CIREBON
PEDOMAN
PELAYANAN KAMAR
OPERASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam Undang- Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi
perlindungan terhadap keselamatan pasien (patient safety), masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit serta
menimgkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan di rumah sakit.
Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang aman,bermutu,anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Perawatan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di seluruh dunia dengan perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap
tahunnya. Operasi dilakukan di setiap komunitas masyarakat yang kaya
maupun yang miskin. Masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kejadian
yang membahayakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah prosedur operasi. Risiko komplikasi setelah operasi
dikarakteristikkan di berbagai belahan dunia dan sebuah penelitian
menunjukkan bahwa negara industri memiliki angka kematian 0,4 0,8 %
yang diakibatkan karena operasi dan komplikasi setelah operasi sebesar 3
17,5% dan angka ini jauh lebih tinggi pada negara berkembang termasuk
indonesia (Haynes et al, 2009 ). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1
dari setiap 150 pasien yang dirawat di rumah sakit meninggal akibat
peristiwa yang merugikan pasien dan hampir dua pertiga dari kejadian
tersebut terkait dengan operasi (Vries et al,2010).
Kesalahan kesalahan selama operasi antara lain kesalahan insisi
pada posisi yang akan dilakukan operasi,kesalahan dalam pemberian label
pada spasemen patologi, kesalahan transfusi dan obat-obatan sehingga
pasien rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
kekurangan
tenaga
perawat
kamar
bedah
sehingga
dapat
diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu acuan atau tolak ukur bagi perawat
kamar bedah dalam m,eningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar
bedah untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang
menjalani operasi. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah meliputi
perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah, pengorganisasian,
pelaksanaan pelayanan keperawatan kamar bedah, asuhan kepoerawatan
kamar bedah, pembinaan dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan
kamar bedah.
B.
Ruang Lingkup
Praktik dalam penerapan standar pelayanan keperawatan kamar
bedah dapat berbeda-beda tergantung kepada populasi pasien, lingkungan
praktik, persediaan, akses dana dan sumber daya manusia, kebijakan dan
peraturan pemerintah setempat. Berdasarkan hal tersebut maka dibuat
standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit rumah sakit di
Indonesia dimana ruang lingkupnya meliputi antara lain :
1. Perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi
ketenagaan perawat kamar bedah terdiri dari scrub nurse, perawat
sirkuler, perawat asisten dan kepala ruangan sedangkan sarana dan
prasarana mengenai pengadaan dan pemeliharaan peralatan dan logistik
di kamar bedah secara periodik atau berkala.
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi
struktur organisasi, tata hubungan kerja di kamar bedah, uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan perawat pengelola dan pelaksanaan
secara jelas.
3. Pelaksanaaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi standar
asuhan keperawatan dan standar prosedur operasional baik standar
prosedur operasional klinis maupun manajerial,
4. Pemberian asuhan keperawatan yang terdiri
atas
pengkajian
Batasan Operasional
1. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kamar Operasi
memverifikasi,
ketersediaan
menginterprestasi
dan
pelayanan
keperawatan
selama
periode
setelah
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran,
4.
5.
6.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
telah
2. Shief sore
3. Shief malam
jawab
dan
berwenang
yang
dalam
dari
ruang
rawat/poliklinik/dokter/luar.
b) Menyusun rencana kegiatan pembedahan berdasarkan jenis,
jumlah dan kemampuan kamar operasi. Perubahan perencanaan
dimungkinkan atau masalah kebutuhan pasien atau alasan lain
yang rasional.
c) Menentukan macam dan jumlah alat yang dipergunakan serta
kegunaannya dalam pelayananan pembedahan.
d) Membagi harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat
kemampuan tenaga keperawatan.
e) Menyusun program pengembangan staf.
f) Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di
kamar operasi.
g) Menyusun program alat dan obat sesuai kebutuhan.
h) Berperan aktif menyusun prosedur/tata kerja kamar operasi
(termasuk menyusun pedoman penggunaan alat)
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan (P2)
a) Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan
peraturan/ethik yang berlaku di kamar operasi.
b) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan tim
dan kemampuan tenaga kamar operasi.
c) Membuat jadwal kegiatan (time schedule)
(1) Pemanfaatan tenaga seefektik mungkin
(2) Mengatur pekerjaan secara merata
(3) Menerapkan kebijaksanaan (policy) yang berlaku
d) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan
e) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien
(1) Mengadakan
pelatihan
untuk
pegawai
secara
berkesinambungan.
(2) Memberi orientasi kepada pegawai baru di kamar operasi
kembali tentang :
(1) Rencana pelayanan tindakan pembedahan
(2) Kebutuhan pelayanan pembedahan
(3) Masalah-masalah yankg timbul
(4) Fungsi kegiatan pegawai di kamar operasi
g) Secara kontinyu menganalisa kegiatan tatalaksana kamar
operasi yang ada hubungannya dengan penggunaan alat/bahan
secara efektif dan efisien, dengan jalan meninjau kembali
tentang :
(1) Program kamar operasi
(2) Rencana pengawasan
(3) Penggunaan alat/bahan sesuai dengan tatalaksana kamar
operasi
2. Perawat Asisten Bedah
a. Nama Jabatan : Perawat Asisten Bedah/Operasi
b. Pengertian
: Seorang tenaga keperawatan
yang
sudah
indikasi),
EKG,
laboratorium, dll.
c) Mengarahkan dan
rongent
mengontrol
foto,
anggota
pemeriksaan
tim
dalam
Penghitungan
dilaksanakan
dengan
formulir
yang
mebdukung
kelancaran
a) Melaksanakan
dressing
(penutupan
luka
operasi),
melakukan
wilayah kerjanya,
tindakan-tindakan
yang
dapat
yang
sudah
b) Mengatur
dan
menyiapkan
kamar
operasi
serta
didalamnya.
Menyiapkan
(3)
dibutuhkan.
Meja benang dan meja mayo dilapisi duk atau alas
(4)
steril.
Meja operasi
(5)
(6)
diperlukan.
Lampu operasi.
Peralatan elektro medik, seperti: Cauter/ diathermi,
(7)
(8)
anaesthesi).
Menyiapkan set/ instrumen steril sesuai dengan jenis
peralatan
lengkap
dan
set
dengan
operasi
asesoris
yang
yang
pembedahan.
(9) Menyiapkan duk operasi dan sarung tangan steril.
(10) Menyiapkan bahan-bahan, seperti implant, benang,
dan cairan desinfektan.
(11) Menyiapkan perlengkapan untuk mengelola produk
operasi, seperti botol, plastik, cairan pengawet
( formalin cair), kertas label dan atau formulir yang
dibutuhkan.
(12) Menyiapkan fasilitas pengelolaan limbah operasi,
seperti bak sampah, kantong plastik, dll.
(13) Pada saat pasien sudah diantar ke kamar operasi,
memeriksa
kembali
memastikan
bahwa
identitas
persiapan
pasien
yang
untuk
dilakukan
instrumen
dari
operator,
(untuk
disimpan,
diperiksakan
dll).
Mengelola limbah operasi sesuai dengan tempatnya
masing-masing.
7) Mengingatkan kepada operator dan atau anggota tim
operasi yang lain apabila terjadi penyimpangan prosedur
aseptik.
8) Menghitung dengan cermat dan teliti semua bahan, alat
atau
instrumen
yang
digunakan,
melaporkan
hasil
melipat/
menggulung
dengan
benar
dan
melakukan
tindakan
yang
dapat
mengganggu
Nurse
: Seorang tenaga perawatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab membantu segala
kebutuhan
tim
operasi
demi
kelancaran
seperti
bahan-bahan,
seperti
implan,
Menyiapkan
fasilitas
pengelolaan
limbah
sesuai
jenis
pembedahan
dengan
tetap
mengetahui
kepada
yang
berwenang
untuk
selama
1) Mencuci
dan
menghitung
instrumen
yang
selesai
ke
tempat
mengisinya
dengan
cairan
desinfektan
dan
dan
tanggung
jawab
membantu
sesuai
indikasi),
EKG,
rongent
foto,
pemeriksaan
laboratorium, dll.
d) Melaksanakan
pengukuran
tanda-tanda
vital
pra
penyuluhan
kepada
pasien
sebatas
kewenangan tentang :
(1) Tindakan pembedahan yang akan dilakukan
(2) Tim operasi yang akan menolong
(3) Fasilitas yang ada di dalam kamar operasi seperti :
lampu operasi, mesin anesthesi, dll
(4) Tahap-tahap pembiusan dan atau tindakan
f) Menyiapkan segala perlengkapan untuk
keperluan
dan
pasien
selama
dalam
posisi
pembiusan
selama
pelayanan
pembedahan
didapat
selama
pelaksanaan
pembedahan,
lain yang
ada hubungannya
dengan
BAB III
STANDAR FASILITAS
A.
Denah Ruangan
Kamar operasi adalah salah satu ruang atau unit dalam suatu rumah
sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera
(emergency) maupun yang berencana (elective). Oleh karena itu maka kamar
bedah harus dirancang khusus untuk keperluan tersebut, antara lain letaknya,
bentuknya dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah sakit,
disamping itu perlu dipikirkan kenyamanan kerja bagi para petugas atau
orang-orang yang bekerja didalamnya.
Setiap rumah sakit merancang kamar bedahnya sesuai dengan bentuk
dan bentuk lahan yang tersedia. Sehingga dikatakan bahwa rancang bangun
kamar bedah setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar dan tipe rumah
sakit tersebut. Makin besar suatu rumah sakit tentunya, membutuhkan jumlah
dan luas kamar bedah yang lebih besar.
Jumlah kamar bedah tergantung dari beberapa hal yaitu :
1.
Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan
2.
Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta sub
spesialisasi beserta fasilitas penunjangnya (alat-alat)
3.
Pertimbangan antara operasi berencana dan operassi
segera
4.
5.
dari bagian-bagian lain dari rumah sakit khususnya unit gawat darurat, unit
perawatan intensif, radiologi, patologi dan unit perawatan bedah. Yang pnting
dalam merancang kamar bedah harus berdasarkan prinsip bahwa membuat
suatu ruangan yang khusus yang terpisah atau bebas kontaminasi dari luar.
B.
2.
a.
ruang adminstrasi
b.
c.
ruang konsultasi
d.
e.
ruang istirahat
f.
ruang alat
g.
h.
loker
i.
gudang
Daerah semi terbatas (semirestricted area)
b.
c.
ruang koridor
d.
e.
f.
g.
ruang sterilisasi
h.
3.
b.
Daerah Bebas
Daerah ini merupakan daerah dimana orang berada diruang ini tidak perlu
ganti pakaian atau berpakaian khusus.
a.
Dapur
Hampir disetiap rumah sakit besar rumah sakitnya dilengkapi dengan
dapur. Karena jumlah operasi yang banyak serta waktu operasi yang
panjang maka sering petugas ruangan kamar operasi dan para dokter
berada dikamar operasi pada saat jam makan sehingga harus makan
dikamar operasi.
Perlengkapan yang harus ada adalah :
Peralatan memasak
2.
Tempat sampah
Daerah Peralihan
Pasien atau petugas yang akan masuk dari daerah bebas ke dalam
daerah semi ketat harus melalui daerah peralihan. Untuk itu maka perlu
diatur alur pasien, petugas dan peralatan.
a.
Alur pasien
b. Alur petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu
c. Alur peralatan
Pintu masuk dan keluar dari peralatan bersih dan kotor berbeda
3.
Daerah Penunjang
Setiap ruang bedah perlu dialokasikan ruang yang memadai untuk
pelayanan penunjang. Sebab ini merupakan bagian yang juga penting
dalam keseluruhan sistem pelayanan di ruangan bedah. Yang dimaksud
dengan ruang ruang penunjang adalah :
a.
Ruang administrasi
Ruang ini merupakan tempat atau pusat pelayanan administrasi
dari ruangan bedah. Ruang ini berada pada daerah bebas dan tidak
berhubungan langsung dengan ruangan lain dalam ruang bedah,
kecuali melalui sistem jendela. Ini dikarenakan petugas di ruang
administrasi ini sering harus berhubungan dengan orang luar. Ruangan
dimana ruang administrasinya mempunyai pintu yang berhubungan
langsung dengan ruangan bedah lainnya maka harus ada aturan khusus
menjalani
pembedahan
untuk
disampaikan
ke
b.
Filling kabinet.
Papan pengumuman
Tempat sampah.
Kantor/konsultasi
Dalam satu ruangan kamar bedah kalau memungkinkan diperlukan
Bila ada keterbatasan ruangan maka kantor kepala ruangan bedah dan
kepala perawat bedah terdapat dalam satu ruangan. Sebaiknya ruang
kantor ini mempunyai pintu yang berhubungan dengan daerah luar
karena sering kali kepala ruangan bedah, kepala perawat bedah
ataupun dokter anestesi perlu berhubungan dengan orang luar antara
lain tamu, keluarga pasien sehubungan dengan pasien yang akan,
sementara atau sesudah menjalani operasi untuk menjelaskan hasil
operasi.
Perlengkapan di ruang ini adalah :
meja tulis.
Kalau hanya terdapat satu ruang kantor maka minimal
Filling kabinet
Whiteboard
Telepon
Tempat sampah
c.
Kursi tamu/sofa
Peralatan minum
d.
Suction pump
Tensimeter
Stetoskope
Bengkok
Alat komunikasi
Formulir observasi
Cermin
Ini untuk memudahkan kalau kita hendak mengecek alat tersebut apakah
masih berfungsi dengan baik atau kelengkapannya bila hendak dipakai.
Ruang penyimpanan steril
b.
c.
Trolley
d.
Sikat
e.
Desinfektan / detergen
f.
Tempat sampah
k. Ruang sterilisasi
Alat-alat yang habis dipakai pada waktu pembedahan dicuci
kemudian disterilkan di ruangan ini sebelum disimpan kembali. Alat
Gudang
Di ruang ini disimpan persediaan obat-obatan, alat kesehatan
seperti benang, alat pembedahan orthopedi seperti protesa dan lain-lain.
Dan Pada ruang ini disimpan peralatan yang tidak setiap saat dipakai
seperti C-arm, ESU (Elektro Surgical Unit), mikroskop bedah syaraf,
mikroskop mata dan lain-lain.
m. Koridor
Koridor di sini merupakan ruang yang berfungsi penghubung antar
ruang. Oleh karena itu koridor ini harus cukup lebar untuk lalu lintas
petugas, pasien dengan kereta dorongnya serta alat-alat yang besar.
Lebar koridor idealnya minimal 2,85 meter dan maksimal 3,2 meter.
Tentunya ini sangat tergantung dari kondisi ruangan bedah. Di depan
pintu kamar bedah diberi lampu yang dinyalakan bila operasi sementara
berlangsung.
4.
Kamar Operasi
Yang dimaksud dengan
Bentuk
Kamar operasi sudut-sudutnya tidak boleh tajam. Lantai dinding
dan langit-langitnya harus melengkung. Lapisan dari dinding dan
langit-langit harus dari bahan yang keras, tidak berpori, tahan terhadap
api, kedap air, tidak mudah kotor, tidak mempunyai sambungan,
berwarna terang,tidak memantulkan cahaya dan mudah dibersihkan
serta tidak menampung debu. Dinding kamar operasi terbaik terdiri
dari bahan porselin atau vynil setinggi langit-langit atau dicat dengan
cat tembok yang mengandung wether shield. Idealnya lantai kamar
operasi harus dari bahan yang kuat, tidak mudah menghantar listrik,
kedap air, mudah dibersihkan dan juga berwarna terang.
b.
Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tergantung dari besar dan
kecilnya rumah sakit. Tetapi dianjurkan, minimal 29,1 37,16 meter
persegi (5,6m x 5,6m) maksimal 56 60 meter persegi (7,2m x 7,8m).
Besar kecilnya kamar operasi tergantung dari kegunaannya. Bila
dipakai untuk pembedahan jantung bentuknya harus lebih besar dari
kamar operasi lainnya karena pada pembedahan tersebut memakai
peralatan yang besar. Tinggi langit-langit (plafon) dari kamar operasi
dianjurkan 3,5m, minimal 2,5m dan maksimal 3,65m. Ini terutama
berhubungan dengan penempatan peralatan anestesi, lampu operasi
dan kemudahan untuk pembersihan.
c.
Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda. Pintu masuk dan
keluar petugas tersendiri. Setiap pintu kamar operasi harus ada kaca
tembus pandang sehingga orang dari luar dapat melihat keadaan di
dalam kamar operasi tanpa harus masuk. Pintu kamar operasi
dianjurkan tipe sliding door. Ini maksudnya menghindari terdorongnya
udara dari luar kamar operasi ke dalam kamar operasi pada saat
membuka dan menutup pintu bila tipe pintunya tipe swiging door.
Tetapi bila tidak memungkinkan maka pintu tersebut harus dilengkapi
dengan alat penutup pintu otomatis. Bila dilengkapi dengan alat ini
maka pintu kamar operasi selalu dalam keadaan tertutup, kemudian
bila pintu menutup tidak menimbulkan suara keras yang dapat
mengganggu operator yang sedang bekerja. Lebar pintu maksimal
1,20m dan tinggi minimal 2,10m.
d.
Sistem ventilasi
Sistem penerangan
Lampu penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar operasi memakai lampu pijar
putih, dan mudah dibersihkan.
Lampu operasi
Lampu operasi biasanya lampu khusus yang merupakan satu sistem
yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi mempunyai
kekhususan dalam hal : arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan.
Pencahayaan antara 300 500 lux, pada meja operasi 10.000
20.000 lux.
f.
Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltase yaitu
110 dan 220 volt karena sering alat alat dikamar operasi mempunyai
voltasi yang berbeda. Tombol tempat penyambungan aliran listrik
( stop kontak ) harus aman dari kemungkinan tersentuh oleh petugas.
Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari
lantai. Bila dalam kamar operasi mempunyai beberapa tombol tempat
penyambungan aliran listrik maka sebaiknya masing-masing tombol
berbeda sirkuitnya. Ini untuk mencegah bila pembedahan dalam saat
kritis kemudian terjadi gangguan listrik maka sambungan listrik dapat
dipindahkan ketombol yang lain.
h.
Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi dikamar bedah sangat vital. Ini terutama bila
pada saat emergency dimana komunikasi dapat dilakukan antar kamar
operasi atau antar ruangan lain didalam ruanagan bedah. Selain itu
komunikasi harus ada dengan laboratorium patologi klinik maupun
patologi anatomi.
i.
Peralatan
Semua peralatan yang berada didalam kamar operasi harus mobile
yaitu mempunyai roda. Ini memudahkan mobilitas alat-alat tersebut di
dalam kamar operasi. Kemudian alat-alat tersebut terbuat dari stainless
steel sehingga mudah dibersihkan.
Standar peralatan yang harus di dalam kamar operasi :
Meja operasi
Pesawat anestesi
Monitor EKG
Alat diatermi
Standar infus
Baskom
tempat
instrument
kotor
standarnya
5.
Meja tulis
Jam dinding
6.
kamar bedah sehingga sering diruang tersebut terdapat lebih dari satu
pasien.
Perlengkapan diruangan ini adalah :
a. Kereta dorong pasien
b. Standar Infus
c. Suction Pump
d. Oxigen Central lengkap
e. Termometer
f. Tensimeter
g. Stetoscope
h. Bengkok
i. Pispot
j. Urinal
k. Alat cukur
l. Tempat sampah
Kamar operasi di RS Pelabuhan Cirebon
Kamar Operasi adalah ruangan dimana dilakukan tindakan-tindakan sehubungan
dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas / ketat. Orangorang yang bisa masuk hanyalah para petugas yang sedang bertugas. Orang-orang
yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk, ini untuk menjaga kesterilisasi dari
ruangan ini.
1. Bentuk
Dinding kamar operasi dan lantai menggunakan vinil berwarna cream
(kopi susu).
2. Ukuran
Kamar Operasi I mempunyai luas 6,3 x 5 m, Kamar operasi II mempunyai
luas 6,3 x 6,2 m. Tinggi langit-langit (plafon) dari kamar operasi 3 m.
3. Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien sama dengan pintu masuk dan keluar
petugas. Kamar operasi I difasilitasi kaca tidak tembus pandang sehingga
orang dari luar tidak dapat melihat keadaan di dalam kamar operasi. Pintu
kamar operasi menggunakan tipe pintu kembar. Lebar pintu 2 m.
4. Sistem Ventilasi
Kamar operasi sistem ventilasinya masih menggunakan AC Manual. Dengan
suhu udara berkisar antar 19-22 derajat C. Kelembaban udaranya 55 % ( 50
60 %).
5. Sistem Penerangan
Lampu Penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar operasi memakai lampu pijar
putih, dan mudah dibersihkan.
Lampu Operasi
Lampu operasi menggunakan lampu khusus yang merupakan satu
sistem yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi mempunyai
kekhususan dalam hal : arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan
panas,
cahayanya
terang
dan
tidak
menyilaukan.
pencahayaan antara 300 500 lux, pada meja operasi 10.000 20.000 lux.
6. Sistem Gas Medis
Pemasangan gas medis sudah terpasang secara sentral memakai sistem
pipa, jadi tidak ada tabung gas medis berada dalam kamar operasi. sistem
perpipaan tersebut melalui atas langit-langit dan dinding. ini tujuannya untuk
mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di dalam kamar operasi
bila terjadi kebocoran dari tabung gas tersebut. Pipa gas medis dipasang pada
dinding kemudian dapat disambung dengan pipa yang ditarik sesuai dengan
keperluan. Pipa gas tersebut dibedakan warnanya disertai petunjuk untuk
membedakan gas Nitrogen oksida dan oksigen. Sistem pembuangan gas
anastesi dibuang melalui saluran pipa keudara luar dengan menggunakan
exhouse.
7. Sistem Listrik
Tersedia 2 macam voltase, yaitu 110 dan 220 volt karena sering alat-alat
kamar operasi mempunyai voltase yang berbeda. Penempatan stop kontak
Meja operasi
Pesawat anestesi
Monitor EKG
Alat diatermi
Standar infus
Piala ginjal
Meja anastesi
Jam Dinding
Lampu Radiologi
NO
1
2
RUANG
OK I
OK II
UKURAN
6,3 X 5
KETERANGAN
Diutamakan untuk operasi bedah
6,3 X 6,2
urologi, kebidanan.
Diutamakan untuk operasi bedah
umum, bedah syaraf, orthopedi,
mata
10. Anestesi
Kamar operasi I
Mesin anestesi
Set larigoskop
Stetoskop
Magyl forcep
Standar infus
Canul Suction
Kamar operasi II
Mesin anatesi
Set larigoskop
Trolly anestesi
Stetoskop
Magyl forcep
Standar infus
Canul suction
Oksigen sentral
Set sunat
Set besar 1
Set besar 2
Set sedang 1
Set sedang 2
Set craniotomi
Set THT
Set laminectomi
Macam-macam tromol
Set tambahan
suction-manual / otomatik,
margil forces,
guedel,
CVP set
Bicnat ampul
Adrenaline
Aminophilin
Amiodaron
Atropin Sulfat
Dexamethason
Dopamin
Ephedrin
Furosemide
Lidocain
Dextrose 40 % Flas
Sonde lambung
Slit Lamp.
Pemadaman kebakaran
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Prosedur
a. Menerima informasi tentang rencana operasi
b. Menanyakan identitas pasien ( Nama, umur, jenis kelamin )
Unit terkait
Instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi IGD dan OK
B. Penerimaan pasien
1. Pengertian
Suatu tata cara melaksanakan kegiatan menerima pasien baik dari
ruang perawatan, IGD ataupun pasien ODC yang akan dilakukan tindakan
pembedahan.
2. Tujuan
Menjadi pedoman dalam menerima pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan
terarah sesuai dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada.
3. Prosedur
a.
b.
Lampiran SPTO
c.
d.
Identitas pasien
f.
Obat- obatan, alat medis, cairan dan lain lain bila ada /
diperlukan
g.
h.
i.
4. Unit terkait.
Perawat rawat inap, perawat kamar operasi, perawat IGD dan
petugas central opname ( untuk ODC ).
C.
Persiapan operasi
1.
Tahap pasien.
Pada prinsipnya prosedur kegiatan pembedahan meliputi :
a.
Persiapan pasien
b.
c.
d.
e.
Pembedahan
f.
g.
h.
i.
Dari udara
2.
3.
4.
5.
6.
Dari pihak personil kamar bedah ( kulit, pakaian dan sarung tangan
)
2.
3.
4.
Memakai masker.
2.
2.
3.
4.
D.
2.
3.
4.
Pelayanan Anestesi
Pengertian Persiapan Anestesi
Mempersiapkan klien yang akan dilakukan anestesi dan pembedahan baik
elektif maupun darurat dengan baik. Karena keberhasilan anestesi sangat
dipengaruhi oleh persiapan pra anestesi pada saat kunjungan pra anestesi 1-2
hari sebelumnya.
1. Persiapan pasien di ruangan ( Pre Anestesi )
a. Pengertian
Suatu tata cara melaksakan kegiatan kunjungan pra anestesi oleh
dokter anestesiologi beserta perawat anestesi.
b.
Tujuan
anamnese,
pemeriksaan
fisik
laboratorium
dan
pemeriksaan lainnya.
c.
Posedur
1)
Anamnesa :
2) Pemeriksaan fisik :
Keadan umum
Keadaan psikis
c.
Keadaan gizi
Kepala
a.
b.
c.
d.
paru
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
EKG
Rontgen foto
CT scan
obat-obat/cairan anestesi
obat emergency
1.
Persiapan klien
Pelaksanaan tindakan
Jika klien dirawat , sehari sebelumnya lakukan
2.
3.
Lakukan perencanaan anestesi ( siapkan obatobat dan tehnik anestesi yang akan dilakukan regional anestesi atau
general anestesi
4.
c.
d.
e. ASA V Klien yang tidak ada harapan hidup setelah 24 jam baik
dioperasi atau tidak seperti klein syok hemoragik karena ruptur
hepar
3.
Recovery Room
a. Pengertian
Adalah
ruangan
untuk
mengobservasi
pasien-pasien
post
respon pasien.
Aktivitas motorik
Nilai 2 : Mampu menggerakkan ke empat anggota badan.
1 : Mampu menggerakkan ke dua anggota badan
0 : Tidak mampu menggerakkan anggota badan.
1.2.
Pernafasan
Nilai 2 : Mampu bernafas dan batuk.
1 : Mampu bernafas terbatas.
0 : Tidak ada pernafasan spontan.
1.3.
Sirkulasi
Nilai 2 : TD sistolik < 20% dari pre anestesi.
1 : TD sistolik 20 50% dari pre anestesi.
0 : TD sistolik > 50% dari pre anestesi.
1.4.
Kesadaran
Nilai 2 : Sadar, penuh, dapat menjawab pertanyaan.
1 : Dapat memberi respon dengan panggilan mata.
Warna Kulit :
Nilai 2 : Warna merah jambu / normal..
1 : Warna pucat / ikterik
0 : Sianotik.
Yang Dinilai
Kesadaran
Pernafasan
Tekanan Darah
Aktivitas Motorik
Warna Kulit
2
2
2
2
2
Score
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
3) Komplikasi gastro-intestinal
Mual, muntah dan regurgitasi yang menimbulkan aspirasi
pneumonia, gangguan asam basa dan elektrolit, gastric dilatasi, dll.
4) Komplikasi Renal :
Anuria / oliguria sebab acute tubular nekrosis atau renal failure.
F. Laporan operasi dan anestesi
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu proses
akhir dalam perioperatif yang mencerminkan pertanggung jawaban dari tim
bedah dalam pelaksanaan pembedahan kepada pasien / masyarakat dan rumah
sakit.
Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :
1. Asuhan keperawatan
2. Regristrasi pasien kamar bedah
3. Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas di formulir
yang telah tersedia
4. Peristiwa / kejadian luar biasa harus segera dilaporkan sesuai dengan
sistem yang berlaku
5. Catatan kegiatan rutin
6. Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium harus ditulis lengkap,
jelas dan singkat pada formulir dan buku yang telah tersedia
7. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli bedah /
operator
8. Laporan anestesi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh dokter ahli
anestesi / perawat anestesi.
BAB V
PENGENDALIAN LOGISTIK KAMAR OPERASI
Sasaran
1) Agar logistik di kamar operasi tidak terputus.
2) Pelaksanaan kegiatan logistik berjalan dengan baik.
3) Tidak ada barang yang hilang ( alkes, obat-obatan dan peralatan
lain ).
d. Tahapan
Kegiatan
pengendalian
logistik
meliputi
tahap
perencanaan,
3) Evaluasi
3.
ELEKTROMEDIK
NAMA BARANG
Handpiece cauter/bipolar
ALAT MEDIK
NAMA BARANG
Gunting mentenbow
Spidol permanen
Spidol boarmarker
Buku Folio F4 besar
Buku Folio kecil
4.
NO
1.
2.
YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
3
05 Januari 2013
ALAT TULIS
NO NAMA BARANG
1.
2.
3.
4.
YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
1
02 Januari 2013
YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Januari 2013
2
10 Januari 2013
1
10 Januari 2013
2
10 Januari 2013
ALAT CETAK
NAMA BARANG
Buku kitir
Formulir laporan operasi
5.
ALAT PEMBERSIH
NO
NAMA BARANG
YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
1
30 Januari 2013
1
30 Januari 2013
YANG DIMINTA
1.
2.
Waslap
Deterjen
6.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JUMLAH
2
2
TANGGAL
10 Januari 2013
10 Januari 2013
YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
15
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
15
1 Mei 2013
15
1 Mei 2013
b. Pelaksanaan
1.
NO
1.
ALAT ELEKTROMEDIK
NAMA BARANG
Handpiece cauter/bipolar
2.
NO
1.
3.
ALAT MEDIK
NAMA BARANG
Gunting metcenbow
Spidol permanen
Spidol boardmarker
4.
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
3
15 Mei 2013
ALAT TULIS
NO NAMA BARANG
1.
2.
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
1
09 April 2013
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Februari 2013
2
10 Februari 2013
ALAT CETAK
NO
1.
2.
NAMA BARANG
Buku kitir
Formulir laporan operasi
5.
ALAT PEMBERSIH
NO
NAMA BARANG
1.
2.
Waslap
Deterjen
6.
NAMA BARANG
Jas operasi
Baju O.K
Topi O.K
Celana O.K
Doek lobang besar
Doek drapping
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
15
22 Juni 2013
10
22 April 2013
10
22 Juni 2013
10
22 Juni 2013
15
22 Juni 2013
15
22 Juni 2013
Evaluasi
1.
NO
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Februari 2013
2
10 Februari 2013
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
1
10 Februari 2013
1
10 Februari 2013
NAMA
ALAT ELEKTROMEDIK
YANG DIMINTA
YANG DITERIMA
YANG
ALAT
BELUM
DITERIMA
1.
Handpiece
TANGGAL
06 April
cauter/bipolar
2013
2013
Dari alat tersebut di atas, bagian rumah tangga rumah sakit
berusaha memenuhi permintaan dari kamar operasi karena alat
tersebut bersifat emergency yang digunakan untuk operasi bedah
syaraf.
2.
NO
NAMA
ALAT MEDIK
YANG DIMINTA
ALAT
YANG DITERIMA
YANG
BELUM
DITERIMA
1.
Gunting
JUMLAH
1
mectenb
TANGGAL JUMLAH
05 Januari
1
TANGGAL
15 Mei
2013
2013
ow
Dari alat tersebut di atas untuk alat yang sifatnya emergency, bagian rumah
tangga rumah sakit segera merealisasikan alat tersebut karena menunjang
jalannya operasi.
3.
NO
ALAT TULIS
NAMA
YANG DIMINTA
YANG DITERIMA
ALAT
YANG
BELUM
DITERIMA
1.
Spidol
2.
permanen
Spidol
boardmarker
2013
10 Januari
2013
2013
10 Februari
2013
ALAT CETAK
NAMA
YANG DIMINTA
YANG DITERIMA
ALAT
YANG
BELUM
DITERIM
A
JUMLAH
1.
Buku kitir
TANGGA JUMLAH
TANGGAL
L
10 Januari
10 Februari
2.
Formulir
2013
10 Januari
laporan
2013
2013
10 Februari
2013
operasi
Dari alat-alat tersebut diatas bagian rumah tangga rumah sakit selalu
memenuhi permintaan dari kamar operasi karena menyangkut kelengkapan
administrasi di kamar operasi dan apabila terjadi kekosongan di gudang
persediaan, maka untuk memenuhinya dilakukan permintaan baru di bulan
berikutnya.
5.
NO
YANG DIMINTA
YANG DITERIMA
ALAT
YANG
BELUM
DITERIMA
1.
Jas
2.
operasi
Baju O.K
JUMLAH
15
TANGGAL JUMLAH
01 Mei
15
TANGGAL
22 Juni
10
2013
01 Mei
10
2013
22 Juni
10
2013
01 Mei
10
2013
22 Juni
10
2013
22 Juni
15
2013
22 Juni
3.
Celana
O.K
Topi O.K
10
2013
01 Mei
4.
Doek
15
2013
01 Mei
lobang
5.
besar
Doek
drapping
2013
15
01 Mei
2013
2013
15
22 Juni
2013
Dari alat-alat tersebut di atas bagian rumah tangga rumah sakit berusaha
merealisasikan semua permintaan kamar operasi karena alat-alat tersebut
sering dipakai oleh kamar operasi.
d. Kesimpulan
Dari data di atas bagian rumah tangga rumah sakit dapat memenuhi
permintaan dari kamar operasi, apabila alat tersebut sering dipakai di
kamar operasi dan jika alat tersebut sedang kosong maka dilakukan
permintaan baru di bulan berikutnya. Bagian rumah tangga rumah sakit
merealisasikan alat-alat dengan waktu yang lebih lama karena menunggu
persetujuan dan dana dari rumah sakit.
C. UNIT DOSE KAMAR OPERASI
1.
Pengertian :
Tata cara pengaturan logistik di Kamar Operasi untuk
memenuhi
Tujuan :
Agar logistik di Kamar Operasi selalu tersedia sesuai standar.
3.
Kebijakan :
Logistik di Kamar Operasi terkendali dengan baik
4.
Prosedur Umum :
a. Penanggung jawab obat ( unit dose ), alkes, alat tulis,alat cetak dan alat
pembersih mengidentifikasi dan melaporkan ke Penanggung jawab
kamar operasi kebutuhan ruangan setiap hari senin, rabu dan jumat.
b. Penanggung jawab mengadakan permintaan pengadaan
alkes ke
Apotik / Farmasi /IPS, alat tulis, alat cetak dan alat pembersih ke
gudang Persediaan dan pengadaan sesuai kebutuhan dengan mengisi
formulir
BAB VI
KESELAMTAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Hak pasien
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Komunikasi
merupakan
kunci
bagi
staf
untuk
mencapai
keselamatan pasien.
Uraian tujuh standar tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Standar I. Hak Pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.
2.
3.
koordinasi
pelayanan
yang
mencakup
peningkatan
1. Pimpinan
mendorong
dan
menjamin
implementasi
program
dalam program
keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampain informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5. Tersedia mekanisme palaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan dengan
berbagai macam ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung RS. Sehingga pihak pengelola RS memandang perlu
untuk menerapkan upaya upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di rumah sakit khususnya Unit Kamar Operasi, selain
penyakit penyakit infeksi juga ada potensi bahaya bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan bahan kimia yang yang berbahaya, gas
gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut
diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada dilingkungan rumah sakit.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubung dengan bahaya bahaya di
rumah sakit belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak
keluhan keluhan dari para petugas di rumah sakit, sehubungan dengan bahaya
bahaya yang ada di rumah sakit.
Kasus kasus penyakit kronis yang diderita petugas rumah sakit yaitu :
hipertensi; varices; anemia (kebanyakan wanita); penyakit ginjal dan saluran
kemih; dermatitis dan urtikaria; serta nyeri tulang belakang dan pergeseran di
sinus interveterbra. Sedangkan kasus penyakit akut yang diderita petugas rumah
sakit yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan
keluhan lain. Seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah
kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan
tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena
itu K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS unit Kamar
Operasi lebih efektif, efisien dan terpadu, disusunlah pedoman manajemen K3 di
rumah sakit khususnya Unit Kamar Operasi, baik bagi pengelola maupun
karyawan rumah sakit.
Undang Undang Thn. 1970 No.1 Tentang Keselamatan Kerja. Syarat
syarat keselamatan kerja Pasal 3 :
1.
b.
Mencegah,
mengurangi
dan
memadamkan
kebakaran.
c.
d.
e.
f.
g.
Mencegah
dan
mengendalikan
timbul
atau
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Mengamankan
dan
memperlancar
pekerjaan
r.
2.
3.
2.
Cuci tangan.
3.
4.
5.
2.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian Mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas
produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian mutu pelayanan pada
dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customers satisfaction) yang
dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.
Pengertian pengendalian mutu pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus Plan-Do-Check-Action
(P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan laksanakan periksa aksi). Pola P-D-C-A
ini dikenal sebagai siklus Shewart, karena pertama kali dikemukakan oleh
Walter
Shewhart
beberapa
puluh
tahun
yang
lalu.
Namun
dalam
survailans
infeksi
nosokomial
secara
periodik
berkesinambungan.
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KAMAR OPERASI
ANTARA LAIN :
PELAYANAN
INDIKATOR
Angka penundaan operasi > 24 jam
Angka keterlambatan dimulainya operasi > 2
jam
Angka infeksi luka operasi
Angka kelengkapan Persetujuan Tindakan
Kamar Operasi
Operasi
Angka ketidak lengkapan laporan operasi
Angka ketidak lengkapan laporan anestesi
Insiden tertinggalnya kain kasa
Insiden tertinggalnya instrumen
Insiden perluasan operasi
dan
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
1.
jam
dapat
kegelisahan
bagi
menimbulkan
pasien
dan
keluarganya.
DEFINISI INDIKATOR
2.
operasi.
:
Pelaksanaan operasi elektif pada pasien
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
karena
faktor
pasien
dan
atau
: keluarganya
Rate Based
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
: <2%
KETERANGAN
: -
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA :
Inklusi
operasi.
: Pelaksanaan operasi elektif pada pasien
lebih 2 jam dari jadwal operasi
Eksklusi
karena
faktor
pasien
dan
atau
keluarganya
TIPE INDIKATOR
: Rate Based
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
: <2%
KETERANGAN
: -
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA :
Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
: Rate Based
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
: <2%
KETERANGAN
: -
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
Persetujuan
tindakan
operasi
pasien
terhadap
tindakan
yang
dilakukan.
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA :
Inklusi
: -
Eksklusi
: -
TIPE INDIKATOR
: -
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
: 100 %
: -
KETERANGAN
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
dokter
pertanggung
operator,
jawaban
merupakan
dokter
dalam
demikian
akan
mempermudah
pengobatan selanjutnya.
DEFINISI INDIKATOR
dengan
pelaksanaan
operasi
yang
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
PEMBILANG(Numerator)
STANDAR
0%
KETERANGAN
UNIT KERJA
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
dokter
pertanggung
anastesi,
jawaban
merupakan
dokter
dalam
demikian
akan
mempermudah
pengobatan selanjutnya.
DEFINISI INDIKATOR
KRITERIA :
Inklusi
: -
Eksklusi
: -
TIPE INDIKATOR
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
KETERANGAN
0%
-
UNIT KERJA
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
kualitas
SDM
dan
peralatan
yang
dan
instrumen.
Tertinggalnya
KRITERIA :
Inklusi
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
PEMBILANG(Numerator)
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
KETERANGAN
: 0%
: PELAYANAN KAMAR OPERASI
INSIDEN PERLUASAN OPERASI
UNIT KERJA
: Kamar Operasi
RUANG LINGKUP
NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN
Perluasan
pelaksanaan
operasi
bertambah
besarnya
operasi
dapat
biaya
pada
saat
mengakibatkan
yang
harus
KRITERIA :
Inklusi
: Kejadian
perluasan
operasi
pada
saat
: :
: Jumlah pasien yang dilakukan perluasan operasi
pada saat operasi dalam periode tertentu
PENYEBUT(Denominator)
STANDAR
: <2%
BAB IX
PENUTUP
operasi
pada