Anda di halaman 1dari 92

RUMAH SAKIT PELABUHAN

CIREBON

PEDOMAN
PELAYANAN KAMAR
OPERASI

RUMAH SAKIT PELABUHAN CIREBON


Jl. SISINGAMANGARAJA NO. 45 CIREBON
Telp. (0231) 205657

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam Undang- Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi
perlindungan terhadap keselamatan pasien (patient safety), masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit serta
menimgkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan di rumah sakit.
Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang aman,bermutu,anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Perawatan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di seluruh dunia dengan perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap
tahunnya. Operasi dilakukan di setiap komunitas masyarakat yang kaya
maupun yang miskin. Masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kejadian
yang membahayakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah prosedur operasi. Risiko komplikasi setelah operasi
dikarakteristikkan di berbagai belahan dunia dan sebuah penelitian
menunjukkan bahwa negara industri memiliki angka kematian 0,4 0,8 %
yang diakibatkan karena operasi dan komplikasi setelah operasi sebesar 3
17,5% dan angka ini jauh lebih tinggi pada negara berkembang termasuk
indonesia (Haynes et al, 2009 ). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1
dari setiap 150 pasien yang dirawat di rumah sakit meninggal akibat
peristiwa yang merugikan pasien dan hampir dua pertiga dari kejadian
tersebut terkait dengan operasi (Vries et al,2010).
Kesalahan kesalahan selama operasi antara lain kesalahan insisi
pada posisi yang akan dilakukan operasi,kesalahan dalam pemberian label
pada spasemen patologi, kesalahan transfusi dan obat-obatan sehingga
pasien rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

tersebut saat menjalani operasi sedangkan pasien dan keluarga menempatkan


memberikan kepercayaan kepada perawat kamar bedah (perioperatif) dan
tim bedah lainnya untuk meyakinkan bahwa pasien menerima pelayanan
yang efektif dan mengutamakan keselamatan.
Perkembangan peralatan dan tekhnologi di rumah sakit juga
memiliki dampak dalam meningkatkan risiko terhadap pasien dan petugas di
kamar bedah yang merupakan salah satu unit khusus di rumah sakit.
Teknologi canggih meningkatkan kebutuhan pasien untuk mengukur
keselamatan sebagai peralatan dan instrumen yang dapat berdampak negatif
pada outcome pasien apabila tidak digunakan secara tepat guna dan perawat
kamar bedah harus tahu menggunakan berbagai peralatan dan instrumen
bedah secara cepat dan tepat.
Bahaya yang dapat dihadapi perawat kamar bedah dan tim bedah
lainnya antara lain terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau
bedah, terpapar gas anastesi, obat-obatan dan radiasi, penggunaan cairan
pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi dapat merusak kulit, lapisan
membran dan sistem pernafasan. Kontak dengan permukaan panas, peralatan
listrik dapat menyebabjan kulit terbakar, masalah otot dan tulang serta nyeri
punggung akibat posisi yang salah dalam memindahkan pasien, stres dan
jenuh yang disebabkan oleh jadwal dinas, kerja malam dan faktor psikologis
lainnya,waktu kerja yang melebihi batas waktu kerja yamg telah ditentukkan
karena

kekurangan

tenaga

perawat

kamar

bedah

sehingga

dapat

menyebabkan kelelahan dan kesalahan serta kecelakaan kerja.Sebuah


penelitian menunjukkan bahwa waktu kerja perawat tidak boleh melebihi 10
jam dalam setiap jadwal dinas atau 40 jam dalam satu minggu (ANA,2011).
Meningkatkan keselamatan dan hasil /outcome yang optimal pada
pasien yang menjalani operasi dapat dilakukan dengan memberikan
dukungan dan kesempatan dalam pengembangan perawat kamar bedah
secara profesional dengan melakukan tindakan yang nyata dan salah satunya
adalah penyusunan standar pelayanan keperawatan kamar bedah untuk
mencegah terjadinya bahaya yang dihadapi perawat kamar bedah dan pasien
yang menjalani operasi. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu acuan atau tolak ukur bagi perawat
kamar bedah dalam m,eningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar
bedah untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang
menjalani operasi. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah meliputi
perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah, pengorganisasian,
pelaksanaan pelayanan keperawatan kamar bedah, asuhan kepoerawatan
kamar bedah, pembinaan dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan
kamar bedah.
B.

Ruang Lingkup
Praktik dalam penerapan standar pelayanan keperawatan kamar
bedah dapat berbeda-beda tergantung kepada populasi pasien, lingkungan
praktik, persediaan, akses dana dan sumber daya manusia, kebijakan dan
peraturan pemerintah setempat. Berdasarkan hal tersebut maka dibuat
standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit rumah sakit di
Indonesia dimana ruang lingkupnya meliputi antara lain :
1. Perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi
ketenagaan perawat kamar bedah terdiri dari scrub nurse, perawat
sirkuler, perawat asisten dan kepala ruangan sedangkan sarana dan
prasarana mengenai pengadaan dan pemeliharaan peralatan dan logistik
di kamar bedah secara periodik atau berkala.
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi
struktur organisasi, tata hubungan kerja di kamar bedah, uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan perawat pengelola dan pelaksanaan
secara jelas.
3. Pelaksanaaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi standar
asuhan keperawatan dan standar prosedur operasional baik standar
prosedur operasional klinis maupun manajerial,
4. Pemberian asuhan keperawatan yang terdiri

atas

pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan,


pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan kepada
pasien baik sebelum (pre), selama (intra), dan setelah (post) operasi,

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

5. Pembinaan Pelayanan Keperawatan kamar bedah yang meliputi


bimbingan teknis terhadap pelayanan keperawatan kamar bedah dan
sistem peningkatan jenjang karir perawat kamar bedah.
6. Pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi
program keselamatan pasien dan program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan kamar bedah.
C.

Batasan Operasional
1. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kamar Operasi

a. Penerapan Standar pelayanan keperawatan kamar operasi di rumah


sakit dilaksanakan dalam upaya meminimalkan angka kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan
sentinel melalui peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
b. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial
tenaga keperawatan kamar bedah di rumah sakit untuk terwujudnya
kompetensi yang diperlukan di kamar operasi.
c. Penerapan standar pelayanan keperawatan kamar operasi di rumah
sakit memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait.
2. Strategi Dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar
Operasi
Strategi dalam penerapan standar pelayanan keperawatan dimulai dari
sebelum (pre) operasi, selama (intra) operasi, dan setelah (post) operasi.
a. Pelayanan Keperawatan sebelum (pre) operasi
Merupakan periode yang diawali dengan persiapan dari ruang
penerimaan sampai induksi anastesi. Perawat pada tahap ini
mengintegrasikan dan mengkomunikasikan data yang dikumpulkan
melalui pengkajian secara rinci, keterampilan dan observasi untuk
membuat pilihan teraupetik agar dapat mengoptimalisasikan
pelayan keperawatan kamar bedah. Kegiatan berfokus pada
mengkonfirmasi persiapan kamar operasi dan
peralatan,

memverifikasi,

ketersediaan

menginterprestasi

dan

mengkomunikasikan data kepada tim multidisiplin kesehatan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

lainnya, persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam jiwa


b.

pasien saat operasi, menyiapkan strategi dalam mencegah infeksi.


Pelayanan Keperawatan selama (Intra) Operasi
Merupakan pelayanan yang dilakukan setelah induksi dan selama
proses operasi. Kegiatan berfokus pada memeriksa tanda-tanda vital,
membuka persediaan alat yang dibutuhkan, mengatur selang atau
drain, menjaga kelancaran obat-obatan dan cairan melalui intravena,
memastikan keselamatan elama operasi dengan memperhatikan
lingkungan asepsis dan steril, memastikan posisi pasien tidak
menyakiti pasien, mengjitung jarum dan kassa yang digunakan
selama operasi untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam

tubuh pasien setelah operasi.


c. Pelayanan Keperawatan setelah (post) operasi
Merupakan

pelayanan

keperawatan

selama

periode

setelah

penutupan luka dan pindah keruangan pemulihan. Kegiatan berfokus


pada memeriksa bagaimana pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Mengobservasi jalan nafas dan pernafasan pasien dengan memeriksa
tingkat kesadaran pasien, memeriksa tanda-tanda vital pasien,
memeriksa balutan operasi , mengukur keseimbangan cairan,
memeriksa cairan intravena setiap jam dan mengisi grafik / chart
berdasarkan pengkajian yang dilakukan kepada pasien.
D.

Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran,
4.

Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003

5.

Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi dan Terapi


Intensif Indonesia. (PERDATIN) 2012

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

6.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif


Di Rumah Sakit, Permenkes RI No. 519/Menkes/PER/III/2011

7. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Depkes, 2004


8.

Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Bedah,


DEPKES R1 2006

9. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, DEPKES 1993


10. Buku Kumpulan Materi Pelatihan Manajemen Kamar Bedah
11. Kumpulan Materi Seminar & Workshop Pertemuan Ilmiah Himpunan
Perawat Kamar Bedah Indonesia 2013

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia dan uraian tugas

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

1. Kepala perawat kamar bedah


a. Pendidikan
1) Diutamakan sarjana muda keperawatan/lulusan DIII keperawatan
2) Memiliki sertifikat manajemen keperawatan
3) Memiliki sertifikat teknik kamar operassi (dasar dan lanjutan)
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 5 tahun
c. Memiliki kemampuan kepemimpinan
d. Sehat
2. Asisten ahli bedah
a. Pendidikan : Sekolah Perawat Kesehatan atau D III Keperawatan
b. Memiliki sertifikat Pelatihan Perawat Kamar Operasi.
c. Mempunyai bakat, minat dan iman
d. Dapat bekerja sama dalam tim
e. Memiliki etos kerja yang baik
3. Perawat Instrumen (scrub nurse)
a. Pendidikan : Sekolah Perawat Kesehatan atau D III Keperawatan.
b. Telah mengikuti Pelatihan Perawat Kamar Operasi.
c. Dapat bekerja sama dalam tim
d. Memiliki etos kerja yang baik
e. Memiliki surat tugas sebagai perawat instrument di kamar operasi
4. Perawat Sirkuler (circulating nurse)
a. Pendidikan : Sekolah Perawat, SPK atau D III Keperawatan.
b. Pengalaman kerja: sudah bekerja di kamar operasi, untuk SPK: 1
tahun, untuk D3 Kep: 6 bulan.
c. Mempunyai bakat, minat dan iman.
d. Dapat bekerja sama dalam tim
e. Memiliki etos kerja yang baik
5. Ketenagaan tim anestesi
Pelayanan anestesiologi dan reanimasi dilakukan oleh tim yang terdiri dari
dokter spesialis anestesiologi dan/dokter spesialis anestesiologi konsultan
dan atau dokter peserta program pendidikan dokter spesialis anestesiologi
dan dibantu oleh perawat serta dapat dibantu oleh dokter umum.
a. Tenaga Medis :
1) Dokter spesialis anestesiologi, yaitu dokter yang

telah

menyelesaikan pendidikan program studi dokter spesialis anestesi


di pusat pendidikan yang diakui atau lulusan luar negeri yang telah
mendapat Surat Tanda Registrasi.
2) Dokter spesialis anestesiologis konsultan, yaitu spesialis anestesi
yang telah mendalami salah satu cabang ilmu anestesiologi yang
telah diakui PERDATIN.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

3) Dokter peserta program spesialis anestesiologis yang telah


menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan telah
mendapat kompetensi sesuai standar pndidikan di pusat pendidikan
yang diakui.
4) Dokter umum yaitu dokter yang selama pendidikan kedokteran
mendapat kompetensi untuk melakukan tindakan anestesi atau
dokter umum yang telah bekerja di pelayanan anestesi sekurangkurangnya 6 bulan.
b. Tenaga Keperawatan:
1) perawat anestesi adalah perawat yang terlatih di bidang anestesi
dan telah menyelesaikan program DIII anestesi.
2) Perawat mahir/terlatih di bidang anestesi, yaitu perawat yang telah
mendapat pendidikan sekurang-kurangnya 6 bulan.
3) Perawat yang berpengalaman di bidang perawatan/intensif yang
telah mendapat pelatihan dan pendidikan sekurang-kurangnya 6
bulan.
4) Mempunyai bakat, minat dan iman
5) Dapat bekerja sama dalam tim
6) Memiliki etos kerja yang baik
B. Distribusi ketenagaan
Pembagian tenaga kamar operasi dalam melaksanakan tugas di bagi dalam
menurut shief unntuk mengefisiensikan tenaga.
1. Shief pagi

: mulai jam 07.00 s/d jam 14.00 WIB

2. Shief sore

: Mulai jam 14.00 s/d jam 21.00 WIB

3. Shief malam

: On coll mulai jam 21.00 s/d jam 07.00 WIB

Apabila perawat berhalangan jaga harus melapor kepada kepala ruangan


minimal 1 hari sebelumnya untuk pengaturan jadwal.
Perawat jaga di kamar operasi dalam melaksanakan tugas tiap shief dipimpin
oleh kepala shief, dalam jam kerja dipimpin oleh penanggung jawab kamar
operasi.
1. Perawatan Kepala Kamar Operasi
a. Nama Jabatan : Penanggung jawab Kamar Operasi
b. Pengertian
: Seorang tenaga perawat profesional
bertanggung

jawab

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

dan

berwenang

yang
dalam

mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di


kamar operasi.
c. Tanggung jawab :
Secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Perawatan, melalui kepala seksi keperawatan. Secara operasional
bertanggung jawab kepada Kepala instalasi kamar operasi/Ka.
Instalasi.
d. Uraian tugas
:
1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1)
a) Menerima infut kegiatan pembedahan

dari

ruang

rawat/poliklinik/dokter/luar.
b) Menyusun rencana kegiatan pembedahan berdasarkan jenis,
jumlah dan kemampuan kamar operasi. Perubahan perencanaan
dimungkinkan atau masalah kebutuhan pasien atau alasan lain
yang rasional.
c) Menentukan macam dan jumlah alat yang dipergunakan serta
kegunaannya dalam pelayananan pembedahan.
d) Membagi harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat
kemampuan tenaga keperawatan.
e) Menyusun program pengembangan staf.
f) Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di
kamar operasi.
g) Menyusun program alat dan obat sesuai kebutuhan.
h) Berperan aktif menyusun prosedur/tata kerja kamar operasi
(termasuk menyusun pedoman penggunaan alat)
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan (P2)
a) Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan
peraturan/ethik yang berlaku di kamar operasi.
b) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan tim
dan kemampuan tenaga kamar operasi.
c) Membuat jadwal kegiatan (time schedule)
(1) Pemanfaatan tenaga seefektik mungkin
(2) Mengatur pekerjaan secara merata
(3) Menerapkan kebijaksanaan (policy) yang berlaku
d) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan
e) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien
(1) Mengadakan
pelatihan
untuk
pegawai
secara
berkesinambungan.
(2) Memberi orientasi kepada pegawai baru di kamar operasi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

(3) Mengatur pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan bahanbahan/alat-alat di kamar operasi


f) Menciptakan suasana kerja yang harmonis
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian
(P3)
a) Mengawasi pelaksanaan tuga masing-masing pegawai
b) Mengawasi penggunaan alat dan bahan agar digunakan secara
c)
d)
e)
f)

tepat guna dan hasil guna


Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat
Mengatur supaya alat tetap di inventarisasi secara periodik
Mengawasi pelaksanaan inventarisasi secara periodik
Mengawasi kegiatan tim bedah sehubungan dengan
perkembangan tindakan yang ada dan mengadakan peninjauan

kembali tentang :
(1) Rencana pelayanan tindakan pembedahan
(2) Kebutuhan pelayanan pembedahan
(3) Masalah-masalah yankg timbul
(4) Fungsi kegiatan pegawai di kamar operasi
g) Secara kontinyu menganalisa kegiatan tatalaksana kamar
operasi yang ada hubungannya dengan penggunaan alat/bahan
secara efektif dan efisien, dengan jalan meninjau kembali
tentang :
(1) Program kamar operasi
(2) Rencana pengawasan
(3) Penggunaan alat/bahan sesuai dengan tatalaksana kamar
operasi
2. Perawat Asisten Bedah
a. Nama Jabatan : Perawat Asisten Bedah/Operasi
b. Pengertian
: Seorang tenaga keperawatan

yang

sudah

melakukan pendidikan dan atau pelatihan khusus


sehingga mampu diberi tugas, wewenang dan
tanggung jawab sebagai perawat asisten dokter
bedah dalam suatu tindakan pembedahan/operasi.
c. Uraian Tugas :
1) Sebelum pembedahan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

a) Melakukan pemeriksaan identitas pasien secara cermat dan


teliti, meliputi : nama pasien, jenis kelamin, umur, ruang
perawatan, diagnosa, rencana tindakan dan operator.
b) Memeriksa dan mengecek kelengkapan persiapan pasien,
seperti : konsul anesthesi, (puasa, lavement, pencukuran
sesuai

indikasi),

EKG,

laboratorium, dll.
c) Mengarahkan dan

rongent

mengontrol

foto,

anggota

pemeriksaan
tim

dalam

menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan dalam


pelaksanakan tugas.
d) Memeriksa dan mengecek ulang bahwa semua peralatan
dapat berfungsi dengan baik.
e) Mengatur posisi pasien sesuai dengan rencana pembedahan.
f) Memastikan bahwa semua peralatan elektromedis terpasang
dengan baik dan aman.
g) Melaksanakan desinfeksi dan drapping pada lapangan
operasi sesuai prosedur yang ada.
2) Selama pembedahan
a) Mengkoordinir tim operasi agar dapat bekerja sama dengan
baik dalam membantu operator.
b) Mengatur medan operasi dengan baik agar operator dapat
bekerja dengan aman dan nyaman.
c) Melaksanakan pemaparan medan operasi dengan baik
sehingga operator dapat bekerja dengan lancar.
d) Selalu tanggap terhadap langkah-langkah operator dan
mengantisipasi dengan cepat.
e) Memeriksa dan meneliti kembali kelengkapan instrumen,
bahan dan alat operasi yang dipakai sebelum luka operasi
ditutup ; jumlahnya

harus sesuai dengan sebelum

pembedahan dan atau penggunaannya diketahui dengan


pasti.

Penghitungan

dilaksanakan

dengan

formulir

pemakaian bahan dan alat operasi yang telah tersedia di


kamar operasi.
f) Menciptakan suasana

yang

pelaksanaan tugas tim operasi.


3) Setelah pembedahan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

mebdukung

kelancaran

a) Melaksanakan

dressing

(penutupan

luka

operasi),

pengelolaan drain dan lain-lain sesuai prosedur.


b) Mengembalikan posisi pasien seperti semula, mengevaluasi
adanya perdarahan, perubahan umum, menindak lanjuti dan
atau melaporkan kepada bagian terkait.
c) Melakukan instruksi dokter pasca operasi.
d) Mengelola produk operasi sesuai prosedur.
e) Melaksanakan serah terima pasien kepada petugas ruang
perawatan.
f) Bersama anggota tim membereskan peralatan dan kamar
operasi yang telah selesai digunakan.
d. Wewenang
1) Menggunakan semua fasilitas yang ada untuk pelaksanaan
tugasnya.
2) Mengusulkan pengadaan atau perbaikan fasilitas untuk
kelancaran tugasnya.
3) Memperingatkan atau memberi teguran kepada semua orang
yang terlibat dan atau berada disekitar
apabila

melakukan

wilayah kerjanya,

tindakan-tindakan

yang

dapat

merugikan/mengganggu keberhasilan pelaksanaan tugasnya.


e. Tanggung jawab
1) Secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Bedah Sentral.
2) Secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Tim
Operasi dan dokter operator.
3. Perawat instrumen/Scurb nurse
a. Nama Jabatan : Perawat Instrument
b. Pengertian
: Seorang tenaga keperawatan

yang

sudah

melakukan pendidikan dan atau pelatihan khusus


sehingga mampu diberi tugas, wewenang dan
tanggung jawab sebagai instrumentaris dalam
suatu tindakan pembedahan/operasi.
c. Uraian Tugas :
1) Sebelum pembedahan
a) Melihat jadual tugas harian yang tertera di papan jadwal
operasi.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

b) Mengatur

dan

menyiapkan

kamar

operasi

serta

kelengkapannya dalam keadaan siap pakai, meliputi :


(1) Kebersihan kamar operasi dan semua fasilitas
(2)

didalamnya.
Menyiapkan

(3)

dibutuhkan.
Meja benang dan meja mayo dilapisi duk atau alas

(4)

steril.
Meja operasi

(5)
(6)

diperlukan.
Lampu operasi.
Peralatan elektro medik, seperti: Cauter/ diathermi,

(7)

suction pump, NIBP,dll.


Fasilitas gas medik(bekerjasama dengan petugas

(8)

anaesthesi).
Menyiapkan set/ instrumen steril sesuai dengan jenis

peralatan

lengkap

dan

set

dengan

operasi

asesoris

yang

yang

pembedahan.
(9) Menyiapkan duk operasi dan sarung tangan steril.
(10) Menyiapkan bahan-bahan, seperti implant, benang,
dan cairan desinfektan.
(11) Menyiapkan perlengkapan untuk mengelola produk
operasi, seperti botol, plastik, cairan pengawet
( formalin cair), kertas label dan atau formulir yang
dibutuhkan.
(12) Menyiapkan fasilitas pengelolaan limbah operasi,
seperti bak sampah, kantong plastik, dll.
(13) Pada saat pasien sudah diantar ke kamar operasi,
memeriksa

kembali

memastikan

bahwa

identitas
persiapan

pasien
yang

untuk

dilakukan

memang sudah tepat dengan rencana tindakan (bila


perlu ditanyakan lagi kepada operator tentang
tindakan yang akan dilakukan).
c) Petugas melakukan cuci tangan pembedahan, memasuki
kamar operasi, mengenakan jas operasi dan sarung tangan
steril sesuai prosedur, petugas siap melakukan tugas.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

d) Mengecek kelengkapan set operasi sesuai daftar alat (cek


list) yang tersedia dan melaporkan kelengkapannya kepada
Ka. Tim dan petugas PSPM.
e) Membantu mengenakan jas operasi dan sarung tangan steril
untuk dokter operator.
f) Mengatur instrument steril pada meja mayo, diatur secara
sistematis sesuai dengan urutan penggunaannya.
b) Selama pembedahan
1) Melayani operator atau perawat asisten operasi untuk
melakukan desinfeksi kulit kepada pasien.
2) Memberi linen steril untuk prosedur drapping.
3) Memberikan bahan, alat atau instrumen steril kepada
operator sesuai urutan secara tepat dan benar(begitu
diterima, alat atau instrumen langsung dapat digunakan
oleh operator)
4) Menerima pengembalian

instrumen

dari

operator,

membersihkan dari segala kotoran, mengatur kembali


instrumen secara sistematis untuk memudahkan jika
diperlukan lagi.
5) Menerima produk operasi, mengelola sesuai dengan
peruntukannya

(untuk

disimpan,

diperiksakan

kelaboratorium, diberikan kepada pasien dan keluarganya,


6)

dll).
Mengelola limbah operasi sesuai dengan tempatnya

masing-masing.
7) Mengingatkan kepada operator dan atau anggota tim
operasi yang lain apabila terjadi penyimpangan prosedur
aseptik.
8) Menghitung dengan cermat dan teliti semua bahan, alat
atau

instrumen

yang

digunakan,

melaporkan

hasil

penghitungan tersebut kepada kepala tim dan atau operator


sebelum dilakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis.
9) Menyiapkan cairan (NaCL) untuk mencuci luka operasi.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

10) Mengeringkan luka operasi dengan kassa steril, mengolesi


dengan desinfektan dan menutup luka operasi dengan kassa
steril.
11) Melakukan fiksasi pada penutup luka operasi, drain atau
katheter bila ada.
12) Melepaskan linen penutup lapangan operasi lapis demi
lapis,

melipat/

menggulung

dengan

benar

dan

menempatkannya pada tempat yang telah tersedia.


13) Membersihkan kulit pasien dari semua kotoran dan
dikeringkan.
14) Memeriksa kulit pasien pada lokasi pemasangan netral
plate (memastikan ada/ tidaknya luka bakar).
15) Mengenakan baju dan linen yang kering pada pasien.
16) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brankart kamar
operasi.
17) Memberi label pada produk operasi sesuai peruntukannya.
c. Setelah pembedahan
1) Memeriksa dan menghitung instrumen bekas pakai dalam
tempat yang sudah tersedia sebelum dikeluarkan dari kamar
operasi (sesuai cek list formulir daftar alat yang tersedia)
2) Melepas jas operasi dn sarung tangan sesuai prosedur.
3) Membungkus (dan mengikat ujungnya) semua limbah operasi
sesuai dengan tempatnya masing-masing.
4) Mengelola semua fasilitas bekas pakai operasi:
a) Limbah cair dalam botol suction diamati jumlahnya,
dicatat, isinya dibuang ketempat pembuangan limbah cair,
botol dicuci bersih dan diisi kembali dengan cairan
desinfektan dan dikembalikan kedalam rangkaian suction
pump.
b) Linen kotor dibawa ke spoel hock dalam bungkusan plastik
yang terikat.
c) Limbah operasi berupa sampah dalam bungkusan masingmasing yang terikat, dibawa ketempat penampungan
sampah sementara di kamar operasi.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

d) Instrumen bekas pakai dicuci, dihitung kembali, dilap


hingga kering, dikemas lagi sesuai dengan buku standart set
operasi dan disterilkan.
e) Kamar operasi dan semua perlengkapan dibersihkan dan di
desinfektan dengan cairan percef.
5) Menyerah-terimakan produk operasi dan peruntukannya kepada
petugas ruangan, serta mencatat dalam buku penyerahan
produk operasi.
6) Melengkapi dan membereskan administrasi pelaksanaan tugas.
7) Petugas mencuci tangan dan siap melaksanakan tugas-tugas
berikutnya.
d. Wewenang
1) Menggunakan semua fasilitas yang ada untuk pelaksanaan
tugasnya.
2) Mengusulkan pengadaan atau perbaikan fasilitas untuk
kelancaran tugasnya.
3) Memperingatkan atau memberi teguran kepada semua orang
yang terlibat dan atau berada disekitar wilayah kerjanya,
apabila

melakukan

tindakan

yang

dapat

mengganggu

keberhasilan pelaksanaan tugasnya.


e. Tanggung Jawab
1) Secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Kamar Operasi.
2) Secara operasional sebagai perawat instrumen bertanggung
jawab kepada Kepala Tim Operasi dan dokter operator.
4. Perawat sirkulasi/circulating nurse
a. Nama Jabatan : Perawat Sirkulasi/ Perawat On-loop/ Circulating
b. Pengertian

Nurse
: Seorang tenaga perawatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab membantu segala
kebutuhan

tim

operasi

demi

kelancaran

pelaksanaan tindakan pembedahan.


c. Uraian Tugas :
1) Sebelum pembedahan
a) Menerima penyerahan pasien yang akan menjalani tindakan
di kamar operasi dari petugas ruangan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

b) Memeriksa, dengan menggunakan cekh list serah terima


pasien meliputi :
(1) Kelengkapan dokumen medis, antara lain :
(a) Persetujuan Tindakan Medik (Informed Concent).
(b) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
(c) Hasil pemeriksaan radiologi
(d) Hasil konsultasi ahli anesthesi
(e) Hasil konsultasi ahli lain bila memang diperlukan
(2) Kelengkapan obat-obatan, cairan, darah (bila perlu),
alat kesehatan.
(a) Memeriksa persiapan fisik pasien, seperti : puasa,
lavement, pencukuran dan lain-lain.
(b) Memastikan tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien yang bersangkutan.
(c) Menyiapkan kamar operasi dan perlengkapannya
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan,
meliputi :
Kebersihan kamar operasi
Meja benang dan meja mayo
Meja operasi lengkap dengan asesoris yang
diperlukan
Lampu operasi
Mesin anesthesi lengkap
Peralatan
elektromedis,

seperti

cauter/diathermi, suction pump, NIBP dan lainlain


Fasilitas gas medis
Menyiapkan set/instrumen steril sesuai dengan
jenis pembedahan
Menyiapkan duk operasi dan sarung tangan
steril
Menyiapkan

bahan-bahan,

seperti

implan,

benang dan cairan desinfektan


Menyiapkan perlengkapan untuk mengelola
produk operasi, seperti botol, plastik, cairan
pengawet (formalin cair), kertas label dan atau
formulir yang dibutuhkan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Menyiapkan

fasilitas

pengelolaan

limbah

operasi, seperti bak sampah, beberapa plastik


dengan jumlahdan warna sesuai kebutuhan
2) Selama pembedahan
a) Bersama tim operasi mengatur posisi pasien sesuai jenis
pembedahan.
b) Menjaga dan mempertahankan pasien dalam posisi yang
dibutuhkan

sesuai

jenis

pembedahan

dengan

tetap

memperhatikan keamanan dan keselamatan pasien.


c) Memasang netral elektrode diathermi dan difiksasi dengan
tepat dan benar.
d) Membuka set steril dengan teknik aseptik.
e) Mengikat tali jas operasi tim pembedahan.
f) Mengingatkan kepada tim operasi jika

mengetahui

penyimpangan penerapan teknik aseptik.


g) Membantu mengukur dan mencatat kehilangan darah dan
cairan, dengan jalan menjumlahkan menjumlahkan antara
produksi urine, jumlah perdarahan dan jumlah cairan yang
hilang.
(1) Cara menghitung perdarahan :
(a) Berat kasa kering harus diketahui sebelum dipakai
(b) Timbang kain yang basah oleh darah pasien selama
pembedahan.
(c) Jumlah perdarahan adalah : selisih berat antara kain
basah dikurangi dengan berat kain kasa kering.
(2) Cara menghitung pengeluaran jumlah cairan :
Jumlah cairan dalam botol suction yang berasal dari
pasien diukur dengan cara membaca skala angka-angka
yang tertera pada botol suction.
(3) Cara menghitung jumlah produksi urine :
Jumlah produksi urine di dalam bag diukur dan dicatat
setiap jam atau secara periodik. (Produksi urine normal
= - 1 cc/Kg/BB/jam).
(4) Cara menghitung jumlah cairan yang hilang :

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Jumlah perdarahan yang berasal dari kasa, suction dan


urine dikurangi dengan pemakaian cairan untuk
pencucian luka selam pembedahan.
h) Membantu mengukur dan mencatat tanda-tanda vital.
i) Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada
perawat asisten anesthesi dan atau dokter anesthesi.
j) Menghubungi petugas radiologi, petugas laboratorium atau
petugas yang lain bila diperlukan selama pembedahan.
k) Mengelola bahan produk operasi sesuai dengan
peruntukannya.
l) Mengambil dan mengamankan instrumen yang jatuh
dengan menggunakan alat (korentang).
m) Menyiapkan dan menyerahkan dalam keadaan siap pakai
segala sesuatu yang diminta oleh perawat instrumen,
perawat asisten bedah, perawat asisten anesthesi, dokter
operator, maupun dokter anesthesi.
n) Mengatur posisi meja operasi dan lampu operasi sesuai
dengan kebutuhan.
o) Mengontrol dan membetulkan posisi netral elektrode
diathermi secara periodik atau setiap kali diadakan
perubahan posisi baring pasien.
p) Menghitung dan mencatat pemakaian obat, bahan dan alat
selama pembedahan.
q) Bersama perawat instrumentaris menghitung instrumen dan
semua bahan atau alat yang dipakai selama pembedahan
dan mencocokannya dengan hasil pencatatan. Hal ini
dilakukan sebelum penutupan luka operasi.
r) Ikut membantu menyiapkan segala peralatan serta dalam
merawat bayi dalam tindakan sectio cesarea.
s) Menyiapkan dan melaksanakan tindakan proteksi apabila
ternyata dalam tindakan pembedahan didapatkan pus atau
bahan infeksius yang lain.
t) Mengatur dan mengendalikan orang-orang yang diijinkan
berrada dalam kamar operasi yang bersangkutan.
3) Setelah pembedahan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

a) Mengembalikan pasien ke posisi yang diijinkan oleh dokter


operator atau dokter anesthesi setelah tindakan selesai.
b) Membersihkan dan merapikan pasien, kemudian
memindahkannya dari meja operasi ke brankard pasien
kamar operasi.
c) Membantu perawat asisten anesthesi dalam tugas-tugas :
(1) Membawa pasien ke ruang pulih.
(2) Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital.
(3) Mengukur tingkat kesadaran, dengan cara memanggil
nama pasien, memberikan stimulus, memeriksa reaksi
pupil.
(4) Meneliti, menghitungdan mencatat obat-obatan serta
cairan yang diberikan kepada pasien selama tindakan.
(5) Memeriksa kelengkapan dokumen medik dan
meneruskan

kepada

yang

berwenang

melengkapinya, antara lain :


(a) Laporan pembedahan
(b) Laporan anesthesi
(c) Pengisian formulir Patologi Anatomi (PA)
d) Mendokumentasikan
tindakan
keperawatan

untuk

selama

tindakan, antara lain :


(1)Identitas pasien :
(a) Nama pasien
(b) Umur dan jenis kelamin
(c) Nomor rekam medis dan nomor register
(d) Ruang perawatan
(e) Nama-nama dokter operator, dokter anesthesi dan tim
operasi
(f) Jenis tindakan
(g) Mengisi formulir pengendalian infeksi rumah sakit
(2)Permasalahan yang timbul selama tindakan
(3)Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan
(4)Hasil evaluasi
e) Melakukan serah terima pasien dengan petugas ruangan
disertai dengan :
1) Kelengkapan dokumen medik, intruksi pasca tindakan.
2) Keadaan umum pasien.
3) Obat-obatan dan resep baru.
f) Membantu perawat instrumentaris dalam tugas-tugas :

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

1) Mencuci

dan

menghitung

instrumen

yang

selesai

digunakan, mengelap hingga kering, dan mengepack dalam


bentuk set operasi sesuai dengan buku standar yang ada,
kemudian disterilkan.
2) Mencuci, mengeringkan, menggulung kabel diathermi
kemudian mensterilkan ke dalam autoclave kering (ozon)
lengkap dengan hand piece dan lancetnya.
3) Membuang cairan dalam botol suction

ke

tempat

pembuangan limbah cair, mencuci botol tersebut hingga


bersih,

mengisinya

dengan

cairan

desinfektan

dan

memasang kembali ke dalam rangkaian mesin suction


pump.
4) Membersihkan dan membereskan kamar operasi beserta
kelengkapannya sehingga dakam keadaan siap pakai untuk
operasi berikutnya.
5) Menyelesaikan dan melengkapi catatan atau administrasi
pelaksanaan tugas.
d. Tanggung Jawab
1) Secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Kamar Operasi.
2) Secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Tim
Operasi dan dokter operator.
4. Ahli/Perawat Anestesi
a. Nama Jabatan : Perawat Asisten Anesthesi
b. Pengertian
: Seorang tenaga keperawatan yang diberi tugas,
wewenang,

dan

tanggung

jawab

membantu

terselenggaranya pelaksanaan tindakan pembiusan


di kamar operasi.
c. Uraian Tugas :
1) Sebelum pembedahan
a) Melakukan pemeriksaan pra-anesthesi untuk menilai status
fisik pasien sebatas wewenang dan tanggung jawabnya.
b) Menerima penyerahan pasien dari petugas ruang perawatan
di ruang transfer masuk kamar operasi.
c) Memeriksa dan mengecek kelengkapan persiapan pasien,
seperti : konsul anesthesi, (puasa, lavement, pencukuran

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

sesuai

indikasi),

EKG,

rongent

foto,

pemeriksaan

laboratorium, dll.
d) Melaksanakan

pengukuran

tanda-tanda

vital

pra

pembedahan dan menuliskannya dalam formulir laporan


anesthesi.
e) Memberikan

penyuluhan

kepada

pasien

sebatas

kewenangan tentang :
(1) Tindakan pembedahan yang akan dilakukan
(2) Tim operasi yang akan menolong
(3) Fasilitas yang ada di dalam kamar operasi seperti :
lampu operasi, mesin anesthesi, dll
(4) Tahap-tahap pembiusan dan atau tindakan
f) Menyiapkan segala perlengkapan untuk

keperluan

pembiusan pasien bersangkutan, termasuk peralatan dan


obat-obat darurat/emergency.
g) Memeriksa dan memastikan bahwa semua peralatan dapat
berfungsi dengan baik.
h) Memberikan premedikasi, pemasangan infus dan atau yang
lain-lain sesuai dengan program dokter anesthesi.
i) Membawa masuk pasien ke kamar operasi

dan

memindahkan ke meja operasi.


j) Bersama dengan tim operasi mengatur posisi pasien sesuai
rencana tindakan.
k) Menjaga keamanan

pasien

selama

dalam

posisi

pembedahan, misalnya dengan memasang sabuk pengaman,


penyangga tubuh dan sebagainya.
2) Selama pembedahan
a) Menjaga kelancaran jalan nafas pasien dengan cara :
mempertahankan posisi kepala pasien tetap ekstensi,
mempertahankan posisi endotracheal tube, pemasangan
mayo/guedel, menghisap lendir dan lain-lain.
b) Memantau tanda vital pasien secara periodik, menindak
lanjuti dan atau melaporkan kepada dokter anesthesi bila
terjadi perubahan-perubahan yang signifikan.
c) Mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan
kegiatan

pembiusan

selama

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

pelayanan

pembedahan

berlangsung, seperti : cairan masuk dan keluar, perdarahan,


pemberian obat-obatan dan sebagainya.
d) Melaksanakan dan membantu kelancaran pelaksanaan tugas
dokter anesthesi.
e) Melaksanakan tindakan-tindakan yang perlu untuk menjaga
keselamatan pasien, petugas dan lingkungan kamar operasi.
f) Menciptakan suasana yang mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas tim operasi.
3) Setelah pembedahan
a) Mempertahankan kelancaran jalan napas pasien.
b) Memantau tanda vital pasien untuk mengetahui sirkulasi,
pernapasan, dan keseimbangan cairan, serta menilai
respomn pasien terhadap efek obat anesthesi.
c) Mengembalikan kedudukan pasien seperti posisi yang
dianjurkan oleh dokter anesthesi dan atau operator serta
menilai respon yang timbul.
d) Membersihkan pasien dari kotoran (darah atau yang lain)
yang

didapat

selama

pelaksanaan

pembedahan,

mengenakan baju operasi yang bersih kepada pasien.


e) Bila situasi sudah memungkinkan semua perlengkapan
msin anesthesi dimatikan, pasien dipindahkan dari meja
operasi ke brankard kamar operasi.
f) Selanjutnya pasien didorong/dibawa dengan brankard
kamar operasi ke Ruang Pulih.
g) Melengkapi catatan perkembangan pasien perioperatif serta
catatan-catatan

lain yang

ada hubungannya

dengan

pelaksanaan tugas selama proses pembiusan berlangsung.


h) Selam di ruang pulih, tanda vital pasien selalu dipantau
untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
i) Bila situasi sudah memungkinkan maka kepada pasien
dilakukan ekstubasi, atas ijin dokter anesthesi. Kanul
penghisap lendir, ET dan alat anesthesi lain yang baru saja
digunakan oleh pasien langsung direndam dalam cairan
desinfektan yang sudah tersedia.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

j) Melaksanakan serah terima pasien dari petugas kamar


operasi kepada petugas ruang perawatan di Ruang Transfer
Keluar kamar operasi.
k) Petugas membereskan semua perlengkapan yang tadi
digunakan untuk kegiatan pelayanan kepada pasien.
l) Petugas cuci tangan dan melengkapi serta menyelesaikan
administrasi pelaksanaan tugasnya.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A.

Denah Ruangan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Kamar operasi adalah salah satu ruang atau unit dalam suatu rumah
sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera
(emergency) maupun yang berencana (elective). Oleh karena itu maka kamar
bedah harus dirancang khusus untuk keperluan tersebut, antara lain letaknya,
bentuknya dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah sakit,
disamping itu perlu dipikirkan kenyamanan kerja bagi para petugas atau
orang-orang yang bekerja didalamnya.
Setiap rumah sakit merancang kamar bedahnya sesuai dengan bentuk
dan bentuk lahan yang tersedia. Sehingga dikatakan bahwa rancang bangun
kamar bedah setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar dan tipe rumah
sakit tersebut. Makin besar suatu rumah sakit tentunya, membutuhkan jumlah
dan luas kamar bedah yang lebih besar.
Jumlah kamar bedah tergantung dari beberapa hal yaitu :
1.
Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan
2.
Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta sub
spesialisasi beserta fasilitas penunjangnya (alat-alat)
3.
Pertimbangan antara operasi berencana dan operassi
segera
4.

Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar bedah baik


jam perhari dan hari perminggunya.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

5.

Sistem dan prosedur yag ditetapkan untuk arus pasien,


petugas dan penyediaan peralatan
Kamar operasi harus diletakkan pada suatu tempat yang mudah dicapai

dari bagian-bagian lain dari rumah sakit khususnya unit gawat darurat, unit
perawatan intensif, radiologi, patologi dan unit perawatan bedah. Yang pnting
dalam merancang kamar bedah harus berdasarkan prinsip bahwa membuat
suatu ruangan yang khusus yang terpisah atau bebas kontaminasi dari luar.

B.

Standar Fasilitas Kamar Operasi


Kamar Operasi adalah salah satu ruang atau unit dalam satu rumah
sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera
(emergency) maupun yang berencana (elective).
Secara umum setiap kamar operasi dibagi 3 daerah menurut sterilitrasnya :
1.

Daerah bebas (unrestricted area)


Pada daerah ini bila petugas dan pasien masuk tidak perlu mengganti
pakaian. ini merupakan juga daerah peralihan dari luar ke dalam kamar
operasi. Yang termasuk daerah ini adalah :

2.

a.

ruang adminstrasi

b.

ruang kepala kamar bedah

c.

ruang konsultasi

d.

ruang ganti baju

e.

ruang istirahat

f.

ruang alat

g.

kamar mandi dan w.c.

h.

loker

i.

gudang
Daerah semi terbatas (semirestricted area)

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Ini merupakan daerah penghubung antara daerah bebas dengan kamar


bedah. setiap orang yang masuk daerah ini wajib ganti pakaian khusus
kamar operasi, topi, dan masker, demikian pula dengan pasien. Yang
termasuk daerah ini adalah:
a.

Ruang serah terima pasien

b.

ruang persiapan (induksi)

c.

ruang koridor

d.

ruang pulih (Recovery room)

e.

ruang penyimpanan alat steril

f.

ruang penyimpanan alat tidak steril

g.

ruang sterilisasi

h.

ruang pembuang limbah operasispoelhoek

3.

Daerah terbatas (restricted area)


Yang dimaksud daerah ini adalah :
a.

ruang cuci tangan

b.

ruang tindakan pembedahan (O.K)


Maksud dari pembagian daerah pada kamar operasi seperti tersebut

diatas adalah untuk meminimalisasi kemungkinan kontamisasi luka


operasi dari kuman yang terbawa oleh udara luar.
Sehubungan dengan hal tersbut diatas ada pula kepustakaan yang
membagi rumah sakit umumnya dan bagian bedah khususnya atas 5 zone :
1. Zone 4 (General Zone) :
Yang termasuk zone ini adalah ruang tunggu, ruang tamu, kantor,
ruang dokter, ruang administrasi, ruang laboratorium patologi, ruang
penyimpanan peralatan-peralatan non steril, ruang ganti pakaian, ruang
istirahat dari staf kamar operasi, ruang penyimpanan peralatan
anestesi, ruang tempat penyimpanan makanan, toilet dan sebagaiannya.
2. Zone 3 (Clean zone) :

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Yang dimaksud dengan zone ini adalah, ruang penerimaan pasien


dibagian kamar operasi, ruang anestesi, ruang endoskopi, ruang tempat
penyimpanan darah dan obat-obatan.
3. Zone 2 (Superclean zone) :
Zone ini adalah kamar operasi, ruang cuci tangan dan tempat memakai
jas operasi, ruang tempat penyimpanan peralatan bedah, tempat
penyimpanan linen steril dan ruang post anestesi.
4. Zone 1 (Ultra clean zone) :
Daerah sekitar 1 meter dari luka operasi
5. Zone 0 (Aseptic zone) :
Ini merupakan daerah yang akan dilakukan insisi.

Menurut fungsinya maka Kamar Operasi juga dapat dibedakan sebagai


berikut:
1.

Daerah Bebas
Daerah ini merupakan daerah dimana orang berada diruang ini tidak perlu
ganti pakaian atau berpakaian khusus.
a.

Dapur
Hampir disetiap rumah sakit besar rumah sakitnya dilengkapi dengan
dapur. Karena jumlah operasi yang banyak serta waktu operasi yang
panjang maka sering petugas ruangan kamar operasi dan para dokter
berada dikamar operasi pada saat jam makan sehingga harus makan
dikamar operasi.
Perlengkapan yang harus ada adalah :

Peralatan memasak

Alat makan (piring, sendok/garpu dan gelas minum)

Lemari untuk penyimpanan makanan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

2.

Tempat mencuci piring

Troli pengangkut makanan yang tertutup

Tempat sampah

Daerah Peralihan
Pasien atau petugas yang akan masuk dari daerah bebas ke dalam
daerah semi ketat harus melalui daerah peralihan. Untuk itu maka perlu
diatur alur pasien, petugas dan peralatan.
a.

Alur pasien

Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda


Pintu masuk pasien dan petugas berbeda

b. Alur petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu
c. Alur peralatan
Pintu masuk dan keluar dari peralatan bersih dan kotor berbeda

3.

Daerah Penunjang
Setiap ruang bedah perlu dialokasikan ruang yang memadai untuk
pelayanan penunjang. Sebab ini merupakan bagian yang juga penting
dalam keseluruhan sistem pelayanan di ruangan bedah. Yang dimaksud
dengan ruang ruang penunjang adalah :
a.

Ruang administrasi
Ruang ini merupakan tempat atau pusat pelayanan administrasi
dari ruangan bedah. Ruang ini berada pada daerah bebas dan tidak
berhubungan langsung dengan ruangan lain dalam ruang bedah,
kecuali melalui sistem jendela. Ini dikarenakan petugas di ruang
administrasi ini sering harus berhubungan dengan orang luar. Ruangan
dimana ruang administrasinya mempunyai pintu yang berhubungan
langsung dengan ruangan bedah lainnya maka harus ada aturan khusus

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

yang membatasi petugas administrasi untuk keluar masuk ke dalam


ruangan bedah.
Fungsi ruang administrasi adalah sebagai berikut :

Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan rumah


sakit.

Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan bagian


atau unit-unit lainnya di rumah sakit.

Menyediakan keperluan administrasi dari pasien-pasien yang


akan dilakukan pembedahan baik yang di rawat inap maupun yang
rawat jalan ( one day care ) dimana administrasi disini
berhubungan dengan keuangan.

Melayani contoh darah atau jaringan dari pasien yang


sementara

menjalani

pembedahan

untuk

disampaikan

ke

laboratorium. Beberapa rumah sakit lain untuk hal diatas ada


fasilitas langsung dari kamar bedah ke laboratorium melalui suatu
sistem transfer yang khusus.

Mencatat jadwal operasi untuk hari berikutnya dengan


berkoordinasi dengan unit-unit perawatan.

Ruang administrasi memerlukan peralatan sebagai berikut :

b.

Kursi dan meja tulis sesuai dengan kebutuhan.

Mesin ketik / komputer.

Filling kabinet.

Alat komunikasi / telepon.

Papan pengumuman

Whiteboard untuk mencatat jadwal operasi.

Tempat sampah.
Kantor/konsultasi
Dalam satu ruangan kamar bedah kalau memungkinkan diperlukan

3 ruangan untuk kantor, yaitu :

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Untuk kepala Ruangan bedah/ka.instalasi

Untuk kepala perawat ruangan bedah

Untuk dokter anestesi

Bila ada keterbatasan ruangan maka kantor kepala ruangan bedah dan
kepala perawat bedah terdapat dalam satu ruangan. Sebaiknya ruang
kantor ini mempunyai pintu yang berhubungan dengan daerah luar
karena sering kali kepala ruangan bedah, kepala perawat bedah
ataupun dokter anestesi perlu berhubungan dengan orang luar antara
lain tamu, keluarga pasien sehubungan dengan pasien yang akan,
sementara atau sesudah menjalani operasi untuk menjelaskan hasil
operasi.
Perlengkapan di ruang ini adalah :

Satu set kursi tamu / sofa masing-masing minimal satu


kursi dan

meja tulis.
Kalau hanya terdapat satu ruang kantor maka minimal

dilengkapi tiga kursi dan meja tulis.

Filling kabinet

Whiteboard

Telepon

Tempat sampah

c.

Ruang istirahat petugas


Ruang ini berfungsi untuk diskusi antara kepala ruangan bedah
dengan stafnya. Juga dapat dipakai untuk menerima tamu yang
berkunjung ke ruangan bedah dan ingin bertemu dengan para petugas
ruangan bedah.
Perlengkapan ruangan ini adalah :

Kursi tamu/sofa

Kursi dan meja makan

Tempat sampah tertutup

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Wastafel dan cermin

Peralatan minum

d.

Ruang pulih ( recovery room )


Ruangan ini digunakan untuk menempatkan pasien-pasien pasca
bedah. Di sini pasien dipantau, bila keadaan sudah stabil pasien akan
dikembalikan ke ruangan perawatan. Sedangkan pada pasien pasca
bedah dengan resiko tinggi dari sini dipindahkan ke ruangan perawatan
intensif.
Ruang pulih mempunyai perlengkapan sebagai berikut :

Emergency trolley berisi :


Obat-obat penyelamatan hidup ( life saving )
Cairan infus
Guedel dengan berbagai ukuran
Laringoscope lurus dan bengkok dengan blade berbagai ukuran
Magyl forceps
Face mask
Kateter suction
Termometer
Spatel lidah
Infus set
Transfusi set
CVP set
Papan resusitasi

Tabung oksigen lengkap

Suction pump

DC shock ( untuk rumah sakit kelas A dan B )

Tensimeter

Stetoskope

Tempat tidur pasca bedah

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Bengkok

Alat komunikasi

Formulir observasi

g. Ruang cuci tangan


Ruang ini biasanya terletak berdampingan dengan kamar bedah,
seolah-olah merupakan kesatuan ruangan dengan kamar bedah. Antara
ruang cuci tangan dan kamar bedah harus ada kaca tembus pandang
sehingga petugas yang sementara melakukan cuci tangan dapat melihat
dan mengetahui keadaan di dalam kamar bedah.
Perlengkapannya berupa :

Kran air dengan penampung airnya. Krain air disini memakai


tangkai yang panjang. Ini dimaksudkan supaya pada saat
mematikan dan menghidupkan airnya dilakukan dengan siku. Ada
tipe kran lain, untuk menghidupkan dan mematikan airnya, caranya
menginjak pedal dengan kaki. Kran air untuk cuci tangan harus
lebih dari satu.

Desinfektan dan tempatnya

Cermin

h. Ruang penyimpanan alat-alat anestesi


Alat-alat anestesi perlu disimpan pada suatu tempat tersendiri.
Penyimpanan perlengkapan anestesi harus dipisahkan, seperti gas
anestesi obat-obatan dan peralatan lainnya. Demikian pula alat-alat
yang kotor harus terpisah dengan alat-alat yang bersih. Perlengkapan
disini adalah lemari untuk tempat penyimpanan alat-alat dan meja besar
serta kursinya ini maksudnya untuk para petugas ruangan bedah
membersihkan alat-alat.
i.

Ruang penyimpanan alat-alat bedah


Dalam hal penyimpanan alat-alat bedah harus ditata dengan rapi dan
dikelompokkan secara terpisah menurut jenis operasinya seperti alat
untuk operasi jantung, syaraf, orthopedi, digestive. plastik dan lain-lain.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Ini untuk memudahkan kalau kita hendak mengecek alat tersebut apakah
masih berfungsi dengan baik atau kelengkapannya bila hendak dipakai.
Ruang penyimpanan steril

Arus lalulintas manusia disini harus dibatasi untuk memperkecil


kemungkinan kontaminasi dari alat-alat yang sudah steril. Bila
memungkinkan ruang ini harus jauh dari lalu lintas petugas. Cara
penyimpanan-penyimpanan alat-alat tersebut sebaiknya di dalam
kotak-kotak (box ) steril. Kemudian alat-alat sudah diset sesuai
dengan jenis pembedahan. Pada ruang ini dianjurkan agar
kelembaban udara berkisar antara 35-50 %. Temperaturnya antara
18-22 derajat Celcius.

Ruang penyimpanan tidak steril


Di ruang ini disimpan alat-alat pembedahan yang belum disterilkan.
Alat-alat ini disimpan dalam lemari kaca, sehingga mudah
mencarinya bila dibutuhkan. Alat yang sering dipakai harus di
tempat pada tempat yang mudah dicapai. Dalam ruang penyimpanan
ini harus dipisahkan juga tempat penyimpanan linen dari peralatan
bedah lainnya. Demikian pula linen yang steril penyimpanannya
dipisahkan dari linen yang tidak steril.

j. Ruang pencucian peralatan / instrumen


Alat-alat yang terpakai pada saat pembedahan, sebelum disimpan
harus dicuci terlebih dahulu di ruang ini. Perlengkapannya antara lain :
a.

Meja kerja kedap air

b.

Bak pencuci alat

c.

Trolley

d.

Sikat

e.

Desinfektan / detergen

f.

Tempat sampah

k. Ruang sterilisasi
Alat-alat yang habis dipakai pada waktu pembedahan dicuci
kemudian disterilkan di ruangan ini sebelum disimpan kembali. Alat

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

untuk mensterilkan alat-alat tersebut adalah autoclave dengan berbagai


ukuran. Selain autoclave juga harus ada kereta dorong instrumen untuk
membawa alat-alat steril ke kamar bedah.
l.

Gudang
Di ruang ini disimpan persediaan obat-obatan, alat kesehatan
seperti benang, alat pembedahan orthopedi seperti protesa dan lain-lain.
Dan Pada ruang ini disimpan peralatan yang tidak setiap saat dipakai
seperti C-arm, ESU (Elektro Surgical Unit), mikroskop bedah syaraf,
mikroskop mata dan lain-lain.

m. Koridor
Koridor di sini merupakan ruang yang berfungsi penghubung antar
ruang. Oleh karena itu koridor ini harus cukup lebar untuk lalu lintas
petugas, pasien dengan kereta dorongnya serta alat-alat yang besar.
Lebar koridor idealnya minimal 2,85 meter dan maksimal 3,2 meter.
Tentunya ini sangat tergantung dari kondisi ruangan bedah. Di depan
pintu kamar bedah diberi lampu yang dinyalakan bila operasi sementara
berlangsung.
4.

Kamar Operasi
Yang dimaksud dengan

kamar operasi adalah ruangan dimana

dilakukan tindakan-tindakan sehubungan dengan pembedahan. Ruangan


ini merupakan ruang terbatas / ketat. Orang-orang yang bisa masuk
hanyalah para petugas yang sedang bertugas. Orang-orang yang tidak
berkepentingan tidak boleh masuk, ini untuk menjaga sterilisasi dari
ruangan ini. Kamar operasi mempunyai beberapa persyaratan :
a.

Bentuk
Kamar operasi sudut-sudutnya tidak boleh tajam. Lantai dinding
dan langit-langitnya harus melengkung. Lapisan dari dinding dan
langit-langit harus dari bahan yang keras, tidak berpori, tahan terhadap
api, kedap air, tidak mudah kotor, tidak mempunyai sambungan,
berwarna terang,tidak memantulkan cahaya dan mudah dibersihkan
serta tidak menampung debu. Dinding kamar operasi terbaik terdiri

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

dari bahan porselin atau vynil setinggi langit-langit atau dicat dengan
cat tembok yang mengandung wether shield. Idealnya lantai kamar
operasi harus dari bahan yang kuat, tidak mudah menghantar listrik,
kedap air, mudah dibersihkan dan juga berwarna terang.
b.

Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tergantung dari besar dan
kecilnya rumah sakit. Tetapi dianjurkan, minimal 29,1 37,16 meter
persegi (5,6m x 5,6m) maksimal 56 60 meter persegi (7,2m x 7,8m).
Besar kecilnya kamar operasi tergantung dari kegunaannya. Bila
dipakai untuk pembedahan jantung bentuknya harus lebih besar dari
kamar operasi lainnya karena pada pembedahan tersebut memakai
peralatan yang besar. Tinggi langit-langit (plafon) dari kamar operasi
dianjurkan 3,5m, minimal 2,5m dan maksimal 3,65m. Ini terutama
berhubungan dengan penempatan peralatan anestesi, lampu operasi
dan kemudahan untuk pembersihan.

c.

Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda. Pintu masuk dan
keluar petugas tersendiri. Setiap pintu kamar operasi harus ada kaca
tembus pandang sehingga orang dari luar dapat melihat keadaan di
dalam kamar operasi tanpa harus masuk. Pintu kamar operasi
dianjurkan tipe sliding door. Ini maksudnya menghindari terdorongnya
udara dari luar kamar operasi ke dalam kamar operasi pada saat
membuka dan menutup pintu bila tipe pintunya tipe swiging door.
Tetapi bila tidak memungkinkan maka pintu tersebut harus dilengkapi
dengan alat penutup pintu otomatis. Bila dilengkapi dengan alat ini
maka pintu kamar operasi selalu dalam keadaan tertutup, kemudian
bila pintu menutup tidak menimbulkan suara keras yang dapat
mengganggu operator yang sedang bekerja. Lebar pintu maksimal
1,20m dan tinggi minimal 2,10m.

d.

Sistem ventilasi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Kamar operasi sistem ventilasinya sebaiknya memakai sistem


pengatur suhu sentral (AC central ) dan dapat diatur dengan alat
kontrol yang memakai filter. Disini udara oleh suatu alat dipompakan
masuk melalui filter kemudian udara dalam kamar operasi diisap
keluar. Alat ini dinamakan Ultraclean laminari airflow. Sistem ini
menjamin udara luar yang masuk bebas dari mikroorganisme
kemudian tidak terjadi penimbunan gas-gas buang anestesi di dalam
kamar operasi. Di daerah tropis suhu udara antara 19 22 derajat
Celcius, sedangkan di daerah dingin antara 20 24 derajat Celcius.
Kelembaban udaranya 55% (50 60%).
e.

Sistem penerangan

Lampu penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar operasi memakai lampu pijar
putih, dan mudah dibersihkan.

Lampu operasi
Lampu operasi biasanya lampu khusus yang merupakan satu sistem
yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi mempunyai
kekhususan dalam hal : arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan.
Pencahayaan antara 300 500 lux, pada meja operasi 10.000
20.000 lux.

f.

Sistem gas medis


Pemasangan gas medis sebaiknya secara sentral memakai sistem
pipa, jadi tidak ada tabung gas medis berada di dalam kamar operasi.
Diusahakan agar sistem perpipaan tersebut melalui bawah lantai atau
di atas langit-langit. Tujuannya untuk mencegah bahaya penimbunan
gas yang berlebihan di dalam kamar operasi bila terjadi kebocoran dari
tabung gas tersebut. Pipa gas medis dipasang di dinding atau langitlangit kemudian dapat disambung dengan pipa yang ditarik sesuai

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

dengan keperluan. Pipa gas tersebut harus dibedakan dengan warna


yang lain disertai petunjuk untuk membedakan gas Nitrogen oksida
dan oksigen
g.

Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltase yaitu
110 dan 220 volt karena sering alat alat dikamar operasi mempunyai
voltasi yang berbeda. Tombol tempat penyambungan aliran listrik
( stop kontak ) harus aman dari kemungkinan tersentuh oleh petugas.
Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari
lantai. Bila dalam kamar operasi mempunyai beberapa tombol tempat
penyambungan aliran listrik maka sebaiknya masing-masing tombol
berbeda sirkuitnya. Ini untuk mencegah bila pembedahan dalam saat
kritis kemudian terjadi gangguan listrik maka sambungan listrik dapat
dipindahkan ketombol yang lain.

h.

Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi dikamar bedah sangat vital. Ini terutama bila
pada saat emergency dimana komunikasi dapat dilakukan antar kamar
operasi atau antar ruangan lain didalam ruanagan bedah. Selain itu
komunikasi harus ada dengan laboratorium patologi klinik maupun
patologi anatomi.

i.

Peralatan
Semua peralatan yang berada didalam kamar operasi harus mobile
yaitu mempunyai roda. Ini memudahkan mobilitas alat-alat tersebut di
dalam kamar operasi. Kemudian alat-alat tersebut terbuat dari stainless
steel sehingga mudah dibersihkan.
Standar peralatan yang harus di dalam kamar operasi :

Meja operasi

Pesawat anestesi

Lampu operasi yang tergantung tetap


diatas meja operassi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Monitor EKG

Alat diatermi

Suction pump ( alat penghisap lendir dan


darah )

Standar infus

Baskom

tempat

instrument

kotor

standarnya

5.

Tempat alat tenun kotor beroda

Tempat kain kasa kotor beroda

Meja tulis

2 (dua ) buah kursi bundar beroda

Jam dinding

Lampu penerangan ruangan

Ruang Serah Terima (preoperative check in unit).


Pasien yang akan menjalani pembedahan masuk ke ruangan
operasi melalui tempat ini. Pakaian pasien dari tempat perawatan diganti
disini dengan pakaian dari kamar operasi. Ruangan ini harus terasa hangat
dan aman dengan demikian perlu dilengkapi dengan lemari tempat
penyimpanan pakaian pasien atau barang-barang yang masih terbawa,
WC / kamar mandi untuk pasien, karena sering membutuhkannya sesaat
sebelum masuk kamar operasi.

6.

Ruang Induksi (preoperative holding area)


Ditempat ini pasien dipasang kateter intravena (infus) jika belum
terpasang dari ruangan, mengukur tekanan. Bila daerah operasi belum
dibebaskan dari rambut maka tempat ini dapat dilakukan pencukuran atau
pemasangan kateter ureter bila diperlukan. selain itu ditempat ini juga
sering pasien ditempatkan untuk menunggu waktu operasi, pada saat ini
pasien harus dibuat agar tidak tegang atau takut dengan bunyi-bunyian
asing. Pada ruangan ini diberikan sampiran untuk memisahkan pasien satu
dari pasien lainnya karena kadang-kadang satu ruang induksi untuk dua

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

kamar bedah sehingga sering diruang tersebut terdapat lebih dari satu
pasien.
Perlengkapan diruangan ini adalah :
a. Kereta dorong pasien
b. Standar Infus
c. Suction Pump
d. Oxigen Central lengkap
e. Termometer
f. Tensimeter
g. Stetoscope
h. Bengkok
i. Pispot
j. Urinal
k. Alat cukur
l. Tempat sampah
Kamar operasi di RS Pelabuhan Cirebon
Kamar Operasi adalah ruangan dimana dilakukan tindakan-tindakan sehubungan
dengan pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas / ketat. Orangorang yang bisa masuk hanyalah para petugas yang sedang bertugas. Orang-orang
yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk, ini untuk menjaga kesterilisasi dari
ruangan ini.
1. Bentuk
Dinding kamar operasi dan lantai menggunakan vinil berwarna cream
(kopi susu).
2. Ukuran
Kamar Operasi I mempunyai luas 6,3 x 5 m, Kamar operasi II mempunyai
luas 6,3 x 6,2 m. Tinggi langit-langit (plafon) dari kamar operasi 3 m.
3. Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien sama dengan pintu masuk dan keluar
petugas. Kamar operasi I difasilitasi kaca tidak tembus pandang sehingga

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

orang dari luar tidak dapat melihat keadaan di dalam kamar operasi. Pintu
kamar operasi menggunakan tipe pintu kembar. Lebar pintu 2 m.
4. Sistem Ventilasi
Kamar operasi sistem ventilasinya masih menggunakan AC Manual. Dengan
suhu udara berkisar antar 19-22 derajat C. Kelembaban udaranya 55 % ( 50
60 %).
5. Sistem Penerangan

Lampu Penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar operasi memakai lampu pijar
putih, dan mudah dibersihkan.

Lampu Operasi
Lampu operasi menggunakan lampu khusus yang merupakan satu
sistem yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi mempunyai
kekhususan dalam hal : arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan

panas,

cahayanya

terang

dan

tidak

menyilaukan.

pencahayaan antara 300 500 lux, pada meja operasi 10.000 20.000 lux.
6. Sistem Gas Medis
Pemasangan gas medis sudah terpasang secara sentral memakai sistem
pipa, jadi tidak ada tabung gas medis berada dalam kamar operasi. sistem
perpipaan tersebut melalui atas langit-langit dan dinding. ini tujuannya untuk
mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di dalam kamar operasi
bila terjadi kebocoran dari tabung gas tersebut. Pipa gas medis dipasang pada
dinding kemudian dapat disambung dengan pipa yang ditarik sesuai dengan
keperluan. Pipa gas tersebut dibedakan warnanya disertai petunjuk untuk
membedakan gas Nitrogen oksida dan oksigen. Sistem pembuangan gas
anastesi dibuang melalui saluran pipa keudara luar dengan menggunakan
exhouse.
7. Sistem Listrik
Tersedia 2 macam voltase, yaitu 110 dan 220 volt karena sering alat-alat
kamar operasi mempunyai voltase yang berbeda. Penempatan stop kontak

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

tertutup sehingga aman dari kemungkinan tersentuh oleh petugas. Semua


tombol listrik terpasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lanti.
8. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi dikamar operasi sangat vital. Ini terutama bila pada
saat emergency dimana komunikasi dapat dilakukan antara kamar operasi
dengan ruangan lain. Disini tersedia pesawat telepon yang tersambung dengan
ruangan lain dan satu buah HP genggam yang bisa digunakan.
9. Peralatan
Hampir semua peralatan yang berada dikamar operasi beroda untuk
memudahkan mobilitas alat-alat tersebut di dalam kamar operasi. Alat alat
tersebut terbuat dari stainless steel sehingga mudah dibersihkan.
Standar peralatan yang harus ada di dalam kamar operasi :

Meja operasi

Pesawat anestesi

Lampu operasi yang tergantung tetap


dimeja operasi

Monitor EKG

Alat diatermi

Suction Pump (alat penghisap lendir dan


darah)

Standar infus

Baskom tempat instrumen dan standarnya.

Tempat alat tenun kotor

Tempat kain kasa kotor beroda

Piala ginjal

Meja anastesi

1 buah kursi beroda pada tiap-tiap kamar


operasi

Pesawat telepon jaringan / HP Genggam

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Jam Dinding

Lampu Penerangan Ruangan

Lampu Radiologi
NO
1
2

RUANG
OK I
OK II

UKURAN
6,3 X 5

KETERANGAN
Diutamakan untuk operasi bedah

6,3 X 6,2

urologi, kebidanan.
Diutamakan untuk operasi bedah
umum, bedah syaraf, orthopedi,
mata

10. Anestesi

Kamar operasi I

Mesin anestesi

Monitor bad side

Set larigoskop

Stetoskop

Guedel dengan berbagai ukuran

Face mask dengan berbagai ukuran

Magyl forcep

Standar infus

ETT dengan berbagai ukuran

Spuit dengan berbagai ukuran

Canul Suction

Kamar operasi II

Mesin anatesi

Monitor bad side

Set larigoskop

Trolly anestesi

Stetoskop

Guedel dengan berbagai ukuran

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Face mask dengan berbagai ukuran

Magyl forcep

Standar infus

ETT dengan berbagai ukuran

Canul suction

Oksigen sentral

11. Instrumen dasar

Set sunat

Set besar 1

Set besar 2

Set sedang 1

Set sedang 2

Set sectio cesarea

Set craniotomi

Set THT

Set laela (retractor set)

Set laminectomi

Macam-macam tromol

Set tambahan

12. Resusitasi dan Gawat Darurat


Alat-alat dan obat-obatan di Kamar Operasi harus sedemikian rupa
sehingga resusitasi dan dan tindakan stabilisasi penderita (life support).
Sedangkan untuk Kamar Operasi rumah sakit A, B, dan C maka : alat-alat
dan obat-obatan dapat dibagi :

Alat obat untuk resusitasi.

Alat obat untuk life support.

Alat alat non medis seperti audio-visual, keamanan


seperti pemadam kebakaran, kebersihan dan lain-lain.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Alat-alat / obat-obatan yang perlu untuk resusitasi :

suction-manual / otomatik,

oksigen (O2) lengkap dengan flowmeter, kateter dan


masker,

respirator manual dan otomatik,

laringoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa),

margil forces,

guedel,

syringe 10 cc jarum no. 18

CVP set

Bicnat ampul

Adrenaline

Aminophilin

Amiodaron

Atropin Sulfat

Dexamethason

Dopamin

Ephedrin

Furosemide

Lidocain

Dextrose 40 % Flas

Infus / Tranfusi set + cairan glukosa 10 % sampai 20 %,


NaCl, RL.

Alat-alat /Obat obatan untuk menstabilisasi penderita (life support)

WSD Set / Jarum punctic

Bidai bidai segala ukuran.

Verban segala ukuran

Sonde lambung

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Folley kateter segala ukuran

Vena section set

Verban untuk luka bakar

Alat-alat tambahan untuk diagnosa dan terapi

Minor Surgery set

Benang-benang / jarum segala ukuran

Slit Lamp.

Alat-alat keamanan dan pendidikan

Pemadaman kebakaran

Komunikasi keluar ------- Telepon

Buku pedoman penanggulangan penderita gawat darurat.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Teknik pengelolaan Instalasi Kamar Operasi merupakan suatu aturan


tentang bagaimana cara bekerja di kamar operasi dengan baik dan benar, dengan
tujuan agar tidak terjadi kendala akibat tindakan pembedahan. Oleh karena itu
semua orang yang bekerja di instalasi kamar operasi harus memahami serta
melaksanakan teknik pengelolaan instalasi kamar operasi, sehingga hasil kegiatan
pembedahan sesuai dengan yang ditetapkan dalam standar profesi.
A. Tata laksana penjadwalan operasi
1. Pengertian
Suatu tata cara melaksanakan kegiatan menerima berita / informasi
tentang rencana operasi baik elektif, cito, ataupun ODC untuk dijadwalkan
tindakan operasi.
2. Tujuan
Menjadi pedoman dalam menerima informasi rencana tindakan
operasi, memperlancar rencana tindakan operasi, menentukan penjadwalan
operasi dan pengaturan SDM.
3.

Prosedur
a. Menerima informasi tentang rencana operasi
b. Menanyakan identitas pasien ( Nama, umur, jenis kelamin )

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

c. Menanyakan jenis tindakan, jenis anestesi dan nama dokter bedah


d. Mengecek jadwal operasi di buku jadwal operasi
e. Menentukan waktu jadwal tindakan operasi
f. Menginformasikan waktu penjadwalan tindakan operasi pada petugas
rawat jalan / rawat inap /IGD
g. Mencatat informasi tanggal, jam, nama, jenis kelamin, umur, jenis
tindakan, Dr operator dan Dr anestesi pada white board dan pada buku
penerimaan informasi rencana operasi
h. Mencatat nama yang memberi informasi pada buku informasi jadwal
operasi
4.

Unit terkait
Instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi IGD dan OK

B. Penerimaan pasien
1. Pengertian
Suatu tata cara melaksanakan kegiatan menerima pasien baik dari
ruang perawatan, IGD ataupun pasien ODC yang akan dilakukan tindakan
pembedahan.
2. Tujuan
Menjadi pedoman dalam menerima pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi agar pasien mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan
terarah sesuai dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada.
3. Prosedur
a.

Pasien diantar ke kamar operasi oleh perawat ruangan, perawat


IGD ataupun petugas central opname ( untuk ODC ) setengah jam
sebelum pembedahan.

b.

Perawat ruangan, perawat IGD ataupun petugas central opname (


untuk ODC ) menyerahkan status pasien yang berisi:

Lampiran SPTO

Surat izin operasi ( inform consent )

Surat serah terima pasien pre dan post operasi

Hasil pemeriksaan laboratorium

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Hasil pemeriksaan rontgen

Hasil pemeriksaan ECG

Hasil konsul Dr. Penyakit dalam / Dr.Anestesi

Instruksi pre operasi dari Dr. operator ataupun Dr.


lainnya

c.

Mengecek formulir serah terima pasien pre operasi yang


mencakup :

d.

Identitas pasien

Kelengkapan dokumen / rekam medis

Menilai keadaan umum pasien dan tanda tanda vital

Pasien puasa sesuai dengan jenis operasi

Daerah lapanga operasi sudah dicukur


Pasien sudah tidak menggunakan perhiasan, kosmetik, gigi palsu

ataupun alat bantu dengar


e.

Pasien sudah tidak menggunakan pakaian pribadi selain baju


operasi

f.

Obat- obatan, alat medis, cairan dan lain lain bila ada /
diperlukan

g.

Alat medis yang terpasang

h.

Therapi yang sudah didapat

i.

Menandatangani chek list serah terima pasien pre operasi yang


dilakukan oleh perawat yang mengantar dan yang menerima pasien pre
operasi

4. Unit terkait.
Perawat rawat inap, perawat kamar operasi, perawat IGD dan
petugas central opname ( untuk ODC ).
C.

Persiapan operasi
1.

Tahap pasien.
Pada prinsipnya prosedur kegiatan pembedahan meliputi :
a.

Persiapan pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

b.

Pemindahan penderita kemeja bedah

c.

Pemberian anestesi, intubasi

d.

Penempatan penderita untuk pembedahan : desinfeksi, tutup kain


steril

e.

Pembedahan

f.

Pemberian cairan, darah, obat obatan parentral

g.

Menutup luka pembedahan

h.

Penghentian anestesi : ekstubasi

i.

Pemindahan penderita keluar kamar bedah


Kesemua tindakan tersebut merupakan suatu kesatuan yang

dilakukan didalam kamar operasi / kamar bedah yang membutuhkan


persyaratan teknik aseptik, yaitu menjamin bahwa pasien dapat dibedah
sampai selesai.
Setiap karyawan yang bekerja didalam kamar operasi / kamar
bedah wajib memenuhi prosedur ini dan menjaga agar selama
dilaksanakan tindakan tersebut, tidak terjadi pelanggaran keadaan suci
hama secara prinsipil, yang dapat menyebabkan penderita mengalami
kontaminasi dan terkena infeksi.
Sumber sumber infeksi :
1.

Dari udara

2.

Dari inokulasi alat dan pembedahan

3.

Dari kulit penderita

4.

Dari visera dan usus besar

5.

Dari aliran darah

6.

Dari pihak personil kamar bedah ( kulit, pakaian dan sarung tangan
)

Persiapan dokter dan staf untuk masuk kamar bedah


1.

Mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang disediakan


dikamar operasi

2.

Memakai sandal yang tertutup, sandal khusus kamar operasi yang


tidak boleh dipergunakan keluar kamar operasi.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

3.

Memakai topi khusus kamar operasi

4.

Memakai masker.

Persiapan kamar bedah


1.

Kamar bedah harus dalam keadaan steril

2.

Kamar bedah harus selalu disuci hamakan dengan cara

Pembersihan harian, dan dilakukan sterilasasi dengan


cairan desinfektan.

Persiapan alat alat penunjang bedah


1.

Membersihkan instrumen dari metal

2.

Membersihkan alat alat dari karet / plastik

3.

Membersihkan alat alat tenun / linen

4.

Melakukan sterilisasi dan desinfeksi

D.

Pembersihan umum / bongkar besar

Kegiatan pasca bedah


1.

Memindahkan penderita ke luar kamar operasi

2.

Mengeluarkan barang barang kotor dari kamar operasi

3.

Kegiatan membersihkan alat kesehatan

4.

Kegiatan membersihkan kamar operasi

Kerjasama Antar Disiplin


Kerja sama antar disiplin adalah suatu jaringan kerja antar unit di dalam
kamar operasi untuk kelancaran terselenggaranya proses operasi terhadap
penderita yang akan ditangani.
Kerja sama tersebut baik pada pre operatif, intra operatif maupun pasca
operasi. Bentuk kerja sama tersebut :
1. Konsultasi pre operatif
2. Konsultasi intra operatif
3. Konsultasi pasca operatif
4. Pertemuan berkala antar disiplin ilmu

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Tujuan untuk memberikan pelayanan prima pada penderita dalam


pengobatan penyakitnya.
Kebijakan :
1. Pendekatan dengan kasus yang pada pre operatif diperkirakan melibatkan
disiplin ilmu lain, maka pada saat pre operatif ditangani secara bersama
oleh disiplin ilmu terkait.
2. Konsultasi dimeja operasi dikerjakan bersama disiplin ilmu terkait
dipimpin oleh operator yang mengkonsulkan tersebut dan menjadi
tanggung jawab bersama.
3. Untuk kasus sulit yang perlu melibatkan disiplin ilmu yang terkait, maka
kasus tersebut dibawa ke pertemuan berkala SMF Anak / Kebidanan
dengan menyertakan Unit Staf yang akan terkait dengan operasi tersebut.
Kebijakan :
1. Penderita dengan resiko tinggi dikonsultasikan kepada bagian terkait
seperti Bag. Penyakit Dalam untuk Dewasa dan Bag. Anak untuk pasien
anak untuk persiapan operatif.
2. Penderita dengan resiko tinggi setelah dikonsultasikan dengan bagian
tersebut kemudian dikonsultasikan ke Bagian Anestesi.
3. Penderita dengan resiko tinggi ditangani secara tim oleh disiplin ilmu
tersebut.
E.

Pelayanan Anestesi
Pengertian Persiapan Anestesi
Mempersiapkan klien yang akan dilakukan anestesi dan pembedahan baik
elektif maupun darurat dengan baik. Karena keberhasilan anestesi sangat
dipengaruhi oleh persiapan pra anestesi pada saat kunjungan pra anestesi 1-2
hari sebelumnya.
1. Persiapan pasien di ruangan ( Pre Anestesi )
a. Pengertian
Suatu tata cara melaksakan kegiatan kunjungan pra anestesi oleh
dokter anestesiologi beserta perawat anestesi.
b.

Tujuan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal dengan


melakukan

anamnese,

pemeriksaan

fisik

laboratorium

dan

pemeriksaan lainnya.

Menanyakan riwayat penyakit penyerta

Merencakan dan memilih tindakan anestesi yang sesuai

Melakukan klasifikasi yang sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik


sebagai gambaran prognosis pasien secara umum dengan
klasifikasi ASA ( American Sociaty of Anestesiology ).

c.

Posedur
1)

Anamnesa :

Identifikasi : nama, umur, alamat, pekerjaan, dll

Riwayat penyakit sekarang ( yang akan di operasi )

Riwayat penyakit yang pernah / sedang diderita


(penyakit penyerta)

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat obat obatan yang dipakai saat ini

Riwayat anestesi / operasi sebelumnya

Kebiasaan sehari hari yang kurang baik

2) Pemeriksaan fisik :
Keadan umum

a. Tanda tanda vital meliputi : kesadaran, tekanan darah,


nadi, respirasi dan suhu.
b.

Keadaan psikis

c.

Keadaan gizi
Kepala

a.

Bentuk kepala : hidro microcephalus, tanda tanda


trauma

b.

Mata : sclera ( ikterik ), conjungtiva ( anemis )

c.

Hidung : tanda tanda sesak nafas

d.

Mulut dan mandibula

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Leher : panjang pendek, tanda-tanda fraktur

leher, struma, tumor


Toraks : insfeksi, palpasi, auskultasi jantung,

paru

Abdoment : acites, tumor, kehamilan, hepar,

lien, kandung kemih


Tungkai bawah / atas : oedem, parase,

paralise,sianosis, akral dingin


3)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

EKG

Rontgen foto

Analisa gas darah

CT scan

2. Persiapan yang dilakukan di Kamar Operasi


a. Persiapan alat

Sirkuit pernafasan anak atau dewasa

Penghubung sirkuit ( Face mask, ett, ukuran


sesuai denagan klien

Stetoskop, Tube, Airway/gudel

obat-obat/cairan anestesi

obat emergency

gunting, plester, zalf mata, xylocain, jelly, spuit


kosong, mandrin, magil forcep

monitoring Ekg,saturasi o2, tekanan darah

betadin solusion, alkohol, kassa steril sarung


tangan steril untruk regional anestesi

1.

Persiapan klien

beritahu pasien bila klien sadar tentang tindakan


yang akan dilakukan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

tanyakan riwayat alergi terhadap obat obatan

riwayat operasi sebelumnya, obat - obatan yang sedang digunakan,


apakah pasien seorang perokok atau pecandu alkohol
2.

Pelaksanaan tindakan
Jika klien dirawat , sehari sebelumnya lakukan

persiapan mental dan fisik dengan melakukan kunjungan keruang


perawatan.
klien tidak dirawat berikan informasi pada klien

/ keluarga saat kontrol sebelum operasi yang dilakukan oleh


perawat poliklinik bedah, koordinasi dengan dokter bedah yang
meliputi :
1.

Keadaan fisik klien ,gizi, adanya penyakit saluran nafas,


jantung, hormonal, dan sistem persyarafan

2.

Pemeriksaan laboratorium rutin( darah ,urin foto thorak)


dan khusus sesuai keadaan klien

3.

Lakukan perencanaan anestesi ( siapkan obatobat dan tehnik anestesi yang akan dilakukan regional anestesi atau
general anestesi

4.

Menentukan prognosis sesuai klasifikasi/katagori


ASA :
a. ASA I Klien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi
b.

ASA II Klien dengan kelainan sistemik ringan sampai


sedang seperti dengan kelainan batu ureter dengan hipertensi
sedang yang terkontrol

c.

ASA III Klien dengan kelainan sistemik berat oleh


kerena berbagai sebab seperti apendik perforasi dengan
septikemia

d.

ASA IV Klien dengan kelainan sistemik berat yang


mengancam kehidupan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

e. ASA V Klien yang tidak ada harapan hidup setelah 24 jam baik
dioperasi atau tidak seperti klein syok hemoragik karena ruptur
hepar
3.

Persiapan yang dilakukan pada hari operasi


a. Untuk operasi yang berhubungan dengan pemotongan saluran
pencenaan pada klien dewasa puasa 6-8 jam untuk klien anak atau bayi
puasa 3-5 jam.
b. Pada kondisi darurat lakukan pemasamgan nasogastrik dan berikan
antasida/ obat penetral asam lambung sesuai program terapi, berikan
obat pencahar/ klisma
c. Klien diterima di kamar operasi, ganti dengan pakaian khusus, beri
label, periksa kelengkapan persyaratan operasi inform consen (izin
operasi).
d. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya febris, batuk, pilek,
tekanan darah tiba-tiba naik/turun
e. Memberi obat premedikasi secara im/iv, oral, 30 -1 jam sebelum
operasi (sesuai intruksi).
f. Mencatat hasil observasi dan tindakan didalam lembar anestesi
g. Memberi kesempatan pada pasien untuk berdoa
h. Memasang dan cek sumber gas, penunjuk gas dan alat penguap,
sirkuit, obat obatan
i. Pelaksanaan general anestesi ( bius umum )
1) Memeriksa peralatan yang akan digunakan
2) Menyiapkan obat yang akan dipakai untuk induksi sesuai dengan
kolaborasi dokter
3) Memasang bed site monitor EKG,TD, SpO2 sebelum dimulai
4) Memberitahu pasien bila obat akan dimasukkan
5) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin sebelum dibius
(terlentang tanpa atau pakai bantal)
6) Pembiusan mengunakan pipa endotrakeal pemberian anestesi
melalui ETT disesuaikan dengan BB dan umur pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

7) Memonitor dan mencatat TTV pasien selama anestesi ( sebelum


selama dan setelah operasi dilakukan pada gambar pengawas
anestesi )
8) Mencatat pemberian obat obatan dan tindakan yang dilakukan.
j. Pelaksanaan regional anestesi
1) Atur posisi pasien

sesuai dengan intruksi dokter (tidur miring

dengan lutut ditekuk atau duduk dengan tulang belakang


ditonjolkan)
2) Siapkan perlengkapan regional anestesi? spinal dalam satu bak
steril berisi sarung tangn steril, kasa steril, obat-obatan yang akan
dipakai
3) Jarum spinal nomor 25 steril
4) Observasi TTV sebelum dilakukan regional anestesi, jelaskan pada
pasien prosedur yang akan dilakukan agar pasien dapat diajak
bekerja sama dengan baik
5) Observasi kelancaran aturan infus
6) Selesai tindakan anestesi regional berikan oksigen (bila sesak),
Montor TTV tiap 5 menit selama operasi berlangsung dan
dokumentasikan
Hal-hal yang harus diperhatikan
Lakukan prinsif 7 benar sebelum pemberian obat-obatan
Setiap merencanakan tindakan anestesi regional harus menyiapkan
persiapan naskose umum
Lakukan kerjasama yang baik dengan dokter anestesi agar
pembiusan dapat berjalan lancar
Pertahankan kelancaran jalan nafas selama dan setelah operasi
Setelah tindakan anestesi pasien harus selalu diobservasi TTV, dan
berikan oksigen
Dokumentasikan segala kejadian selama pasien dianestesi pada
lembar monitoring

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Beritahu pasien yang menjalani anestesi regional untuk bedres


selama 24 jam
Observasi reaksi yang mungkin timbul setelah pemberian anestesi
regional seperti mual, hipotensi, kaku kuduk
4.

Recovery Room
a. Pengertian
Adalah

ruangan

untuk

mengobservasi

pasien-pasien

post

operatif/anestesi yang terletak disebelah kamar operasi. Recovery


Room (RR) yang baik merupakan/memerlukan fasilitas-fasilitas yang
cukup, staff medis dan paramedis yang terlatih dibidang resusitasi dan
anestesi, dengan demikian pasien-pasien post operasi dapat terpelihara
sebaik-baiknya terhadap komplikasi-komplikasi yang disebabkan
anestesi dan operasinya. RR adalah batu loncatan sebelum pasien dapat
dipindahkan ke bangsal atau memerlukan perawatan I.C.U.
b. Penilaian Pasien Pasca Anestesi di RR :
1) Pasien sadar penuh
1.1.

respon pasien.

Aktivitas motorik
Nilai 2 : Mampu menggerakkan ke empat anggota badan.
1 : Mampu menggerakkan ke dua anggota badan
0 : Tidak mampu menggerakkan anggota badan.

1.2.

Pernafasan
Nilai 2 : Mampu bernafas dan batuk.
1 : Mampu bernafas terbatas.
0 : Tidak ada pernafasan spontan.

1.3.

Sirkulasi
Nilai 2 : TD sistolik < 20% dari pre anestesi.
1 : TD sistolik 20 50% dari pre anestesi.
0 : TD sistolik > 50% dari pre anestesi.

1.4.

Kesadaran
Nilai 2 : Sadar, penuh, dapat menjawab pertanyaan.
1 : Dapat memberi respon dengan panggilan mata.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

0 : Dapat memberi respon dengan rangsang suara.


1.5.

Warna Kulit :
Nilai 2 : Warna merah jambu / normal..
1 : Warna pucat / ikterik
0 : Sianotik.

c. Penilaian berdasarkan Aldrete Score :


1.
2.
3.
4.
5.

Yang Dinilai
Kesadaran
Pernafasan
Tekanan Darah
Aktivitas Motorik
Warna Kulit

2
2
2
2
2

Score
1
1
1
1
1

0
0
0
0
0

Score 8 10 : Pasien dapat dipindah dari Recovery Room (RR)


d. Komplikasi-komplikasi post operasi yang mungkin terjadi :
1) Komplikasi respirasi
a) Misalnya obstruksi jalan nafas karena septum retensi, darah,
atau muntah, lidah jatuh kebelakang.
b) Respirasi yang tidak adekuat : pengaruh obat seperti aerane,
morfin, dll.
c) Nyeri : post thorakotomi atau neurochirurgi.
2) Komplikasi sirkulasi
a) Hipotensi (perdarahan, shock, dll)
b) Ireguler dari jantung (aritmia, cardiac failuer, cardiac arrest,
dll)

3) Komplikasi gastro-intestinal
Mual, muntah dan regurgitasi yang menimbulkan aspirasi
pneumonia, gangguan asam basa dan elektrolit, gastric dilatasi, dll.
4) Komplikasi Renal :
Anuria / oliguria sebab acute tubular nekrosis atau renal failure.
F. Laporan operasi dan anestesi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu proses
akhir dalam perioperatif yang mencerminkan pertanggung jawaban dari tim
bedah dalam pelaksanaan pembedahan kepada pasien / masyarakat dan rumah
sakit.
Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :
1. Asuhan keperawatan
2. Regristrasi pasien kamar bedah
3. Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas di formulir
yang telah tersedia
4. Peristiwa / kejadian luar biasa harus segera dilaporkan sesuai dengan
sistem yang berlaku
5. Catatan kegiatan rutin
6. Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium harus ditulis lengkap,
jelas dan singkat pada formulir dan buku yang telah tersedia
7. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli bedah /
operator
8. Laporan anestesi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh dokter ahli
anestesi / perawat anestesi.

BAB V
PENGENDALIAN LOGISTIK KAMAR OPERASI

A. PROGRAM PENGENDALIAN LOGISTIK KAMAR OPERASI


1. Pendahuluan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Pengendalian logistik disusun tiap tahun yang mengacu pada evaluasi


kebutuhan tahun sebelumnya, disamping itu sangat dipengaruhi oleh
prediksi jumlah kebutuhan yang disesuaikan dengan prediksi kegiatan
operasi meskipun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi
keuangan rumah sakit ataupun anggaran rumah sakit.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum

Salah satu upaya untuk menentukan anggaran kebutuhan tahunan


kamar operasi khususnya dan rumah sakit pada umumnya. Di samping
itu untuk mempermudah pemantauan dari mulai perencanaan sampai
dengan pelaksanaan dengan baik sehingga tercapai efisisensi dan
penghematan serta kualitas dapat dipertanggungjawabkan.
b. Tujuan Khusus :
Program pengendalian logistik meliputi alat elektromedik, alat medik,
alat tulis, alat cetak, alat pembersih dan alat habis pakai.
c.

Sasaran
1) Agar logistik di kamar operasi tidak terputus.
2) Pelaksanaan kegiatan logistik berjalan dengan baik.
3) Tidak ada barang yang hilang ( alkes, obat-obatan dan peralatan
lain ).

d. Tahapan
Kegiatan

pengendalian

logistik

meliputi

tahap

perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi, yaitu:


1) Perencanaan

Seluruh kebutuhan yang menyangkut alat

penunjang, dibuat secara global pada rencana kerja tahunan dan


untuk kebutuhan yang sifatnya emergency dibuat dan dirinci sesuai
dengan kebutuhan saat itu.
2) Pelaksanaan : Pembelian dilakukan oleh bagian rumah tangga
rumah sakit. Penyerahan dilakukan oleh bagian rumah tangga
kepada kamar operasi dan dicatat dalam buku penerimaan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

3) Evaluasi

: Evaluasi dilakukan untuk mengetahui jumlah

pemakaian dan sisa untuk penyusunan kebutuhan berikutnya.


e. Evaluasi
Setiap triwulan dilakukan stock opname. Program kerja disusun dan
diintegrasikan dalam program kerja tahunan.
B. Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Pengendalian Logistik Kamar
Operasi
a. Perencanaan
1.
NO
1.
2.
NO
1.

3.

ELEKTROMEDIK
NAMA BARANG
Handpiece cauter/bipolar
ALAT MEDIK
NAMA BARANG
Gunting mentenbow

Spidol permanen
Spidol boarmarker
Buku Folio F4 besar
Buku Folio kecil
4.

NO
1.
2.

YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
3
05 Januari 2013

ALAT TULIS

NO NAMA BARANG
1.
2.
3.
4.

YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
1
02 Januari 2013

YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Januari 2013
2
10 Januari 2013
1
10 Januari 2013
2
10 Januari 2013

ALAT CETAK
NAMA BARANG
Buku kitir
Formulir laporan operasi

5.

ALAT PEMBERSIH

NO

NAMA BARANG

YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
1
30 Januari 2013
1
30 Januari 2013

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

YANG DIMINTA

1.
2.

Waslap
Deterjen
6.

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.

JUMLAH
2
2

TANGGAL
10 Januari 2013
10 Januari 2013

ALAT HABIS PAKAI


NAMA BARANG
Jas operasi
Baju O.K
Topi O.K
Celana O.K
Doek lobang besar
Doek drapping

YANG DIMINTA
JUMLAH
TANGGAL
15
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
10
1 Mei 2013
15
1 Mei 2013
15
1 Mei 2013

b. Pelaksanaan
1.
NO
1.

ALAT ELEKTROMEDIK
NAMA BARANG
Handpiece cauter/bipolar

2.
NO
1.
3.

ALAT MEDIK
NAMA BARANG
Gunting metcenbow

Spidol permanen
Spidol boardmarker
4.

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
3
15 Mei 2013

ALAT TULIS

NO NAMA BARANG
1.
2.

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
1
09 April 2013

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Februari 2013
2
10 Februari 2013

ALAT CETAK

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

NO
1.
2.

NAMA BARANG
Buku kitir
Formulir laporan operasi

5.

ALAT PEMBERSIH

NO

NAMA BARANG

1.
2.

Waslap
Deterjen

6.

NAMA BARANG
Jas operasi
Baju O.K
Topi O.K
Celana O.K
Doek lobang besar
Doek drapping

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
15
22 Juni 2013
10
22 April 2013
10
22 Juni 2013
10
22 Juni 2013
15
22 Juni 2013
15
22 Juni 2013

Evaluasi
1.

NO

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
2
10 Februari 2013
2
10 Februari 2013

ALAT HABIS PAKAI

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.

YANG DITERIMA
JUMLAH
TANGGAL
1
10 Februari 2013
1
10 Februari 2013

NAMA

ALAT ELEKTROMEDIK
YANG DIMINTA

YANG DITERIMA

YANG

ALAT

BELUM
DITERIMA

1.

Handpiece

JUMLAH TANGGAL JUMLAH


1
02 Januari
1

TANGGAL
06 April

cauter/bipolar
2013
2013
Dari alat tersebut di atas, bagian rumah tangga rumah sakit
berusaha memenuhi permintaan dari kamar operasi karena alat
tersebut bersifat emergency yang digunakan untuk operasi bedah
syaraf.
2.
NO

NAMA

ALAT MEDIK
YANG DIMINTA

ALAT

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

YANG DITERIMA

YANG
BELUM

DITERIMA
1.

Gunting

JUMLAH
1

mectenb

TANGGAL JUMLAH
05 Januari
1

TANGGAL
15 Mei

2013

2013

ow
Dari alat tersebut di atas untuk alat yang sifatnya emergency, bagian rumah
tangga rumah sakit segera merealisasikan alat tersebut karena menunjang
jalannya operasi.
3.
NO

ALAT TULIS
NAMA

YANG DIMINTA

YANG DITERIMA

ALAT

YANG
BELUM
DITERIMA

1.

Spidol

2.

permanen
Spidol

JUMLAH TANGGAL JUMLAH TANGGAL


2
10 Januari
2
10 Februari
2

boardmarker

2013
10 Januari

2013

2013
10 Februari

2013

Dari alat-alat tersebut di atas apabila terjadi barang kosong di kamar


operasi maka petugas kamar operasi bisa langsung meminta ke gudang
persediaan dengan membuat bon barang dan apabila di gudang persediaan
sedang kosong maka untuk memenuhinya dilakukan permintaan baru di
bulan berikutnya.
4.
NO

ALAT CETAK
NAMA

YANG DIMINTA

YANG DITERIMA

ALAT

YANG
BELUM
DITERIM
A

JUMLAH
1.

Buku kitir

TANGGA JUMLAH

TANGGAL

L
10 Januari

10 Februari

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

2.

Formulir

2013
10 Januari

laporan

2013

2013
10 Februari

2013

operasi
Dari alat-alat tersebut diatas bagian rumah tangga rumah sakit selalu
memenuhi permintaan dari kamar operasi karena menyangkut kelengkapan
administrasi di kamar operasi dan apabila terjadi kekosongan di gudang
persediaan, maka untuk memenuhinya dilakukan permintaan baru di bulan
berikutnya.
5.
NO

ALAT HABIS PAKAI


NAMA

YANG DIMINTA

YANG DITERIMA

ALAT

YANG
BELUM
DITERIMA

1.

Jas

2.

operasi
Baju O.K

JUMLAH
15

TANGGAL JUMLAH
01 Mei
15

TANGGAL
22 Juni

10

2013
01 Mei

10

2013
22 Juni

10

2013
01 Mei

10

2013
22 Juni

10

2013
22 Juni

15

2013
22 Juni

3.

Celana

O.K
Topi O.K

10

2013
01 Mei

4.

Doek

15

2013
01 Mei

lobang
5.

besar
Doek
drapping

2013
15

01 Mei
2013

2013
15

22 Juni
2013

Dari alat-alat tersebut di atas bagian rumah tangga rumah sakit berusaha
merealisasikan semua permintaan kamar operasi karena alat-alat tersebut
sering dipakai oleh kamar operasi.
d. Kesimpulan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Dari data di atas bagian rumah tangga rumah sakit dapat memenuhi
permintaan dari kamar operasi, apabila alat tersebut sering dipakai di
kamar operasi dan jika alat tersebut sedang kosong maka dilakukan
permintaan baru di bulan berikutnya. Bagian rumah tangga rumah sakit
merealisasikan alat-alat dengan waktu yang lebih lama karena menunggu
persetujuan dan dana dari rumah sakit.
C. UNIT DOSE KAMAR OPERASI
1.

Pengertian :
Tata cara pengaturan logistik di Kamar Operasi untuk

memenuhi

kebutuhan dan kelancaran pelayanan.


2.

Tujuan :
Agar logistik di Kamar Operasi selalu tersedia sesuai standar.

3.

Kebijakan :
Logistik di Kamar Operasi terkendali dengan baik

4.

Prosedur Umum :
a. Penanggung jawab obat ( unit dose ), alkes, alat tulis,alat cetak dan alat
pembersih mengidentifikasi dan melaporkan ke Penanggung jawab
kamar operasi kebutuhan ruangan setiap hari senin, rabu dan jumat.
b. Penanggung jawab mengadakan permintaan pengadaan

alkes ke

Apotik / Farmasi /IPS, alat tulis, alat cetak dan alat pembersih ke
gudang Persediaan dan pengadaan sesuai kebutuhan dengan mengisi
formulir

permintaan barang yang diketahui oleh Kepala Instalasi

Kamar Operasi dan Kabid Keperawatan Formulir di kirim kebagian


terkait.
c. Setelah permintaan disetujui barang diantar oleh petugas gudang.
d. Alkes, alat tulis,alat cetak dan alat pembersih dicatat dan disimpan
dalam lemari oleh petugas kamar operasi.
e. Bila ada alkes/obat yang belum terpenuhi maka penanggung jawab
kamar operasidapat meminta pada periode berikut.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

f. Bila sebelum jadwal amprahan, stok mencapai bawah standar maka


penanggung jawab dapat meminjam terlebih dahulu dan amprahan
akan dikurangi pada periode amprahan berikut.
5. Prosedur Pemakaian obat alkes untuk operasi
a. Obat dan alkes yang akan dipakai diambil dari stok obat dan alkes.
b. Obat dan alkes yang dipakai dicatat di buku pemakaian obat dan
alkes.
c. Formulir resep di kirim ke Apotik
d. Apotik akan membuat harga dan memasukan jumlah pemakaian ke
dalam rekening tagihan pasien.
6. Unit terkait
Farmasi, rumah tangga, Gudang Obat, dan Gudang Persediaan dan
pengadaan, kamar operasi.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

BAB VI
KESELAMTAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. Tujuan
1.

Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2.

Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan


masyarakat.

3.

Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

4.

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu
pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint
Commision on Accreditation of Healt Organization Illions, USA, tahun 2002,
yang disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon :
1.

Hak pasien

2.

Mendidik pasien dan keluarga

3.

keselamatan pasein dan kesinambungan pelayanan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

4.

Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

5.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

6.

Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

7.

Komunikasi

merupakan

kunci

bagi

staf

untuk

mencapai

keselamatan pasien.
Uraian tujuh standar tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Standar I. Hak Pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.

Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

2.

Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana


pelayanan.

3.

Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan


penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, dirumah sakit harus ada sistem dan mekanisme memdidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan


keluarga dapat
1. Memberikan informasi yang benar dan jelas, lengkap, dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan pertanyaan untuk hal yang tidak di mengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang di sepakati.
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayana.
Kriteria

1. Terdapat koordinasi pelayanan secara keseluruhan mulai dari saat


pasien masuk, pemeriksaaan, diagnostik, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
2.

Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuikan dengan kebutuhan


pasien dan kelayakan sumber daya secara kesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi

antar unit pelayanan dapat

berjalan baik dan lancar.


3. Terdapat

koordinasi

pelayanan

yang

mencakup

peningkatan

komunikasi untuk menfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan


keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindaklanjut lainnya.
4. terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman,
dan efektif.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk


melakukan
evaluasi dan dan program peningkatan keselamatan pasien.
Standar :
Rumah Sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan megevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan (design) yang
baik,

mengacu pada misi, visi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan

pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik


bisnis yang sehat dan faktor- faktor lain yang berpotensi resiko bagi
pasien sesuai dengan Tujuh langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

1. Pimpinan

mendorong

dan

menjamin

implementasi

program

keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui


penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya prgram proaktif untuk identifikasi
risiko keselamayan pasien dan program menekan atau mengurangi
kejadian tidak diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari

kejadian nyaris cedera

(near miss ) sampai dengan kejadian tidak diharapkan ( Adverse


event ).
3. Terjadinya mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpatisipasi

dalam program

keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampain informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5. Tersedia mekanisme palaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

analisis akar masalah ( RCA ) kejadian nyaris cidera ( Near Miss )


dan kejadian sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
6. Tersedia Mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani kejadian Sentinel ( Sentinel Event ) atau kejadian
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme
untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian Sentinel .
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pensekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaiakan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
rumah sakit dan keselamatn pasien termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkanndan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam palayanan pasien.
Kriteria :
1. Setiap rumah sakit harus memilik program pendidikan, pelatihan, dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing masing.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikantopik keselamatan pasien


dalam setiap kegiatan in- servis training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok

( team work ) guna mendukung pendekatan

interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.


Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendisain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan dengan
berbagai macam ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung RS. Sehingga pihak pengelola RS memandang perlu
untuk menerapkan upaya upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di rumah sakit khususnya Unit Kamar Operasi, selain
penyakit penyakit infeksi juga ada potensi bahaya bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan bahan kimia yang yang berbahaya, gas
gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut
diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada dilingkungan rumah sakit.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubung dengan bahaya bahaya di
rumah sakit belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak
keluhan keluhan dari para petugas di rumah sakit, sehubungan dengan bahaya
bahaya yang ada di rumah sakit.
Kasus kasus penyakit kronis yang diderita petugas rumah sakit yaitu :
hipertensi; varices; anemia (kebanyakan wanita); penyakit ginjal dan saluran
kemih; dermatitis dan urtikaria; serta nyeri tulang belakang dan pergeseran di
sinus interveterbra. Sedangkan kasus penyakit akut yang diderita petugas rumah
sakit yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan
keluhan lain. Seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan
tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena
itu K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS unit Kamar
Operasi lebih efektif, efisien dan terpadu, disusunlah pedoman manajemen K3 di
rumah sakit khususnya Unit Kamar Operasi, baik bagi pengelola maupun
karyawan rumah sakit.
Undang Undang Thn. 1970 No.1 Tentang Keselamatan Kerja. Syarat
syarat keselamatan kerja Pasal 3 :
1.

Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan syarat syarat


keselamatan kerja untuk:
a.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b.

Mencegah,

mengurangi

dan

memadamkan

kebakaran.
c.

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakkan.

d.

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan


diri pada waktu kebakaran atau kejadian kejadian lain yang berbahaya.

e.

Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f.

Memberi alat alat perlindungan diri pada


pekerja.

g.

Mencegah

dan

mengendalikan

timbul

atau

menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas,


hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h.

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit


akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

i.

Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j.

Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang


sesuai.

k.

Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l.

Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

m.

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat


kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n.

Mengamankan dan memperlancar pengangkutan


orang, binatang, tanaman atau barang.

o.

Mengamankan dan memelihara jenis bangunan.

p.

Mengamankan

dan

memperlancar

pekerjaan

bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.


q.

Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r.

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan


pada pekerjaaan yang bahaya kecelaannya menjadi bertambah tinggi.

Kewajiban bagi para pekerja :


1.

Harus menggunakan seragam dinas.

2.

Harus menggunakan sepatu hak rendah.

3.

Tidak memakai asesoris yang berlebihan, tajam yang


mengganggu pasien.

Kewajiban bagi para pengunjung ruang Perinatologi :


1.

Lepas alas kaki.

2.

Cuci tangan.

3.

Memakai baju khusus yang telah digunakan.

4.

Tidak sedang dalam keadaan sakit.

5.

Memakai masker pelindung mulut.

Kewajiban mematuhi ruang Infeksi.


Aturan dilingkungan tempat kerja :
1.

Harus ada tabung kebakaran.

2.

Wastafel cuci tangan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian Mutu adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas
produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian mutu pelayanan pada
dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customers satisfaction) yang
dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.
Pengertian pengendalian mutu pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus Plan-Do-Check-Action
(P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan laksanakan periksa aksi). Pola P-D-C-A
ini dikenal sebagai siklus Shewart, karena pertama kali dikemukakan oleh
Walter

Shewhart

beberapa

puluh

tahun

yang

lalu.

Namun

dalam

perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering disebuit siklus


Deming. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan
penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut,
P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus
menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian mutu pelayanan mencakup
semua jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung
jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses
dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak
hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan
menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai
jikalau terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana
dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanngung jawab


bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata
rantai dari suatu proses.

A. Program jaminan mutu


1. Melaksanakan evaluasi pelayanan di kamar operasi melalui macammacam audit
2. Melakukan

survailans

infeksi

nosokomial

secara

periodik

berkesinambungan.
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KAMAR OPERASI
ANTARA LAIN :
PELAYANAN

INDIKATOR
Angka penundaan operasi > 24 jam
Angka keterlambatan dimulainya operasi > 2
jam
Angka infeksi luka operasi
Angka kelengkapan Persetujuan Tindakan

Kamar Operasi

Operasi
Angka ketidak lengkapan laporan operasi
Angka ketidak lengkapan laporan anestesi
Insiden tertinggalnya kain kasa
Insiden tertinggalnya instrumen
Insiden perluasan operasi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

dan

PELAYANAN KAMAR OPERASI


ANGKA PENUNDAAN OPERASI LEBIH DARI 24 JAM
UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kualitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Jumlah penundaan operasi lebih dari 24


jam

DASAR PEMIKIRAN

1.

Penundaan waktu operasi lebih dari


24

jam

dapat

kegelisahan

bagi

menimbulkan
pasien

dan

keluarganya.
DEFINISI INDIKATOR

2.

Dapat memperburuk kondisi pasien.

Angka kejadian penundaan pelaksanaan


operasi elektif lebih 24 jam dari jadwal
KRITERIA :
Inklusi

operasi.
:
Pelaksanaan operasi elektif pada pasien

Eksklusi

: lebih 24 jam dari jadwal operasi


Semua pasien yang saat mulainya operasi
ditunda lebih dari 24 jam yang disebabkan
oleh

TIPE INDIKATOR

karena

faktor

pasien

dan

atau

: keluarganya
Rate Based

PEMBILANG(Numerator)

: Jumlah pasien yang operasinya tertunda


lebih dari 24 jam pada periode tertentu.

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah semua pasien operasi elektif dalam


periode yang sama

STANDAR

: <2%

KETERANGAN

: -

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

PELAYANAN KAMAR OPERASI


JUMLAH KETERLAMBATAN WAKTU OPERASI
LEBIH DARI 2 JAM
UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Efektifitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Keterlambatan Waktu Operasi Lebih dari 2


Jam

DASAR PEMIKIRAN

: Keterlambatan waktu operasi lebih dari 2


jam dapat menimbulkan kegelisahan bagi
pasien dan keluarganya

DEFINISI INDIKATOR

: Angka kejadian keterlambatan pelaksanaan


operasi elektif lebih

KRITERIA :
Inklusi

jam dari jadwal

operasi.
: Pelaksanaan operasi elektif pada pasien
lebih 2 jam dari jadwal operasi

Eksklusi

: Semua pasien yang saat mulainya operasi


terlambat lebih dari 2 jam yang disebabkan
oleh

karena

faktor

pasien

dan

atau

keluarganya
TIPE INDIKATOR

: Rate Based

PEMBILANG(Numerator)

: Jumlah pasien yang operasinya terlambat


lebih dari 2 jam pada periode tertentu.

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah semua pasien operasi elektif dalam


periode yang sama

STANDAR

: <2%

KETERANGAN

: -

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

PELAYANAN KAMAR OPERASI


ANGKA INFEKSI LUKA OPERASI
UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kulaitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Infeksi Luka Operasi

DASAR PEMIKIRAN

: Kualitas pelayanan kamar operasi menentukan


baik buruknya pelayanan yang diberikan. Hal ini
akan menarik minat pasien untuk mau dilakukan
operasi di rumah sakit pelabuhan jakarta.
Dengan demikian akan meningkatkan produksi
kamar operasi.

DEFINISI INDIKATOR

: Kejadian infeksi luka operasi pada kasus-kasus


operasi bersih yang terjadi setelah 3 x 24 jam
post operasi.

KRITERIA :
Inklusi

: Jumlah infeksi yang terjadi pada kasus operasi


bersih

Eksklusi

: Infeksi operasi yang terjadi pada kasus operasi


kotor atau infeksi yang terjadi kurang dari 3 x 24
jam.

TIPE INDIKATOR

: Rate Based

PEMBILANG(Numerator)

: Jumlah pasien yang mengalami infeksi luka


operasi bersih pada periode tertentu.

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah semua pasien operasi bersih dalam


periode yang sama

STANDAR

: <2%

KETERANGAN

: -

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

PELAYANAN KAMAR OPERASI


ANGKA KELENGKAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN OPERASI
UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kwalitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Kelengkapan Persetujuan Tindakan Operasi

DASAR PEMIKIRAN

: Tindakan operasi dapat dilakukan bila telah ada


persetujuan tindakan operasi dari pasien dan
keluarga.

Persetujuan

tindakan

operasi

merupakan aspek tanggung gugat apabila terjadi


tuntutan

pasien

terhadap

tindakan

yang

dilakukan.
DEFINISI INDIKATOR

: Adanya persetujuan tindakan operasi pada setiap


pasien yang akan dilakukan operasi dalam
bentuk informend concent..

KRITERIA :
Inklusi

: -

Eksklusi

: -

TIPE INDIKATOR

: -

PEMBILANG(Numerator)

: Jumlah pasien tindakan operasi yang sudah


ditandatangani baik oleh dokter, perawat dan
saksi pada periode tertentu.

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah seluruh operasi pada periode yang sama

STANDAR

: 100 %
: -

KETERANGAN

PELAYANAN KAMAR OPERASI

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

ANGKA KETIDAK LENGKAPAN LAPORAN OPERASI


UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kwalitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Ketidak Lengkapan Laporan Operasi

DASAR PEMIKIRAN

: 1. Laporan pelaksanaan operasi yang dilakukan


oleh

dokter

pertanggung

operator,
jawaban

merupakan

dokter

dalam

melakukan tindakan operasi hal ini sangat


diperlukan sebagai aspek tanggung gugat
terhadap pelayanan yang diberikan, ketidak
lengkapan laporan operasi akan mempersulit
keadaan bila terjadi tuntutan pasien.
2. Laporan operasi merupakan riwayat pasien
yang perlu di catat dalam catatan dokter,
dengan

demikian

akan

mempermudah

pengobatan selanjutnya.
DEFINISI INDIKATOR

: Laporan operasi yang tidak dibuat atau tidak


sesuai

dengan

pelaksanaan

operasi

yang

dilakukan pada format yang sudah baku setelah


dilakukannya tindakan operasi.
KRITERIA :
Inklusi

: Tidak dibuatnya laporan operasi atau laporan


operasi tidak sesuai dengan pelaksanaan pada
pasien yang dilakukan operasi di Rumah Sakit
Pelabuhan Cirebon.

Eksklusi

TIPE INDIKATOR

PEMBILANG(Numerator)

: Laporan Operasi yang tidak dibuat atau tidak

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

sesuai dengan pelaksanaan operasi pada format


yang sudah baku setelah dilakukan tindakan
operasi pada periode tertentu.
PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah semua laporan operasi dalam periode


yang sama

STANDAR

0%

KETERANGAN

PELAYANAN KAMAR OPERASI


ANGKA KETIDAK LENGKAPAN CATATAN ANESTESI

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kwalitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR

: Jumlah Ketidak Lengkapan Catatan Anestesi

DASAR PEMIKIRAN

: 1. Catatan pelaksanaan anastesi yang dilakukan


oleh

dokter

pertanggung

anastesi,
jawaban

merupakan

dokter

dalam

melakukan tindakan operasi hal ini sangat


diperlukan sebagai aspek tanggung gugat
terhadap pelayanan yang diberikan, ketidak
lengkapan catatan anastesi akan mempersulit
keadaan bila terjadi tuntutan pasien.
2. Catatan anastesi merupakan riwayat pasien
yang perlu di catat dalam catatan anastesi,
dengan

demikian

akan

mempermudah

pengobatan selanjutnya.
DEFINISI INDIKATOR

: Tidak dibuatnya catatan anastesi atau catatan


anastesi tidak sesuai dengan pelaksanaan pada
pasien yang dilakukan operasi di Rumah Sakit
Pelabuhan Cirebon.

KRITERIA :
Inklusi

: -

Eksklusi

: -

TIPE INDIKATOR

PEMBILANG(Numerator)

: Catatan anastesi yang tidak dibuat/tidak sesuai


dengan pelaksanaan pembiusan pada format
yang

sudah baku setelah dilakukan tindakan

pembusan pada periode tertentu.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah semua pasien operasi dalam periode


yang sama

STANDAR
KETERANGAN

0%
-

PELAYANAN KAMAR OPERASI


INSIDEN TERTINGGALNYA KAIN KASA/INSTRUMEN

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

UNIT KERJA

: Kamar Operasi

RUANG LINGKUP

: Kualitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN

: Tertinggalnya Kain Kasa/Instrumen


: Keberhasilan pelaksanaan operasi dipengaruhi
oleh

kualitas

SDM

dan

peralatan

yang

diperlukan. Kualitas SDM yang dimaksud yang


terpenting adalah ketelitian baik operator,
asisten

dan

instrumen.

Tertinggalnya

kasa/instrumen pada saat pelaksanaan operasi


tidak boleh terjadi karena akan mengakibatkan
bertambah beratnya kondisi pasien.
DEFINISI INDIKATOR

: Tertinggalnya kain kasa/instrumen dipasien pada


saat pelaksanaan operasi.

KRITERIA :
Inklusi

: Tertinggalnya kain kasa/instrumen pada saat


pelaksanaan operasi yang dilakukan operator di
RS Pelabuhan Cirebon.

Eksklusi

: Tertinggalnya kain kasa/instrumen pada saat


operasi yang dilakukan diluar RS Pelabuhan
Cirebon.

TIPE INDIKATOR

PEMBILANG(Numerator)

: Jumlah pasien yang tertinggal kassa/instrumen

pada saat operasi dalam periode tertentu

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah seluruh pasien yang dilakukan operasi


pada periode yang sama.

STANDAR
KETERANGAN

: 0%
: PELAYANAN KAMAR OPERASI
INSIDEN PERLUASAN OPERASI

UNIT KERJA

: Kamar Operasi

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

RUANG LINGKUP

: Kualitas Pelayanan Kamar Operasi

NAMA INDIKATOR
DASAR PEMIKIRAN

: Jumlah Perluasan Operasi


: Keberhasilan pelaksanaan operasi dipengaruhi
oleh kualitas SDM dalam melakukan operasi.
Kualitas SDM yang dimaksud yang terpenting
adalah ketelitian dan kecermatan operator dalam
mendiagnosa awal sebelum dilakukan tindakan
operasi.

Perluasan

pelaksanaan

operasi

bertambah

besarnya

operasi
dapat
biaya

pada

saat

mengakibatkan
yang

harus

ditanggung oleh pasien dan dapat menimbulkan


ketidakpercayaan pasien terhadap dokter dan
rumah sakit.
DEFINISI INDIKATOR

: Jumlah kejadian perluasan klasifikasi jenis


operasi dari rencana semula.

KRITERIA :
Inklusi

: Kejadian

perluasan

operasi

pada

saat

pelaksanaan operasi yang dilakukan operator di


RS Pelabuhan Cirebon.
Eksklusi
TIPE INDIKATOR
PEMBILANG(Numerator)

: :
: Jumlah pasien yang dilakukan perluasan operasi
pada saat operasi dalam periode tertentu

PENYEBUT(Denominator)

: Jumlah pasien yang dilakukan


periode yang sama.

STANDAR

: <2%
BAB IX
PENUTUP

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

operasi

pada

Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Operasi ini mempunyai


peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari hari di
Instalasi kamar Operasi Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Instalasi kamar operasi.
Penyusunan buku pedoman pelayanan Instalasi Kamar Operasi adalah
langkah awal menuju suatu proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan
dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan
sesuai yang diharapkan.
Demikian harapan kami semoga pelayanan Instalasi Kamar operasi di
Rumah Sakit lebih dapat ditingkatkan sesuai harapan dan tujuan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

Anda mungkin juga menyukai