacatan akibat
komplikasi prosedur bedah.
Tiga komponen pentring keselamatan pasien di ruang operasi
a. Proses verifikasi
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk memastikan lokasi,
prosedur dan pasien yang benar, memastikan semua dokumen, foto dan hasil
pemeriksaan yang relevan, diberi label dengan baik, keberadaan peralatan khusus
dan atau inplant-inplant yang dibutuhkan.
Salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien operasi adalah kejadian yang
menghawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 76


komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang atau tidak melibatkan pasien dalam penandaan lokasi (site marking), dan
tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Disamping itu juga
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang
sering terjadi.
b. Ceklist keselamatan operasi (surgical safety ceklist)
Dalam rangka pelaksanaan sasaran SKP, yakni kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien operasi, instalasi kamar operasi telah menggunakan
ceklis keselamatan operasi dengan mengikuti panduan surgical safety ceklist
WHO, yang terdiri dari :
 Sign in, dilakukan sebelum induksi anestesi di ruang penerimaan atau OK,
minimal diisi oleh perawat dan dokter anestesi.
 Time out, dilakukan sebelum insisi kulit dan diisi oleh perawat, dokter anestesi
serta operator.
 Sign out, dilakukan sebelum pasien meninggalkan OK, diisi oleh perawat,
dokter anestesi dan operator.
c. Penandaan area operasi (marking)
Penandaan lokasi operasi pada semua kasus melibatkan pasien dan dilakukan
dengan segera dapat dikenali serta digunakan secara konsisten di seluruh rumah
sakit dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan (harus dibuat
saat pasien terjaga dan sadar bila memungkinkan, harus terlihat sampai pasien
disiapkan serta diselimuti).
2. DI RUANG STERILISASI
a. Peningkatan Komunikasi yang Efektif.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif adalah komunikasi lisan yang
menggunakan prosedur. Write back, Read back, dan Repeat Back (Reconfirm).
b. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah,
pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanik. Pokok eliminasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 77


infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat.
7.5. PELAPORAN INSIDEN/KEJADIAN
1. Setiap petugas yang menemukan adanya kesalahan dalam identifikasi pasien harus
segera melapor kepada petugas yang berwenang di ruang rawat/instalasi tersebut,
kemudian melengkapi laporan insiden dan segera diserahkan kepada tim KKPRS
paling lambat 2x 24jam.
2. Petugas harus berdiskusi dengan kepala ruangan/penanggung
jawab/koordinator/Kepala Instalasi atau Manajer mengenai pemilihan cara terbaik
dan siapa yang memberitahukan kepada pasien/keluarga mengenai kesalahan yang
terjadi akibat kesalahan komunikasi. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi
akibat adanya mis-komunikasi, dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga
insidens yang hampir terjadi di mana miskomunikasi terdeteksi sebelum dilakukan
suatu prosedur.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, Obat-obatan merupakan bagian
dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan manajemen yang benar untuk
memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (hight alert
medications) adalah obat yang konsentrasinya tinggi dan menyebabkan terjadinya
kesalahan dan atau kejadian sentinel. Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan, demikian pula obat-obatan yang tampak mirip/ucapan mirip
(nama obat, rupa dan ucapan mirip/NORUM) atau Look Alike Sound Alike/LASA.
Yang harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan adalah :
a. Kebijakan dan atau prosedur
dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi, pemberian label dan
penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
b. Kebijakan dan prosedur perlu
diimplementasikan.
c. Elektrolit konsentrat tidak berada
di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja di area tersebut.
d. Elektrolit konsentrat yang
disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan
cara yang membatasi akses.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 78


4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, Rumah sakit
mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan
tepat pasien operasi. Rumah sakit perlu juga secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan atau prosedur yang efektif dalam mengeliminasi masalah salah
lokasi, salah prosedur dan salah pasien operasi.
7.6. IMPLEMENTASI KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI KAMAR OPERASI
1. Form penerimaan pasien di ruang premedikasi.
2. Ceklist keselamatan pasien.
3. Form observasi pasien di ruang pulih sadar.
4. Form perpindahan pasien dari ruang pulih sadar.
5. Form perencanaan pemulangan pasien ODS.
6. Pengurangan resiko jatuh
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab
cedera pasien. Rumah sakit menerapkan proses assesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan assesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
Pelayanan yang diberikan dan fasilitas rumah sakit perlu mengevaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh.
Tindakan pencegahan yang dikerjakan di kamar bedah agar mencegah pasien
jatuh dan tidak mengganggu jalannya operasi adalah melakukan fiksasi dengan sabuk
pengaman.
7. Pengurangan resiko infeksi.
a. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terliahat
kotor atau terkontaminasi. Gunakan handrub berbasis alcohol secara rutin untuk
dekontaminasi tangan, jika tangan tidak terlihat bernoda.
Jangan gunakan produk berbasis alcohol setelah menyentuh kulit yang tidak
utuh, darah dan cairan tubuh. Pada kondisi cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir dan keringkan dengan lap/handuk sekali pakai.
Ada lima keadaan (five moment) yang mengharuskan cuci tangan yaitu :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 79


 Sebelum kontak dengan pasien.
 Sebelum melakukan tindakan asepsis.
 Sesudah kontak dengan pasien.
 Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien.
 Sesudah kontak dengan peralatan pasien.
b. Pemeliharaan kamar operasi
Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan Ruangan beserta alat-
alat standar yang ada di kamar operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal dengan
tujuan untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas. Cara pembersihan kamar opearsi ada tiga macam yaitu:
 pembersihan rutin/harian
Pembersihan rutin adalah pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan kamar
operasi agar siap pakai.
 Pembersihan mingguan
Pembersihan mingguan adalah pembersihan yang dilakukan untuk pebersihan
secara keseluruhan.
 Pembersihan sewaktu
Pebersihan sewaktu adalah Pembersihan yang dilakukan bila kamar operasi
digunakan untuk pembedahan pada kasus infeksi.
c. Penanganan limbah
Penanganan dan pembuangan limbah kamar operasi yang tergantung pada jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair:
 Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan dan
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair RS.
 Limbah padat/anggota tubuh ditemapatkan dalam tempat tertutup yang
selanjutnya dibakar di incinerator atau diserahterimakan kepada keluarga pasien
bila memungkinkan.
 Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup kemudian dibuang ke temapat pembuangan RS.
 Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor
serta diberi label untuk dimusnakan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 80


Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 81
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk itu diperlukan fasilitas fisik,
medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus
berusaha keras untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah
kecelakaan dan cidera serta memelihara kondisi aman.
Rumah Sakit sebagai salah satu tempat pelayanan masyarakat dibidang kesehatan
adalah rawan terhadap kejadian gangguan kesehatan, terjadinya kecelakaan waktu kerja,
gangguan dari lingkungan dan terjadinya bermacam-macam bencana karena api, listrik, gas,
air, ledakan, kimia maupun rusaknya bangunan.
Oleh karena itu perlu diupayakan manajemen yang efektif meliputi perencanaan,
pendidikan dan pemantauan multi disiplinp sampai pelaksanaan pelayanan dicegah dan
ditekan potensi risiko terjadinya bahaya-bahaya tersebut.
Perencanaan tertulis dibuat dan mencakup enam bidang sesuai dengan fasilitas dan
kegiatan rumah sakit meliputi:
8.1. KESELAMATAN DAN KEAMANAN
Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman dan
peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya/risiko bagi pasien, staf dan pengunjung.
Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan serta penggunaan
oleh pengguna yang kurang berwenang.
1. Bahan berbahaya
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan bahan berbahaya
lainnya harus dikendalikan serta limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
2. Manajemen emergensi
Tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi, direncanakan dengan
baik dan dikelola secara efektif.
3. Penanganan kebakaran
Properti dan penghuninya dilindungi dari kebakaran dan asap yang timbul saat terjadi
kebakaran.
Pencegahan dalam penanganan terjadinya kebakaran di bedah sentral dengan langkah :
a. Persiapan pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 82


b. Penggunaan alat-alat secara aman.
c. Persiapan alat-alat.
d. Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar.
e. Mengkontrol oksigen.
f. Membagi tugas di antara anggota tim bedah mengenai pencegahan kebakaran.
g. Komunikasi efektif dan kerja tim.
h. Merespon bila terjadi kebakaran dengan:
 Memadamkan api secepatnya.
 Menangani pasien.
 memindahkan pasien secara aman.
 Evakuasi ruang operasi secara aman.
 Mengaktivasi sistem keamanan kebakaran.
 Mencegah penyebaran asap.
 Menemukan dan menggunakan alat pemadam kebakaran.
 Peran tim pemadam kebakaran dari luar.
4. Peralatan medis
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi risiko.
5. Sistem utilitas
Listrik, air, dan system pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan risiko
kegagalan pengoperasian.
8.2. IMPLEMENTASI DI INSTALASI KAMAR OPERASI DAN PUSAT
STERILISASI
Pengelolaan keselamatan kerja di instalasi kamar operasi dan pusat sterilisasi
merupakan salah satu cara pencegahan terhadap suatu resiko kerja, meliputi :
1. Pengusulan general cek up kesehatan rutin setiap tahun.
2. Penggunaan APD yang sesuai
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kwaspadaan standar
dan kwaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
a. Dikamar operasi
 keselamatan alat (skalpel yang terlindung, jarum berujung tumpul, dll).
 keselamatan teknik

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 83


 menggunakan zona netral di mana benda-benda tajam ditempatkan tanpa
kontak tangan.
 menggunakan teknik tanpa sentuh.
 menggunakan sarung tangan steril.
 mempertimbangkan penggunaan sarung tangan anti robek.
 mengganti sarung tangan bedah secara rutin.
 menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma.
 sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah
memotong dan menjahit.
 memakai alas kaki yang terlindung.
b. Di ruang sterilisasi
 Saat penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi
Uapaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala,
penutup kaki, gaun anti cairan, masker atau goggle mata. Penyediaan alat
pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah
tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan
menggunakan alat pelindung diri secara benar. Penanganan yang salah
terhadap alat-lat tajam yang terkontaminasi seperti pisau, jarum dan lain-
lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya
dapat memungkinkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh
sehingga menyebabkan terjadinya penyakit.
Saran tindakan yang aman :
 Jangan sekali-kali memasukan tangan kedalam tempat yang berisi
barang yang terkontaminasi tanpa dapat melihat dengan jelas isi dari
tempat tersebut.
 Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box
tahan tusukan dan tidak dibunag pada tempat sampah biasa.
 Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen
lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan
terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan normal.
 Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara
aman, dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 84


kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
 Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan,
periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin,
sebaiknya ada rambu-rambu perigatan.
 Saat penyiapan sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilasator hanya boleh dilakukan oleh petugas
terlatih yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi
dan cara menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian
maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya
untuk mendapatkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Saran tindakan yang aman :
 Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau saat
berhubungan dangan obyek lain yang bersuhu tinggi.
 Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan
sealler panas dan pemotongan kantong sterilisasi pouches.
 Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas
yang terlatih.
3. Mengusulkan pengembangan (pelatihan/seminar) SDM yang berhubungan dengan
K3RS.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 85


BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat kompleks, agar RS dapat
melaksanakan fungsi dengan baik, maka di RS harus memiliki sumber daya manusia, sarana,
prasarana dan peralatan yang memadai serta dikelola secara professional. Dengan demikian
diharapkan pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat terjamin mutunya.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan RS harus mempunyai suatu ukuran
yang menjamin mutu disemua tingkat. Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dapat dilakukan pada tahap input, process dan output.
Input (struktur) ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat , fasilitas, peralatan, bahan , tehnologi, organisasi,
informasi dan lain-lain. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Proses adalah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

9.1. INDIKATOR MUTU PELAYANAN BEDAH


Indikator adalah suatu cara menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan
menggunakan instrument. Indikator merupakan variable yang digunakan untuk menilai
suatu perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat
diukur.
Indikator pelayanan bedah terdiri dari angka infeksi luka operasi; angka komplikasi
pasca bedah, waktu tunggu sebelum operasi elektif dan angka appendik normal. Bila
ditemukan kelaian yang sesuai dengan indicator yang ada, maka petugas yang pertama
kali menemukan si pasien harus langsung mencatat dan bila pindah tidak usah dicatat lagi
(pencatatan cukup hanya satu kali saja).

9.2. INDIKATOR MUTU INSTALASI KAMAR OPERASI DAN PUSAT STERILISASI


1. Indikator mutu kamar operasi
Sasaran mutu Instalasi Kamar Operasi terdiri dari :

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 86


a. Waktu tunggu operasi elektif
b. Tidak adanya operasi salah sisi
c. Tidak adanya operasi salah orang
d. Tidak adanya operasi salah tindakan
e. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi dan salah penempatan ETT
f. Data kematian tindakan operasi/ anastesi di meja operasi
g. Kejadian Re-open
h. Tidak ada kejadiaan tertinggalnya benda asing /lain pada tubuh/pasien setelah
operasi
i. Angka kepatuhan dalam melaksanakan surgical safety checklist pada pasien
operasi
2. Indikator mutu ruang sterilisasi
a. Insiden komunikasi yang kurang efektif
b. Insiden ketidakpatuhan cuci tangan

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 87


BAB X
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit
Fathma Medika disusun sebagai upaya panduan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam
memberikan pelayanan. Di harapakan melalui pedoman pelayanan ini dapat tercipta
keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam mewujudkan pelayanan Rumah Sakit Fathma
Medika yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka
tidak menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan.
Oleh karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar
diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi
Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Fathma Medika.

Ditetapkan di : Gresik
Pada tanggal : 16 Juli 2018
RUMAH SAKIT FATHMA MEDIKA
Direktur Utama,

Asluchul Alif, dr., M.Kes.

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi & Pusat Sterilisasi | 88

Anda mungkin juga menyukai